Anda di halaman 1dari 12

RUANG KOLABORASI

TOPIK 2
PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL

NAMA KELOMPOK
1. IIK ATIKA SARI (223128915155)
2. INDAH KHOIRUN NISA (223128915121)
3. LIA DAMAYANTI (223128915129)

 Apa tantangan bagi guru untuk menjadi contoh/teladan khususnya dalam


hal sosial-emosional?

1. Guru harus memperhatikan keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran


tidak hanya jasmani tetapi juga secara psikologis.
2. Guru harus bisa mengembangkan potensi (minat dan bakat) peserta didik
3. Guru harus memiliki tanggung jawab mengantarkan peserta didik menuju
kemajuan belajar
4. Guru harus menumbuhkan motivasi belajar peserta didik yang beragam.
5. Guru harus memberikan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan
peserta didik dan karakteristik peserta didik yang beragam.
6. Guru harus mampu menjaga tingkah laku dan perbuatanya (suri tauladan). Dalam
hal ini, guru harus mampu mengendalikan emosi, bertoleransi, berempati, dan
berkomunikasi dengan baik.
7. Guru harus mampu mengambil keputusan yang bertanggungjawab
dalam melaksanakan penilaian.
8. Guru harus membangun hubungan baik dengan peserta didik sehingga
pembelajaran sosial emosional yang akan diajarkan menjadi bermakna
dan tersalurkan dengan tepat.
9. Praktik baik tidak selama diterima dan direspon secara positif oleh peserta didik,
sehingga guru perlu berusaha untuk mengajak pihak lain untuk melakukan
praktik baik secara bersama-sama.
10. Pengintegrasikan teknik kompetensi sosial emosional seperti self-awareness, self-

management social awareness, responsible decision making, dan relationship


management yang relevan dengan mata pelajaran Biologi.
11. Guru harus berdedikasi, berkomitmen dan berkorban demi mencerdaskan anak
bangsa walaupun banyak tantangan yang harus dihadapi seperti fasilitas
sarana dan prasarana sekolah yang belum memadai.

 Kasus yang ada berkaitan dengan hal di atas berdasarkan pada pengalaman Anda
mengamati proses belajar mengajar yang pernah Anda ikuti!

1. Guru mengalami kesulitan mengelola peserta didik yang terkadang sangat


sulit untuk dikendalikan
2. Guru belum bisa mengontrol emosi ketika melaksanakan pembelajaran jika ada
peserta didik yang sulit dikendalikan, sehingga masih kesulitan menjadi role
model / suri tauladan yang baik bagi peserta didik.
3. Pola pembelajaran guru yang kurang adil atau pilih kasih dengan peserta didik
yang menyebabkan adanya kesenjangan sosial antar peserta didik. Pada kasus ini
guru lebih memperhatikan peserta didik yang memiliki kemampuan dan
kompetensi yang tinggi dibandingkan dengan peserta didik yang memiliki
kompetensi rendah, biasanya guru lebih acuh tak acuh pada peserta didik yang
memiliki kompetensi rendah karena merasa peserta didik tersebut tidak bisa
diatur.
4. Sikap tegas guru yang terkesan galak menyebabkan peserta didik memiliki rasa
takut dan khawatir untuk mengekspresikan emosi (bertanya dan berpendapat) saat
pembelajaran.
5. Guru tidak konsisten dalam penilaian, tugas terkadang dinilai dan terkadang tidak.
6. Dalam memberikan penguatan materi, guru menyampaikan materi secara
berputar-putar dan mengubah konsep dasarnya sehingga peserta didik akan
cenderung meremehkan dan acuh tak acuh kepada guru tersebut.
Solusi atas kasus tersebut yaitu :

1. Guru harus memiliki sikap sabar dan dapat mengontrol emosinya


dalam menghadapi peserta didik yang sulit untuk dikendalikan
2. Guru berperan sebagai pemimpin dan fasilitator di kelas sehingga guru harus
memiliki sikap adil dan tidak memandang sosial, budaya dan agama dalam
proses pembelajaran. Hal ini dapat mengatasi kasus kesenjangan sosial tersebut.
Guru juga harus menyadari bahwa peserta didik memiliki keunikan dan
kompetensi yang beragam sehingga guru harus mampu memfasilitasi
pembelajaran berdiferensiasi sesuai kompetensi peserta didik.
3. Guru harus mampu memposisikan diri dalam proses pembelajaran, ada kalanya
guru harus bersikap tegas tetapi tidak terkesan galak dan ada kalanya guru
harus bersikap ramah dengan menyelipkan joke atau candaan dalam proses
pembelajaran tetapi masih dalam konteks pembelajaran dan diskusi.
4. Guru harus menyusun rubrik penilaian yang dicapai peserta didik disetiap
kompetensi atau capaian pembelajaran serta meluangkan waktu untuk dapat
mengoreksi pekerjaan siswa. Guru bisa meminta bantuan peserta didik
untuk mengoreksi pekerjaan mereka secara bersama-sama diakhir
pembelajaran.
5. Sebelum melakukan pembelajaran guru harus memahami materi yang akan
diajarkan atau guru dapat membuat catatan kecil apa saja yang akan
disampaikan ketika penguatan.

 Bagaimana sekolah bisa mendukung pembelajaran sosial-emosional? Apa saja


tantangan bagi sekolah?

Sekolah bisa mendukung pembelajaran sosial-emosional dengan :

1. Menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran sosial


emosional.
2. Menyediakan ekstrakurikuler yang beragam sesuai dengan minat dan
kebutuhan peserta didik sehingga melatih peserta didik dalam mengelola emosi
dan fokus.
3. Sekolah dapat memfasilitasi guru untuk mengikuti webinar dan pelatihan tentang
KSE. Jika terhalang dana, maka kepala sekolah dapat menuntut guru untuk
selalu
kreatif dan inovatif dalam mengembangkan pembelajaran yang menerapkan

pembelajaran sosial emosional.


4. Membudayakan kegiatan yang mendukung terlaksananya pembelajaran sosial
emosional seperti sholat berjamah, 5 S (Senyum, Sapa, Salam, Sapa, dan Santun),
melibatkan peserta didik dalam event sekolah, dan memberikan ice breaking
dalam pembelajaran dengan teknik STOP diakhir pembelajaran. Dalam hal ini,
sekolah dapat mendukung pembelajaran sosial-emosional melalui 3 kegiatan
yaitu kegiatan rutin yang dilakukan di luar kegiatan akademik, kegiatan yang
terintegrasi dengan pembelajaran, dan protocol yang menjadi budaya atau aturan
sekolah.
5. Sekolah harus memfasilitasi terciptanya hubungan yang baik antara guru dengan
orang tua, guru dengan peserta didik, dan antar peserta didik untuk
mengoptimalkan perkembangan sosial emosional dengan mulai mengajak peserta
didik mengenal dirinya sendiri dan lingkungan. Proses pengenalan ini dapat
berupa interaksi peserta didik dengan keluarga yang akan membuat peserta didik
belajar membangun konsep diri. Juga dapat dengan cara bermain bersama teman
sebaya yang akan melatih dan meningkatkan kemampuan sosialisasi peserta didik
(Musringati, 2017: 1-2). Kemudian, orangtua maupun guru dapat
mengembangkan aspek ini melalui beberapa keteladanan (Nurjannah, 2017: 52),
seperti beribadah, saling interaksi dengan orang lain, bekerja sama, berpakaian,
cara belajar, gaya hidup, dan lainnya.

Tantangan bagi sekolah menerapkan Pembelajaran Sosial Emosional

1. Pengadaan sarana dan prasarana yang membutuhkan dana banyak


2. Keterbatasan kemampuan guru dalam memahami KSE atau Pembelajaran Sosial
Emosional
3. Kesulitan mencari informasi tentang pelatihan KSE atau Pembelajaran Sosial
Emosional
4. Diperlukan konsistensi menerapkan kegiatan berbasis KSE atau Pembelajaran
Sosial Emosional dilingkup sekolah
5. Terdapat beberapa peserta didik yang melanggar atau tidak mengikuti program

KSE yang telah ditetapkan sekolah tersebut.

 Apakah karakteristik peserta didik bisa mempengaruhi penerapan


pembelajaran sosial-emosional? Jelaskan? Bagaimana menghadapi kendala
tersebut?

Karakteristik peserta didik dapat mempengaruhi penerapan pembelajaran sosial


emosional karena peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda antara datu dengan
yang lain. Setiap peserta didik memiliki kepribadian, kematangan emosi, kemampuan
berkomunikasi dan tingkat keterampilan sosial, sehingga hal ini dapat berpengaruh pada
penerapan pembelajaran sosial-emosional peserta didik yang menjadi hal baru atau
bahkan bertentangan dengan kebiasaan yang mereka lakukan. Penerapkan pembelajaran
sosial emosional guru perlu mengetahui karakteristik peserta didik. Pemahaman karakter
peserta didik digunakan guru untuk menyusun pembelajaran serta mengakomodasi
kebutuhan peserta didik. Semakin sering perilaku sosial emosional peserta didik dilatih,
maka kemampuan problem solving-nya pun akan semakin baik (Wahyuni, dkk, 2015:2).
Maka dari itu orangtua maupun guru harus sesering mungkin mengajak peserta didik
bermain permainan yang dapat melatih kemapuan sosial emosional. Orangtua dan guru
dapat melakukannya melalui metode bercerita, bermain peran, dan sebagainya. Ketika
orangtua maupun guru memberikan stimulasi dan intervensi yang baik serta didukung
oleh lingkungan yang baik pula, maka kemampuan sosial emosional akan berkembang
dengan baik dan optimal. Ketika kompetensi sosial dan emosional peserta didik
berkembang, maka aspek akademis peserta didik juga akan berkembang.

Cara menghadapi kendala tersebut dengan cara:

1. Mengenali karakteristik peserta didik (mudah marah, pendiam, sering gaduh,


mudah tersinggung dll)
2. Mengenali temperamen peserta didik seperti peserta didik yang tampak antuasias
dan mudah beradaptasi, karakteristik peserta didik yang berhati-hati, dan karakter
peserta didik yang lambat beradaptasi serta rentang menampilkan emosi.
3. Membangun dan menciptakan kedekatan emosional besama peserta didik agar
peserta didik dapat mengenali dan mengontrol emosinya ke arah yang positif.
4. Gunakan metode mengajar story telling /bercerita, bermain peran, dan sebagainya.

5. Memberikan peserta didik tugas yang harus dikerjakan secara berkelompok untuk
menanamkan sikap kolaborasi, menghargai pendapat orang lain, empati, dan lain-
lain.
6. Berikan kesempatan terhadap peserta didik untuk mengutarakan pendapatnya
dan membantu peserta didik untuk mengetahui perkembangan dirinya
7. Memberi contoh praktik baik yang dapat dilakukan dengan tujuan membentuk
kebiasaan baik di kelas. Contohnya : mendengarkan teman saat berbicara
(menghargai orang lain saat berbicara), dan mengacungkan tangan (bersikap
sopan satun saat bertanya dan berpendapat)

ANALISIS FILM

1. Apakah anda pernah menonton film LASKAR PELANGI?

Jawab : Sudah. Film laskar pelangi merupakan film yang mengangkat cerita pada novel.
Film ini menawarkan mengenai nilai perjuangan manusia, dedikasi, komitmen dan
pengorbanan. Keberhasilan peserta didik yang diceritakan dalam film laskar pelangi
bukan terletak pada peserta didiknya saja, tetapi karena peran guru yang telah
menularkan nilai-nilai kehidupan yang secara tidak langsung memotivasi peserta didik
agar berbuat iklas.
Penerapan dalam EMC2 atau Empathy, Compassion, Mindfulness, dan Critical Inquiry
Empathy: Tokoh Bu Mus dan Pak Harfan dengan semangat membangun sekolah demi
mewujudkan cita-cita anak-anak di desa terpencil melalui pendidikan yang
mengutamakan karakter dan budi pekerti. Mengajak peserta didik untuk belajar di luar
ruangan ketika peserta didik merasa bosan.
Compassion: Bu Mus menunjukkan kesadaran terhadap bakat dan minat yang dimiliki
peserta didik, sehingga selama proses pembelajaran Bu Mus dapat mengembangkan
potensi tersebut secara maksimal. Peserta didik juga saling memotivasi satu sama lain
untuk terus semangat belajar.
Mindfulness: Bu Mus memahami apa yang dirasakan oleh peserta didik selama belajar di

SD Muhammadiyah Belitong dengan segala keterbatasan yang ada. Namun hal ini tidak
menjadi menghalang bagi Bu Mus untuk terus mengembangkan segala potensi peserta
didik dan menanamkan pendidikan karakter.
Critical Inquiry: Sumber belajar yang terbatas, Bu Mus memberikan kesempatan peserta
didik untuk mengekplor pengetahuan dengan belajar di luar kelas, mengamati berbagai
fenomena yang ada di lingkungan sekitar. Peserta didik memanfaatkan sumber buku yang
minim untuk menggali dan mengembangkan pengetahuannya lebih jauh lagi

2. Bila anda sudah menonton film tersebut apa yang bisa anda pelajari dari film
tersebut berhubungan dengan guru yang menjadi agen perubahan?

Hal yang bisa saya pelajari dari film Laskar pelangi berhubungan dengan guru yang
menjadi agen perubahan yaitu :

a. Kegigihan guru dalam mengajar meskipun dalam keadaan sulit.


b. Kekurangan bukanlah menjadi penghalang untuk menyampaikan ilmu
c. Tetap semangat dan optimis untuk membelajarkan peserta didik dan meraih prestasi
akademik meskipun fasilitas terbatas.
d. Kesetiaan, pengabdian dan integritas seorang guru terhadap profesinya.
e. Memberikan pembelajaran tidak selalu didalam kelas tetapi juga diluar sekolah.
Dalam hal ini pembelajaran akan lebih bermakna jika melakukan pembelajaran
yang kontekstual.
f. Rasa kesadaran diri guru untuk peduli terhadap peserta didiknya seingga
peserta didik tidak sungkan dan merasa dipedulikan jika berkeluh kesah.
g. Rasa kesadaran social guru yang baik sehingga mampu menciptakan
pembelajaran yang menyenangkan sehingga peserta didik merasa nyaman dan
menikmati proses pembelajaran di kelas sehingga dapat meningkatkan hasil belajar
peserta didik.
h. Menggunakan kepedulian dan karakter sebagai dasar pembelajaan
i. Menjadi teladan yang baik bagi peserta didik
j.Mengenali potensi yang dimiliki peserta didik dan berusaha memfasilitasi peserta

didik untuk bisa mengembangkan potensi yang dimilikinya selama proses


pembelajaran.

3. Anda bisa menonton alternatif film lain berhubungan dengan guru sebagai
agen perubahan, seperti :
o Dead poet society
Yang saya peroleh setelah menonton film Dead poet society yaitu :
 Guru membantu peserta didik untuk mencapai tahap perkembangan peserta
didik sesuai dengan bakat dan minatnya. Guru harus mampu menjalin
komunikasi yang baik dengan orang tua peserta didik untuk
menyampaikan tahap perkembangannya.
 Tugas seorang guru bukan hanya mengajar secara kaku tetapi seorang
guru harus mengupgrade dirinya mengenai metode dan model yang
digunakan supaya pembelajaran lebih humoris dan bersahabat. Guru bisa
berperan sebagai sahabat dan pembimbing yang baik untuk peserta didik.
 Guru menjadi pemimpin dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran
dapat mencapai tujuan dan memperoleh pembelajaran bermakna.
 Peserta didik diberikan kesempatan untuk menyampaikan pendapat berupa
saran dan masukan terkait lingkungan belajar yang aman dan nyaman.

Penerapan dalam EMC2 atau Empathy, Compassion, Mindfulness, dan Critical


Inquiry
 Empathy : Mr. Keating sebagai alumni Wilton Academy merasakan
bahwa perlu adanya perubahan dalam pembelajaran yang diterapkan
di sekolah tersebut. Dengan memberikan perubahan pada metode
pembelajaran yaitu pembelajaran yang berpihak pada peserta didik.
 Compassion: Peserta didik menunjukkan kesadaran dalam hal
menyalurkan bakat dan minat yang dimiliki melalui komunitas Dead
Poets Society.
Mindfulness: Mr.Keating memahami apa yangdirasakan oleh peserta

didik selama belajar di Wilton Academy yang tertekekang aturan sekolah.


Namun tetap dalam batasan tanpa membuat Mr. Keating berada dalam
fase burn out. Mr.Keating mengajak peserta didik untuk bebas berekspresi
dengan kegiatan yang positif.
 Critical Inquiry : Mr.Keating memberikan pengalaman dengan belajar
di luar kelas untuk melakukan pengamatan terkait materi yang sedang
dipelajari peserta didik.

o Sekolah Rimba
Film Sekolah Rimba mengajarkan tentang seseorang yang memilih mengajar di
pedalaman hutan daripada bekerja di suatu instansi dimana rekan di tempat
bekerja hanya mengekspose hasil kerja untuk pencitraan di media massa.
Perjuangannya untuk mengajari membaca, menghitung, dan menuliskepada anak
rimba yang terdapat di pedalaman Hutan Taman Nasional Bukit Dua Belas,
Jambi. Pertemuan Butet dengan Bungo, menyadarkan Butet untuk memperluas
wilayah kerjanya ke arah hilir sungai Makekal, tapi keinginannya tidak
mendapatkan persetujuan baik dari tempatnya bekerja, maupun dari kelompok
rakyat Rimba yang masih percaya bahwa belajar calistung (baca, tulis, dan
menghitung) dapat membawa bahaya serta malapetaka bagi mereka. Dalam hal
ini, perjuangan Butet adalah menanamkan rasa percaya kelompok rakyat Rimba
bahwa pendidikan (baca, tulis, dan menghitung) tidak membawa malapetaka bagi
mereka, tetapi dibutuhkan agar tidak diperlakukan secara tidak adil dan tidak di
tindas oleh pihak luar terus-menerus. Hal yang diperoleh dari film Sekolah Rimba
yaitu :

1. Pantang menyerah dalam mengajarkan kebaikan dan mencerdaskan


anak bangsa.
2. Bekerja harus dengan tulus dan ikhlas.
Hubungan EMC2 atau Empathy, Compassion, Mindfulness, dan Critical Inquiry

 Emphaty : Dalam film itu banyak adegan dari kisah ibu guru Butet dimana dia
tidak hanya mengajarkan membaca, menulis dan berhitung. tetapi juga
bersikap, menghargai, dan nilai-nilai dalam kehidupan, tak segan bu guru Butet
menggunakan nada tinggi untuk anak- anak yang tidak mendengarkan, namun
tidak marah. Bahkan guru belajar dari siswanya
 Mindfullness : Tergambar juga dalam film ini bagaimana ibu guru Butet sabar
mengajari anak-anak rimba yang lambat belajar, baik siang maupun tengah
malam. Banyak cara mereka belajar, sambil berjalan-jalan, sambil menggunakan
benda-benda di rimba, sambil bercerita dan lainnya. Guru tidak memaksakan
metode mengajar tertentu atau materi tertentu, tapi menyesuaikan kebutuhan
siswa
 Compassion : Dalam film ini orang luar termasuk ibu guru Butet belajar
bagaimana anak-anak rimba melakukan banyak hal dengan cinta kasih, tulus
membantu, jujur, peduli lingkungan, bisa dikatakan mereka jauh lebih beradab
daripada orang-orang
 Critical Inquiry : Dalam film ini tergambar sekilas betapa sulitnya mengajar
anak-anak rimba, bahkan untuk hal dasar membaca, menulis dan berhitung.
Dengan kegigihannya, anak-anak rimba yang pada dasarnya cerdas ini
akhirnya berhasil juga. Tergambar juga dalam film ini bagaimana ibu guru
Butet sabar mengajari anak-anak rimba yang lambat belajar, baik siang maupun
tengah malam.
Kompetensi Sosial Emosional dalam Film Skala Rimba
 Kesadaran Diri : Dalam film itu banyak adegan dari kisah ibu guru Butet
dimana dia tidak hanya mengajarkan membaca, menulis dan berhitung, tetapi
juga bersikap, menghargai, dan nilai-nilai dalam kehidupan.
 Manajemen Diri : Banyak cara mereka belajar, sambil berjalan-jalan, sambil
menggunakan benda-benda di rimba, sambil bercerita dan lainnya. Guru tidak
memaksakan metode mengajar tertentu atau materi tertentu, tapi menyesuaikan
kebutuhan siswa.
Kesadaran Sosial : Tergambar juga dalam film ini bagaimana ibu guru Butet sabar

mengajari anak-anak rimba yang lambat belajar, baik siang maupun tengah
malam.
 Keterampilan Sosial : Ibu Guru Butet belajar bagaimana anak-anak rimba
melakukan banyak hal dengan cinta kasih, tulus membantu, jujur, dan peduli
lingkungan, bisa dikatakan bahwa mereka lebih beradab daripada orang-orang
luar rimba.
 Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab : Kerjakan apa yang kamu
cintai, cintai apa yang kamu lakukan. Itu lah kira-kira yang dilakukan ibu
guru Butet bertahan di hutan belantara, pergi dan kembali lagi. Rasa cintanya
pada anak-anak rimba membuatnya terus ingin belajar.

4. Apa yang bisa anda pelajari dari kejadian/film tersebut? dan apa hubungannya
dengan pembelajaran sosial emosional? (Dead poet society dan Sekolah Rimba)

Berdasarkan kedua film tersebut mengajarkan kita mengenai pendidikan di sekolah


dengan kondisi dan berbagai permasalahan yang ada disekolah. Adapun pelajaran yang
kita ambil yaitu
1. Sebagai seorang guru harus mengetahui karakter peserta didik yang berbeda
2. Guru harus dapat menjadi inspirasi bagi peserta didiknya agar terus belajar
3. Guru juga harus selalu memberikan motivasi kepada peserta didik untuk
menjadi pribadi yang baik
4. Guru harus memiliki ketrampilan dalam memilih metode pembelajaran yang tepat
agar sesuai dengan karakteristik peserta didik sehingga nantinya pembelajaran
akan lebih bermakna dan peserta didik merasa senang dan gembira saat
pembelajaran berlangsung
5. Apapun yang dikerjakan dengan rasa cinta kasih, tulus membantu, jujur, dan peduli
lingkungan akan menjadikan pekerjaan lebih bermakna dan ringan.
Daftar Rujukan :
Musringati. 2017. Mengembangkan Kemampuan Sosial Emosional Anak Usia Dini
pada Kelompok B melalui Metode Bercerita di TK Al Ikhlas. STKIP Siliwangi
Bandung.
Nurjannah. 2017. Mengembangkan Kecerdasan Sosial Emosional Anak Usia Dini
melalui Keteladanan. Jurnal Bimbingan Konseling dan Dakwah Islam. Vol.14 (1),
hlm. 50-
https://www.salamyogyakarta.com/pembelajaran-dalam-film- dead-poets-society/
https://srilestar13101.wordpress.com/2013/11/25/belajar- jadi-guru-di-sokola-rimba/
https://tirto.id/sinopsis-film-sokola-rimba-untuk-peringati-sumpah-pemuda-2022-
gxKa

Anda mungkin juga menyukai