NIM : 230111607278
A. Problem sensing
Permasalahan kekerasan seksusal, bullying, dalam beberapa tahun
terakhir mengalami peningkatan yang signifikan sehingga meninggalkan
dampak traumatik yang sangat dalam kepada remaja khususnya pada
kalangan sekolah menengah. Traumatik yang ditimbulkan berdampak
pada aktivitas perilaku yang muncul seperti depresi, kesedihan, membolos,
berbohong, dan psikosomatis. Oleh sebab itu, dampak dari masalah yang
dihadapi oleh anak dan remaja harus segera diatasi dengan intervensi
yang tepat. Berdasarkan data komisi perlindungan anak Indonesia (KPAI)
pada tahun 2016 merilis bahwa Indonesia saat ini mengalami kondisi
lampu merah kejahatan seksual pada anak maupun remaja dan meningkat
100% dari tahun sebelumnya (kpai.go.id, 28 Juli 2016). Data UNICEF
menunjukkan satu dari 10 anak perempuan di dunia menjadi korban
kejahatan seksual (liputan6.com, 28 Juli 2016).
Dengan adanya layanan bimbingan konseling di sekolah, diharapkan
dapat menyelesaikan dan mengatasi berbagai permasalahan yang
dihadapinya. Bimbingan yang diberikan di sekolah menengah merupakan
bidang khusus dalam keseluruhan pendidikan sekolah, yaitu memberikan
pelayanan yang ditangani oleh para ahli yang telah dipersiapkan untuk itu.
Ciri khas dan pelayanan ini terletak dalam hal memberikan bantuan mental
atau psikologis kepada siswa dalam membulatkan perkembangannya.
Tujuan dari pemberian bimbingan ialah agar setiap siswa berkembang
sejauh mungkin dan mengambil manfaat sebanyak mungkin dan
pengalamannya di sekolah. Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah
menengah merupakan usaha membantu peserta didik dalam
pengembangan kehidupan probadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar,
serta perencanaan dan pengembangan karir. Pelayanan bimbingan dan
konseling memfasilitasi pengembangan peserta didik, secara individual,
kelompok dan / atau klasikal sesuai dengan kebutuhan , potensi, bakat,
minat, perkembangan, kondisi, serta peluang-peluang yang dimiliki.
Pelayanan ini juga membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta
masalah yang dihadapi peserta didik. Di sekolah sangat mungkin
ditemukan siswa yang bermasalah, dengan menunjukkan berbagai gejala
kenakalan yang merentang dari kategori ringan sampai berat, siswa-siswi
di tingkat SMA, tergolong kelompok remaja. Hal tersebut dapat dilihat
dengan memperhatikan ciri-ciri perkembangan fisik maupun psikologis
pada anak remaja yang berada dalam masa periode “sturn und drang”
(kegoncangan) atau masa labil akibat proses transisi dari periode kanak-
kanak ke usia dewasa.
C. Problem posing
Berdasarkan tinjauan beberapa persoalan yang ada diatas,
maka dapat diidentifikasi bahwa permasalahan sebagai berikut ;
1. Peserta didik di beberapa lingkungan sekolah masih ada
yang terlambat.
2. Masih sering ditemukan siswa berpenampilan tidak rapi dan
tidak menggunakan pakaian seragam yang sudah ditetapkan
berdasarkan aturan sekolah.
3. Masih banyak siswa yang bermain hp saat guru menjelaskan
materi pelajaran.
4. Hingga saat ini masih ditemukan beberapa siswa yang
merokok dibelakang kelas.
D. Problem solving
Dalam problem solving, penting untuk diingat bahwa setiap
peserta didik memiliki kebutuhan dan situasi yang unik, sehingga
pendekatan yang efektif mungkin bervariasi untuk setiap individu.
Pemecahan masalah (problem solving) merupakan bagian dari
ketrampilan atau kecakapan intelektual yang dinilai sebagai hasil
belajar yang penting dan signifikan dalam proses pendidikan. Sebagai
konselor, membangun hubungan yang kuat dan saling percaya dengan
peserta didik dapat menjadi kunci keberhasilan dalam membantu
mereka mengatasi keterlambatan.
1. Mengatasi peserta didik yang terlambat dapat melibatkan
berbagai strategi dan pendekatan. Beberapa cara yang dapat
dilakukan oleh seorang konselor pemahaman Terhadap
Alasan Keterlambatan : Lakukan wawancara dengan peserta
didik untuk memahami alasan di balik keterlambatan
mereka. Beberapa peserta didik mungkin menghadapi
masalah pribadi atau keluarga yang memengaruhi
keterlambatan mereka. Selanjutnya juga dapat dengan
menerapkan pemantauan terus-menerus terhadap kemajuan
peserta didik setelah menerapkan rencana aksi. Evaluasi
secara berkala dan memberikan umpan balik konstruktif
dapat membantu mereka tetap fokus pada perbaikan.
2. Lalu untuk kasus yang kedua terdapat pula beberapa solusi
yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah. Kita
sebagai calon konselor, ada beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk mengatasi siswa berpenampilan tidak rapi.
Pertama, konselor dapat memberikan layanan dan arahan
kepada siswa agar selalu berpakaian rapi dan menjaga tata
tertib berpakaian di sekolah. Kedua, konselor dapat bekerja
sama dengan guru dan wali kelas untuk memberikan teguran
secara langsung kepada siswa yang tidak berpakaian rapi.
Lalu, untuk mengapresiasi atau jika siswa tersebut sudah
ada perubahan, konselor dapat memberikan pujian kepada
siswa yang berperilaku baik untuk membuat mereka merasa
dihargai dan diperhatikan oleh orang lain