Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas rutin mata kuliah Filsafat Pendidikan
Islam
DISUSUN OLEH :
MEDAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Tugas makalah Filsafat Pendidikan
Islam tentang Hakikat Peserta Didik dalam Pendidikan Islam. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Islam merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa
komponen penting yang saling berhubungan. Diantara komponen yang ada dalam
sistem tersebut adalah metode. Pengkajian terhadap metode yang seharusnya
menjadi bhan diskusi yang tetap aktual serta menarik, sebab metode turut
menentukan berhasil atau tidaknya proses pendidikan yang dilaksanakan dalam
mencapai tujuan. Untuk itu, metode harus dikembangkan secara dinamis sesuai
dengan kebutuhan dan tuntunan zaman.1
Filsafat pendidikan sangat penting untuk dipelajari karena cabang ini yang
akan membawa islam pada masa kejayaan. Dari filsafat pendidikan islam lahirlah
pendidikan yang ideal. Yang demikian tidak hanya berorientasi jasmani dan akal,
tetapi juga ruhaninya. Para pendidik wajib memepelajari ini
Oleh karena itu, pada makalah ini penulis akan membahas hakikat metode
dalam filsafat pendidikan islam. Yang mana metode dalam pendidikan atau
pengajaran, metode yang dipergunakan dalam pendidikan islam baik Dasar dari
metode tersebut, serta karakteristik metode pendidikan islam.
1
Salminawati SS, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2011), hlm, 150
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Adapun Tujuannya:
2
BAB II
PEMBAHASAN
2
Fachruddin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam. (Medan: IAIN Press, 2003), hlm, 35
3
Heris Hermawan, Filsafat Pendidikan Islam, (direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2009), hlm, 234
4
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya. 1992), hlm, 131
3
tidak memenuhi persyaratan sebagai metode, hal itu semua sangat bergantung
kepada metode yang diciptakan di satu pihak dan pada sasaran yng akan dikerjakan
dengan metode itu di lain pihak.5
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa metode
merupakan jalan yang dapat digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran, agar
peserta didik mudah memahami materi yang diampaikan oleh guru tersebut serta
dapat memudahkan dalam mencapai tujuan yang sudah ditentukan dari
pembelajaran tersebut.
Dalam pendidikan yang diterapkan dibarat, metode pendidikan hampir
sepenuhnya tergantung kepada kepentingan peserta didik. Pendidik hanya bertindak
sebagai motivator, stimulator, ataupun hanya sebagai instruktur. Sistem ini
cenderung meletakkan peserta didik sebagai pusat (child centre) pendidikan dan
menghargai adanya perbedaan individu para peserta didik. Hal ini menyebabkan
pendidik hanya merangsang dan mengarahkan peserta didikuntuk belajar dan diberi
kebebasan untuk mengembangkan pembelajaran. Sedangkan pembentukan
karakter hampir kurang menjadi perhatian pendidik. Dampak dari penerapan metode
tersebut, menyebabkan pendidikan kurang membangun watak dan kepribadian
peserta didik, terutama bila dihubungkan dengan fenomena yang timbul di
masyarakat, dimana pendidik semakin tidak dihormati oleh peserta didik.
Batasan ini memperlihatkan perbedaan besar antara metode pendidikan
Islam (yang dianggap sebagai metode pendidikan tradisional) dengan metode
pendidikan Barat (yang dianggap sebagai metode modern). Metode pendidikan
Islam sangat menghargai kebebasan individu, selama kebebasan tersebut sejalan
dengan fitrah-Nya. Akan tetapi sebaliknya, pendidik harus bertanggung jawab dalam
membentuk karakter peserta didiknya. Pendidik tidak boleh duduk, ketika peserta
didiknya memilih jalan yang salah.6
5
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm, 89
6
Ramaliyus dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2010), hlm, 115
4
didik itu tidak akan berkembang secara wajar, atau pada tingkat paling fatal dapat
menyalahi hukum-hukum dan arah perkembangannya sebagaimana telah digariskan
oleh Allah SWT. Untuk itusangat dibutuhkan pengetahuan yang utuh untuk
mengenai jati diri manusia dalam rangka membawa dan mengarahkannya untuk
memahami realitas diri, Tuhan alam semesta, sehingga ia dapat menemukan esensi
dirinya dalam lingkaran realitas itu.
5
Untuk memudahkan peserta didik dalam mensucikan jiwa dengan al-‘Ilm yang
ditarbiyah, di ta’lim atau dita’dib ke dalam diri mereka, para pendidik juga harus arif
dalam memilih dan menerapkan metode yang relevan untuk itu. Dalam konteks ini,
diantara metode tersebut ialah metode pemeliharaan jiwa, metode pensucian jiwa
(tazkitah al-nafs), metode pemberian nasehat (mau’izah), metode intropeksi atau
evaluasi diri (muhasabah al-nafs), metode pemberian peringatan, metode qishah,
dan metode lainnya yang dapat atau memungkinkan untuk mengantarkan peserta
didik agar berkemampuan mensucikan jiwa dengan al-‘Ilm yang ditarbiyah, di ta’lim
atau dita’dibkan pendidik ke dalam diri mereka.
7
Al Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islami, (Bandung: Citapustaka, 2019), hlm, 179
6
Untuk memilih dan menetapkan penggunaan suatu metode dalam
pembelajaran, seorang pendidik Muslim perlu memperhatikan dasar-dasar umum
yang menjadi landasan penggunaan metode tersebut. Dalam hal ini al-Syaibany8
memaparkan empat dasar metode pendidikan islami, yaitu:
a. Prinsip Kemudahan
8
Omar Mohammad al-Thoumy al-Syaibany, Falsafah, hlm 561
9
Ramaliyus dan Samsul Nizar, Op.cit, hlm, 220
7
Metode pendidikan yang dapat digunakan pendidik pada dasarnya
adalah menggunakan sebuah cara yang memberikan terhadap peserta didik
untuk menerapkan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sekaligus
mengidentifikasi dirinya dengan nilai-nilai ilmu pengetahuan dan keterampilan
tersebut. Dalam menggunakan metode pendidikan, seorang pendidik
hendaknya memformulasikan metode yang tidak membuat peserta didik
menjadi jenuh dan bosan ataupun tertekan dengan materi-materi yang sulit,
sementara peserta didik belum memiliki bekal yang cukup untuk memahami
materi yang diberikan.
b. Prinsip Berkesinabungan
Berkesinabungan menjadi prinsip metode pendidikan Islam, karena
dengan asumsi bahwa pendidikan Islam adalah sebuah proses yang akan
berlangsung terus-menerus. Untuk itu, dalam menggunakan metode
pendidikan, seorang pendidik perlu memperhatikan kesinabungan
pelaksanaan pemberian materi. Metode pendidikan yang digunakan oleh
pendidik pada waktu yang lalu merupakan landasan dan pijakan metode yang
akan digunakan. Sementara yang sekarang dipakai menjadi dasar
perencanaan bagi metode berikutnya, demikian seterusnya. Dengan
beraneka metode yang saling berkesinabungan tersebut, dimungkinkan
materi pendidikan dan pengajaran dapat berjalan dengan sistematis dan
gambling. Oleh karena itu, setelah menggunakan metode tertentu, seorang
pendidik perlu memperhatikan letak kekurangan dan kelemahan metode yang
digunakan sebelumnya untuk memformulasikan metode yang lebih baik pada
pelaksanaan proses pembelajaran selanjutnya.
c. Prinsip Fleksibel
Metode pendidikan Islam harus menggunakan dengan prinsip fleksibel dan
dinamis. Sebab, dengan kelenturan dan kedinamisan metode tersebut,
pemakaian metode tidak hanya menonton dengan satu macam metode.
Seorang pendidik mampu memilih salah satu dari berbagai alternatif yang
ditawarkan oleh pakar yang dianggapnya cocok dan sesuai dengan materi,
multi kondisi peserta didik, sarana dan prasarana, situasi dan kondisi
lingkungan, serta tujuan yang ingin dicapai. Dengan memperhatikan prinsip
felksibelk dan dinamis dalam pemilihan sebuah metode, diharapkan akan
muncul metode-metode yang realtif baru dari para pendidik Islam. Prinsip
8
kelenturan dan kedinamisan ini, memberikan peluang yang sangat luas bagi
para pendidik untuk mengembangkan metode yang sudah ada.
9
8. Metode Pendidikan Islam merupakan usaha untuk memudahkan proses
pengajaran dalam mencapai tujuannya secara efektif dan efisien.10
10
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm, 44
11
Salminawati SS, Op.cit, hlm, 154
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Metode dalam pendidikan islam ini ialah suatu cara atau jalan yang ditempuh
atau dilakukan oleh pendidik, agar peserta didik lebih mampu memahami
materi yang disampaikan serta terciptanya suatu tujuan dari pendidikan itu
sendiri.
2. Terdapat empat dasar dalam metode pendidikan islam menurut al-syaibany,
yang pertama dasar agama yang mana pada dasar ini merujuk pada Al-
Qur’an dan Hadits, dimana di dalam Al-Qur’an terdapat beberapa metode
yang bisa digunakan untuk para pendidik. Seperti metode Qishah, metode
tanya jawab dan lainnya. Yang kedua dasar biologis yakni melihat dari segi
perkembangan serta usia peserta didik. Yang ketiga dasar Psikologis yakni
seperti kekuatan psikolosis yang berupa motivasi. Yang ke empat dasar
sosial memperhatikan latar belakang lingkungan peserta didik.
3. Dalam menentukan metode yang akan diterapkan oleh pendidik kepada
peserta didik, maka terlebih dahulu pendidik mengetahui prinsp metode
pendidikan islam yakni prinsip kemudahan, prinsip kesinabungan dan prinsip
fleksibel.
4. Terdapat beberapa karakteristik metode dalam pendidikan islam yakni
berdasarkan pada nilai-nilai islam, menedepankan akhlakul karimah, serta
mnekankan pada nilai keteladanan.
B. Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
Ramaliyus dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia,
2010)
12