Anda di halaman 1dari 7

RUANG KOLABORASI

MK PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL

KELOMPOK 4

Shaiful Shahabi 229005485036


Silvestri Sampe 229005485043
Rahman 229005485032
Ditha Maharani 229005485059
Miftahul Jannah 229005485028

GEOGRAFI G2 001
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
PPG PRAJABATAN TAHUN 2022 GELOMBANG 2
RUANG KOLABORASI TOPIK 2

Jawaban :

1. Menjadi contoh atau teladan dalam hal sosial-emosional adalah hal yang penting bagi
seorang guru, karena perilaku dan sikap guru dapat memberikan dampak besar pada
perkembangan sosial dan emosional para siswa. Namun, ada beberapa tantangan yang
dihadapi oleh guru dalam peran ini:
• Konsistensi: Menjadi teladan memerlukan konsistensi dalam perilaku dan sikap.
Tantangan bagi guru adalah untuk tetap konsisten dalam menunjukkan contoh yang
baik dalam berbagai situasi dan interaksi dengan siswa, sehingga pesan yang
disampaikan tidak menjadi ambigu atau bertentangan.
• Pengelolaan emosi pribadi: Guru juga manusia dan bisa mengalami tekanan dan
emosi negatif dari faktor-faktor pribadi atau pekerjaan. Tantangan bagi guru adalah
bagaimana mengelola emosi mereka sendiri agar tidak mempengaruhi sikap dan
interaksi dengan siswa.
• Menghadapi konflik: Dalam lingkungan kelas, konflik sosial mungkin terjadi di
antara siswa. Guru harus tahu bagaimana menghadapi konflik dengan bijaksana,
mengedepankan pemecahan masalah, dan mengajarkan cara berkomunikasi yang
efektif.
• Sensitivitas terhadap perbedaan: Setiap siswa memiliki kebutuhan sosial-emosional
yang berbeda. Tantangan bagi guru adalah untuk menjadi sensitif terhadap perbedaan.
RUANG KOLABORASI
MK PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL

2. Contoh kasus yang mungkin terjadi dalam konteks hubungan guru-siswa dan tantangan
dalam menjadi contoh sosial-emosional adalah sebagai berikut:
• Guru yang tidak konsisten: Terkadang, seorang guru mungkin menunjukkan sikap
yang tidak konsisten dalam menghadapi berbagai situasi di kelas. Misalnya, guru
yang kadang-kadang marah dan keras, tetapi di lain waktu terlalu lunak dalam
menegakkan disiplin. Hal ini dapat menyebabkan kebingungan dan ketidakpastian
bagi siswa mengenai ekspektasi perilaku yang seharusnya.
• Pengelolaan stres: Guru yang menghadapi tekanan dan stres dalam pekerjaannya
mungkin kesulitan mengelola emosi mereka sendiri. Misalnya, guru yang stres akibat
tuntutan kurikulum yang ketat atau beban kerja yang berat mungkin menjadi kurang
responsif terhadap kebutuhan emosional siswa atau bahkan menunjukkan ekspresi
emosi negatif di depan kelas.
• Ketidakpedulian terhadap perbedaan individu: Beberapa guru mungkin kurang peka
terhadap perbedaan sosial-emosional di antara siswa mereka. Mereka mungkin
cenderung memperlakukan semua siswa dengan cara yang sama tanpa
mempertimbangkan kebutuhan khusus dan latar belakang individu.
• Penerapan disiplin yang tidak tepat: Guru yang kesulitan dalam menerapkan disiplin
positif mungkin mengandalkan metode disiplin yang lebih keras, seperti menghukum
atau memarahi siswa secara publik. Hal ini dapat berdampak negatif pada
perkembangan sosial-emosional siswa dan mengganggu iklim kelas yang positif.
• Tidak mampu mengatasi konflik secara efektif: Beberapa guru mungkin menghindari
menghadapi konflik yang muncul di antara siswa, atau bahkan membiarkan konflik
berlarut-larut tanpa memberikan bimbingan atau mediasi yang tepat.
• Tidak adanya kesadaran akan isu-isu sosial yang sensitif: Guru juga perlu menyadari
isu-isu sosial yang sensitif yang mungkin dihadapi oleh siswa mereka, seperti
intimidasi, pelecehan, atau masalah keluarga. Tantangan bagi guru adalah bagaimana
mengidentifikasi tanda-tanda masalah dan memberikan dukungan yang tepat kepada
siswa yang membutuhkan.
Ingatlah bahwa setiap guru menghadapi tantangan yang berbeda, tergantung pada
situasi dan dinamika kelas yang mereka hadapi. Menjadi contoh sosial-emosional yang
baik adalah proses pembelajaran yang berkelanjutan, dan guru perlu berusaha untuk terus
meningkatkan keterampilan dan kesadaran mereka dalam membantu perkembangan sosial
dan emosional siswa secara positif.

3. Sekolah dapat mendukung pembelajaran sosial-emosional dengan berbagai cara yang


membantu siswa mengembangkan keterampilan, pemahaman, dan kesadaran diri yang
penting untuk menghadapi tantangan kehidupan sehari-hari. Beberapa cara dukungan
tersebut antara lain:
• Program Khusus: Sekolah dapat menyediakan program khusus yang fokus pada
pembelajaran sosial-emosional. Program semacam itu dapat mencakup kegiatan
seperti pelatihan keterampilan sosial, program pengembangan empati, pelajaran
tentang mengelola emosi, dan lain sebagainya.
RUANG KOLABORASI
MK PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL

• Kurikulum yang Terintegrasi: Pembelajaran sosial-emosional dapat diintegrasikan ke


dalam kurikulum secara menyeluruh. Materi tentang keterampilan sosial, emosi, dan
pemecahan masalah dapat diajarkan dalam berbagai mata pelajaran, termasuk
matematika, sains, bahasa, dan sejarah.
• Lingkungan yang Aman dan Dukungan: Sekolah harus menciptakan lingkungan yang
aman dan mendukung, di mana siswa merasa diterima, dihargai, dan didukung dalam
perkembangan sosial-emosional mereka. Guru dan staf sekolah juga harus berperan
sebagai panutan dan memberikan perhatian yang positif terhadap siswa.
• Pelatihan untuk Guru: Guru harus diberikan pelatihan tentang bagaimana
mengajarkan dan mendukung pembelajaran sosial-emosional di kelas. Mereka perlu
mengembangkan pemahaman yang kuat tentang keterampilan sosial-emosional dan
cara membantu siswa menghadapinya.
• Keterlibatan Orang Tua: Orang tua juga berperan penting dalam mendukung
pembelajaran sosial-emosional. Sekolah dapat melibatkan orang tua dalam kegiatan
atau program yang berkaitan dengan pengembangan sosial-emosional siswa, sehingga
orang tua dapat terlibat secara aktif dalam mendukung perkembangan anak-anak
mereka.
• Tantangan bagi sekolah dalam mendukung pembelajaran sosial-emosional termasuk:
Prioritas Pendidikan: Tantangan pertama adalah memberi prioritas pada pembelajaran
sosial-emosional di tengah tekanan untuk mencapai standar akademis yang tinggi.
Namun, penting bagi sekolah untuk mengenali bahwa kesejahteraan sosial-emosional
siswa adalah kunci keberhasilan akademis mereka.
• Sumber Daya Terbatas: Implementasi program sosial-emosional yang efektif
membutuhkan sumber daya, seperti waktu, tenaga, dan dana. Tantangan bagi sekolah
adalah bagaimana mengalokasikan sumber daya yang cukup untuk mendukung
inisiatif ini tanpa mengorbankan bidang lain.
• Evaluasi dan Pengukuran: Mengukur kemajuan dalam pembelajaran sosial-emosional
dapat menjadi tantangan. Sifatnya yang lebih abstrak dan subjektif membuatnya sulit
diukur dengan cara yang sama seperti prestasi akademis.
• Keterlibatan Orang Tua dan Masyarakat: Melibatkan orang tua dan masyarakat dalam
mendukung pembelajaran sosial-emosional adalah hal yang penting, tetapi
tantangannya adalah bagaimana menggerakkan partisipasi aktif dari semua pihak
terkait.Kebutuhan Individual: Setiap siswa memiliki kebutuhan sosial-emosional yang
berbeda. Tantangan bagi sekolah adalah bagaimana mengidentifikasi dan
menyediakan dukungan yang tepat untuk setiap siswa sesuai dengan kebutuhan
mereka.
Dalam menghadapi tantangan ini, kerjasama antara sekolah, guru, orang tua, dan
masyarakat sangat penting. Dengan menghadirkan lingkungan yang mendukung dan
memastikan kesejahteraan sosial-emosional siswa terpenuhi, sekolah dapat membantu
siswa menjadi individu yang lebih tangguh dan siap menghadapi berbagai aspek
kehidupan.
RUANG KOLABORASI
MK PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL

4. Ya, karakteristik peserta didik dapat mempengaruhi penerapan pembelajaran sosial-


emosional di sekolah. Setiap siswa memiliki latar belakang, kepribadian, dan tingkat
kematangan emosional yang berbeda. Hal ini dapat menjadi tantangan dalam menerapkan
program pembelajaran sosial-emosional yang efektif. Beberapa cara karakteristik peserta
didik dapat mempengaruhi penerapan pembelajaran sosial-emosional adalah sebagai
berikut:
• Kematangan Emosional: Siswa yang memiliki tingkat kematangan emosional yang
berbeda mungkin merespons pelajaran sosial-emosional dengan cara yang berbeda
pula. Beberapa siswa mungkin lebih terbuka untuk mengatasi emosi dan bekerja
sama, sementara yang lain mungkin mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi dan
mengelola emosi mereka.
• Interaksi Sosial: Interaksi sosial antara siswa juga dapat mempengaruhi pembelajaran
sosial-emosional. Siswa yang aktif secara sosial dan memiliki keterampilan sosial
yang kuat mungkin lebih mudah berpartisipasi dan mendapatkan manfaat dari
kegiatan pembelajaran sosial-emosional. Namun, siswa yang lebih pemalu atau
cenderung mengisolasi diri mungkin memerlukan dukungan ekstra untuk ikut serta.
• Kondisi Kesehatan Mental: Siswa yang menghadapi masalah kesehatan mental,
seperti kecemasan, depresi, atau trauma, mungkin membutuhkan pendekatan yang
lebih sensitif dalam pembelajaran sosial-emosional. Tantangan ini dapat
mempengaruhi kemampuan mereka untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan
pembelajaran sosial-emosional.
• Kebutuhan Spesifik: Beberapa siswa mungkin memiliki kebutuhan khusus dalam hal
pembelajaran sosial-emosional. Misalnya, siswa dengan gangguan spektrum autisme
atau kesulitan belajar mungkin memerlukan strategi dan pendekatan yang lebih
disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Bagaimana menghadapi kendala tersebut?
• Diferensiasi: Guru perlu menggunakan pendekatan diferensiasi dalam pembelajaran
sosial-emosional untuk memenuhi kebutuhan beragam peserta didik. Ini berarti
menyusun strategi pembelajaran yang berbeda untuk mengakomodasi berbagai tingkat
kemampuan dan kematangan emosional siswa.
• Tim Pengajaran dan Konselor: Melibatkan tim pengajaran dan konselor sekolah
dalam penerapan pembelajaran sosial-emosional dapat membantu mendukung siswa
yang menghadapi tantangan khusus. Kolaborasi antara guru, konselor, dan staf
sekolah lainnya akan memperkuat upaya untuk membantu siswa meraih keberhasilan
sosial-emosional.
• Pengenalan dan Pengelolaan Emosi: Siswa perlu diajari tentang pengenalan dan
pengelolaan emosi mereka. Ini dapat membantu mereka mengidentifikasi perasaan
mereka dengan lebih baik dan memberikan alat untuk mengatasi stres dan tekanan
emosional.
• Melibatkan Orang Tua: Melibatkan orang tua dalam penerapan pembelajaran sosial-
emosional adalah langkah penting. Sekolah dapat berkomunikasi dengan orang tua
tentang program yang ada, memberikan tips untuk mendukung pembelajaran sosial-
RUANG KOLABORASI
MK PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL

emosional di rumah, dan mengajak orang tua untuk berpartisipasi dalam kegiatan
yang relevan.
• Lingkungan Konsisten: Menciptakan lingkungan yang konsisten dan aman di sekolah
dapat membantu siswa merasa nyaman untuk mengembangkan keterampilan sosial-
emosional mereka. Guru dan staf sekolah harus memberikan contoh yang konsisten
dan mendukung dalam interaksi mereka dengan siswa.
• Evaluasi dan Refleksi: Secara teratur mengevaluasi program dan strategi
pembelajaran sosial-emosional adalah penting. Melakukan refleksi tentang apa yang
berhasil dan tidak berhasil, serta mengadaptasi pendekatan yang tepat, akan
membantu meningkatkan efektivitas penerapan pembelajaran sosial-emosional di
sekolah.
Menghadapi kendala dalam penerapan pembelajaran sosial-emosional membutuhkan
kesabaran, kerja sama, dan upaya berkelanjutan dari semua pihak terkait. Dengan
memahami dan mengakomodasi karakteristik peserta didik yang beragam, sekolah dapat
menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan sosial dan emosional siswa
secara holistic.

Jawaban :

1. "Laskar Pelangi" adalah film Indonesia yang diadaptasi dari novel karya Andrea Hirata.
Film ini mengisahkan tentang perjuangan sekelompok siswa miskin di sebuah desa kecil
di Belitung Timur untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Guru dalam film ini,
Ibu Muslimah, menjadi agen perubahan yang krusial dalam menginspirasi dan
memotivasi siswa-siswanya untuk meraih impian dan melewati berbagai tantangan yang
mereka hadapi.
Dari film "Laskar Pelangi," berikut beberapa pelajaran yang terkait dengan peran guru
sebagai agen perubahan:
• Dedikasi dan Cinta untuk Pendidikan: Ibu Muslimah adalah contoh dedikasi dan cinta
yang besar terhadap dunia pendidikan. Meskipun berhadapan dengan keterbatasan
sumber daya dan tantangan sosial-ekonomi, ia tetap tekun dalam mengajarkan dan
memberikan pendidikan yang bermakna bagi siswa-siswanya.
RUANG KOLABORASI
MK PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL

• Inspirasi dan Motivasi: Sebagai seorang agen perubahan, Ibu Muslimah memberikan
inspirasi dan motivasi kepada siswa-siswanya untuk bermimpi lebih besar dan
memperjuangkan pendidikan mereka. Sikapnya yang penuh semangat membantu
siswa-siswa yang sebelumnya merasa putus asa meraih kesempatan untuk
berkembang.
• Mengatasi Tantangan dan Rintangan: Dalam film ini, Ibu Muslimah bersama siswa-
siswanya menghadapi berbagai tantangan, mulai dari keterbatasan fasilitas hingga
stereotip sosial yang merendahkan. Namun, mereka tidak menyerah dan tetap
berjuang untuk mengatasi hambatan tersebut.
• Menghargai Keunikan Siswa: Ibu Muslimah mengajarkan kepada siswa-siswanya
untuk menghargai keunikan dan bakat mereka masing-masing. Ia menyadari bahwa
setiap siswa memiliki potensi yang berbeda, dan dengan memahami keunikan itu, ia
bisa membantu mereka mencapai keberhasilan.
• Mendorong Partisipasi Komunitas: Sebagai agen perubahan, Ibu Muslimah tidak
hanya berfokus pada peran guru di kelas, tetapi juga mendorong partisipasi komunitas
dalam memperbaiki situasi pendidikan di daerah mereka.
Film "Laskar Pelangi" menggarisbawahi pentingnya peran guru sebagai agen
perubahan dalam memberikan dampak positif pada siswa dan lingkungannya. Guru yang
penuh dedikasi, inspiratif, dan berjuang untuk menciptakan perubahan positif di
lingkungannya bisa menginspirasi siswa untuk meraih potensi terbaik mereka dan
menjadi individu yang lebih baik.

2. Dead Poets Society:


Film "Dead Poets Society" adalah film Amerika Serikat yang dirilis pada tahun 1989.
Film ini mengisahkan tentang seorang guru bahasa Inggris, John Keating (diperankan
oleh Robin Williams), yang menginspirasi siswa-siswanya di sebuah sekolah pria
bergengsi untuk berpikir secara kreatif dan mandiri. Ia mendorong mereka untuk
mengejar kehidupan yang bermakna dan menemukan suara mereka sendiri, terlepas dari
tekanan dan ekspektasi sosial.
Pembelajaran Sosial-Emosional dalam "Dead Poets Society":
• Dukungan Emosional: Guru John Keating memberikan dukungan emosional kepada
siswa-siswanya dengan mendengarkan mereka dengan penuh perhatian dan empati. Ia
membantu siswa menghadapi tekanan dan ketidakpastian hidup mereka.
• Penciptaan Iklim Klas yang Aman: Guru Keating menciptakan iklim kelas yang
terbuka dan aman, di mana siswa merasa dihargai dan memiliki kebebasan untuk
berbicara dan berpendapat tanpa takut dihakimi.
• Peningkatan Keterampilan Sosial: Melalui pendekatan pengajaran yang unik dan
kreatif, Guru Keating membantu siswa mengembangkan keterampilan sosial mereka,
termasuk berani berbicara di depan umum, berinteraksi dengan orang lain, dan
membangun hubungan yang mendalam dengan sesama.
• Pencarian Identitas Diri: Film ini menekankan pentingnya mencari identitas diri dan
mengejar impian pribadi, meskipun mungkin berbeda dari ekspektasi orang lain. Guru
RUANG KOLABORASI
MK PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL

Keating mendorong siswa untuk menjadi diri mereka sendiri dan menghargai
keunikan mereka.

3. Sekolah Rimba:
"Sekolah Rimba" adalah film Indonesia yang dirilis pada tahun 2013, diadaptasi dari
novel karya Hamka. Film ini mengisahkan tentang perjuangan sekelompok anak-anak
desa untuk mendapatkan pendidikan di tengah keterbatasan dan tantangan di pedalaman
Kalimantan.
Pembelajaran Sosial-Emosional dalam "Sekolah Rimba":
• Ketangguhan (Resilience): Film ini menggambarkan bagaimana siswa-siswa di
sekolah pedalaman menghadapi berbagai tantangan, seperti akses terbatas ke fasilitas
dan pengajaran yang sederhana. Mereka menunjukkan ketangguhan dan semangat
dalam menghadapi kesulitan tersebut.
• Solidaritas dan Persatuan: Siswa-siswa dalam film ini membentuk ikatan solidaritas
dan persatuan untuk saling membantu dan mendukung satu sama lain dalam belajar
dan menghadapi rintangan.
• Keberanian dalam Menghadapi Perubahan: Siswa-siswa ini berani mencoba dan
menghadapi perubahan dengan meninggalkan rumah mereka untuk mencari
pendidikan yang lebih baik, meskipun perubahan itu menuntut mereka meninggalkan
kenyamanan dan kebiasaan lama.
• Menghargai Nilai Pendidikan: Film ini menyoroti betapa pentingnya pendidikan
dalam mengubah kehidupan dan masa depan siswa-siswa di daerah terpencil.

Kedua film ini menekankan nilai pentingnya pembelajaran sosial-emosional dalam


proses pendidikan. Guru, baik di dunia nyata maupun dalam film, memiliki peran yang
sangat penting dalam membantu siswa mengembangkan keterampilan sosial, emosional,
dan karakter yang kuat. Dengan menciptakan lingkungan yang mendukung dan
menginspirasi, guru dapat menjadi agen perubahan yang positif dalam kehidupan siswa
mereka.

Anda mungkin juga menyukai