YANG HUMANIS
DOSEN PENGAMPU
Nama Kelompok 8 :
1. Anisa Andriani
2. Heni Yulita
UNIVERSITAS JAMBI
2023
KATA PENGANTAR
Bissmillahirrahmanirrahim,
Puji syukur kehadirat Allah Swt., karena telah memberikan kesempatan kepada kami untuk
menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan
PELAKSANAAN PENDIDIKAN YANG HUMANIS ” tepat waktu. Makalah ini disusun guna
memenuhi tugas pada mata kuliah Filsafat Pendidikan Dasar Dengan ini kami mengucapkan
terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Prof. Dr. Dra Nazurty, M.Pd dan bapak Dr. Yantoro.
M.Pd Selaku dosen mata kulah Filsafat Pendidikan Dasar. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi kami pribadi maupun pihak yang membaca. Kami menyadari
makalah ini masih jauh dari kata sempurna, masih banyak kelemahan dan kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun akan kami terima untuk
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I .............................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 4
1.3. Tujuan.............................................................................................................................. 7
BAB II ............................................................................................................................................ 8
PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 8
PENUTUP..................................................................................................................................... 18
A. KESIMPULAN .................................................................................................................. 18
B. SARAN .............................................................................................................................. 19
BAB I
PENDAHULUAN
Filsafat humanisme adalah sebuah aliran filsafat yang menempatkan kebebasan manusia baik
berfikir, bertindak dan bekerja sebagai segala-galanya, berpengaruh secara signifikan terhadap
munculnya peradaban modern. Selain itu filsafat humanisme juga merupakan aliran yang
membentuk basis untuk filsafat pendidikan khususnya dalam pengajaran bagian psikologi,
sebagai basis bagi guru dalam pendekatan praktek pengajaran. Orientasi-orientasi pengajaran
pengajaran efektif, yang paling utama yaitu orientasi-orientasi psikologis yang telah
suatu usaha untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan
Pendidikan juga merupakan aspek universal dalam proses mengubah sikap sekelompok orang
melalui upaya pendidikan, pengajaran dan pelatihan, berdasarkan UUSPN No.20 tahun 2003
pendidikan yaitu usaha terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
yang menjadikan peserta didik lebih aktif mengembangkan potensi dirinya untuk mencapai
kecerdasan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan yang dibutuhkan oleh masyarakat,
bangsa dan negara. Satu sisi pendidikan merupakan interaksi antarmanusia secara terus menerus,
disisi lain pendidikan merupakan interaksi manusia dengan lingkungan dalam meningkatkan dan
wawasan antar manusia demi kelangsungan kehidupan. Usaha dalam meningkatkan kesadaran,
disebut dengan “humanisasi” dalam proses pendidikan sekarang. Pendidikan harus Kembali pada
wajahnya asli, yaitu suatu proses transformasi nilai yang memanusiakan manusia. (Baharudin &
Makin, 2014:15) Humanis pada kamus ilmiah popular adalah doktrin yang menekankan pada
Humanisme merupakan salah satu aliran filsafat yang modern atau “antireligius”, pada
satu sisi humanis merupakan dukungan yang optimistik terhadap kemampuan manusia atau
kemungkinan yang akan terjadi. Filsafat humanisme mempunyai beberapa pandangan hidup
yang berpusat pada kebutuhan dan ketertarikan manusia (Mas‟ud, 2002:129). Dari sisi Historis
“Humanis” berarti suatu gerakan intelektual dan kasustraan yang pertama kali muncul di Italia
pada paruh kedua abad ke-14 Masehi (Abidin, 2002:25). Gerakan ini disebut juga dengan
gerakan kebudayaan modern, khusus pada kebudayaan Eropa. Tokoh yang disebut sebagai
pelaksana gerakan ini antara lain Dante, Boccaceu, Michelangelo, dan Petrarca. Penyimpangan
pemahaman antara pemimpin agama dan filosof di masa renaissance mengakibatkan terjadinya
pertentangan dan perpisahan antara agama dan humanisme di Barat. Pendidikan humanisme
merupakan sistem pendidikan nasional, pendidikan ini cenderung lebih manusiawi dan
mengutamakan komunikasi, dimana jika pendidikan ini terjalin akan menjadi salah satu jembatan
Pendidikan humanis merupakan salah satu konsep yang sangat strategis untuk meningkatkan
kualitas SDM (sumber daya manusia) karena memiliki toleransi yang tinggi antar sesama
manusia. Dalam mewujudkan pendidikan yang humanis, maka perlu dukungan penuh dari
sekolah dalam menetapkan metode pendidikan humanis sebagai upaya untuk menghapus
kekerasan yang terjadi pada sekolah, dimana sekolah merupakan tempat mengembangkan
potensi, bakat serta membentuk karakter siswa yang baik (Setiawan, 2019). Pembelajaran
merupakan salah satu proses dalam menjalankan pendidikan, terdapat tiga lingkup komponen
dalam membentuk pembelajaran, yaitu pertama; kurikulum, merupakan materi yang akan
diajarkan, selanjutnya proses yang menggambarkan bagaimana materi yang akan diajarkan,
terakhir produk yaitu hasil dari proses pembelajaran. Instrumen untuk tercapainya tujuan
semua jenis tingkat pembelajaran, dengan adanya kurikulum pembelajaran akan terstruktur
Guru memiliki peran penting dalam menentukan keberhasilan seorang siswa melalui proses
pembelajaran, dimana guru harus menciptakan pembelajaran yang kreatif, inovatif, aktif dan
efektik. Namun terdapat beberapa kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran
berdasarkan konsep pendidikan humanisme yaitu proses pembelajaran siswa lebih fokus pada
pengembangan potensi siswa, metode pembelajaran yang dilakukan lebih mengarah pada
kemampuan siswa untuk menghafal materi yang diajarkan bukan untuk dianalisis sehingga
pengembangan intelektual siswa tidak tercapai dan menciptakan generasi yang pandai secara
Penerapan konsep pendidikan humanisme pada sekolah juga memiliki beberapa kelebihan,
pembentukan karakter siswa; 2) berdampak positif pada perkembangan kepribadian siswa, dan;
3) konsep humanisme mengedepankan aspek memanusiakan manusia atau memberi siswa untuk
kemampuan secara intelektual, jika kedua tercapai maka emosi dari siswa akan terkontrol dengan
baik
1.1.Rumusan Masalah
1.2. Tujuan
PEMBAHASAN
2.1.Definisi Logika
Logika berasal dari bahasa Latin logos yang berarti "perkataan". Istilah logos secara
etimologis sebenarnya diturunkan dari kata sifat logike: "Pikiran" atau "kata". Istilah Mantiq
dalam bahasa Arab berasal dari kata kerja Nataqa yang berarti "berkata" atau "berucap". Istilah
dari logika, dilihat dari segi etimologis, berasal dari kata Yunani logos yang digunakan dengan
beberapa arti, seperti ucapan, bahasa, kata, pengertian, pikiran, akal budi, ilmu. Dari kata logos
kemudian diturunkan kata sifat logis yang sudah sangat sering terdengar dalam percakapan kita
sehari-hari. Orang berbicara tentang perilaku yang logis sebagai lawan terhadap perilaku yang
tidak logis, tentang tata cara yang logis, tentang penjelasan yang logis, tentang jalan pikiran yang
Dalam semua kasus itu, kata logis digunakan dalam arti yang kurang lebih sama dengan
„masuk akal‟; singkatnya, segala sesuatu yang sesuai dengan, dan dapat diterima oleh akal sehat.
Dengan hanya berdasar kepada arti etimologis itu, apa sebetulnya logika masih belum dapat
diketahui. Agar dapat memahami dengan sungguh-sungguh hakekat logika, sudah barang tentu
orang harus mempelajarinya. Untuk maksud itu, kiranya tepat kalau, sebagai suatu perkenalan
awal, terlebih dahulu dikemukakan di sini sebuah definisi mengenai istilah logika itu.
suatu studi tentang metodemetode dan prinsip-prinsip yang digunakan dalam nama “analitika”
dan “dialektika”. membedakan penalaran yang tepat dari penalaran yang tidak tepat. Dengan
menggarisbawahi pengertian logika semata-mata sebagai ilmu. Definisi ini tidak bermaksud
mengatakan bahwa seseorang dengan sendirinya mampu bernalar atau berpikir secara tepat jika
ia mempelajari logika. Namun, di lain pihak, harus diakui bahwa orang yang telah mempelajari
yang mempunyai kemungkinan lebih besar untuk berpikir secara tepat ketimbang orang yang
sama sekali tidak pernah berkenalan dengan prinsip-prinsip dasar yang melandasi setiap kegiatan
penalaran.
Dengan ini hendak dikatakan bahwa suatu studi yang tepat tentang logika tidak hanya
prinsip berpikir tepat, melainkan juga membuat orang yang bersangkutan mampu berpikir sendiri
secara tepat dan kemudian mampu membedakan penalaran yang tepat dari penalaran yang tidak
tepat. Ini semua menunjukkan bahwa logika tidak hanya merupakan suatu ilmu (science), tetapi
Dengan kata lain, logika tidak hanya menyangkut soal pengetahuan, melainkan juga soal
kemampuan atau ketrampilan. Kedua aspek ini berkaitan erat satu sama lain. Pengetahuan
mengenai metode-metode dan prinsip-prinsip berpikir harus dimiliki bila seseorang ingin melatih
prinsip-prinsip berpikir tidak dengan sendirinya memberikan jaminan bagi seseorang dapat
terampil dalam berpikir. Keterampilan berpikir itu harus terusmenerus dilatih dan dikembangkan.
Untuk itu, mempelajari logika, khususnya logika formal secara akademis sambil tetap menekuni
latihan-latihan secara serius, merupakan jalan paling tepat untuk mengasah dan mempertajam
akal budi. Dengan cara ini, seseorang lambat-laun diharapkan mampu berpikir sendiri secara
tepat dan, bersamaan dengan itu, mampu pula mengenali setiap bentuk kesesatan berpikir,
termasuk kesesatan berpikir yang dilakukannya sendiri. Logika itu sangat penting dalam
semua manusia itu secara tidak sadar pasti menggunakan logikanya dalam menjalani kehidupan.
Nah, Logika berasal dari kata Yunani kuno λ?γος (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal
pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Sebagai ilmu, logika disebut
dengan logike episteme (Latin: logica scientia) atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang
mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur. Ilmu disini mengacu pada
kemampuan rasional untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi
Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa juga diartikan dengan masuk akal. (Nah,
istilah logis tuh biasa kita dengar bukan, kalau ada sesuatu yang janggal umunya kita
mengatakan bahwa itu tidak logis). Selain definisi di atas logika juga sering disebut sebagai
“jembatan penghubung” antar filsafat dan ilmu yang artinya teori tentang penyimpulan yang sah.
Nah, penyimpulan yang sah ini sesuai dengan pertimbangan akal dan runtut sehingga mampu
dilacak kembali yang sekaligus juga benar. Logika bisa juga didefinisikan sebagai teori
penyimpulan yang berlandaskan pada suatu konsep. Dia bisa dinyatakan dalam bentuk kata,
istilah, maupun himpunan. Itulah sebabnya dalam psikotes atau tes IQ pasti ada bagian tes yang
menguji kemampuan penalaran. Jadi dia mengukur seberapa dalam dan hebatkah kita
Berpikir adalah proses umum untuk menentukan sebuah isu dalam pikiran (Solso,
2007). Solso juga mengatakan bahwa berpikir adalah proses yang membentuk representasi
mental baru melalui transformasi informasi oleh interaksi kompleks dari atribusi mental yang
pikiran, mencari berbagai hal yang berhubungan satu sama lain, mengapa atau untuk apa
sesuatu terjadi, serta membahas suatu realitas (Poespoprodjo, 2011). Sebagaimana yang telah
diuraikan, maka berpikir merupakan aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dalam
antara bagian-bagian informasi yang telah diperoleh tersebut dengan masalah yang sedang
dihadapi. Logis atau logika berasal dari kata Yunani kuno “logos” yang berarti hasil
pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan lewat bahasa
dan kecakapan untuk berpikir lurus (tepat). Logika sebagai ilmu pengetahuan merupakan
kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis sehingga membentuk suatu kesatuan
serta memberikan penjelasan tentang metode-metode dan prinsip-prinsip pemikiran yang
tepat. Sedangkan logika sebagai kecakapan merupakan suatu keterampilan untuk menerapkan
hukum-hukum pemikiran yang tepat dalam praktik. Berdasarkan beberapa pendapat yang
telah diuraikan mengenai definisi logis, maka logis dapat diartikan sebagai hasil pemikiran
dari seseorang yang dapat diutarakan melalui kata dan dinyatakan melalui bahasa. Berpikir
logis merupakan cara berpikir yang runtut, masuk akal, dan berdasarkan fakta-fakta objektif
Berpikir logis juga dapat diartikan sebagai kemampuan siswa untuk menarik
kesimpulan yang sah menurut aturan logika dan dapat membuktikan kesimpulan itu benar
2008). Berpikir logis merupakan masalah mengemukakan ide dalam urutan linear katakata
yang sistematis. Siswa yang berpikir logis akan mengungkapkan ide atau gagasannya dalam
urutan kata-kata yang terstruktur linear sehingga semua konstruksi argumennya menjadi
benar. Kemampuan berpikir logis memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran dan
perkembangan individu.
melalui suatu fase, yang disebut dengan Zone of Proximal Development (ZPD). ZPD
merupakan suatu titik tertentu dalam proses belajar. Wawasan, pengetahuan dan pandangan
yang dimiliki oleh individu sebelumnya, menjadi dasar untuk mengembangkan dan
menentukan kualitas tujuan yang dicapai, pada tahap berikutnya (Vygotsky, 1978). Pendapat
Vygotsky tentang ZPD diperkuatkan denga temuan penelitian yang dilakukan oleh Veresov
(2004). Hasil penelitiannya menjelaskan ZPD akan menuju pada sebuah kematangan proses
belajar jika ditunjang oleh beberapa factor pendukung. Factor pendukung tersebut adalah
factor genetic secara umum. Lingkungan social dan pengalaman seseorang. ZPD dapat
diperluas dan diterapkan melalui kolaborasi antara proses internal dan proses eksternal.
Proses internal menggunakan penalaran logis, sedangkan proses eksternal melalui bimbingan
Logical fallacy adalah kesalahan dalam menyusun logika yang tepat dalam sebuah
argumen. Dalam hal ini, argumen tersebut tidak mempunyai keterkaitan antara kesimpulan
serta premis. Kalaupun premis yang disampaikan tepat, tetapi kesimpulannya salah, dapat
dianggap sebagai sesat pikir. Dalam bahasa lebih sederhana, argumentasi yang mereka
penggunaan logical fallacy, baik disengaja ataupun tidak. Ada banyak tujuan kenapa
lain. Kemampuan dalam mengidentifikasi logical fallacy adalah modal penting yang perlu
Dengan modal kemampuan tersebut, kamu dapat terhindar dari risiko penipuan yang
bisa terjadi kapan saja. Apalagi, pengambilan kesimpulan yang salah akibat logical
fallacy bisa membuat kamu mengambil keputusan yang tidak tepat. Istilah fallacy berasal
dari bahasa Latin, yaitu fallacia yang berarti deception atau dalam Indonesia disebut tipu
muslihat atau penipuan. Dengan kata lainnya adalah argumen yang dilontarkan tidak terbukti
kebenarannya mengubah opini publik, memutar balik fakta, pembodohan publik, fitnah,
provokasi sektarian, pembunuhan karakter, memecah belah, menghindari jerat hukum, dan
Menurut Michel M. LaBoissiere dalam jurnal Logical Falacies (2010: 1), pengertian
logical fallacy adalah kesesatan logika berpikir yang timbul karena terjadi ketidaksesuaian
antara apa yang dipikirkan dan bahasa yang digunakan untuk merumuskan pokok pikiran.
Penalaran yang sesat ini dapat terjadi apabila susunan premis yang ada tidak menghasilkan
suatu kesimpulan yang benar. Dalam artian kesesatan atau fallacy muncul ketika suatu
argumen terbentuk dari premis-premis yang tidak berkaitan dengan argumen yang ada.
Logical fallacy bisa diterjemahkan secara sederhana sebagai berpikir ngawur atau
bentuk kerancuan pikir secara akademis yang diakibatkan oleh ketidak disiplin pelaku nalar
dalam menyusun data dan konsep, secara sengaja maupun tidak sengaja. Berkaitan
dengan logical fallacy, kamu perlu tahu contoh-contoh sesat pikir yang sering terjadi di
1. Strawman
Logical fallacy yang pertama adalah strawman. Dalam kesesatan berpikir ini, lawan
bicara akan menyederhanakan argumen kamu. Hal itu mereka lakukan agar bisa menyerang
argumen kamu dengan lebih mudah. Biasanya, mereka akan menggunakan argumen lain yang
sepenuhnya tidak berkaitan. Contoh logical fallacy strawman adalah ketika kamu berargumen
kalau nelayan dan petani tidak nyaman dengan praktik koperasi di lapangan. Alasannya, karena
manfaat dari koperasi hanya dirasakan oleh pengurus. Di sisi lain, lawan bicara menganggap
kamu menolak keberadaan koperasi. Bahkan, mereka beranggapan kalau kamu menolak
2. Circular argument
Selanjutnya, kamu akan menjumpai logical fallacy yang disebut circular argument. Sesat
pikir yang satu ini akan membawa kamu dalam proses adu argumen yang berputar-putar dan
tidak ada habisnya. Contoh, seseorang menganggap kalau kuliah itu sia-sia kalau ujung-ujungnya
bakal jadi pengangguran. Argumen ini dilontarkannya berdasarkan fakta bahwa ada banyak
lulusan kuliah yang menganggur. Pernyataan itu sekilas memang terlihat logis. Namun, fakta
bahwa ada banyak lulusan perguruan tinggi yang menganggur tidak secara langsung membuat
kuliah yang mereka jalani sia-sia. Apalagi, proses kuliah tidak hanya bertujuan untuk mencari
pekerjaan.
3. Ad hominem
hominem termasuk sebagai salah satu contoh sesat pikir. Cara ini kerap dilakukan dengan tujuan
untuk melemahkan argumen dari lawan bicara. Contoh ad hominem bisa kamu dapati ketika
berbicara tentang prestasi akademik di sekolah. Kamu beranggapan kalau peringkat tinggi di
sekolah itu bukan pencapaian penting. Sebaliknya, kamu lebih mengutamakan sikap jujur dan
pemahaman ilmu yang mendalam. Lalu, ada orang lain yang berseloroh, “Kamu bicara seperti
Selanjutnya, kamu perlu mengetahui jenis sesat pikir false dilemma. Dalam logical
fallacy adalah yang satu ini, seseorang melontarkan argumennya dengan memberikan hanya dua
pilihan. Contoh,”Kamu itu orang yang tak punya pendirian kalau cuma bisa mengikuti pendapat
orang lain”.
5. Appeal to popularity
Berikutnya, kamu perlu mengetahui sesat pikir yang dikenal sebagai appeal to popularity.
Kesesatan berpikir yang satu ini dilakukan dengan menggunakan pernyataan sebagian besar
masyarakat. Contoh, “Banyak orang yang berinvestasi emas. Jadi, emas adalah jenis investasi
yang paling tepat”. Padahal, di sisi lain ada banyak opsi investasi yang menjanjikan potensi
6. Gambler’s fallacy
Kesalahan berikutnya yang termasuk logical fallacy adalah gambler‟s fallacy. Pola pikir
ini beranggapan kalau penyimpangan yang terjadi dalam jangka pendek akan terkoreksi secara
alami. Contoh, “Harga saham perusahaan X dalam beberapa hari terakhir terus menurun.
7. Slippery slope
Dalam kesesatan berpikir ini, seseorang memiliki kecenderungan berasumsi sebab akibat
yang salah. Padahal, tidak ada penalaran yang masuk akal di antara keduanya. Sebagai
contoh, “kalau kamu memberikan minuman gratis untuk satu orang, maka kamu perlu
Cara untuk mengatasi atau menghindari logical fallacy adalah kita harus memastikan bahwa
kesalahan logika dapat melemahkan argumen. Namun dengan syarat bagwa kita memiliki bukti
untuk validasi informasi. Maka dari itu, kita harus benar-benar memahami terlebih dahulu apa
yang akan disampaikan, mulai dari pengertian, alasan, hingga bukti agar argumentasi kita
relevan. Selain itu, kita harus mengevaluasi terlebih dahulu sebuah informasi yang didapatkan.
Dengan mengevaluasinya dengan cara memvalidasi informasi dapat membuat kita semakin yakin
bahwa informasi tersebut benar atau salah. Demikianlah penjelasan mengenai logocal fallacy
dan cara mengatasinya. Dengan mudahnya informasi yang kita dapatkan, kita harus berpikir
secara kritis. Tujuannya adalah agar kita tidak terjebak dengan informasi hoaks atau argumentasi
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Logika adalah salah satu cabang filsafat. Sebagai ilmu, logika disebut dengan logike
episteme (bahasa Latin: logica scientia) atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari
kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur. Kata logis yang dipergunakan tersebut
bisa diartikan dengan masuk akal. Berpikir kritis adalah berpikir dengan menelaah suatu
permasalahan dari berbagai faktor, umumnya diikuti dengan sikap pro aktif. Berpikir
logis adalah berpikir dengan akal sehat dan apa yang dihasilkan dari pemikiran tersebut dapat
diterima secara logika. Satu hal yang membedakan manusia dengan binatang lainnya adalah akal
budi. Hal ini dianugerahkan oleh Tuhan agar kehidupan manusia lebih teratur.
Dalam memanfaatkan kemampuan berpikirnya, manusia harus mau dan mampu berpikir.
Salah satunya dengan mempelajari bagaimana logika bekerja secara baik dan benar, agar tidak
menghasilkan output yang buruk karena kekeliruan dalam berpikir dan logika yang cacat, atau
yang juga dikenali dengan istilah logical fallacy Nyatanya, manusia yang mengaku berpikir
memang tidak terlepas dari kesalahan-kesalahan dalam berpikir. Logical fallacy umumnya
terjadi akibat tidak disiplin manusia dalam mengolah pemikirannya, baik secara sadar atau tidak
sadar. Logical fallacy dapat terlihat melalui ungkapan-ungkapan atau tindakan manusia dalam
kehidupan sehari-hari, yang mungkin saja terasa benar dan baik-baik saja namun sebenarnya
mengandung kekeliruan.
B. SARAN
Saya berharap makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca agar tertarik untuk terus
dapat meningkatkan keingintahuan nya terhadap informasi baru yang bermanfaat. Demi
kesempurnaan makalah ini, saya berharap kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya
Alex Lanur OFM, Logika Selayang Pandang, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1983
Basiq Djalil, Logika (Ilmu Mantiq), Jakarta: Kencana Prenada Media, 2010
Burhanuddin Salam, Logika Formal (Filsafat Berpikir), Jakarta: Bina Aksara, 1988
Hayon, Y.P, Logika, Prinsip-Prinsip Bernalar Tepat, Lurus, dan Teratur, Jakarta: ISTN,
2001
Khaidir Anwar, Fungsi Dan Penerapan Bahasa, Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 1990 Mehra dan Burhan, Pengantar Logika Tradisional, Bandung: Binacipta, 1996
Sirajuddin, Filsafat Islam, Jakarta: Grafindo Persada, 2004 Soekadijo, R.G, Logika Dasar
Tradisional, Simbolik dan Induktif. Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama, 2001
Sou‟yb Joesoef, Logika Kaidah Berfikir Secara Tepat, Jakarta: PT Al-Husna Zikra, 2001