Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KOMPETENSI GURU

OLEH

NAMA: SITI FEBRIANI

NPM: 177100022

DOSEN PEMBIMBING: Dra. IKA ROSENTA PURBA M.si

Ta 2018/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan Rahmat dan
Hidayah – Nya sehingga penulisan makalah yang berjudul “Kompetensi Guru” dapat berjalan
dengan lancar.

Makalah yang berjudul “Kompetensi Guru” ini membahas mengenai kompetensi yang harus
dimiliki seorang guru ketika berkecimpung di dunia pendidikan.

Penulisan makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas kelompok mata kuliah Etika Profesi
Guru. Dalam penyusunan makalah ini penulis tidaklah sendiri, namun mendapat bimbingan dari
berbagai pihak.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, sehingga penulis menerima kritik dan
saran yang membangun sebagai evaluasi penulisan yang selanjutnya. saya berharap makalah ini
bermanfaat bagi pembacanya.

Pematangsiantar,18Desember2018
DAFTAR ISI

Halaman Judul 1………………………………………………………………………………..

Kata Pengantar 2………………………………………………………………………………

Daftar Isi 3………………………………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN 4…………………………………………………………………….

1.1 Latar Belakang 4………………………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN 6……………………………………………………………………

2.1 Kompetensi Guru 6……………………………………………………………………

BAB III PENUTUP 28………………………………………………………………………..

3.1 Kesimpulan 28………………………………………………………………………….

3.2 Saran 29………………………………………………………………………………...

DAFTAR PUSTAKA 30……………………………………………………………………


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan bagian dari kehidupan manusia di mana setiap orang yang telah lahir
akan mendapat pendidikan dari orang tuanya. Mendidik seorang anak sejak kecil adalah bagian
dari pendidikan dini yang diberikan oleh keluarga yang lambat laun akan memperoleh
pendidikan di institusi tertentu dan masyarakat. Pendidikan adalah usaha sadar untuk
memanusiakan manusia, di mana saat ini tugas seorang guru bukan hanya sebagai pengajar
namun juga menjadi seorang pendidik. Seorang pendidik diharapkan mampu melaksanakan
fungsi pendidikan dan dapat mencapai tujuan pendidikan. Pendidik adalah seorang manusia yang
dengan kesadarannya mampu mempengaruhi orang lain dengan tujuan transfer pengetahuan dan
karakter. Pembelajaran dengan memberikan pengetahuan yang tinggi tanpa dibarengi dengan
karakter yang baik, maka akan menjadikan ilmu yang diperoleh kurang bermanfaat. Begitu juga
sebaliknya, orang berkarakter tetapi tidak berilmu, maka sama saja kebermanfaatanya kurang
maksimal. Sehingga perlu adanya keseimbangan antara keduanya.

Peran pendidik dalam menjadikan peserta didik yang berwawasan luas dan berkarakter sangat
penting. Sehingga kualitas pendidik sangat diperhatikan demi terciptanya peserta didik yang
diharapkan. Ada beberapa syarat agar sesorang bisa dikatakan pendidik. Noeng Muhadjir
menyebutkan sebagaimana dikutip oleh Siswoyo (2013: 117), bahwa prasyarat seseorang bisa
sebagai pendidik apabila seseorang tersebut: (1) memiliki pengetahuan lebih, (2)
mengimplisitkan nilai dalam pengetahuan itu dan (3) bersedia menularkan pengetahuan beserta
nilainya kepada orang lain.

Di era yang serba modern di mana belajar itu mudah dilakukan dengan berbagai media yang ada,
membuat guru sebagai pendidik harus bisa memberikan pelayanan pendidikan kepada peserta
didik sesuai kebutuhan dan jamannya. Dengan begitu guru harus memiliki kemampuan
mengelola pembelajaran, kemampuan memberikan teladan yang baik, kemampuan menjadi guru
yang profesioanl, dan kemampuan untuk berkomunikasi dan berinteraksi. Dengan kemampuan –
kemampuan yang telah disebutkan tersebut, termuat dalam empat kompetensi guru yaitu,
pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Setiap kompetensi tersebut akan dibahas dalam
makalah ini dengan terperinci.
BAB II
KOMPETENSI GURU

A. Pengertian Kompetensi dan Kompetensi Guru


Kompeten dan kompetensi adalah dua kata yang semakin sering diucapkan dalam lingkup
bisnis maupun organisasi pemerintah belakangan ini. Saking seringnya, makna hakiki kedua kata
itu pun cenderung disederhanakan. Kompeten dan kompetensi, misalnya, dianggap sama dengan
keahlian atau kemampuan. Orang yang ahli di bidang teknik bangunan, umpamanya, dianggap
kompeten di bidang teknik bangunan. Padahal, kompetensi seorang ahli teknik bangunan yang
berprofesi sebagai dosen akan berbeda dengan ahli teknik bangunan yang berprofesi sebagai
Manajer Proyek. Di sini terlihat, bahwa kompetensi individu tidak bisa berdiri sendiri hanya
sebatas kebiasaan atau kemampuan seseorang, tetapi ia terkait erat dengan tugas dan profesi yang
dijalankan orang itu dalam pekerjaan.
Kompetensi diakui sebagai faktor yang memegang factor penting dalam keberhasilan
seseorang dalam pekerjaannya. Sebagai contoh guru sebagai salah satu profesi, Undang-Undang
RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, menyatakan bahwa Guru wajib memiliki
kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Selanjutnya Mendiknas RI melalui
Permen Nomor 16 Tahun 2007 menetapkan Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi
Guru. Identifikasi kompetensi guru yang tepat dianggap memiliki nilai prediksi yang valid untuk
keberhasilan guru dalam pekerjaannya
”Apakah arti sebenarnya kompetensi dan bagaimana pula dengan ngertian kompetensi guru?”,
menjadi pertanyaan yang sangat penting untuk dijawab. Pemahaman yang mendalam tentang
pengertian kompetensi akan memberikan dasar dalam upaya menjadi guru yang berhasil sesuai
dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan.
Pengertian kompetensi Untuk memahami pengertian “standar kompetensi”, hendaknya
ditelusuri terlebih dahulu pengertian dari “kompetensi”. Berkaitan dengan definisi/pengertian
“kompetensi”, berikut adalah pernyataan-pernyataan yang berhubungan dengan pengertian
kompetensi tersebut.
Surat Keputusan Mendiknas nomor 045/U/2002. tentang Kurikulum Inti Perguruan
Tinggi mengemukakan “Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggungjawab
yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam
melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu”.
Association K.U. Leuven mendefinisikan bahwa pengertian kompetensi adalah peingintegrasian
dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang memungkinkan untuk melaksanakan satu cara
efektif.
Descriptive of qualitative nature or teacher behavior appears to be entirely
meaningful (Broke and Stone, 1975). Kompetensi merupakan gambaran hakikat kualitatf dari
perilaku guru yang tampak sangat berarti. Competency as a rational ferfomance wich
satisfactorily meets the objective for a desired condition (Charles E. Johnson, 1974).
Robert A. Roe (2001) mengemukakan definisi dari kompetensi yaitu: Competence is
defined as the ability to adequately perform a task, duty or role. Competence integrates
knowledge, skills, personal values and attitudes. Competence builds on knowledge and skills and
is acquired through work experience and learning by doing.
Dari definisi di atas kompetensi dapat digambarkan sebagai kemampuan untuk
melaksanakan satu tugas, peran atau tugas, kemampuan mengintegrasikan pengetahuan,
ketrampilan-ketrampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai pribadi, dan kemampuan untuk membangun
pengetahuan dan keterampilan yang didasarkan pada pengalaman dan pembelajaran yang
dilakukan.
Berdasarkan definisi kompetensi di atas, komponen-komponen atau karakteristik yang
membentuk sebuah kompetensi menurut Spencer & Spencer adalah :
1. Motives, yaitu konsistensi berpikir mengenai sesuatu yang diinginkan atau dikehendaki oleh
seseorang, sehingga me-nyebabkan suatu kejadian. Motif tingkah laku seperti me-ngendalikan,
mengarahkan, membimbing, memilih untuk menghadapi kejadian atau tujuan tertentu.
2. Traits, yaitu karakteristik fisik dan tanggapan yang konsisten terhadap informasi atau situasi
tertentu.
3. Self Concept, yaitu sikap, nilai, atau imaginasi seseorang.
4. Knowledge, informasi seseorang dalam lingkup tertentu. Komponen kompetensi ini sangat
kompleks. Nilai dari knowledge test, sering gagal untuk memprediksi kinerja karena terjadi
kegagalan dalam mengukur pengetahuan dan kemampuan sesungguhnya yang diperlakukan
dalam pekerjaan.
5. Skills, yaitu kemampuan untuk mengerjakan tugas-tugas fisik atau mental tertentu.
Komponen kompetensi motives dan traits disebut hidden compe-tency karena sulit untuk
dikembangkan dan sulit mengukurnya. Komponen kompetensi knowledge dan skills disebut
visible competency yang cenderung terlihat, mudah dikembangkan dan mudah mengukurnya.
Sedangkan komponen kompetensi self concept berada di antara kedua kriteria kompetensi
tersebut. Kompetensi merupakan kombinasi dari keterampilan (skill), pengetahuan (knowledge),
dan perilaku (attitude) yang dapat diamati dan di-terapkan secara kritis untuk suksesnya sebuah
organisasi dan prestasi kerja serta kontribusi pribadi seseorang terhadap organisasinya.
Definisi yang diajukan oleh Spencer & Spencer menjelaskan bahwa dalam menggunakan
konsep kompetensi harus ada “Kriteria Pembanding” (Criterion Reference) untuk membukti-kan
bahwa sebuah elemen kompetensi mempengaruhi baik atau buruknya kinerja seseorang. Pada
umumnya setiap orang memiliki kinerja yang sama (average performance) tetapi ada beberapa
orang memiliki keahlian yang khusus (superior performance) sehingga harus dibedakan dari
orang-orang yang lain. Kriteria pembanding yang digunakan dalam konsep kompetensi untuk
membedakan superior performance dengan average per-formance adalah sebagai berikut:
1. Cross Cultural Interpersonal Sensitivity
Kemampuan untuk memahami budaya orang lain melalui tingkah laku dan ucapannya, serta
untuk memprediksi bagai-mana mereka akan bereaksi.
2. Positive Expectations of Other
Kepribadian yang kuat dalam memahami formalitas dan nilai dari orang lain yang berbeda
dengan diri sendiri, dan kemampuan untuk mempertahankan pandangan positif ke-tika berada
dalam tekanan.
3. Speed in Learning Political Networks
Kemampuan untuk mengerti dengan cepat sehingga mempengaruhi apa dan siapa masing-masing
orang dalam kepentingan politiknya.
Rychen dan Salganik (2003:43-46), mendefinisikan kompetensi sebagai kemampuan untuk
berhasil dalam menghadapi tuntutan yang kompleks dalam konteks khusus melalui pengerahan
persyaratan psikososial (meliputi aspek kognitif dan non-kognitif). Fokus utamanya adalah pada
keberhasilan pencapaian seseorang melalui tindakan, pilihan, atau berperilaku, yang merujuk
tuntutan. Tindakan yang merujuk tuntutan ini melibatkan struktur mental internal kemampuan,
watak atau sumber yang melekat dalam individu.
Secara ringkas, seperti diadopsi DeSeCo (Definition and Selection of Competency) model
mendasar dari kompetensi adalah utuh dan dinamis dalam menghadapi tuntutan yang kompleks,
dengan menggabungkan prasyarat psikososial (meliputi kognitif, motivasi, etika, kemamuan
sendiri dan komponen sosial) dan konteks dalam sebuah sistem yang kompleks yang
menghasilkan kinerja terbaik atau tindakan seefektif mungkin. Jadi kompetensi tidak terjadi
secara bebas dari hubungan antara tindakan dan konteks. Malahan, dipahami dalam hubungan
ketergantungan dan dinyatakan dengan tindakan yang mempunyai tujuan yang diberikan
seseorang dalam sebuah situasi khusus.
B. Pengertian Kompetensi Guru
Kompetensi guru dapat dimaknai sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap
yang berwujud tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai
agen pembelajaran.
Pada penelitian ini hanya akan dikaji dua kompetensi guru, yaitu kompetensi pedagogik
dan kompetensi profesional. Kompetensi pedagogik seorang guru ditandai dengan
kemampuannya menyelenggarakan proses pembelajaran yang bermutu, serta sikap dan tindakan
yang dapat dijadikan teladan. Guru juga perlu memiliki kompetensi profesional yaitu selalu
meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan
sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
Guru pendidikan dasar perlu memiliki kemampuan memantau atas kemajuan belajar
siswanya sebagai bagian dari kompetensi pedagogik dengan menggunakan berbagai teknik
asesmen alternatif seperti pengamatan, pencatatan, perekaman, wawancara, potofolio,
memajangkan karya siswanya. Guru sebagai pedagogik perlu meningkatkan kompetensinya
melalui aktivitas kolaboratif dengan kolega, menjalin kerjasama dengan orang tua,
memberdayakan sumber-sumber yang terdapat di masyarakat, melakukan penelitian sederhana.
Diaz, Pelletier, dan Provenzo mengatakan bahwa guru harus senantiasa berusaha memperbaiki
kinerjanya dan mengatasi masalah-masalah pembelajaran dan senantiasa mengikuti
perubahan. Dalam membelajarkan siswa, menurut Cruicksank, Jenkins, dan Metcalf, guru perlu
menguasai pemanfaatan ICT untuk kebutuhan belajarnya.
Kegiatan belajar dan pembelajaran perlu dikelola dengan baik. Menurut Tight mengelola
pembelajaran adalah rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada siswa agar dapat
menerima, menanggapi, menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran dan merupakan
sebuah cara dan proses hubungan timbal balik antara siswa dengan guru yang sama-sama aktif
melakukan kegiatan. Batasan tersebut selaras dengan pendapat Tim Wollonggong bahwa
mengelola pembelajaran merupakan suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan
sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan kebutuhan siswa, sehingga terjadi proses belajar.
Batasan mengelola pembelajaran secara lebih sederhana dikemukakan Crowl bahwa
mengelola pembelajaran sebagai perbuatan yang dilakukan seseorang dengan tujuan membantu
atau memudahkan orang lain melakukan kegiatan belajar. Dalam kegiatan mengelola
pembelajaran seorang guru melakukan suatu proses perubahan positif pada tingkah laku siswa
yang ditandai dengan berubahnya pengetahuan, pemahaman, sikap, keterampilan, kecakapan dan
kompetensi serta aspek lain pada diri siswa, sedangkan perubahan tingkah laku adalah keadaan
lebih meningkat dari keterampilan, sikap, pengetahuan, pemahaman dan aspirasi.
Depdiknas juga merumuskan definisi kompetensi sebagai pengetahuan, keterampilan, dan
nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Berdasarkan definsi
tersebut Rastodio (2009) mendefinisikan kompetensi guru sebagai penguasaan terhadap
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan
bertindak dalam menjalankan profesi sebagai guru.
Selanjutnya Kepmendiknas nomor 16 Tahun 2007 menetapkan standar kompetensi guru
yang dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi : kompetensi pedagogik, kepribadian,
sosial, dan profesional.
C. Macam-macam Kompetensi Guru
Berdasarkan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada pasal
10 ayat 1 menyatakan bahwa “Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 meliputi
Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Sosial, dan Kopetensi Profesional
yang diperoleh melalui pendidikan profesi”.
Untuk menciptakan peserta didik yang berkualitas, guru harus menguasai 4 kompetensi.
Keempat kompetensi yang harus dikuasai guru untuk meningkatkan kualitasnya tersebut adalah
kompetensi pedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian. Guru harus sungguh-sungguh dan
baik dalam menguasai 4 kompetensi tersebut agar tujuan pendidikan bisa tercapai.

1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik pada dasarnya adalah kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran peserta didik. Kompetensi yang merupakan kompetensi khas, yang membedakan
guru dengan profesi lainnya ini terdiri dari 7 aspek kemampuan, yaitu:
a. Mengenal karakteristik anak didik
b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran
c. Mampu mengembangkan kurikulum
d. Kegiatan pembelajaran yang mendidik
e. Memahami dan mengembangkan potensi peserta didik
f. Komunikasi dengan peserta didik
g. Penilaian dan evaluasi pembelajaran

2. Kompetensi Profesional
Kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan guru dalam mengikuti perkembangan ilmu
terkini karena perkembangan ilmu selalu dinamis. Kompetensi profesional yang harus terus
dikembangkan guru dengan belajar dan tindakan reflektif. Kompetensi profesional merupakan
kemampuan guru dalam menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
meliputi:
- konsep, struktur, metode keilmuan/teknologi/ seni yang menaungi/koheren dengan materi
ajar.
- Materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah
- Hubungan konsep antar pelajaran terkait
- Penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari
- Kompetensi secara professional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan
budaya nasional

3. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial bisa dilihat apakah seorang guru bisa bermasyarakat dan bekerja sama
dengan peserta didik serta guru-guru lainnya. Kompetensi sosial yang harus dikuasai guru
meliputi:
a. Berkomunikasi lisan dan tulisan
b. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional
c. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang
tua/wali peserta didik
d. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar
e. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia
f. Menunjukkan pribadi yang dewasa dan teladan
g. Etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru

4. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan bijaksana, berwibawa dapat menjadi teladan
bagi peserta didik dan masyarakat, berakhlak mulia, mengevaluasi kinerja sendiri, dan
mengembangkan diri secara berkelanjutan.
Keempat potensi tersebut sangat berperan penting dalam proses belajar mengajar agar
terciptanya kondisi belajar dan mengajar yang baik. Pendapat lain juga mengatakan istilah
kompetensi profesional sebenarnya merupakan “payung”, karena telah mencakup semua
kompetensi lainnya
D. Jenis Kompetensi
Pengklasifikasian jenis kompetensi biasanya dilihat dari dimensi manusia secara personal
dan hubungan antara personal karena manusia adalah makhluk sosial. Para pakar seperti willy
susilo (2002:17), Zohar dan Marshall (2000:3) dan ary ginanjar agustian (2001:62) mengatakan
bahwa manusia memiliki tiga dimensi, yaitu (1) fisik, (2) emosi dan (3) spiritual, dan atas dasar
dimensi ini lalu mereka mengelompokkan kompetensi menjadi 3 : a. kompetensi intelektual, b.
kompetensi emosional, dan c. kompetensi spiritual.
Menurut spencer dan spencer (1993:34)dimensi atau komponen kompetensi individual
terdiri dari 3 : a. kompetensi intelektual, b. kompetensi emosional, dan c. kompetensi spiritual.
Pendapat ini menggambarkan bahwa manusia mendapat dimensi personal/individual (intelektual
dan emosional) dan dimensi sosial (kompetensi sosial). Berikut penjelasan masing – masing
dimensi kompetensi :
1. Kompetensi Intelektual
Kompetensi intelektual adalah karakter bersikap dan berperilaku atau kemauan dan
kemampuan intelektual individu yang bersifat relatif stabil ketika menghadapi permasalahan di
tempat kerja, yang dibentuk dari sinergi antara watak, konsep diri, motivasi internal, serta
kapasitas kontekstual. Danah Zohar dan ian marshall (2000:3) mengungkapkan bahwa
kompetensi intelektual adalah kemampuan dan kemauan yang berkaitan dengan pemecahan
masalah – masalah yang bersifat rasional.
Sementara menurut spencer dan spencer (1993:35-36) kompetensi intelektual ini
terinternalisasi dalam bentuk sembilan kompetensi :
a. Berprestasi
b. Kepastian kerja
c. Inisiatif
d. Penguasaan kerja
e. Berfikir analitik
f. Berfikir konseptual
g. Keahlian praktikal
h. Kemampuan linguistic
i. Kemampuan naratif

2. Kompetensi emosional
Kompetensi emosional adalah karakter sikap dan perilaku atau kemauan dan kemampuan
untuk menguasai diri dan memahami lingkungan secara objektif dan moralis sehingga pola
emosinya relatif stabil ketika menghadapi berbagai permasalahan ditempat kerja yang terbentuk
melalui sinergi antara watak, konsep diri, motivasi intelektual serta kapasitas pengetahuan
mental/emosional. Kompetensi emosional individu ini terinternalisasi dalam bentuk enam tingkat
kemauan dan kemampuan spencer dan spencer (1993:37):
a. Sensitifitas atau saling pengertian
b. Kepedulian
c. Pengendalian diri
d. Percaya diri
e. Kemampuan beadaptasi
f. Komitmen pada organisasi
E. Peranan dan Kompetensi Guru dalam Proses Belajar Mengajar

Menurut willy susilo (2003:


46) seseorang yang cerdas secara emosional akan sanggup mengubah rasa malas menjadi
rajin, memerangi rasa benci menjadi cinta, mengatasi rasa takut, mengubah sikap masa bodoh
menjadi peduli.
Goleman (1999:15) menyatakan ada empat komponen kompetensim emosional yaitu :
manajemen diri, pemahaman diri, pemahaman sosial, dan keterampilan sosial.
3. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial adalah karakter sikap dan perilaku atau kemauan dan kemampuan
untuk membangun simpul – simpul kerja sama dengan orang lain yang relatif stabil ketika
menghadapi permasalahan.
Kompetensi sosial individu ini terinternalisasi dalam bentuk tujuhi tingkat kemauan dan
kemampuan spencer dan spencer (1993:39) :
a. Pengaruh dan dampak
b. Kesadaran berorganisasi
c. Membangun hubungan kerja
d. Mengembangkan orang lain
e. Mengarahkan bawahan
f. Kerja tim
g. Kepemimpinan kelompok

4. Kompetensi Spiritual
Kompetensi spiritual adalah karakter dan sikap yang merupakan bagian kesadaran yang
paling dalam pada seseorangyang berhubungan dengan yang tidak hanya mengakui
kesadarannilai tetap ijuga kreatif untuk menemukan nilai – nilai baru. Ada sembilan ciri
pengembangan kompetensi spiritual yang tinggi, yaitu :
- Kemampuan bersikap fleksibel atau adaptif
- Tingkat kesadaran diri yang tinggi
- Kemampuan untuk menghadapi dan mengatasi penderitaan
- Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit
- Kualias hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai
Menurut Ary Ginanjar (2003: 12) internalisasi karakter spiritual, yaitu:
Berbakti dan member
Jujur dan terpecaya
Adil
Kerjasama dan bersatu
Berjuang dan bersikap teguh
Ramah dan penyayang
Yang nantinya akan menghasilkan paham spiritual, seperti integritas atau kejujuran,
energi atau semangat inspirasi dan inisiatif, bijaksana dan keberanian dalam mengambil
keputusan.
Komponen kompetensi dilihat dari aspek dimensi personal dan hubungan antar
personal manusia Amstrong (2003: 104) yaitu ;
- Kompetensi inti
- Kompetensi generic
- Kompetensi peran khusus

Berdasrakan studi literatur terhadap pandangan Adams and Dickey dalam bukunyaBasic
Principles of Student Teaching, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat 13 peranan seorang
guru dalam proses mengajar yang menuntut berbagai kompetensi dan keterempilan dalam
mengajar yaitu:
a) Guru sebagai pengajar, menyampaikan ilmu pengetahuan, yang perlu memiliki keterampilan
dalam memberikan informasi kepada kelas.
b) Guru sebagai pemimpin kelas, perlu memiliki keterampilan cara memimpin kelompok-
kelompok murid.
c) Guru sebagai pembimbing, perlu memiliki keterampilan cara mengarahkan dan mendorong
kegiatan belajar siswa.
d) Guru sebagai pengatur lingkungan, perlu memiliki keterampilan mempersiapkan dan
menyediakanalat dan bahan pelajaran.
e) Guru sebagai partisipan, perlu memiliki keterampilan cara memberikan saran, mengarankan
pemikiran kelas, dan memberikan penjelasan.
f) Guru sebagai ekspeditur, perlu memiliki keterampilan menyelidiki sumber-sumber masyarakat
yang akan digunakan.
g) Guru sebagai perencana, perlu memiliki keterampilan cara memilih, dan meramu bahan
pelajaran secara profesional.
h) Guru sebagai supervisor, perlu memiliki keterampilan mengawasi kegiatan anak dan ketertiban
kelas.
i) Guru sebagai motivator, perlu mimiliki keterampilan mendorong motivasi belajar siswa.
j) Guru sebagai penanya, perlu memiliki keterampilan cara bertanya yang merangsang kelas
berpikir dan cara memecahkan masalah.
k) Guru sebagai pengajar, perlu memiliki keterampilan cara memberikan penghargaan terhadap
anak-anak yang berprestasi.
l) Guru sebagai evaluator, perlu memilki koterampilan cara menilai anak-anak secara objektif,
kontinu, dan komprehensif.
m) Guru sebagai konselor, perlu memilki keterampilan cara membantu anak-anak yang mengalami
kesulitan tertentu.
F. Pengembangan Kompetensi Guru
Berikut ada beberapa hal yang telah dilakukan oleh pemeirntah untuk mengembangkan
kompetensi guru adalah sebagai berikut.
1. Kompetensi guru berdasarkan kurikulum sekolah pendidikan guru (1976)
Sekolah pendidikan guru (SPG) berfungsi menyiapkan calon guru yang mampu mengajar pada
sekolah dasar (SD). Jadi, SPG menyelenggarakan program pendidikan pada tingkat pre-service.
Dalam kurikulum SPG tahun 1976 BAB III pasal 4, dikemukakan tujuan umum pendidikan
SPG, sebagai berikut.
Sehat jasmani dan rohani
Warga negara yang bermoral pancasila serta menerima dan percaya kepada kaidah dan cara-cara
pengamalan agama masing-masing, baik dalam peribadatan ndan kehidupan sehari-hari, dan
dalam hubungan antara agama dan bidang-bidang kehidupan lainnya.
Memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai serta sikap yang diperluka untuk melaksanakan
tugas secara efektif, mengembangkan dan mengamalkan ilmu dan profesinya, menggunakan
prinsip pendidikan seumur hidup, mengembangkan dan membina sifat kepemimpinan pada
murid, menggunakan sifat kemanuasiaan demokratis dan keadilan sosial dalam kehidupan,
pergaulan, keluarga, dan di sekolah secara bertanggung jawab.
Untuk mencapai tujuan umum dan khusus, kurikulum SPG disusun atas progaram pendidikan
yang meliputi:
- Program pendidikan umu
- Program pendidikan keguruan, dan
- Program pengajaan ditingkat SD/program spesialisasi/program peningkatan ditingkat TK.
Dalam rangka memperrsiapkan calon guru agar kompetensi mengajar, yang berfungsi membina
kemampuan profesional sebagai seorang guru, kurikulum SPG mengembangkan program
pendidikan program keguruan tersebut.

2. Pengembangan kompetensi guru berdasarkann program penataran guru sekolah dasar


(1997/1978)
Dalam rangka usaha melaksanakn kurikulum SD 1975, sebagai bagian integral dari inovasi
pendidikan di Indonesia, maka departemen P dan K memandang perlu meningkatkan dan
menyesuaikan kemampuan guru SD dengan tuntutan dari kurikulum terebut melalui suatu
program penataran secar nasional yang dilaksanakan dalam bentuk “Proyek Pembinaan
Pendidikan Dasar (P3K)”.
Berdasarkan perumusan yang terkandung dalam buku kurikulum penataran guru 1977/1978.
Ditegaskan bahwa penetaran bertujuan agar guru-guru sekolah dasar:
a) Memahami kurikulum sekolah dasar 1975
b) Mempunyai sikap positif dalam menghadapi pelaksanaan kurikulum SD 1975 di kelas yang
mereka hadapi.
c) Mampu melaksanakan kurikulum SD di kelas 3 dan 4.
d) Memahami dan menguasai teknik-teknik penyusunan persiapan/satuan pelajar, kegiatan belejar
mengajar dengan menggunakan Prosedur Pengembangan Sistem Intruksional (PPSI).
e) Mampu membuat persiapan atau satuan pelajaran, kegiatan belajar, kegiatan belajar mengajar
dengan menggunakan PPSI.
f) Memahami materi buku yang digunakan dalam pembelajar.
g) Mempunyai kemampuan menggunakan/melaksanak buku-buku tersebut 1 atau 2 kelas yang
bersangkutan.
h) Mampu menggunakan alat-alat peraga pendidikan untuk bidang studi masing-masing.
i) Mampu memciptakan alat-alat peraga pendidikan untuk bidang studi masing-masing, dari
bahan lokal/sederhana.

3. Peranan LPTK dalam Mengembangkan Kompetensi Profesional para Guru


Lembaga Pendidikan Tenaga Kepemdidikan(LPTK) sebagai suatu lembaga pendidikan guru
tinkat universitas mempunyai fungsi pokok dalam rangka mempersiapkan para calon guru yang
kelak mampu melakukan tugasnya selaku profesional pada sekolah menengah tingakt atas
(SLTA). Dalam hal mini PLTK mengemban beberapa peranan yaitu sebagai berikut.
a) Mempersiapkan para calon guru SPG
b) Menyelenggaraan kelas pralel
c) Program kuliah padat
d) Program internship
e) Membantu peningkatan universitas swasta
f) Program KKN turut membantu mengembangkan kemampuan profesional guru
G. Pentingnya Kompetensi Guru
Masalah kompetensi profesional guru merupakan salah satu dari kompetensi yang harus
dimiliki oleh setiap guru dalam jenjang pendidikan apapun. Beberapa hal yang menyebabkan
pentingnya kompetensi guru antara lain:
1. Kompetensi guru sebagai alat seleksi penerimaan guru
Perlu ditentukan secara umum jenis kompetensi apakah yang perlu dipenuhi sebagai syarat agar
seseorang dapat diterima menjadi guru. Dengan adany asyarat ini, maka akan terdapat pedoman
bagi administrator dalam menyeleksi penerimaan guru yang diperlukan untuk satu sekolah.
Asumsin yang mendasari kriteria ini adalah bahwa setiap calon guru yang memenuhi syarat
tersebut, diharapkan dapat mengemban tugasnya dengan baik dan benar serta berhasil selaku
pengajar di sekolah.

2. Kompetensi guru penting dalam rangka pembinaan guru


Jika telah ditentukan jenis kompetensi guru yang diperlukan, maka atas dasar ukuran itu akan
dapat diobservasi dan ditentukan guru yang memiliki kompetensi penuh dan yang masih kurang
memadai kompetensinya. Informasi tentang hal ini sangat diperlukan oleh para administrator
dalam usaha pembinaan dan pengembangan terhadap para guru.

3. Kompetensi guru penting dalam rangka penyusunan kurikulum


Berhasil atau tidaknya pendidikan terletak pada berbagai komponen dalam nproses pendidikan
guru itu. Salah satunya yaitu komponen kurikulum. Oleh karena itu, kurikulum pendidikan guru
harus disusun berdasarkan kompetensi yang diperlukan oleh setiap guru. Tujuan, program
pendidikan, sistem penyampaian, evaluasi, dsb. Hal ini harus direncanakn dengan baik agar
relevan dengan tuntutan kompetensi guru secara umum.

4. Kompetensi guru penting dalam hubungan dengan kegiatan dan hasil belajar siswa
Proses belajar dan belajar siswa tidak hanyaditentukan oleh sekolah, pola, struktur, dan isi
kurikulum, akan tetapi juga ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing
mereka. Guru yang kompeten akan lebih mampu mengelola kelasnya, sehingga kegiatan belajar
dan mengajar siswa dalam tingkat yang optimal.
H. Strategi Meningkatkan Kompetensi Guru
Upaya untuk meningkatkan kompetensi yaitu, kompetensi harus selaras dengan bisnis, dan
kompetensi harus dikembangkan melalui lebih dari satu mekanisme. Secara garis besar terdapat
lima alat yang dapat digunakan untuk meningkatkan kompetensi suatu unit organisasi.

1. Buy (membeli)
Pimpinan organisasi dapat mencari menyewa bakat SDM yang lebih berkualitas dari sumber
eksternal untuk mengganti SDM saat ini. Strategi ini dilakukan dengan mengadakan seleksi dan
penyusunan staf.

2. Build (membangun)
Dalam cara ini pimpinan melakukan investasi pada semua karyawan yang ada saat ini untuk
membuat mereka lebih kuat dan berkualitas, serta kompetensinya meningkat.

3. Borrow (meminjam)
Strategi yang dilakukan oleh pimpinan organisasi untuk meningkatkan kompetensi karyawan
dengan melakukan investasi pada pihak luar organisasi yang mampu membei gagasan, kerangka
bepikir, dan alat untuk memperkuat organisasi.

4. Bounce (memecat)
Pimpinan organisasi dapat mengganti setiap individu yang gagal berprestasi untuk memenuhi
standarkualifikasi, gagal mengembangkan keterampilan baru dan tidak berkualitas untuk
melakukan praktik pekerjaan.

5. Bind (mengikat)
Strategi ini dilakukan dengan cara mengikat / mempertahankan karyawan yang memiliki visi,
arah, dan kompetensi pada level semua manajemen, sudah tentu berdasarkan suatu penilaian dan
kriteria objektif.
I. Pengukuran Kompetensi
Kompetensi setiap orang berbeda – beda, perbedaan itu merefleksikan berbagai faktor
yang mempengaruhi dari mulai pendidikan serta trait yang dimiliki oleh masing – masing.
Perbedaan tersebut jelas memerlukan suatu ukuran tertentu sebagai dasar penilaian apakah
kompetensi itu mencapai kondisi tertentu serta berbeda dengan yang lain.
Menurut Michael Zwell (2000: 222) “No matter what method of competency modelling
is uztilized, the effectivenes of the model depends on how well the competencies are measured”,
pendapat tersebut menggambarkan bagaimana pentingnya melakukan pengukuran kompetensi,
karena dengan pengukuran tersebut akan dapat diperoleh manfaat pemahaman kompetensi bagi
keefektifan kinerja individe dan kinerja organisasi.
Dari penjelasan diatas tampak bahwa masalah pengukuran kompetensi memerlukan
kehati – hatian, untuk itu berkaitan dengan kompetensi guru, tampaknya diperlukan kajian
mendalam dari para pakar tentang bagaimana mengukur kompetensi guru secara tepat dan
objektif.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kompetensi itu pada dasarnya menunjukan kepada :
1. Kecakapan atau kemampuan untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan.
2. Merupakan suatu sifat (karakteristik) orang-orang (kompeten) ialah yang memiliki kecakapan,
daya (kemampuan), otoritas (kewenangan), kemahiran (keterampilan), pengetahuan, dsb. Untuk
mengerjakan apa yang diperlukan.
3. Menunjukan kepada tindakan (kinerja) rasional yang dapat mencapai tujuan-tujuannya secara
memuaskan berdasarkan kondisi (prasyarat) yang diharapkan.
Macam-macam kompetensi guru

 Saran
Untuk pembaca makalah ini, terutama seorang guru diharapkan mampu menjadi guru yang
memiliki kompetensi yang tinggi, sehingga dalam pembelajaran guru dapat menjadi seorang
tokoh yang profesional yang mampu diterima oleh peserta didik. Selain di sekolah, guru
diharapkan mampu menjadi tokoh masyarakat yang menjadi teladan bagi warga masyarakat
sekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA

Jahiriansyah, Wahyudi dan M. Syukri. 2013. Peran Kepala Sekolah Sebagai Pendidik Dalam
Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Vol 2, No 10.
Diakses dari id.portalgaruda.org pada 4 Oktober 2017.

Malik, Oemar. 2009. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.

Muhson, Ali. 2004. Meningkatkan Profesionalisme Guru: Sebuah Harapan. Yogyakarta. Jurnal
Ekonomi dan Pendidikan. Volume 2, Nomor 1.

Mulyasa, Enco. 2013. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

Musfah, Jejen. 2015. Peningkatan Kompetensi Guru melalui Pelatihan dan Sumber Belajar
Teori dan Praktik. Jakarta: Prenadamedia Group.

Anda mungkin juga menyukai