Anda di halaman 1dari 3

Kelompok 1

1. Nur Aini Karimah 202310631011002


2. Muhammad Nuzulul Muttaqin 202310631011003
3. Revinda Prabandari 202310631011074
4. Muchammad Islam Fudin 202310631011087
5. Rosyida Ahmad 202310631011229
Kelas : 001-Matematika
MK : Pembelajaran Sosial Emosional
Tugas : 02.01.3-T2-4a Ruang Kolaborasi (LK 2.4)

Lembar Kerja 2.4


Diskusikan kondisi atau kasus di bawah ini dalam kelompok (minimal 2 orang – atau sesuai pembagian dalam
kelas)
Silakan diskusikan kondisi berikut:
1. Apa tantangan bagi guru untuk menjadi contoh/teladan khususnya dalam hal sosial-emosional?
Jawaban:
Tantangan bagi guru untuk menjadi contoh atau teladan dalam hal sosial-emosional termasuk:
1) Keterbatasan waktu dan sumber daya untuk memberikan perhatian individual kepada setiap siswa
dalam hal pengembangan keterampilan sosial-emosional.
2) Kebutuhan untuk mengelola dan mengatasi stres pribadi agar dapat memberikan dukungan dan
ketenangan kepada siswa.
3) Penyesuaian dengan kebutuhan dan perbedaan individual siswa dalam hal sosial-emosional.
4) Menjadi model perilaku yang positif dan menyediakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi
perkembangan sosial-emosional siswa.
5) Mengatasi tantangan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa yang memiliki latar
belakang dan pengalaman sosial-emosional yang beragam.

2. Kasus yang ada berkaitan dengan hal di atas berdasarkan pada pengalaman Anda mengamati
proses belajar mengajar yang pernah Anda ikuti!
Jawaban:
Dalam pengalaman saya mengamati proses belajar mengajar, ada beberapa kasus yang relevan dengan
tantangan bagi guru untuk menjadi contoh atau teladan dalam hal sosial-emosional. Misalnya, seorang
guru mungkin memiliki masalah pribadi yang besar di luar kelas, dan hal ini dapat mempengaruhi
kemampuannya untuk memberikan perhatian dan dukungan yang dibutuhkan kepada siswa. Tantangan
yang timbul adalah bagaimana guru tersebut dapat mengelola stres pribadinya agar tidak mempengaruhi
kualitas pengajaran dan interaksi sosial-emosional dengan siswa. Atau, ada siswa yang menunjukkan
perilaku agresif dan tidak terkendali di kelas, dan tantangannya bagi guru adalah menangani situasi
tersebut dengan tenang dan penuh perhatian, sambil memberikan contoh perilaku yang positif kepada
siswa lainnya. Dalam semua kasus ini, tantangan bagi guru adalah bagaimana mereka dapat menjadi
contoh atau teladan yang baik dalam hal sosial-emosional, sambil tetap memperhatikan kesejahteraan
pribadi mereka dan kebutuhan siswa mereka. Diperlukan kesabaran, kebijaksanaan, dan kemampuan
untuk beradaptasi dengan kebutuhan dan situasi yang berubah-ubah.

3. Bagaimana sekolah bisa mendukung pembelajaran sosial-emosional? Apa saja tantangan bagi
sekolah?
Jawaban:
Sekolah dapat mendukung pembelajaran sosial-emosional dengan menyediakan lingkungan yang
mendukung, sumber daya dan program yang relevan, serta peluang pembelajaran yang kontekstual dan
berkelanjutan. Salah satu metode yang efektif adalah melibatkan semua pihak terkait, seperti guru, staf,
orang tua, dan siswa, dalam pelaksanaan ini. Sekolah juga dapat memberikan pelatihan dan dukungan
kepada guru untuk meningkatkan keterampilan sosial-emosional mereka sendiri, sehingga mereka dapat
menjadi teladan dan sumber motivasi bagi siswa.
Beberapa tantangan bagi sekolah dalam mendukung pembelajaran sosial-emosional termasuk
keterbatasan sumber daya dan waktu, kebutuhan untuk mengatasi stigma terhadap isu-isu kesehatan
mental, dan kesulitan dalam menyesuaikan program dan pendekatan dengan kebutuhan individual siswa.
Diperlukan komitmen yang kuat, kolaborasi yang erat dengan berbagai pihak, dan kesadaran akan
berbagai tantangan yang mungkin dihadapi untuk mencapai tujuan pembelajaran sosial-emosional yang
sehat dan berkelanjutan di sekolah.

4. Apakah karakteristik peserta didik bisa mempengaruhi penerapan pembelajaran sosial-


emosional? Jelaskan? Bagaimana menghadapi kendala tersebut?
Jawaban:
Ya, karakteristik peserta didik dapat mempengaruhi penerapan pembelajaran sosial-emosional.
Peserta didik yang memiliki keterampilan sosial-emosional yang baik cenderung lebih menerima dan
merespons positif terhadap program pembelajaran semacam itu, sementara mereka yang mengalami
kesulitan dalam hal ini mungkin memerlukan pendekatan yang lebih individual dan terfokus. Selain itu,
faktor-faktor seperti latar belakang budaya, kesehatan mental, dan pengalaman pribadi juga dapat
mempengaruhi bagaimana siswa menerima dan berpartisipasi dalam pembelajaran sosial-emosional.
Untuk mengatasi kendala tersebut, pendekatan yang inklusif dan diferensiasi dapat diterapkan. Ini
berarti menyediakan berbagai jenis kegiatan dan pendekatan yang memungkinkan setiap siswa untuk
belajar sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Selain itu, penting untuk menciptakan lingkungan
yang aman dan mendukung di sekolah, di mana siswa merasa nyaman untuk berekspresi dan memperoleh
dukungan dari rekan sekelas dan guru. Dalam situasi tertentu, bantuan dari konselor atau psikolog sekolah
juga dapat menjadi bagian dari solusi untuk menangani kendala sosial-emosional yang mungkin dihadapi
oleh peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai