A. Pengertian Bimbingan dan Konseling Anak Usia Dini (AUD)
Menurut M. Surya, (1988: 12) bimbingan adalah suatu proses atau layanan bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungannya. Bimbingan adalah proses pemberian bantuan secara sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar mampu memahami dirinya (self understanding), menerima dirinya (self acceptance), dan mengarahkan dirinya (self direction) sesuai dengan potensi dan kemampuan dalam penyesuaian diri dengan lingkungan, baik keluarga, sekolah maupun masyarakat. Sedangkan konseling menurut Shertzer dan Stone dalam Fundamentals of Guidance (1981) (Yusuf, 2009). Dengan demikian bimbingan dan konseling mempunyai pengertian sebagai bantuan yang diberikan seseorang kepada orang lain (klien) dengan harapan klien memahami dirinya, mengarahkan dirinya sesuai dengan kemampuan dan potensinya sehingga mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Lembaga pendidikan bertugas mendampingi peserta didik untuk menyelesaikan tugas untuk mengembangkan dirinya. Oleh karena itu, bimbingan dan konseling merupakan unit yang seharusnya ada disetiap lembaga pendidikan. Anak usia dini adalah anak yang sedang dalam proses perkembangan, baik perkembangan fisik-motorik, kognitif, social-emosional maupun bahasa. Berdasarkan pengertian bimbingan dan konseling diatas, maka bimbingan dan konseling pada anak usia dini dapat diartikan sebagai upaya bantuan yang dilakukan guru/pendamping tarhadap anak usia dini agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal serta mampu mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapinya. Setiap anak memiliki karakteristik sendiri-sendiri, dan memiliki perkembangan yang berbeda-beda baik secara kualitas maupun tempo perkembangannya. Dalam proses perkembangan ada kalanya anak mengalami berbagai permasalahan yang akan menghambat perkembangannya. Dan agar dapat berkembang secara optimal anak usia dini perlu dibantu untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya. Anak perlu difasilitasi agar dapat tumbuh dan berkembang optimal. Salah satu layanan yang perlu dilaksanakan dalam membantu perkembangan anak adalah kegiatan bimbingan dan konseling. Oleh karena itu, di lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan. Bimbingan dan konseling dilembaga PAUD salah satunya dilakukan untuk mengidentifikasi bakat, minat, dan potensi anak didik. Setiap anak memiliki ciri khas yang unik dimana setiap anak memiliki bakat, minat dan kecenderungan yang berbeda- beda. Perbedaan ini perlu mendapat perhatian lembaga untuk memberikan bantuan sesuai dengan keunikan masing-masing. 1) Prinsip prinsip Bimbingan dan Konseling untuk Anak Usia Dini
Prinsip prinsip bimbingan dan konseling untuk anak usia dini ,
antara lain :
1. Bimbingan diperlukan bagi semua individu (guidance is off all
individuals). Prinsip ini berarti bahwa bimbingan di berikan kepada semua individu atau peserta didik, baik yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah, baik laki-laki maupun perempuan, baik anak-anak, remaja maupun dewasa. 2. Bimbingan bersifat individualisasi. Setiap individu bersifat unik (berbeda satu sama lainnya), dan melalui bimbingan individu dibantu untuk memaksimalkan perkembangan keunikan tersebut. 3. Bimbingan merupakan usaha bersama. Bimbingan bukan hanya tugas atau tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guru-guru dan kepala sekolah. 4. Bimbingan berlangsung dalam berbagi setting (Adegan) kehidupan. Pemberian layanan bimbingan tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga di lingkungan keluarga, perusahaan/industri, lembaga-lembaga pemerintah/swasta, dan masyarakat pada umumnya. 2) Fungsi Bimbingan dan Konseling untuk Anak Usia Dini 1. Fungsi pemahaman 2. Fungsi pencegahan 3. Fungsi perbaikan 4. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan 3) Ciri Bimbingan dan Konseling untuk Anak Usia Dini Ada beberapa ciri bimbingan dan konseling bagi anak usia dini yang dapat dijadikan rujukan bagi guru atau pendamping, yaitu : 1. proses bimbingan dan konseling harus disesuaikan dengan pola pikir dan pemahaman anak. 2. pelakasanaan bimbingan terintegrasi dengan pembelajaran. 3. waktu pelaksanaan bimbingan sangat terbatas. 4. pelaksanaan bimbingan dilaksanakan dalam nuansa bermain. 5. adanya keterlibatan teman sebaya. 6. adanya keterlibatan orang tua. 4) Ruang Lingkup Bimbingan untuk Anak Usia Dini Ruang lingkup bimbingan untuk anak usia dini , antara lain : 1. bimbingan pribadi dan sosial. 2. bimbingan belajar. 3. bimbingan karir. 5) Ruang Lingkup Konseling untuk Anak Usia Dini Ruang lingkup konseling untuk anak usia dini , antara lain : 1. layanan pengumpulan data. 2. layanan informasi. 3. layanan konseling. 4. layanan penempatan. 5. layanan evaluasi dan tindak lanjut. B. Persamaan dan Perbedaan Bimbingan dan Konseling Anak Usia Dini, Sekolah Dasar dan Menengah. Bimbingan dan Konseling di PAUD 1. Masalah-masalah peserta didik di PAUD/TK Stabilisasi perkembangan kognitif peserta didik peserta didik dikatakan bermasalah jika mereka mengalami ketidak sesuaian antara harapan dengan kenyataan yang diinginkannya, tidak terpenuhinya kebutuhannya serta merasa ada sesuatu hal yang tidak mengenakan pada dirinya. Jenis-jenis maslah pada PAUD /TK. 1) Pola pikir anak (aspek kognitif). Perilaku bermasalah pada aspek kognitif, yaitu : a. berpikir irasional. b. pikiran negative. c. tidak mau belajar. d. malas masuk sekolah. e. sulit menghapal kata dan nama benda. f. tidak memperhatikan pelajaran. g. terlambat berpikir. h. pelupa. i. rasa ingin tahunya rendah, suka menyalahkan orang lain dan menganggap dirinya paling benar. 2) Masalah fisik motorik : a. tanganya kidal. b. berjalan pincang, buta,tuli,dan bisu. c. terlalu gemuk. d. berambut keriting. 3) Sosio emosional : a. pendiam, pemalu, minder. b. egois. c. menolak realitas (suka membuat kegaduan). d. bersikap kaku. e. sulit berteman, membenci guru tertentu. 2. Model-model Pendekatan Bimbingan dan Konseling di tingkat PAUD. Pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam layanan bimbingan. Menurut Muro & Kottman (1995). ada empat pendekatan yang dapat dirumuskan sebagai suatu pendekatan dalam bimbingan, yaitu pendekatan krisis, remedial, preventif dan perkembangan. 1) Dalam pendekatan krisis layanan bimbingan dilakukan bilamana ditemukan adanya suatu masalah yang krisis yang harus segera ditanggulangi, dan guru atau pembimbing bertindak membantu anak yang menghadapi masalah tersebut untuk menyelesaikannya. Teknik yang digunakan dalam pendekatan ini adalah teknik-teknik yang secara pasti dapat mengatasi krisis tersebut. Contoh : seorang anak menangis ketika anak bermain di luar kelas karena tangannya berdarah dilempar batu oleh teman sebayanya. Guru atau pembimbing yang menggunakan pendekatan krisis akan meminta anak untuk membicarakan penyelesaian masalahnya dengan teman yang telah melukainya. 2) Dalam pendekatan remedial, guru atau pembimbing akan memfokuskan bantuannya kepada upaya penyembuhan atau perbaikan terhadap kelemahan-kelemahan yang ditampakkan anak. Tujuan bantuan dari pendekatan ini adalah untuk menghindarkan terjadinya krisis yang mungkin dapat terjadi. Berbagai strategi dapat digunakan untuk membantu anak, seperti mengajarkan kepada anak keterampilan belajar, keterampilan bersosial dan sejenisnya yang belum dimiliki anak sebelumnya. 3) Pendekatan preventif merupakan pendekatan yang mencoba mengantisipasi masalah-masalah yang mungkin akan muncul pada anak dan mencegah terjadinya masalah tersebut. Masalah- masalah pada anak taman kanak-kanak dapat berupa perkelahian, pencurian, merusak, menyerang dan sebagainya. Pendekatan preventif didasarkan pemikiran bahwa jika guru atau pembimbing dapat membantu anak untuk menyadari bahaya dari berbagai aktivitas itu. Pendekatan preventif ini dapat dilakukan dengan cara menyampaikan informasi kepada anak tentang akibat dari suatu tindakan tertentu. 4) Pendekatan perkembangan merupakan pendekatan yang lebih mutakhir dan proaktif, dibandingkan dengan ketiga pendekatan di atas. Dalam pendekatan perkembangan, kebutuhan akan layanan bimbingan di taman kanak-kanak/PAUD muncul dari karakteristik dan permasalahan perkembangan anak didik, baik permasalahan yang berkenaan dengan perkembangan fisik motorik, kognitif, sosial, emosi, maupun bahasa. Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar 1. Masalah-masalah peserta didik di Sekolah Dasar Jenis-jenis masalah yang dialami murid sekolah dasar bisa bermacam-macam. Prayitno, (1997) menyusun serangkaian masalah murid di sekolah dasar. Masalah itu diklarifikasikan atas: 1) masalah perkembangan jasmani dan kesehatan 2) masalah keluarga 3) masalah-masalah psikologis 4) masalah-masalah sosial 5) masalah kesulitan dalam belajar 6) masalah motivasi dan pendidikan pada umumnya. 2. Model-model Pendekatan Bimbingan dan Konseling di Tingkat Sekolah Dasar. Myrick yang diperjelas kembali oleh Sunaryo Kartadinata (1992) mengemukakan empat pendekatan dapat dirumuskan sebagai pendekatan dalam bimbingan, yaitu : 1) pendekatan krisis, dalam pendekatan krisis pembimbing menunggu munculnya suatu krisis dan dia bertindak membantu seseorang yang menghadapi krisis itu. 2) pendekatan remedial, di dalam pendekatan remedial guru akan memfokuskan bantuannya kepada upaya menyembuhkan atau memperbaiki kelemahan-kelemahan yang nampak. 3) pendekatan preventif, mencoba mengantisipasi masalah- masalah generik dan mencegah terjadinya masalah itu. 4) pendekatan perkembangan, pembimbing yang menggunakan pendekatan ini beranjak dari pemahaman tentang keterampilan dan pengalaman khusus yang dibutuhkan siswa untuk mencapai keberhasilan di sekolah dan di dalam kehidupan. Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah. 1. Masalah-masalah peserta didik di Sekolah Menengah 1) masalah yang dihadapi dalam belajar a. faktor keluarga b. faktor lingkungan c. lingkungan pergaulan remaja d. perkembangan fisik dan psikis remaja e. perkembangan fisik, perkembangan fisik adalah perubahan yang berlangsung secara fisik dan merupakan gejala primer dalam pertumbuahn remaja. Berkaitan dengan perkembangan fisik anak remaja, yang terpenting adalah aspek seksualitas. Aspek seksualitas dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu: a) perubahan seks primer yang dimaksud dengan perubahan seks primer adalah perubahan fisik yang berhubungan langsung dengan alat-alat (organ) reproduksi. Dalam perkembangannya remaja pria mengalami pertumbuhan pesat pada organ testis yaitu pembuluh yang memproduksi sperma dan kelenjar prostat. Kematangan organ-organ seksualitas ini memungkinkan remaja pria mengalami pulosio (mimpi basah), keluar sperma. Sementara pada remaja putri terjadi pertumbuhan pesat pada ovarium (kandung telur) yang memproduksi sel telur (ovum) dan hormon untuk kehamilan. Akibatnya terjadi siklus menarche (menstruasi pertama). b) perkembangan seks sekunder, perubahan seks sekunder adalah perubahan tanda-tanda jasmaniah yang tidak langsung berhubungan dengan alat reproduksi. Karakteristik seks sekunder pada remaja pria adalah perubahan bentuk tubuh yang lebih jantan seperti bertambah lebarnya bagian bahu. Suara lebih besar, tumbuh rambut pada daerah kelamin, kaki, ketiak, kumis dan jenggot. Karakteristik perubahan fisik seks sekunder remaja putri berupa bertambahnya jaringan ikat dibawah kulit yang berupa lemak terutama pada dada, pantat, paha dan lengan atas. hal ini akan membentuk tubuh remaja putri menjadi lebih wanita (feminim). 2. Model-model Pendekatan Bimbingan dan Konseling di Tingkat Sekolah Dasar. 1) Pendekatan krisis, yaitu pemberian layanan bimbingan dan konseling yang didasarkan adanya krisis yang dialami oleh konseli. Tujuannya untuk membantu peserta didik dalam mengatasi krisis atau masalah yang dihadapi/dialami oleh konseli. 2) Pendekatan remedial yaitu membantu mengatasi kelemahan- kelemahan yang dimiliki peserta didik dan berupaya pemberian remidi terhadap kelemahan-kelemahan tersebut, Tujuannya untuk memperbaiki kesulitan-kesulitan yang dialami peserta didik dalam bidang tertentu agar terhindar dari krisis. 3) Pendekatan preventif, yaitu pemberian layanan bimbingan dan konseling yang menekankan pada pencegahan terjadinya masalah-masalah yang mungkin dialami oleh konseli. Tujuannya mengantisipasi/mencegah masalah-masalah umum yang mungkin dialami peserta didik dan mencoba mencegah masalah tersebut agar jangan sampai terjadi. 4) Pendekatan perkembangan, yaitu pemberian layanan bimbingan dan konseling yang menekankan pada identifikasi pengetahuan, ketrampilan, sikap dan pengalaman yang diperlukan konseli agar berhasil dalam kehidupan akademik, pribadi social dan karirnya. Tujuannya adalah membantu peserta didik dalam mengembangkan kemampuan/ potensi yang dimiliki dengan memberikan kesempatan yang seluas- luasnya untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman yang diperlukan dalam kehidupanya. C. Kesimpulan. Dari penjelasan materi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa : 1. bimbingan dan konseling pada anak usia dini adalah upaya pemberian bantuan yang dilakukan oleh guru/pendamping tarhadap anak usia dini agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal serta mampu mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapinya. 2. pelaksanaan bimbingan dan konseling pada anak usia dini mempunyai perbedaan antara pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah dasar dan menengah yaitu, pada saat pemberian layanan seharusnya terlebih dahulu konselor melihat apa saja masalah-masalah yang terjadi pada anak tersebut sesuai dengan tugas perkembangannya kemudian, perbedaan berikutnya ialah terletak pada model-model pendekatan bimbingan dan konseling. Pendekatan yang diberikan haruslah sesuai dengan tingkatan perkembangan anak sehingga, melalui program pelayanan bimbingan dan konseling anak usia dini konselor dapat berdiskusi dengan orang tua dalam menghadapi dan menyelesaikan permasalahan anak, serta konselor dapat bekerja sama dengan guru PAUD dalam rangka memberikan permainan yang dapat mengembangkan kemampuan kognitif, social, spiritual, motorik dan psikomotorik anak. D. Daftar Rujukan Mariati, Tia. 2012. Pentingnya BK di SD Diambil dari http://trisnawati962.blogspot.co.id/2012/12/pendidikan-anak-usia- dini.html (diakses pada 18 September 2017) Yusuf, Syamsu. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : Rosdakarya. Hikmawati, Nimah. 2011. Analisis Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Laboratorium PAUD Inklusi Fakultas Psikologi UGM Yogyakarta. Tesis. Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. (Online) Diambil dari http://digilib.uin- suka.ac.id/6828/1/BAB%20I%2C%20IV.pdf (diakses pada 18 September 2017) Muro, James J & Kottman, Terry. (1995). Guidance and Counseling In The Elementary and Middle School : A Practical Approaches. USA : Wm. C Brown Communication, Inc. Ichy, Sismita. 2014. Bimbingan dan Konseling Anak Usia Dini. Diambil dari http://siswita12132034.blogspot.co.id/2014/06/bimbingan-dan- konseling-anak-usia-dini.html (diakses pada 18 september 2017). Erman Amti, Prayitno. 1997. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Depdikbud. Kartadinata, Sunaryo. l992. Identifikasi Kebutuhan dan Masalah Perkembangan Murid Sekolah Dasar dan Implikasinya bagi Layanan Bimbingan, IKIP Bandung, Laporan Penelitian Surya, M. 1988. Dasar-dasar Penyuluhan (Konseling). Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti PPLPTK Syaodih, E. 2004. Bimbingan di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional