Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KELOMPOK

BIMBINGAN DAN KONSELING DI PAUD

KONSEP DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING DI PAUD

Di Susun Oleh:

Ismi Dwi Saskiah A 501 15 040

Riskayanti Rukmana A 501 15 022

Nur Fatmi Labinta A 501 15 026

Jumiati A 501 15 018

Andini Riskita A 501 15 116

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2017
KONSEP DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING DI PAUD

A. Pengertian Bimbingan dan Konseling Anak Usia Dini (AUD)


Menurut M. Surya, (1988: 12) bimbingan adalah suatu proses atau
layanan bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada
yang dibimbing agar tercapai perkembangan yang optimal dan penyesuaian
diri dengan lingkungannya.
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan secara sistematis kepada
individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar mampu
memahami dirinya (self understanding), menerima dirinya (self acceptance),
dan mengarahkan dirinya (self direction) sesuai dengan potensi dan
kemampuan dalam penyesuaian diri dengan lingkungan, baik keluarga,
sekolah maupun masyarakat.
Sedangkan konseling menurut Shertzer dan Stone dalam
Fundamentals of Guidance (1981) (Yusuf, 2009). Dengan demikian
bimbingan dan konseling mempunyai pengertian sebagai bantuan yang
diberikan seseorang kepada orang lain (klien) dengan harapan klien
memahami dirinya, mengarahkan dirinya sesuai dengan kemampuan dan
potensinya sehingga mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan keluarga,
sekolah maupun masyarakat. Lembaga pendidikan bertugas mendampingi
peserta didik untuk menyelesaikan tugas untuk mengembangkan dirinya. Oleh
karena itu, bimbingan dan konseling merupakan unit yang seharusnya ada
disetiap lembaga pendidikan.
Anak usia dini adalah anak yang sedang dalam proses perkembangan,
baik perkembangan fisik-motorik, kognitif, social-emosional maupun bahasa.
Berdasarkan pengertian bimbingan dan konseling diatas, maka
bimbingan dan konseling pada anak usia dini dapat diartikan sebagai upaya
bantuan yang dilakukan guru/pendamping tarhadap anak usia dini agar anak
dapat tumbuh dan berkembang secara optimal serta mampu mengatasi
permasalahan-permasalahan yang dihadapinya.
Setiap anak memiliki karakteristik sendiri-sendiri, dan memiliki
perkembangan yang berbeda-beda baik secara kualitas maupun tempo
perkembangannya. Dalam proses perkembangan ada kalanya anak mengalami
berbagai permasalahan yang akan menghambat perkembangannya. Dan agar
dapat berkembang secara optimal anak usia dini perlu dibantu untuk
mengatasi permasalahan yang dihadapinya. Anak perlu difasilitasi agar dapat
tumbuh dan berkembang optimal. Salah satu layanan yang perlu dilaksanakan
dalam membantu perkembangan anak adalah kegiatan bimbingan dan
konseling. Oleh karena itu, di lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD),
bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan. Bimbingan dan konseling
dilembaga PAUD salah satunya dilakukan untuk mengidentifikasi bakat,
minat, dan potensi anak didik. Setiap anak memiliki ciri khas yang unik
dimana setiap anak memiliki bakat, minat dan kecenderungan yang berbeda-
beda. Perbedaan ini perlu mendapat perhatian lembaga untuk memberikan
bantuan sesuai dengan keunikan masing-masing.
1) Prinsip prinsip Bimbingan dan Konseling untuk Anak Usia Dini

Prinsip prinsip bimbingan dan konseling untuk anak usia dini ,


antara lain :

1. Bimbingan diperlukan bagi semua individu (guidance is off all


individuals). Prinsip ini berarti bahwa bimbingan di berikan
kepada semua individu atau peserta didik, baik yang tidak
bermasalah maupun yang bermasalah, baik laki-laki maupun
perempuan, baik anak-anak, remaja maupun dewasa.
2. Bimbingan bersifat individualisasi. Setiap individu bersifat unik
(berbeda satu sama lainnya), dan melalui bimbingan individu
dibantu untuk memaksimalkan perkembangan keunikan tersebut.
3. Bimbingan merupakan usaha bersama. Bimbingan bukan hanya
tugas atau tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guru-guru
dan kepala sekolah.
4. Bimbingan berlangsung dalam berbagi setting (Adegan)
kehidupan. Pemberian layanan bimbingan tidak hanya berlangsung
di sekolah, tetapi juga di lingkungan keluarga, perusahaan/industri,
lembaga-lembaga pemerintah/swasta, dan masyarakat pada
umumnya.
2) Fungsi Bimbingan dan Konseling untuk Anak Usia Dini
1. Fungsi pemahaman
2. Fungsi pencegahan
3. Fungsi perbaikan
4. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan
3) Ciri Bimbingan dan Konseling untuk Anak Usia Dini
Ada beberapa ciri bimbingan dan konseling bagi anak usia dini
yang dapat dijadikan rujukan bagi guru atau pendamping, yaitu :
1. proses bimbingan dan konseling harus disesuaikan dengan pola
pikir dan pemahaman anak.
2. pelakasanaan bimbingan terintegrasi dengan pembelajaran.
3. waktu pelaksanaan bimbingan sangat terbatas.
4. pelaksanaan bimbingan dilaksanakan dalam nuansa bermain.
5. adanya keterlibatan teman sebaya.
6. adanya keterlibatan orang tua.
4) Ruang Lingkup Bimbingan untuk Anak Usia Dini
Ruang lingkup bimbingan untuk anak usia dini , antara lain :
1. bimbingan pribadi dan sosial.
2. bimbingan belajar.
3. bimbingan karir.
5) Ruang Lingkup Konseling untuk Anak Usia Dini
Ruang lingkup konseling untuk anak usia dini , antara lain :
1. layanan pengumpulan data.
2. layanan informasi.
3. layanan konseling.
4. layanan penempatan.
5. layanan evaluasi dan tindak lanjut.
B. Persamaan dan Perbedaan Bimbingan dan Konseling Anak Usia Dini,
Sekolah Dasar dan Menengah.
Bimbingan dan Konseling di PAUD
1. Masalah-masalah peserta didik di PAUD/TK
Stabilisasi perkembangan kognitif peserta didik peserta didik
dikatakan bermasalah jika mereka mengalami ketidak sesuaian antara
harapan dengan kenyataan yang diinginkannya, tidak terpenuhinya
kebutuhannya serta merasa ada sesuatu hal yang tidak mengenakan
pada dirinya. Jenis-jenis maslah pada PAUD /TK.
1) Pola pikir anak (aspek kognitif). Perilaku bermasalah pada
aspek kognitif, yaitu :
a. berpikir irasional.
b. pikiran negative.
c. tidak mau belajar.
d. malas masuk sekolah.
e. sulit menghapal kata dan nama benda.
f. tidak memperhatikan pelajaran.
g. terlambat berpikir.
h. pelupa.
i. rasa ingin tahunya rendah, suka menyalahkan orang lain
dan menganggap dirinya paling benar.
2) Masalah fisik motorik :
a. tanganya kidal.
b. berjalan pincang, buta,tuli,dan bisu.
c. terlalu gemuk.
d. berambut keriting.
3) Sosio emosional :
a. pendiam, pemalu, minder.
b. egois.
c. menolak realitas (suka membuat kegaduan).
d. bersikap kaku.
e. sulit berteman, membenci guru tertentu.
2. Model-model Pendekatan Bimbingan dan Konseling di tingkat PAUD.
Pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam layanan bimbingan.
Menurut Muro & Kottman (1995). ada empat pendekatan yang dapat
dirumuskan sebagai suatu pendekatan dalam bimbingan, yaitu
pendekatan krisis, remedial, preventif dan perkembangan.
1) Dalam pendekatan krisis layanan bimbingan dilakukan
bilamana ditemukan adanya suatu masalah yang krisis yang
harus segera ditanggulangi, dan guru atau pembimbing
bertindak membantu anak yang menghadapi masalah tersebut
untuk menyelesaikannya. Teknik yang digunakan dalam
pendekatan ini adalah teknik-teknik yang secara pasti dapat
mengatasi krisis tersebut. Contoh : seorang anak menangis
ketika anak bermain di luar kelas karena tangannya berdarah
dilempar batu oleh teman sebayanya. Guru atau pembimbing
yang menggunakan pendekatan krisis akan meminta anak
untuk membicarakan penyelesaian masalahnya dengan teman
yang telah melukainya.
2) Dalam pendekatan remedial, guru atau pembimbing akan
memfokuskan bantuannya kepada upaya penyembuhan atau
perbaikan terhadap kelemahan-kelemahan yang ditampakkan
anak. Tujuan bantuan dari pendekatan ini adalah untuk
menghindarkan terjadinya krisis yang mungkin dapat terjadi.
Berbagai strategi dapat digunakan untuk membantu anak,
seperti mengajarkan kepada anak keterampilan belajar,
keterampilan bersosial dan sejenisnya yang belum dimiliki
anak sebelumnya.
3) Pendekatan preventif merupakan pendekatan yang mencoba
mengantisipasi masalah-masalah yang mungkin akan muncul
pada anak dan mencegah terjadinya masalah tersebut. Masalah-
masalah pada anak taman kanak-kanak dapat berupa
perkelahian, pencurian, merusak, menyerang dan sebagainya.
Pendekatan preventif didasarkan pemikiran bahwa jika guru
atau pembimbing dapat membantu anak untuk menyadari
bahaya dari berbagai aktivitas itu. Pendekatan preventif ini
dapat dilakukan dengan cara menyampaikan informasi kepada
anak tentang akibat dari suatu tindakan tertentu.
4) Pendekatan perkembangan merupakan pendekatan yang lebih
mutakhir dan proaktif, dibandingkan dengan ketiga pendekatan
di atas. Dalam pendekatan perkembangan, kebutuhan akan
layanan bimbingan di taman kanak-kanak/PAUD muncul dari
karakteristik dan permasalahan perkembangan anak didik, baik
permasalahan yang berkenaan dengan perkembangan fisik
motorik, kognitif, sosial, emosi, maupun bahasa.
Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar
1. Masalah-masalah peserta didik di Sekolah Dasar
Jenis-jenis masalah yang dialami murid sekolah dasar bisa
bermacam-macam. Prayitno, (1997) menyusun serangkaian masalah
murid di sekolah dasar. Masalah itu diklarifikasikan atas:
1) masalah perkembangan jasmani dan kesehatan
2) masalah keluarga
3) masalah-masalah psikologis
4) masalah-masalah sosial
5) masalah kesulitan dalam belajar
6) masalah motivasi dan pendidikan pada umumnya.
2. Model-model Pendekatan Bimbingan dan Konseling di Tingkat
Sekolah Dasar.
Myrick yang diperjelas kembali oleh Sunaryo Kartadinata (1992)
mengemukakan empat pendekatan dapat dirumuskan sebagai
pendekatan dalam bimbingan, yaitu :
1) pendekatan krisis, dalam pendekatan krisis pembimbing
menunggu munculnya suatu krisis dan dia bertindak
membantu seseorang yang menghadapi krisis itu.
2) pendekatan remedial, di dalam pendekatan remedial guru akan
memfokuskan bantuannya kepada upaya menyembuhkan atau
memperbaiki kelemahan-kelemahan yang nampak.
3) pendekatan preventif, mencoba mengantisipasi masalah-
masalah generik dan mencegah terjadinya masalah itu.
4) pendekatan perkembangan, pembimbing yang menggunakan
pendekatan ini beranjak dari pemahaman tentang keterampilan
dan pengalaman khusus yang dibutuhkan siswa untuk
mencapai keberhasilan di sekolah dan di dalam kehidupan.
Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah.
1. Masalah-masalah peserta didik di Sekolah Menengah
1) masalah yang dihadapi dalam belajar
a. faktor keluarga
b. faktor lingkungan
c. lingkungan pergaulan remaja
d. perkembangan fisik dan psikis remaja
e. perkembangan fisik, perkembangan fisik adalah perubahan
yang berlangsung secara fisik dan merupakan gejala primer
dalam pertumbuahn remaja. Berkaitan dengan
perkembangan fisik anak remaja, yang terpenting adalah
aspek seksualitas. Aspek seksualitas dapat dibagi menjadi
dua bagian yaitu:
a) perubahan seks primer yang dimaksud dengan
perubahan seks primer adalah perubahan fisik yang
berhubungan langsung dengan alat-alat (organ)
reproduksi. Dalam perkembangannya remaja pria
mengalami pertumbuhan pesat pada organ testis
yaitu pembuluh yang memproduksi sperma dan
kelenjar prostat. Kematangan organ-organ
seksualitas ini memungkinkan remaja pria
mengalami pulosio (mimpi basah), keluar sperma.
Sementara pada remaja putri terjadi pertumbuhan
pesat pada ovarium (kandung telur) yang
memproduksi sel telur (ovum) dan hormon untuk
kehamilan. Akibatnya terjadi siklus menarche
(menstruasi pertama).
b) perkembangan seks sekunder, perubahan seks
sekunder adalah perubahan tanda-tanda jasmaniah
yang tidak langsung berhubungan dengan alat
reproduksi. Karakteristik seks sekunder pada
remaja pria adalah perubahan bentuk tubuh yang
lebih jantan seperti bertambah lebarnya bagian
bahu. Suara lebih besar, tumbuh rambut pada
daerah kelamin, kaki, ketiak, kumis dan jenggot.
Karakteristik perubahan fisik seks sekunder remaja
putri berupa bertambahnya jaringan ikat dibawah
kulit yang berupa lemak terutama pada dada,
pantat, paha dan lengan atas. hal ini akan
membentuk tubuh remaja putri menjadi lebih
wanita (feminim).
2. Model-model Pendekatan Bimbingan dan Konseling di Tingkat
Sekolah Dasar.
1) Pendekatan krisis, yaitu pemberian layanan bimbingan dan
konseling yang didasarkan adanya krisis yang dialami oleh
konseli. Tujuannya untuk membantu peserta didik dalam
mengatasi krisis atau masalah yang dihadapi/dialami oleh
konseli.
2) Pendekatan remedial yaitu membantu mengatasi kelemahan-
kelemahan yang dimiliki peserta didik dan berupaya pemberian
remidi terhadap kelemahan-kelemahan tersebut, Tujuannya
untuk memperbaiki kesulitan-kesulitan yang dialami peserta
didik dalam bidang tertentu agar terhindar dari krisis.
3) Pendekatan preventif, yaitu pemberian layanan bimbingan dan
konseling yang menekankan pada pencegahan terjadinya
masalah-masalah yang mungkin dialami oleh konseli.
Tujuannya mengantisipasi/mencegah masalah-masalah umum
yang mungkin dialami peserta didik dan mencoba mencegah
masalah tersebut agar jangan sampai terjadi.
4) Pendekatan perkembangan, yaitu pemberian layanan
bimbingan dan konseling yang menekankan pada identifikasi
pengetahuan, ketrampilan, sikap dan pengalaman yang
diperlukan konseli agar berhasil dalam kehidupan akademik,
pribadi social dan karirnya. Tujuannya adalah membantu
peserta didik dalam mengembangkan kemampuan/ potensi
yang dimiliki dengan memberikan kesempatan yang seluas-
luasnya untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan
pengalaman yang diperlukan dalam kehidupanya.
C. Kesimpulan.
Dari penjelasan materi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. bimbingan dan konseling pada anak usia dini adalah upaya pemberian bantuan
yang dilakukan oleh guru/pendamping tarhadap anak usia dini agar anak dapat
tumbuh dan berkembang secara optimal serta mampu mengatasi
permasalahan-permasalahan yang dihadapinya.
2. pelaksanaan bimbingan dan konseling pada anak usia dini mempunyai
perbedaan antara pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah dasar dan
menengah yaitu, pada saat pemberian layanan seharusnya terlebih dahulu
konselor melihat apa saja masalah-masalah yang terjadi pada anak tersebut
sesuai dengan tugas perkembangannya kemudian, perbedaan berikutnya ialah
terletak pada model-model pendekatan bimbingan dan konseling. Pendekatan
yang diberikan haruslah sesuai dengan tingkatan perkembangan anak
sehingga, melalui program pelayanan bimbingan dan konseling anak usia dini
konselor dapat berdiskusi dengan orang tua dalam menghadapi dan
menyelesaikan permasalahan anak, serta konselor dapat bekerja sama dengan
guru PAUD dalam rangka memberikan permainan yang dapat
mengembangkan kemampuan kognitif, social, spiritual, motorik dan
psikomotorik anak.
D. Daftar Rujukan
Mariati, Tia. 2012. Pentingnya BK di SD Diambil dari
http://trisnawati962.blogspot.co.id/2012/12/pendidikan-anak-usia-
dini.html (diakses pada 18 September 2017)
Yusuf, Syamsu. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung :
Rosdakarya.
Hikmawati, Nimah. 2011. Analisis Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling
di Laboratorium PAUD Inklusi Fakultas Psikologi UGM Yogyakarta.
Tesis. Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
(Online) Diambil dari http://digilib.uin-
suka.ac.id/6828/1/BAB%20I%2C%20IV.pdf (diakses pada 18 September
2017)
Muro, James J & Kottman, Terry. (1995). Guidance and Counseling In The
Elementary and Middle School : A Practical Approaches. USA : Wm. C
Brown Communication, Inc.
Ichy, Sismita. 2014. Bimbingan dan Konseling Anak Usia Dini. Diambil
dari http://siswita12132034.blogspot.co.id/2014/06/bimbingan-dan-
konseling-anak-usia-dini.html (diakses pada 18 september 2017).
Erman Amti, Prayitno. 1997. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:
Depdikbud.
Kartadinata, Sunaryo. l992. Identifikasi Kebutuhan dan Masalah
Perkembangan Murid Sekolah Dasar dan Implikasinya bagi Layanan
Bimbingan, IKIP Bandung, Laporan Penelitian
Surya, M. 1988. Dasar-dasar Penyuluhan (Konseling). Jakarta: Depdikbud
Dirjen Dikti PPLPTK
Syaodih, E. 2004. Bimbingan di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional

Anda mungkin juga menyukai