KELOMPOK 4
GEOGRAFI G2 001
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
PPG PRAJABATAN TAHUN 2022 GELOMBANG 2
RUANG KOLABORASI TOPIK 2
Jawaban :
1. Menjadi contoh atau teladan dalam hal sosial-emosional adalah hal yang penting bagi
seorang guru, karena perilaku dan sikap guru dapat memberikan dampak besar pada
perkembangan sosial dan emosional para siswa. Namun, ada beberapa tantangan yang
dihadapi oleh guru dalam peran ini:
• Konsistensi: Menjadi teladan memerlukan konsistensi dalam perilaku dan sikap.
Tantangan bagi guru adalah untuk tetap konsisten dalam menunjukkan contoh yang
baik dalam berbagai situasi dan interaksi dengan siswa, sehingga pesan yang
disampaikan tidak menjadi ambigu atau bertentangan.
• Pengelolaan emosi pribadi: Guru juga manusia dan bisa mengalami tekanan dan
emosi negatif dari faktor-faktor pribadi atau pekerjaan. Tantangan bagi guru adalah
bagaimana mengelola emosi mereka sendiri agar tidak mempengaruhi sikap dan
interaksi dengan siswa.
• Menghadapi konflik: Dalam lingkungan kelas, konflik sosial mungkin terjadi di
antara siswa. Guru harus tahu bagaimana menghadapi konflik dengan bijaksana,
mengedepankan pemecahan masalah, dan mengajarkan cara berkomunikasi yang
efektif.
• Sensitivitas terhadap perbedaan: Setiap siswa memiliki kebutuhan sosial-emosional
yang berbeda. Tantangan bagi guru adalah untuk menjadi sensitif terhadap perbedaan.
RUANG KOLABORASI
MK PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL
2. Contoh kasus yang mungkin terjadi dalam konteks hubungan guru-siswa dan tantangan
dalam menjadi contoh sosial-emosional adalah sebagai berikut:
• Guru yang tidak konsisten: Terkadang, seorang guru mungkin menunjukkan sikap
yang tidak konsisten dalam menghadapi berbagai situasi di kelas. Misalnya, guru
yang kadang-kadang marah dan keras, tetapi di lain waktu terlalu lunak dalam
menegakkan disiplin. Hal ini dapat menyebabkan kebingungan dan ketidakpastian
bagi siswa mengenai ekspektasi perilaku yang seharusnya.
• Pengelolaan stres: Guru yang menghadapi tekanan dan stres dalam pekerjaannya
mungkin kesulitan mengelola emosi mereka sendiri. Misalnya, guru yang stres akibat
tuntutan kurikulum yang ketat atau beban kerja yang berat mungkin menjadi kurang
responsif terhadap kebutuhan emosional siswa atau bahkan menunjukkan ekspresi
emosi negatif di depan kelas.
• Ketidakpedulian terhadap perbedaan individu: Beberapa guru mungkin kurang peka
terhadap perbedaan sosial-emosional di antara siswa mereka. Mereka mungkin
cenderung memperlakukan semua siswa dengan cara yang sama tanpa
mempertimbangkan kebutuhan khusus dan latar belakang individu.
• Penerapan disiplin yang tidak tepat: Guru yang kesulitan dalam menerapkan disiplin
positif mungkin mengandalkan metode disiplin yang lebih keras, seperti menghukum
atau memarahi siswa secara publik. Hal ini dapat berdampak negatif pada
perkembangan sosial-emosional siswa dan mengganggu iklim kelas yang positif.
• Tidak mampu mengatasi konflik secara efektif: Beberapa guru mungkin menghindari
menghadapi konflik yang muncul di antara siswa, atau bahkan membiarkan konflik
berlarut-larut tanpa memberikan bimbingan atau mediasi yang tepat.
• Tidak adanya kesadaran akan isu-isu sosial yang sensitif: Guru juga perlu menyadari
isu-isu sosial yang sensitif yang mungkin dihadapi oleh siswa mereka, seperti
intimidasi, pelecehan, atau masalah keluarga. Tantangan bagi guru adalah bagaimana
mengidentifikasi tanda-tanda masalah dan memberikan dukungan yang tepat kepada
siswa yang membutuhkan.
Ingatlah bahwa setiap guru menghadapi tantangan yang berbeda, tergantung pada
situasi dan dinamika kelas yang mereka hadapi. Menjadi contoh sosial-emosional yang
baik adalah proses pembelajaran yang berkelanjutan, dan guru perlu berusaha untuk terus
meningkatkan keterampilan dan kesadaran mereka dalam membantu perkembangan sosial
dan emosional siswa secara positif.
emosional di rumah, dan mengajak orang tua untuk berpartisipasi dalam kegiatan
yang relevan.
• Lingkungan Konsisten: Menciptakan lingkungan yang konsisten dan aman di sekolah
dapat membantu siswa merasa nyaman untuk mengembangkan keterampilan sosial-
emosional mereka. Guru dan staf sekolah harus memberikan contoh yang konsisten
dan mendukung dalam interaksi mereka dengan siswa.
• Evaluasi dan Refleksi: Secara teratur mengevaluasi program dan strategi
pembelajaran sosial-emosional adalah penting. Melakukan refleksi tentang apa yang
berhasil dan tidak berhasil, serta mengadaptasi pendekatan yang tepat, akan
membantu meningkatkan efektivitas penerapan pembelajaran sosial-emosional di
sekolah.
Menghadapi kendala dalam penerapan pembelajaran sosial-emosional membutuhkan
kesabaran, kerja sama, dan upaya berkelanjutan dari semua pihak terkait. Dengan
memahami dan mengakomodasi karakteristik peserta didik yang beragam, sekolah dapat
menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan sosial dan emosional siswa
secara holistic.
Jawaban :
1. "Laskar Pelangi" adalah film Indonesia yang diadaptasi dari novel karya Andrea Hirata.
Film ini mengisahkan tentang perjuangan sekelompok siswa miskin di sebuah desa kecil
di Belitung Timur untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Guru dalam film ini,
Ibu Muslimah, menjadi agen perubahan yang krusial dalam menginspirasi dan
memotivasi siswa-siswanya untuk meraih impian dan melewati berbagai tantangan yang
mereka hadapi.
Dari film "Laskar Pelangi," berikut beberapa pelajaran yang terkait dengan peran guru
sebagai agen perubahan:
• Dedikasi dan Cinta untuk Pendidikan: Ibu Muslimah adalah contoh dedikasi dan cinta
yang besar terhadap dunia pendidikan. Meskipun berhadapan dengan keterbatasan
sumber daya dan tantangan sosial-ekonomi, ia tetap tekun dalam mengajarkan dan
memberikan pendidikan yang bermakna bagi siswa-siswanya.
RUANG KOLABORASI
MK PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL
• Inspirasi dan Motivasi: Sebagai seorang agen perubahan, Ibu Muslimah memberikan
inspirasi dan motivasi kepada siswa-siswanya untuk bermimpi lebih besar dan
memperjuangkan pendidikan mereka. Sikapnya yang penuh semangat membantu
siswa-siswa yang sebelumnya merasa putus asa meraih kesempatan untuk
berkembang.
• Mengatasi Tantangan dan Rintangan: Dalam film ini, Ibu Muslimah bersama siswa-
siswanya menghadapi berbagai tantangan, mulai dari keterbatasan fasilitas hingga
stereotip sosial yang merendahkan. Namun, mereka tidak menyerah dan tetap
berjuang untuk mengatasi hambatan tersebut.
• Menghargai Keunikan Siswa: Ibu Muslimah mengajarkan kepada siswa-siswanya
untuk menghargai keunikan dan bakat mereka masing-masing. Ia menyadari bahwa
setiap siswa memiliki potensi yang berbeda, dan dengan memahami keunikan itu, ia
bisa membantu mereka mencapai keberhasilan.
• Mendorong Partisipasi Komunitas: Sebagai agen perubahan, Ibu Muslimah tidak
hanya berfokus pada peran guru di kelas, tetapi juga mendorong partisipasi komunitas
dalam memperbaiki situasi pendidikan di daerah mereka.
Film "Laskar Pelangi" menggarisbawahi pentingnya peran guru sebagai agen
perubahan dalam memberikan dampak positif pada siswa dan lingkungannya. Guru yang
penuh dedikasi, inspiratif, dan berjuang untuk menciptakan perubahan positif di
lingkungannya bisa menginspirasi siswa untuk meraih potensi terbaik mereka dan
menjadi individu yang lebih baik.
Keating mendorong siswa untuk menjadi diri mereka sendiri dan menghargai
keunikan mereka.
3. Sekolah Rimba:
"Sekolah Rimba" adalah film Indonesia yang dirilis pada tahun 2013, diadaptasi dari
novel karya Hamka. Film ini mengisahkan tentang perjuangan sekelompok anak-anak
desa untuk mendapatkan pendidikan di tengah keterbatasan dan tantangan di pedalaman
Kalimantan.
Pembelajaran Sosial-Emosional dalam "Sekolah Rimba":
• Ketangguhan (Resilience): Film ini menggambarkan bagaimana siswa-siswa di
sekolah pedalaman menghadapi berbagai tantangan, seperti akses terbatas ke fasilitas
dan pengajaran yang sederhana. Mereka menunjukkan ketangguhan dan semangat
dalam menghadapi kesulitan tersebut.
• Solidaritas dan Persatuan: Siswa-siswa dalam film ini membentuk ikatan solidaritas
dan persatuan untuk saling membantu dan mendukung satu sama lain dalam belajar
dan menghadapi rintangan.
• Keberanian dalam Menghadapi Perubahan: Siswa-siswa ini berani mencoba dan
menghadapi perubahan dengan meninggalkan rumah mereka untuk mencari
pendidikan yang lebih baik, meskipun perubahan itu menuntut mereka meninggalkan
kenyamanan dan kebiasaan lama.
• Menghargai Nilai Pendidikan: Film ini menyoroti betapa pentingnya pendidikan
dalam mengubah kehidupan dan masa depan siswa-siswa di daerah terpencil.