Anda di halaman 1dari 14

CRITICAL JOURNAL

REVIEW
MK.BUDI PEKERTI

Skor Nilai:
Critical Journal Review

BUDI PEKERTI

NAMA MAHASISWA : Fitri Amanda Siregar

NIM : 1183111160

DOSEN PENGAMPU :

MATA KULIAH : PENDIDIKAN BUDI PEKERTI

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN


UNIVERSITAS NEGERI
MEDAN

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmat dan karuania-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan Critical
Journal Review (CJR), adapun tugas ini dikerjakan untuk memenuhi mata kuliah Budi
pekerti, dengan Dosen Pengampu Ibu

Penulis sudah berusaha menyusun CJR ini dengan sebaik-baiknya, tetapi saya
merasa masih ada banyak kekurangan dalam penulisan CJR ini. Oleh karena itu, saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar kedepannya
tugas CJR ini saya usahakan menjadi lebih baik lagi dalam penulisannya.

Selanjutnya, penulis berharap semoga CJR ini bisa memberikan manfaat serta
menambah wawasan bagi para pembaca terkhusus terkait dengan materi Manajemen
Berbasis Sekolah. Terakhir, saya meminta maaf sebagai penulis apabila adanya kata-kata
yang sulit untuk dipahami.

Medan, 5 November 2020

Shinta Atma Dewi Br Gurusinga

2
REVIEW JURNAL

JUDUL PENANAMAN NILAI-NILAI BUDI PEKERTI


DI SEKOLAH DASAR
JURNAL Pendidikan
DOWNLOAD Eujournal.com
VOLUME DAN -
HALAMAN
TAHUN 25 Nomor 2, November 2016, hlm 100-108
PENULIS Sulthoni
REVIEW FITRI AMANDA SIREGAR
TANGGAL 22 mei 2021

TUJUAN Pendidikan budi pekerti diajarkan di sekolah dengan maksud


PENELITI antara lain untuk membangun generasi masa depan agar selain
cerdas juga berakhlak dan berbudi pekerti yang luhur sesuai
dengan tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum dalam
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional, bab II, pasal 3 dengan tegas merumuskan
bahwa: tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggungjawab.Ditinjau dari mutu,
pendidikan di Indonesia baik akademik maupun nonakademik
masih tertinggal. Mutu pendidikan saat ini masih bermasalah
terutama nonakademik. Hal ini dapat dilihat dari perilaku dan
sikap peserta didik dalam kehidupan sosial, baik saat berada di
lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Kasus perkelahian
masal, perilaku amoral, ketergantungan narkoba, dan tata
kehidupan lainnya, belum mencerminkan nilai-nilai budaya dan
norma-norma yang berlaku. Bahkan, akhir-akhir ini kenakalan
remaja di Indonesia menunjukkan peningkatan, baik kualitas dan
kuantitasnya. Penyimpangan perilaku di kalangan
remaja,semakin marak, seperti meminum-minuman keras,
mengkosumsi sabu-sabu, ekstasi dan putau, bahkan banyak
pelajar yang berani melakukan perbuatan yang tidak senonoh di
dalam kelas yang direkam dengan telpon genggam, serta masih
banyak lagi tindakan amoral yang lain. Maraknya perilaku

3
menyimpang ini mendorong para pendidik berfikir mencari
penyebabnya, mengapa hal tersebut terjadi pada bangsa yang
selama ini dikenal oleh orang luar sebagai bangsa yang ramah,
toleran, dan penuh persaudaraan. Jawaban terhadap pertanyaan
tersebut umumnya menunjuk pada kesadaran akhlak dan moral
yang merosot (Depdiknas, 2004:2). Perilaku dan tindakan
SUBJEK Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan
PENELITI pendekatan kualitatif. Penelitian ini menggunakan desain
penelitian studi kasus.Sesuai dengan tujuan penelitian di atas,
sumber data penelitian ini meliputi sumber data primer dan
sekunder. Data primer penanaman nilai-nilai pendidikan budi
pekerti bagi peserta didik di sekolah dasar diperoleh dari kepala
sekolah, guru, penjaga dan pembersih SDN Lesanpuro IV.
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah teknik
teknik observasi, wawancara mendalam, studi dokumentasi
tentang partisipasi aktif dalam kegiatan orang tua, guru, kepala
sekolah. Oleh sebab itu, kehadiran peneliti di dalam kancah
penelitian menjadi keharusan, karena peneliti sebagai instrument
utama. Teknik analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif
dan berlangsung terus menerus pada setiap tahapan penelitian
sehingga sampai tuntas dan sampai jenuh. Langkah analisis data
yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan, dan
verifikasi. Pengujian kredibilitas data dilakukan dengan cara
perpanjanganpengamatan, meningkatkan ketekunan, triangulasi),
pemeriksaan teman sejawat, analisa kasus negatif, dan member
check atau pengecekan anggota (Moleong, 2007). Subyek
Penelitian ini adalah kepala sekolah, guru-guru, tenaga pendidik,
satpam, dan penjaga kebersihan sekolah.
ASSESMENT Teknik pengumpulan data
DATA
ahwa

METODE Penelitian ini menggunakan metode deskriptif


PENELITIAN dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini menggunakan desain
penelitian studi kasus.Sesuai dengan tujuan penelitian di atas,
sumber data penelitian ini meliputi sumber data primer dan
sekunder. Data primer penanaman nilai-nilai pendidikan budi
pekerti bagi peserta didik di sekolah dasar diperoleh dari kepala
sekolah, guru, penjaga dan pembersih SDN Lesanpuro IV.
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah teknik
teknik observasi, wawancara mendalam, studi dokumentasi
tentang partisipasi aktif dalam kegiatan orang tua, guru, kepala

4
sekolah. Oleh sebab itu, kehadiran peneliti di dalam kancah
penelitian menjadi keharusan, karena peneliti sebagai instrument
utama. Teknik analisis data kualitatifdilakukan secara interaktif
dan berlangsung terus menerus pada setiap tahapan penelitian
sehingga sampai tuntas dan sampai jenuh. Langkah analisis

LANGKAH Guru-guru belum memahami pendidikan budi pekerti yang


PENELITIAN diintegrasikan ke dalam mata pelajaran. Ketiadaan guru
bimbingan merepotkan guru kelas menanamkan dan membina
nilainilai budi pekerti peserta didik.Tidak ada catatan
mengoreksi dan memberikan skornya. Dengandemikian
kejujuran menjadi sikap dan perilaku yang tegas yang harus
dilaksanakan. Keempat, keteladanan. Keteladanan dari hasil
penelitian menunjukkan bahwa kepala sekolah dan guru-guru
setiap pagi berdiri di depan pintu sekolah menyambut peserta
didik masuk dengan bersalaman. Satpam mengatur jalan dan
membantu menyeberangkan peserta didik. Penjaga kebersihan
membersihkan halaman sekolah. Mulai dari penjaga kebersihan
sampai kepala sekolah menjadi teladan bagi peserta didik.
Keteladanan jauh lebih penting dari pada memberikan pelajaran
secara verbal, Karena keteladanan adalah memberikan contoh
melalui perbuatan atau tindakan nyata. Kelima, suasana
demokratis.Hal ini terbukti bahwa pada waktu rapat guru, guru-
guru bebas Begitu juga antara guru dengan peserta didik, peserta
didik bebas berpendapat dan saling menghormati. Hal ini
menunjukkan bahwa suasana demokratis telah dikembangkan.
Adanya suasana demokratis di lingkungan sekolah akan
memberi pengaruh pada pengembangan budi pekerti, terutama
sikap saling menghargai dan saling memaafkan. Keenam,
kepedulian. Hal ini, tercermin pada waktu ada guru yang sakit,
semua guru besuk bersama. Pada waktu ada seorang peserta
didik yang sakit, guru dan teman-temannya membesuknya.Hal
ini, menunjukkan adanya kepedulian sesama guru,
guru dan peserta didik, dan peserta didik dengan peserta didik.
Ketujuh, keterbukaan. Hal ini terbukti ketika ada rapat antara
sekolah dengan wali murid.Kepala sekolah melaporkan program
sekolah dan keuangan sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa
suasana keterbukaan telah dikembangkan di sekolah tersebut.
Kedelapan, kebersamaan. Hal ini terbukti bahwa tiap-tiap kelas
terbentuk paguyuban orang tua peserta didik. Kegiatannya antara
lain: studi wisata. Studi wisata dilaksanakan untuk menjalin
silaturahmi, komunikasi, saling menghormati, saling tolong
menolong antara guru-guru, orang tua peserta didik, dan peserta
didik.Hal ini menunjukkan terjalinnya kebersamaan.
HASIL Temuan MaknaPenataan lingkungan sekolah yang kondusif

5
PENELITIAN sangat mendukung penanaman dan pembinaan budi pekerti
peserta didik. Keteladanan kepala sekolah dan guru menjadi
acuan bagi peserta didik dalam berperilaku. Kegiatan-kegiatan
sekolah seperti: ekstrakurikuler, imtaq, halal bi halal, pondok
ramadhon, piket kelas, study tour, kerja bakti sangat mendukung
penanaman, dan pembinaan budi pekerti peserta
didik.Penumbuhan budi pekerti di sekolah sebenarnya telah
dilakukan guru jauh sebelum ada peraturan yang mengaturnya,
tetapi melalui Permendikbud No 23 Tahun 2015 tentang
Penumbuhan Budi Pekerti yang berlaku sejak 13 Juli 2015,
paling tidak guru mempunyai pedoman yang jelas tentang poin-
poin yang harus dilakukan. Melalui peraturan ini dijabarkan
secara jelas kegiatan wajib yang harus dilaksanakan dan
pembiasaan baik yang dapat dilakukan di sekolah.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Basweda
menyatakan pada waktu meresmikan program Pertumbuhan
Budi Pekerti pada tanggal 14 Juli 2015 di Jakarta bahwa tujuan
dan implementasi gerakan pertumbuhan budi pekerti adalah
menjadikan sekolah sebagai taman untuk menumbuhkan
karakter-karakter positif pesert didik di semua tingkatan sekolah.
Program tersebut merupakan pembiasaan sikap dan perilaku
positif. Lebih lanjut mengatakan bahwa ada enam tahapan alur
penerapan program penumbuhan budi pekerti yaitu tahap
pengajaran, pembiasaan, pelatihan untuk bisa konsisten, proses
pembiasaan, pembentukan karakter dan menjadi budaya.Peran
orang tua melalui program parenting menjadi kebutuhan sangat
penting dalam menanamkan budi pekerti. Menurut Farlane, dkk
(2010) kegiatan parenting itu sangat penting terutama
ketika anak mulai beradaptasi di lingkungan kelas baru.

KEKUATAN Guru-guru belum memahami pendidikan budi pekerti yang


diintegrasikan ke dalam mata pelajaran. Ketiadaan guru
bimbingan merepotkan.guru kelas menanamkan dan membina
nilainilai budi pekerti peserta didik.Tidak ada catatan Kepala
sekolah untuk meningkatkan guru-gur dalam pembelajaran,
kepala sekolah menghendaki pembelajaran berbasis IT, yaitu
antara lain, guruguru diusahakan mempunyai laptop melalui
koperasi, masing-masing guru sudah mempunyai laptop. Di
sekolah di pasang jaringan internet, sehingga guru-guru mudah
mengakses pengetahuan lewat internet. Rencananya untuk ajaran
baru nanti tiaptiap kelas akan dipasang LCD yang akan diajukan
ke komite sekolah.Setiap pagi kepala sekolah bersama guru
sudah siap di depan pintu masuk untuk menyambut kedatangan
peserta didik, dan setiap peserta didik masukkepala sekolah dan
guru-guru berjabat tangan. Ini dilakukan sampai menjelang
lonceng berbunyi tanda masuk ke kelas masing-masing

6
dimulainya pembelajaran.Hal ini menunjukkan bahwa kepala
sekolah dan guru-guru menghormati kepada peserta didik,
sehingga mereka saling hormat menghormati
KELEMAHAN khusus pribadi peserta didik menyulitkan evaluasi
perkembangan aspek budi pekerti peserta didik. Tidak ada
laporan khusus tentang budi pekerti anakkepada orang tua.
Orang tua sangat membantu dalam memecahkan masalah yang
dihadapi anak di sekolah, terutama ketika ia beradaptasi di
sekolah. Guru dapat berkolaborasi dengan orang tua untuk
menanamkan nilai budi pekerti ketika beradaptasi melalui
program parenting.Hasil penelitian Suryanto, dkk (2013) juga
menunjukan bahwa dalam model pendidikan karakter di sekolah
belum menemukan visi dan misinya dalam rencana kerja. Proses
pembelajaran di kelas juga belum berjalan dengan baik. Disisi
lain, hasil penelitian Untari, dkk (2012) menunjukkan bahwa
materi ajar cerita anak berwawasan budi pekerti dapat dijadikan
materi untuk pendidikan karakter siswa di sekolah dasar. Oleh
karena itu, guru perlu menerapkan dalam menanamkan budi
pekerti di kelas.Iklim Sekola Keberhasilan menciptakan
KESIMPULAN Sekolah sebagai pendidikan formal, peranannya menanamkan
pendidikan budi pekerti dimulai dari kepala sekolah sampai
pesuruh. Kebersamaan menciptakan suasana sekolah yang
kondusif untuk pembudayaan budi pekerti menjadikan sekolah
lebih memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi
peserta didik.Kedisiplinan dan kreativitas Kepala Sekolah
sebagai dorongan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
yang lebih berkualitas dengan tidak meninggalkan visi dan misi
sekolah yang sarat dengan nilai-nilai budi pekerti.

7
Review jurnal II
JUDUL PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENJADIMATA
PELAJARAN DI SEKOLAH
JURNAL
DOWNLOAD Eujurnal.com
VOLUME DAN JILID 39, NO. 2, DESEMBER 2009
HALAMAN
TAHUN Desember 2009
PENULIS Erna sutyowati
REVIEW FITRI AMANDA SIREGAR
TANGGAL 22 mei 2021

TUJUAN Tujuan pendidikan budi pekerti yaituagar peserta didik memiliki


PENELITI kemampuan dankecakapan berpikir, menjadi anggotamasyarakat
yang bermanfaat dan memilikikemampuan yang terpuji. Dalam
rangkamewujudkan pendidikan nasional, pendidikan budi
pekerti yang diintegrasikansejumlah mata pelajaran yang

8
relevanmempunyai tujuan agar peserta didik
mampumenggunakan pengetahuan, mengkaji
danmenginternalisasi nilai dan keterampilansosial untuk
mengembangkan akhlak muliayang diwujudkan dalam perilaku
sehari-hari. Secara rinci tujuan pendidikan budi pekertimenurut
Cahyoto (2002 : 9-13 ) dapatdijelaskan sebagai berikut : (1)
mendorongkebiasaan berperilaku terpuji sesuai nilainilai
unversal dan tradisi budaya yangreligius; (2) menanamkan jiwa
kepemimpinan dan tanggung jawab; (3) memupukketegaran
mental peserta didik agar tidakterjerumus pada perilaku yang
menyimpang,baik secara individu maupun sosial, dan
(4)meningkatkan kemampuan untuk menghindari sifat tercela
yang dapat merusak dirisendiri, orang lain, dan lingkungan.
SUBJEK Budi pekerti bukan merupakan mata pelajaran, tetapi merupakan
PENELITI program pendidikan untuk menciptakan suasana kondusif dalam
menerapkan nilai-nilai budi
pekerti. Pendidikan budi pekerti dilaksanakan setiap saat selama
kurun waktu berlangsungnya kegiatan pembelajaran dalam kelas
di lingkungan sekolah dengan melibatkan seluruh masyarakat
sekolah.Kompetensi budi pekerti dapat mengacu pada rumusan
yang disediakan oleh pusat kurikulum Badan Penelitian dan
Pengembangan Departemen PendidikanNasional. Pengertian
pendidikan budi pekertidapat dibedakan menjadi dua yaitu
secara konseptional dan operasional. Nurul Zuriah ( 2007 : 197 )
menjelaskan pengertian budi pekerti secara konseptional
mencakup hal-hal sebagai berikut :
a. Usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik menjadi manusia
seutuhnya yang berbudi pekerti luhur dalam segenap peranannya
sekarang dan masa depan.
b. Upaya pembentukan, pengembangan, peningkatan dan
pemeliharaan perilaku peserta didik agar mau dan mampu
melaksanakan tugas hidupnya selaras serasi dan seimbang (lahir
batin, material-spiritual dan individual).
c. Upaya pendidikan untuk membentuk peserta didik menjadi
pribadi seutuhnyayang berbudi pekerti luhur melalui kegiatan
bimbingan, pembiasaan, pengajaran dan latihan serta
keteladanan. Pengertian budi pekerti secara operasional adalah
upaya untuk membekali peserta didik melalui kegiatan
bimbingan,pengajaran dan latihan selama pertumbuhandan
perkembangan dirinya sebagai bekal masa depan agar memiliki
hati nurani yang bersih, berperangai baik, yang tercermin pada
perilaku berupa ucapan, perbuatan, sikap pikiran, perasaan, kerja
dan hasil karya berdasarkan nilai-nilai agama serta norma dan
moral.
ASSESMENT Teknik pengumpulan data
DATA

9
METODE 1. pendekatan penanaman nilai , (pendekatan inimengajak
PENELITIAN peserta didik mengenal danmenerima nilai keteladanan;
2. pendekatan perkembangan moralkognitifyaitu menekankan
berbagai tingkatan moral, guru mengarahkan dan menerapkan
pada peserta didik dalamproses mengambil keputusan
tentangmoral seperti : takut hukuman, melayani kehendak
sendiri, berbuat kebaikan untuk orang banyak, bertindak sesuai
dengan prinsip-prinsip etika yang
universal;
3. pendekatan analisis nilai , yaitu menekankanpeserta didik
dapat menggunakan kemampuan berpikir logis, rasional dan
ilmiah dalam menganalisis masalah sosial yang berhubungan
dengan nilai tertentu, seperti penelitian, analisis kasus dan lain-
lain;
4. pendekatan Klarifikasi nilai , pendekatan ini bertujuan
menumbuhkan kesadaran danmengembangkan kemampuan
peserta didik dalam mengidentifikasi nilai-nilai diri sendiri
maupun orang lain.
LANGKAH Untuk meningkatkan keberhasilan peserta didik perlu dibentuk
PENELITIAN mental, moral, personal dan sosial yang disampaikan dengan
metode komprehensif, sedangkan penerapan pendidikan budi
pekerti dapat memilih berbagai pendekatan yang terbaik
(eklektif) dan relevan untuk mendapatkan hasil yang
optimal/sinergis (Zuriah 2007 :75). Adapun strategi yang dapat
dilakukan melalui; (1) dialog antara guru dengan siswa, antara
orang tua dan guru, dialog dapat dilakukan secara pribadi,
kelompok atau dengan seluruh peserta didik pada suatukegiatan;
(2) komunikatif, apabila ingin menyampaikan sesuatu hal yang
penting secara pribadi dengan guru BP, jika kelompok dengan
guru wali kelas dan seluruh peserta didik ole kepala sekolah, hal
ini sesuai dengan birokrasi yang telah ditentukan; (3)
keterbukaan, dialog ataupun komunikasi dapat dilakukan secara
terbuka, peserta didik diberi kesempatan untukmengembangkan
pendapatnya secara positif. Situasi yang konduksif ini dapat
tercipta apabila situasi sekolah tertib, aman dan teratur. Para
peserta didik disiplin dalam melaksanakan tata tertib sekolah,
para guru melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab,
sementara kepala sekolah selalu memberi petunjuk dan
pembinaan kepada guru maupun peserta didik untuk
melaksanakan tugas masing-masing. Agar pelaksanaan
pendidikan budi pekerti tepat pada sasaran yaitu anak didik
maka strategi yang dapat digunakan dalam pembelajaran
pendidikanbudi pekerti meliputi tiga hal yaitu : (a)Menggunakan
prinsip keteladanan darisemua pihak baik orang tua, guru,
masyarakat maupun pemerintah, (b) menggunakan prinsip
rutinitas dalam semua aspe kehidupan dan (c) prinsip kesadaran
untukbertindak sesuai nilai-nilai budi pekerti yangbdiajarkan.

10
HASIL mengukur seberapa jauh nilai budi pekertiyang telah dipahami,
PENELITIAN dihayati, dan diterapkan peserta didik yang tercermin dalam
kualitas hidup sehari-hari. Untuk memperoleh hasil penilaian
pendidikan budi
pekerti peserta didik dalam lingkungan sekolah, guru perlu
menyiapkan instrumen penilaian yang berupa lembar observasi,
lembar skala sikap, lembar portofolio, lembar check list dan
lembar pedoman wawancara.Agar penilaian budi pekerti yang
berupa sikap/perilakuyang sifatnya konkrit tidak subyektif,
sebaiknya penilai terdiri dari unsur guru dan kepala sekolah.
Guru dapat dipilih menurut fungsinya seperti guru mata
pelajaran, wali kelas, bimbingan konseling baik untuk tingkat
taman kanak-kanak, Sekolah Dasar. Sekolah Menengah Tingkat
Pertama dan Sekolah Lanjutan Atas. Namun guru wali kelas
memiliki peran pokok dalam menilai budi pekerti, sedang guru
lain memberi masukkan. Terlepas pro dan kontra pendidikan
budi pekerti dimasukkan dalam matapelajaran tersendiri di
sekolah untuk memperbaiki kondisi mental, sikap danperilaku
peserta didik yang dirasa saat ini sangat mengkhawatirkan
diperlukan adanya inovasi maupun Inovasi dalam pendidikan
budi pekerti merupakan proses yang tidak pernah berhenti dan
dinamis yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang saling terkait,
dalam hal ini adal kurikulum dan materi ajar, guru,
sekolah,keluarga, masyarakat, dan lingkungan.luhur dan
berkepribadian yang terpuji sesuai dengan nilai positif, norma
agama, dan kemasyarakatan serta budaya bangsa. Pencerminan
watak tersebut berupa religius, jujur, toleran, disiplin,
bertanggung jawab, percaya diri, peka terhadap lingkungan
demokratis, cerdas, kreatif, dan inovatif. Sekolah bukan semata–
mata hanya meningkatkan kemampuan intelektual, tapi juga
memupuk kejujuran, kebenaran dan nilai pengabdian dalam
kehidupan bermasyarakat, meskipun sekolah telah mencoba
memasukkan materi budi pekerti secara ke dalam setiap mata
pelajaran, namun belum efektif dan tidak maksimal, mengingat
tidak semua guru mampu mengaplikasikannya.
Dengandemikian, pendidikan budi pekerti sanga penting menjadi
mata pelajaran yang berdiri sendiri dalam kurukulum sekolah.

KEKUATAN Kekuatan dalam penelitian ini adalah Hal utama pendidikan budi
pekerti di sekolah adalah keberadaan guru sebagai tauladan
peserta didik, guru bukan sekadar mengajarkan mata pelajaran,
seyogyanya guru harus kreatif dalam mendidik siswa. Di sela-
sela penyampaian pelajaran guru juga menyampaikan nilai-nilai
dan norma positif, sehingga peserta didik tidak hanya dibekali
keilmuan saja tapi juga budi pekerti. Jika orang tua di rumah
sebagai figur budi pekerti luhur, guru di sekolah menjadi

11
tauladan. Berkaitan tugas dan peran guru dalam
pendidikan budi pekerti, guru dituntut
mampu memberikan nuansa yang tidakhanya sekadar
menyampaikan ilmu pengetahuan saja, tetapi dapat mengubah
perilaku peserta didik untuk menjadi manusia berbudi luhur.
Maka dibutuhkan suatu pendekatan yang tepat untuk
mengintegrasikan
KELEMAHAN Kelemahan dalam penelitian ini adalah guru kurang
KESIMPULAN Pendidikan budi pekerti dilakukanvsebagai upaya pembinaan
bagi peserta didik agar menjadi orang-orang yang berwatak
luhur dan berkepribadian yang terpuji sesuai dengan nilai positif,
norma agama, dan kemasyarakatan serta budaya bangsa.
Pencerminan watak tersebut berupa religius, jujur, toleran,
disiplin, bertanggung jawab, percaya diri, peka terhadap
lingkungan, demokratis, cerdas, kreatif, dan inovatif. Sekolah
bukan semata–mata hanya meningkatkan kemampuan
intelektual, tapi juga memupuk kejujuran, kebenaran dan nilai
pengabdian dalam kehidupan bermasyarakat, meskipun sekolah
telah mencoba memasukkan materi budi pekerti secara ke dalam
setiap mata pelajaran, namun belum efektif dan tidak maksimal,
mengingat tidak semua guru mampu mengaplikasikannya.
Dengan demikian, pendidikan budi pekerti sangatpenting
menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri dalam kurukulum
sekolah.

BAB III KELEBIHAN DAN KELEBIHAN

12
Kelebihan jurnal 1
Pada pembahasannya banyak materi banyak menjelaskan materi pengajaran dalam
berbagai metode.
Kelemahan
Masih banyak katata yang tidak di mengerti
Kelebihan jurnal 2
Banyak pembahasan mengembangkan pengetahuan siswa yaitu dalam proses
pelaksanaan pembelajaran yaitu mengembangkan pengetahuan siswa dalam metode
pengajaran
Kelemahan
Dalam materi tersebut ada beberapa bahasa yang tidak di mengerti. Dan siswa kurang
mengetahui media pembelajaran

BAB IV PENTUTUP
4.1 KESIMPULAN
Dalam pembahasan tersebut adanya banyak materi pembelajaran yang dapat di pelajari
dan berbagai metode dalam pembahasan tersebut mengenai apa maksud dan tujun dalam
pembeljaran tersebut.
4.2 SARAN
Dalam teori pembelajaran dan kata-kata nya seharusnya tidak menggunakan kata-kata
yang rumit yang sulit di mengerti sehingga dalam proses pembelajaran dapat berjalan
dengan baik dan mudah di pahami

Daftar pustaka

13
Anonim. 2006. Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat, Rabu 11 Oktober 2006. 2001.
Buram ke-6 Jul 2001. Jakarta: Depdiknas.2001. Buram ke-6 Juli 2001. Jakarta: Depdiknas
DAFTAR PUSTAKAMengembalikan Mata Pelajaran Pelajaran Budi Pekerti Kurikulum
Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Budi Pekerti untuk Sekolah MenengahTingkat Pertama
Kurikulum BerbasiKompetensi Mata Pelajaran BudiPekerti untuk Sekolah Menengah Atas.

14

Anda mungkin juga menyukai