Anda di halaman 1dari 24

CRITICAL BOOK RIVIEW

“Pembiayaan Pendidikan”

Mata Kuliah : Pembiayaan Pendidikan

Dosen Pengampu : Oda Kinata Banurea, M.Pd

Disusun Oleh :

Nama : Adnan Syah Sitorus

NIM : 0301193227

Kelas : PAI-6 Sem VI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN

2021/2022
IDENTITAS RIVIEWER

Nama : Adnan Syah Sitorus

NIM : 0301193227

Kelas : PAI-6 Semester VI, UINSU

Alamat : Jl. Rela / Keruntung, Medan Pancing

Email : adanasitorus161@gmail.com
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Allah Subhanallahu wa ta’ala, yang telah memberi kita
semua anugerah-Nya. Shalawat dan salam kita hadiahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu
‘alaihi wasallam, semoga kita nantinya mendapat syafa’atdari nya. Terkhusus bagi saya
mengucapkan kepada Allah Subhanallahu wa ta’ala, karena telah memberi saya kesempatan
sehingga makalah Critical Book Review ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Terima kasih juga kepada bapak Oda Kinata Banurea, M.Pd yang telah memberikan tugas
ini dengan harapan dapat menambah pengetahuan dan wawasan untuk kita semua. Kepada
pihak-pihak yang telah berperan didalam proses pembuatan Critical Book Riview ini juga saya
mengucapkan terima kasih, dan kepada orang tua saya yang selalu memberi dukungan,
nasehat-nasehat yang baik, serta selalu mendoakan.

Saya memohon maaf apabila ada kesalahan atau kekurangan dalam makalah Critical Book
Riview ini karena keterbatasan ilmu yang saya miliki. Kritik dan saran dari para pembaca
sekalian akan sangat bermanfaat agar menjadi perbaikan bagi saya kedepannya. Atas
perhatiannya saya mengucapkan terima kasih.

Medan, 20 April 2022

Adnan Syah Sitorus


IDENTITAS BUKU

1. Buku Pertama
Judul Buku : Manajemen Pembiayaan Pendidikan
Penulis : Muhammad Jihadi, dkk.
ISBN : 978-623-348-07-2
Penerbit : Insan Cendekia Mandiri
Tahun Terbit : 2021
Kota Terbit : Sumatera Barat

2. Buku Kedua
Judul Buku : Manajemen Keuangan dan Pembiayaan Pendidikan
Penulis : Arwildayanto, dkk.
ISBN : 978-602-8323-96-3
Penerbit : Widya Padjadjaran
Tahun Terbit : 2017

3. Buku Ketiga
Judul Buku : Konsep Pembiayaan Pendidikan Islam
Penulis : Mohammad Roji, dkk.
ISBN : 978-623-7578-55-5
Penerbit : Umsida Press
Tahun Terbit : 2020
Kota Terbit : Sidoarjo

4. Buku Keempat
Judul Buku : Buku Ajar Manajemen Pembiayaan Lembaga Pendidikan
Penulis : Wisnu, dkk.
ISBN : 978-623-6833-45-2
Penerbit : Umsida Press
Tahun Terbi t : 2020
Kota Terbit : Sidoarjo
RINGKASAN BUKU

Buku Pertama : Manajemen Pembiayaan Pendidikan

1. Perencanaan Pendidikan
Menurut C. E. Beeby (Ervin, 2014) menjelaskan perencanaan pendidikan ialah upaya
menuju ke arah yang maju dalam menetapkan kebijakan, tujuan, dan biaya pendidikan
dengan memperhatikan realitas ekonomi, sosial, dan politik yang bertujuan untuk
peningkatan kapabilitas pendidikan nasional, pemenuhan kepentingan masyarakat,
terutama pelajar yang menerima layanan oleh sistem.
Perencanaan pendidikan, menurut Comb yaitu penerapan penelitian objektif dan
sistematik dalam proses pembangunan pendidikan dengan tujuan untuk meningkatkan
produk dan kualitas pendidikan guna melengkapi kebutuhan serta tercapainya tujuan
(pendidikan), baik untuk pelajar dan masyarakat.
Perencanaan pendidikan berperan sebagai bentuk dasar, indikasi, dan pedoman dalam
pengambilan keputusan, pelaksanaan dan pengelolaan program pendidikan, peningkatan
mutu pendidikan, pemenuhan akuntabilitas badan pendidikan serta pembuatan kebijakan
alternatif untuk kegiatan pertumbuhan pendidikan di masa yang akan datang.
Perencanaan dapat membantu dalam pencapaian misi dan tujuan dengan cara yang
ekonomis dan tepat waktu, serta memberikan peluang untuk pengawasan dan pengelolaan
yang lebih mudah selama implementasi. Oleh karena itu, perencanaan merupakan
komponen serta proses utama dalam fungsi manajemen yang memiliki peranan sangat
penting dan menentukan.
Dengan adanya perencanaan ini akan lebih meyakinkan penghematan biaya, waktu dan
energi secara produktif. Perlunya perencanaan pendidikan di Indonesia ditandai dengan
adanya desakan masalah pada berbagai perspektif yang suka atau tidak harus diselesaikan
dengan perencanaan. Tanpa perencanaan ataupun persiapan yang dilakukan maka banyak
permasalahan pendidikan yang tidak akan selesai penyelesaiannya.
2. Otonomi Pendidikan
Penerapan sistem desentralisasi sebagai kelanjutan diberlakukannya Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah berdampak pada penyelenggaraan
pendidikan yaitu memberikan ruang lebih bagi pengelola pendidikan untuk menciptakan
strategi kompetisi dalam era persaingan guna mencapai mutu dan kinerja pendidikan
mandiri. Kebijakan desentralisasi akan berdampak besar pada perkembangan pendidikan.
Setidaknya ada empat dampak positif yang mendukung kebijakan desentralisasi
pendidikan:
a. Peningkatan mutu, khususnya dengan adanya kewenangan sekolah, memungkinkan
sekolah lebih leluasa dalam menangani dan memotivasi sumber dayanya.
b. Efisiensi keuangan ini dapat dicapai dengan mengurangi biaya operasional dan
menggunakan sumber pajak daerah.
c. Memotong rantai birokrasi yang panjang dan menghapus proses bertingkat yang
terdapat pada kinerja administratif.
d. Perluasan dan pendistribusian, memungkinkan terselenggaranya pendidikan di
daerah terpencil, sehingga terjadinya perluasan dan distribusi pendidikan.

Desentralisasi pendidikan memerlukan penguatan basis pendidikan yang demokratis,


terbuka, dan produktif, serta melibatkan masyarakat sekitar. Buchori Muctar (2001)
Pendidikan merupakan faktor kunci dalam pertumbuhan manusia, karena mendorong
perkembangan pengetahuan, keterampilan, nilai, dan budaya.

Desentralisasi dalam pendidikan dapat terjadi dalam tiga bentuk yaitu dekonstrasi,
delegasi, dan devolusi (Fiorestal 1997).

Metode pendelegasian sebagian kewenangan kepada pemerintah atau lembaga yang


lebih rendah dengan pengawasan dari pusat dikenal sebagai dekonstrasi. Delegasi
memerlukan pengalihan kekuasaan penuh tanpa perlu supervisi dari pemerintah pusat.
Sementara itu, pendelegasian membutuhkan pengalihan kewenangan penuh, sehingga tidak
memerlukan pengawasan pemerintah pusat.

3. Manajemen Keuangan Sekolah


Salah satu substansi manajemen sekolah yang akan menentukan arah kegiatan
pendidikan di sekolah adalah manajemen keuangan. Sama halnya manajemen keuangan,
seperti manajemen pendidikan lainnya, dilakukan melalui proses persiapan, pengaturan,
pengarahan, koordinasi dan pemantauan. Kegiatan dalam manajemen keuangan adalah
mendapatkan dan menilai sumber pendanaan, alokasi dana, pemantauan, audit serta
transparansi dana.
Manajemen keuangan adalah suatu tindakan pengelolaan/administrasi keuangan yang
melibatkan pendokumentasian, persiapan, pelaksanaan, transparansi, dan pelaporan,
menurut Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) (2000). Dengan demikian,
pengelolaan keuangan sekolah dapat digambarkan sebagai seperangkat kegiatan yang
bertujuan untuk mengatur keuangan sekolah, antara lain penganggaran, pembukuan,
pengeluaran, pemeriksaan, dan pertanggungjawaban keuangan. Sumber pendanaan dan
pembiayaan sekolah dapat dibagi menjadi tiga kategori:
1. Pemerintah pusat maupun daerah, atau keduanya yang bersifat umum atau khusus
yang ditujukan untuk tujuan pendidikan

2. Orang tua/siswa

3. Masyarakat

Terkait dengan kontribusi keuangan dari orang tua dan masyarakat, UU Sistem
Pendidikan Nasional Tahun 1989 menyatakan bahwa karena terbatasnya kemampuan
pemerintah untuk memenuhi dana pendidikan, maka tanggung jawab pemenuhan dana
pendidikan menjadi tanggung jawab pemerintah, masyarakat, dan orang tua. Biaya rutin dan
pembiayaan pembangunan termasuk dalam dimensi pengeluaran.

Gaji pegawai, biaya operasional, biaya pemeliharaan gedung, serta fasilitas, dan
peralatan kelas (barang habis dipakai), semuanya merupakan contoh biaya rutin yang
dikeluarkan dari tahun ke tahun. Biaya pembangunan, di sisi lain, termasuk biaya untuk
membeli atau pengembangan tanah, pembangunan gedung, merehabilitasi struktur,
menambah furnitur, ini merupakan pengeluaran yang tidak habis pakai. Manajemen
keuangan harus dikelola dengan benar dan menyeluruh dalam pelaksanaan MBS, dimulai
dengan penyusunan anggaran, pemanfaatan, pemantauan, dan transparansi sesuai dengan
ketentuan terkait, untuk memastikan bahwa semua dana sekolah digunakan secara efektif,
efisien, tanpa kebocoran, dan bebas KKN.

4. Manajemen Berbasis Sekolah


Ide MBS pertama kali diperkenalkan di Amerika Serikat. Banyak warga yang
menentang kurangnya penyelenggaraan pendidikan yang tersedia saat itu. Pasalnya, sistem
pendidikan dinilai tidak sesuai dengan aspirasi siswa untuk dapat menjangkau dunia bisnis
dengan cepat. Selain itu, sistem pendidikan yang ada saat itu diyakini belum memiliki hasil
yang terbaik dalam hal daya saing di dunia usaha. Alhasil, muncul ide manajemen berbasis
sekolah yang merupakan salah satu bentuk reformasi pendidikan pada saat itu yang
memberdayakan sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional (Sagala, 2004).
“MBS merupakan salah satu bentuk otonomi dalam penyelenggaraan pendidikan di
satuan pendidikan, dalam hal ini kepala sekolah atau madrasah dan guru dibantu oleh
komite sekolah atau madrasah dalam mengelola kegiatan pendidikan,” menurut Pasal 51
ayat 1 UU No. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Tujuan dari penerapan MBS, yakni Meningkatkan kualitas pendidikan dan program
berbasis sekolah untuk memberdayakan dan memanfaatkan potensi dan modal saat ini. 1.
Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan secara
menyeluruh di sekolah. 2. Meningkatkan rasa tanggung jawab pihak sekolah atas kualitas
sekolah kepada siswa, pemerintah, orang tua/ wali siswa, dan masyarakat sekitar. 3.
Mendorong persaingan yang sehat antar sekolah untuk mencapai jenjang pendidikan yang
diinginkan.
5. Anggaran Pendidikan
Anggaran kelembagaan di bidang keuangan harus ditegakkan dengan benar dan teliti,
mulai dari perencanaan anggaran hingga penggunaan anggaran serta pengawasan anggaran,
yang sesuai dengan peraturan perundang- undangan terkait, agar semua anggaran dapat
digunakan secara efektif, efisien, dan tanpa korupsi.
Tanggungjawab pengelola anggaran kelembagaan terbagi dalam tiga tahap, menurut
Jones dalam buku manajemen berbasis sekolah karya Dr. E Mulyasa, M.Pd., yaitu financial
planning, implementation dan evaluation. Berikut ini adalah elemen terpenting dari
pengelolaan anggaran: 1. Prosedur penganggaran 2. Prosedur akuntansi keuangan 3.
Pengeluaran 4. Prosedur investasi 5. Prosedur pemeriksaan
Dalam hal penganggaran, salah satu pertimbangan terpenting adalah bagaimana
menggunakan uang secara efektif. Akibatnya, penganggaran harus dilakukan secara
bertahap. Berikut langkah-langkah yang harus dilakukan: 1. Menentukan kegiatan mana
yang akan dilakukan selama periode anggaran. 2. Tentukan sumber uang, peralatan, dan
bahan. 3. Karena anggaran pada dasarnya adalah laporan keuangan, maka sumber disajikan
dalam bentuk uang. 4. Buat anggaran sesuai dengan format yang telah ditentukan. 5. Pada
titik ini, upaya untuk mencapai persetujuan (pengambilan keputusan) dilakukan dengan
pertemuan untuk mempertimbangkan secara objektif dan subjektif.
6. Pengawasan Anggaran
Pengawasan merupakan suatu proses mengevaluasi, memperhatikan, melacak,
mereview, menilai, dan melaporkan pelaksanaan program kerja yang telah direncanakan
sebelumnya untuk memastikan bahwa tugas-tugas yang dilaksanakan telah sesuai dengan
persyaratan rencana. Sesuai dengan pengertian di atas dapat diartikan bahwa pemantauan
penggunaan anggaran pendidikan adalah kegiatan melihat, memperhatikan memeriksa,
menilai, dan melaporkan penggunaan anggaran yang dialokasikan untuk membiayai
program pendidikan agar anggaran tersebut digunakan dengan benar dan dapat
dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, pengawasan adalah perkiraan, perhitungan,
regulasi, dan perkiraan mengenai penerimaan dan pengeluaran kas yang diharapkan untuk
periode yang akan datang. Menurut interpretasi para ahli tentang kata "pengawasan".
Tujuan pengawasan adalah untuk mencegah penyelewengan atau penyimpangan atas
tujuan yang ingin dipenuhi. Melalui pengawasan, diperlukan bantuan dalam pelaksanaan
kebijakan yang telah disusun guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif
dan efisien. Pada kenyataannya, pengawasan menghasilkan suatu kegiatan yang berkorelasi
erat dengan menilai atau meninjau sejauh mana pekerjaan telah diselesaikan. Pengawasan
juga akan mendeteksi sejauh mana protokol kepemimpinan diikuti dan apakah ada
penyimpangan dalam pelaksanaan pekerjaan atau tidak.

Buku Kedua : Manajemen Keuangan dan Pembiayaan Pendidikan

1. Konsepsi Manajemen Keuangan dan Pembiayaan Pendidikan


Lembaga pendidikan dari semua jenjang pendidikan mulai dari prasekolah, sekolah
sampai perguruan tinggi merupakan entitas organisasi yang dalam operasionalnya
memerlukan dan membutuhkan uang (money) untuk menggerakkan semua sumber daya
(resource) yang dimilikinya. Dalam pemahaman Rofiq, A. (2017) menjelaskan bahwa uang
ini termasuk sumber daya yang langka dan terbatas. Oleh karena itu perlu dikelola dengan
efektif dan efisien agar membantu pencapaian tujuan pendidikan. Untuk itu, kajian tentang
pengelolaan keuangan di lingkungan pendidikan dibahas tuntas dalam mata kuliah
Manajemen Keuangan dan Pembiayaan Pendidikan. Untuk memahami dan mendalami
mata kuliah ini dengan tuntas dan mendalam. Ada beberapa istilah yang akan sering kita
gunakan, antara lain manajemen keuangan pendidikan (financial management education),
anggaran pendidikan (education budget), pendanaan pendidikan (education funding), dan
pembiayaan pendidikan (financing education). Keempat istilah ini menjadi satu kesatuan
dalam memaknai konsepsi manajemen keuangan dan pembiayaan pendidikan dan
turunannya baik konseptual strategis, taktis, teknis dan operasional.
Memahami dan mendalam konsep tentang manajemen keuangan dan pembiayaan
pendidikan dari turunan, bisa kita mencermati pemikiran sederhana (simple) tentang
manajemen keuangan pendidikan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan pimpinan
dalam menggerakkan para bawahannya untuk menggunakan fungsi-fungsi manajemen,
meliputi perencanaan keuangan (penganggaran), pengelolaan berupa pengeluaran
(pencairan), penggunaan, pencatatan, pemeriksaan, pengendalian, penyimpanan dana,
pertanggungjawaban dan pelaporan uang yang dimiliki oleh suatu institusi (organisasi),
termasuk di dalamnya lembaga yang menyelenggarakan layanan pendidikan. Intinya dari
manajemen keuangan pendidikan, mengelola uang yang ada dan menyiapkan dan
melaksanakan instrumen adminsitratif untuk mencapai hasil yang efektif dan efisien.
Sedangkan kajian manajemen keuangan dan pembiayaan pendidikan bukanlah semata-
mata mengelola uang yang ada di lembaga pendidikan. Uang itu, tidak datang atau ada
tanpa digali dan dicari sumbernya yakni Negara dan masyarakat. Makna anggaran
pendidikan di sini jelas pemerintah menyediakan uang untuk membiayai pendidikan.
Dengan demikian kegiatan manajemen keuangan dan pembiayaan pendidikan memastikan
kehadiran Negara ada dalam kapasitas dan tanggung jawabnya sesuai dengan amanat
Undang-undang Dasar 1945 pasal 31 ayat (4) Negara memprioritaskan anggaran
pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen (20%) dari anggaran pendapatan dan
belanja negara (APBN) serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) untuk
memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional, turunannya dalam Undang-
undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dari dulu sampai
sekarang menggunakan istilah anggaran pendidikan (education budget). Undang-undang
Nomor 8 Tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Pasal 1 ayat (39)
mendefinisikan Anggaran Pendidikan adalah alokasi anggaran pada fungsi pendidikan
yang dianggarkan melalui kementerian negara/lembaga, alokasi anggaran pendidikan
melalui transfer ke daerah dan dana desa, dan alokasi anggaran pendidikan melalui
pengeluaran pembiayaan, termasuk gaji pendidik, tetapi tidak termasuk anggaran
pendidikan kedinasan, untuk membiayai penyelenggaraan pendidikan yang menjadi
tanggung jawab Pemerintah. Uraian lebih detail tentang anggaran pendidikan akan dibahas
dalam satu pokok bahasan tersendiri.
Manajemen keuangan dan pembiayaan pendidikan menjadi urgen posisinya untuk
diaplikasikan, karena secara normatif dan sosiologis entitas sekolah bukanlah lembaga
yang bersifat profit, sehingga memberikan tanggung jawab bagi masyarakat dan setiap
orang tua siswa, dimana setiap penerimaan lembaga pendidikan harus digunakan untuk
peningkatan kualitas dan kuantitas layanan pendidikan yang professional. Hal ini dilandasi;
1) adanya tuntutan untuk mampu mengelola penggunaan dana secara transparan dan
akuntabel, 2) meningkatkan efektivitas dan efisiensi biaya, 3) meminimalkan
penyalahgunaan dana yang dihimpun, 4) kreatif menggali sumber-sumber pendanaan, 4)
menempatkan bendahara yang kompeten dan professional (Santoso, U. & Pambelum, Y.J.,
2008).
2. Anggaran Pendidikan
Anggaran (Budget) merupakan an estimate of income and expenditure for a set period
oftime atau rencana operasional yang dinyatakan secara kuantitatif dalam bentuk satuan
uang yang digunakan sebagai pedoman dalam kurun waktu tertentu. Anggaran pada
dasarnya terdiri dari pemasukan dan pengeluaran. Sisi penerimaan atau perolehan biaya
ditentukan oleh besarnya dana yang diterima oleh lembaga dari setiap sumber dana.
Biasanya dalam pembahasan anggaran lembaga pendidikan, sumber-sumber biaya
dibedakan dalam tiapgolongan pemerintah, orang tua, masyarakat dan sumber-sumber
lainnya. Sisi pengeluaran terdiri dari alokasi besarnya biaya pendidikan untuk setiap
komponen yang harus dibiayai. Oleh karena itu, dalam anggaran tergambar kegiatan-
kegiatan yang akan dilaksanakan oleh suatu lembaga, tergambar juga sumber penerimaan
dan belanja pengeluaran kas yang diharapkan untuk menjadi anggaran dalam periode
tertentu.
Di samping itu ada istilah Penganggaran (Budgeting), menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) adalah 1) proses mengikhtisarkan rancangan pengeluaran dan
penerimaan keuangan selama jangka (waktu) tertentu; 2) kegiatan mengalokasi sumber
daya untuk mencapai sasaran usaha dalam jangka (waktu) tertentu. Penyusunan anggaran
pendidikan itu dikenal dengan istilah penganggaran pendidikan. Nanang Fattah (2006;47)
menjelaskan juga bahwa penyusunan anggaran (budget) merupakan rencana operasional
yang dinyatakan secara kuantitatif dalam bentuk satuan uang yang digunakan sebagai
pedoman dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan lembaga dalam kurun waktu tertentu.
Oleh karena itu dalam anggaran tergambar kegiatan yang akan dilaksanakan suatu institusi
atau lembaga.
Pemerintah pusat memiliki anggaran yang diatur dalam Undang-undang Nomor 8
Tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Pasal 1 ayat (39)
mendefinisikan Anggaran Pendidikan adalah alokasi anggaran pada fungsi pendidikan
yang dianggarkan melalui kementerian negara/lembaga, alokasi anggaran pendidikan
melalui transfer ke daerah dan dana desa, dan alokasi anggaran pendidikan melalui
pengeluaran pembiayaan, termasuk gaji pendidik, tetapi tidak termasuk anggaran
pendidikan kedinasan, untuk membiayai penyelenggaraan pendidikan yang menjadi
tanggung jawab Pemerintah. Sedangkan di tingkat Provinsi, kabupaten dan kota masing-
masing juga memiliki sumber anggaran, yang dikenal dengan anggaran pendapatan dan
belanja daerah (APBD). Dalam APBN dan APBD dialokasikan anggaran untuk sektor
pendidikan, yang dikenal dengan anggaran pendidikan dan turunannya.
Dari berbagai uraian di atas kita bisa memahami bahwa anggaran pendidikan
merupakan sejumlah uang yang dialokasikan untuk menyelenggarakan layanan
pendidikan. Baik bagi sekolah-sekolah negeri, pemerintah (pusat dan daerah) adalah pihak
yang berwenang atas penggunaan anggaran sebagaimana ditetapkan oleh undang-undang.
Pada tingkat nasional, Kemendikbud dan Kemenristek Dikti adalah pihak yang berwenang
menetapkan anggaran pendidikan, sumber dan tujuan penggunaannya. Pada tingkat daerah,
masing-masing pemerintah daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota melalui satuan kerja
(Satker) Dinas Pendidikan akan merencanakan dan memantau penggunaan anggaran
pendidikan dalam yurisdiksi dan diskresi masing-masing. Sedangkan di tingkat sekolah
anggarannya direncanakan dan dilaksanakan oleh kepala sekolah beserta warga sekolah
mulai dari perencanaan dan implementasi program sekolah yang sudahdisepaktiuntuk
dibiayai (Nur Jannah, 2016).
3. Pendanaan Pendidikan
Pendanaan pendidikan merupakan salah satu faktor penting untuk meningkatkan
Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Dalam UUD 1945 pasal 31 Tiap-tiap
warga negara berhak mendapat pengajaran. Amanat ini menjelaskan ada tanggung jawab
Negara dalam memberikan layanan pendidikan yang merata bagi seluruh warga Negara
tanpa diskriminasi (education for all) guna mendapatkan pengajaran yang bermutu untuk
mencerdaskan kehidupannya. Amanat undang-undang dasar 1945 ini sekaligus
membuktikan adanya langkah pemerataan pendidikan bagi seluruh warga negara
Indonesia. Kenyataannya belum semua orang dapat memperoleh pendidikan yang
selayaknya, dikarenakan berbagai faktor termasuk mahalnya biaya pendidikan yang harus
dikeluarkan orang tua atau masyarakat. Kondisi inilah kemudian mendorong
dimasukkannya klausal tentang pendidikan dalam amandemen UUD 1945. Konstitusi
mengamanatkan kewajiban pemerintah untuk mengalokasikan dana pendidikan 20% dari
APBN maupun APBD agar masyarakat dapat memperoleh pelayanan pendidikan yang
memadai dan terjangkau. Ketentuan ini memberikan jaminan bahwa ada alokasi dana yang
secara pasti digunakan untuk penyelenggaraan pendidikan.

Buku Ketiga : Manajemen Pembiayaan Pendidikan Islam

1. Konsep Dasar Pembiayaan Pendidikan


Pembiayaan pendidikan adalah salah satu sumber keuangan yang dapat menunjang
efektivitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan. Pembiayaan pendidikan merupakan salah
satu sumber yang sangat berpotensi dalam menentukan sukses dan kelancaran progam
pendidikan serta merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam manajemen pengelolaan
pendidikan.
Menurut Dedi Supriadi dalam bukunya mendefinisikan biaya sebagai semua jenis
pengeluaran yang berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan baik dalam bentuk uang,
barang, dan tenaga (yang dapat dihargakan dengan uang). Pembiayaan merupakan upaya
pengelolaan secara ekonomis yang dibuat guns memperoleh barang atau jasa.
Secara bahasa, biaya (cost) dapat diartikan sebagai pengeluaran, dalam istilah ekonomi
biaya pengeluaran dapat berupa uang atau bentuk moneter lainnya. 2 Menurut Hasbullah
Pembiayaan sekolah adalah kegiatan mendapatkan biaya serta mengelola anggaran
pendapatan dan belanja pendidikan.
Sedangkan Nanang Fattah mendefinisikan biaya pendidikan sebagai sejumlah uang
atau dana yang digunakan untuk pembelanjaan berbagai keperluan penyelenggaraan
pendidikan yaitu gaji guru, peningkatan profesional peralatan, pengadaan alat-alat dan
buku pelajaran, alat tulis, kegiatan ekstrakulikuler, kegiatan pengelolaan pendidikan, dan
supervisi pendidikan.
2. Prosedur Perencanaan dan Pengelolaan Anggaran Pendidikan
Dalam buku dasar pengajaran manajemen, sesuai dengan makna anggaran (budget),
ada tahap perencanaan dasar. Anggaran dapat diartikan sebagai rencana operasional untuk
suatu kegiatan atau proyek yang berisi pengeluaran terperinci untuk periode tertentu.
Pendanaan dan pemasukkan adalah sumber daya yang secara langsung mendukung
efektivitas dan efisiensi manajemen pendidikan. Ini lebih jelas dalam implementasi
manajemen sekolah. Ini membutuhkan kemampuan sekolah untuk merencanakan,
mengimplementasikan, mengevaluasi, dan memelihara pengelolaan data yang transparan
untuk masyarakat dan pemerintah.
Dalam organisasi pendidikan, pembiayaan dan keuangan merupakan potensi yang
sangat penting dan merupakan bagian integral dari studi perencanaan pendidikan.
Komponen finansial dan finansial dari institusi pendidikan adalah komponen produksi yang
menentukan implementasi kegiatan dalam proses implementasi institusi pendidikan, yang
berarti bahwa setiap program yang akan dilaksanakan harus memerlukan anggaran
kelembagaan mengurangi biaya keuangan. Oleh karena itu, anggaran kelembagaan, atau
komponen keuangan dan keuangan, harus dikelola dengan cara sebaik mungkin. Sehingga
anggaran institusi saat ini dapat digunakan secara optimal untuk mendukung pencapaian
pendidikan.

Buku Keempat : Manajemen Pembiayaan Lembaga Pendidikan

1. Good School Governance


Good School Governance (GSG) adalah sebuah perangkat pendukung untuk
membentuk sebuah lembaga pendidikan dengan tata kelola yang baik. Di dalam GSG
pengelolaan keuangan menjadi salah satu pokok bahasannya.
Good governance bagi sebuah lembaga pendidikan saat ini merupakan suatu keharusan
untuk diraih dan dilaksanakan. Good governance adalah tata pelayanan penyelenggaraan
pendidikan di sekolah/lembaga pendidikan yang bersih dan benar sesuai dengan aturan
sistem dan prosedur yang berlaku berdasarkan prinsip prinsip akuntabilitas, transparan,
partisipasi, responsif, efisiensi dan efektivitas, profesional, dan kesetaraan.
Lembaga Pendidikan pada dasarnya adalah sebuah Lembaga Publik, di mana
masyarakat memberikan kepercayaannya dalam hal pendidikan. Adanya kepercayaan
masyarakat pada Lembaga Pendidikan adalah sebuah amanah yang harus dikelola secara
baik. Ini tertuang antara lain dalam Prinsip-Prinsip Good School Governance (GSG).
2. Konsep Penilaian Laporan Keuangan
Perencanaan keuangan sangat bermanfaat untuk mengarahkan dan mengendalikan
keuangan (aliran kas) suatu organisasi. Perencanaan tersebut mencakup tujuan yang ingin
dicapai, analisi perbedaan Antara tujuan tersebut dengan kondisi perusahaan saat ini, dan
alternatif tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut dengan mendasarkan
pada kondisi saat ini.
Anggaran kas merupakan peramalan detail mengenai aliran kas masuk dan keluar
untuk periode tertentu dimasa mendatang. Anggaran kas tersebut bisa bermanfaat untuk
melihat kapan perusahaan membutuhkan kas, kapan mempunyai kelebihan kas, kemudian
alternatif tindakan yang diperlukan. Anggaran kas juga bermanfaat untuk pengendalian kas.
Langkah-langkah dalam penyusunan anggaran kas kurang lebih sebagai berikut:
Menetapkan asumsi-asumsi yang diperlukan. Memperkirakan penjualan dimasa
mendatang, karena penjualan merupakan komponen kas masuk paling besar.
Mengidentifikasi kas masuk lainnya seperti penjualan aset, surat berharga dan lainnya
Mengidentifikasi kas keluar, seperti pembelian bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya
penjualan, administrasi, dan biaya lainnya Menghitung aliran kas bersih, yaitu kas masuk
dikurangi kas keluar.
3. Pembiayaan Jangka Pendek
Ada dua tipe pendanaan jangka pendek berdasarkan kategori spontanitas terhadap
tingkat kegiatan perusahaan, yaitu: Pendanaan spontan (spontaneous financing), yaitu jenis
pendanaan yang berubah secara otomatis dengan berubah nya tingkat kegiatan perusahaan.
Jenis pendanaan ini mengikuti kegiatan perusahaan. Ada beberapa contoh jenis pendanaan
spontan, yaitu hutang dagang dan rekening-rekening akrual. Hutang dagang timbul karena
perubahan membeli pasokan dari supplier dengan kredit.Potongan kas biasa dilakukan oleh
perusahaan yang memberikan penjualan kredit (kreditor). Tujuan potongan tersebut agar
debitur melunasi hutangnya lebih cepat. Jika ada tawaran potongan kas dan debitur tidak
memanfaatkannya, maka ada biaya kehilangan kesempatan (opportunity cost) yang hilang.
Jika tidak memanfaatkan potongan kas, debitur bisa menurunkan biaya kesempatan yang
hilang dengan cara memperpanjang masa pembayaran (stretching), dengan cara membayar
sesudah jatuh tempo. Dalam situasi tertentu streatching bisa dilakukan dan supplier akan
memebiarkan praktek tersebut. Tetapi dalam situasi lain, upaya stretching dapat membuat
supplier tidak senang. Dengan demikian perusahaan harus memperhatikan efek negative
dari stretching semacam itu. Pendanaan tidak spontan (non-spontaneous financing), yaitu
jenis pendanaan yang tidak berubah secara otomatis dengan berubahnya tingkat kegiatan
perusahaan. Jika penjualan meningkat, dan perusahaan ingin menambah dana dari bank,
Perusahaan akan mengajukan permohonan tambahan dana ke bank. Kemudian bank akan
mengevaluasi permohonan tersebut diterima atau tidak. Alternatif lain, jika perusahaan
ingin menerbitkan sekuritas, maka perusahaan tersebut harus memproses emisi sekuritas
tersebut. Proses tersebut tidak bisa dilakukan secara otomatis.
4. Manajemen Kas
Kas merupakan salah satu bagian dari aktiva yang paling likuid (paling lancar), yang
bisa dipergunakan segera untuk memenuhi kewajiban finansial perusahaan. Kas yang
dibutuhkan perusahaan baik digunakan untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari
(dalam bentuk modal kerja) maupun pembelian aktiva tetap, memiliki sifat kontinyu (untuk
pembelian bahan baku, membayar upah dan gaji, membayar supplies kantor habis pakai,
dll) dan tidak kontinyu. (untuk pembayaran deviden, pajak, angsuran hutang, dsb).
Tujuan perusahaan menyimpan/membutuhkan kas (John Maynard Keynes): a.
Kebutuhan kas untuk transaksi (diperlukan dalam pelaksanaan operasi usaha perusahaan)
b. Kebutuhan kas untuk berjaga-jaga (untuk mengantisipasi aliran kas masuk dan keluar
yang tidak kontinyu dan sulit diperkirakan) c. Kebutuhan kas untuk berspekulasi.
KEKHASAN DAN KEMUTAKHIRAN BUKU

Buku Pertama :

Beberapa hal yang menjadi kekhasan dalam buku ini akan saya cantumkan dibawah ini
dengan menggunakan point-point, yaitu :

1. Buku ini memiliki cover yang lumayan unik yaitu dengan menggunakan warna
yang terang, terdapat gambar pohon uang, yang kemudian menjadikan buku ini
terlihat berbeda dan gampang untuk ditandai oleh pembaca sehingga hal tersebut
menjadi salah satu kekhasan tersendiri.
2. Pada cover buku tertera nama-nama orang yang menjadi editor dari buku tersebut.
Tidak terlalu banyak buku yang menggunakan hal tersebut sehingga hal tersebut
menjadi salah satu kekhasan dari buku ini.
3. Pada awal-awal dari buku ini terdapat sebuah halaman yang terdapat gambar tangan
memegang uang yang dapat diartikan buku tersebut memiliki keidentikan dengan
uang, yang mana hal tersebut sesuai dengan judul bukunya yaitu tentang
pembiayaan pendidikan.

Jika dilihat dan ditelaah buku ini cukuplah mutakhir dikarenakan buku ini diterbitkan pada
tahun 2021 yang mana artinya buku ini baru dibuat dan diedarkan setahun, sehingga dapat
dipastikan bahwa pembahasan yang terdapat dalam buku sangat sesuai dengan perkembangan
pada masa ini.

Buku Kedua :

Beberapa hal yang menjadi kekhasan dalam buku ini akan saya cantumkan dibawah ini
dengan menggunakan point-point, yaitu :

1. Buku ini memiliki cover yang lumayan unik yaitu dengan menggunakan warna
yang terang, terdapat gambar susunan yang bergambar uang, yang kemudian
menjadikan buku ini terlihat berbeda dan gampang untuk ditandai oleh pembaca
sehingga hal tersebut menjadi salah satu kekhasan tersendiri.
2. Didalam buku terdapat pembahasan yang didukung oleh realisasi yang dilakukan
pada suatu wilayah.
Buku ini cukup mutakhir dikarenakan buku ini diterbitkan pada tahun 2017, yang mana
tahun terbit buku tersebut belum terlalu lama jaraknya dengan saat ini, sehingga dapat
dipastikan pembahasannya masih sesuai dan cocok dengan masa sekarang ini. Akan tetapi jika
dibandingkan dengan buku pertama, buku yang pertamalah yang lebih mutakhir ketimbang
buku kedua ini.

Buku Ketiga :

Beberapa hal yang menjadi kekhasan dalam buku ini akan saya cantumkan dibawah ini
dengan menggunakan point-point, yaitu :

1. Buku ini memiliki cover yang lumayan unik yaitu dengan menggunakan warna
yang terang, terdapat gambar kertas yang berisi tabel dan kalkulator, yang kemudian
menjadikan buku ini terlihat berbeda dan gampang untuk ditandai oleh pembaca
sehingga hal tersebut menjadi salah satu kekhasan tersendiri.
2. Pada awal-awal buku ini terdapat ucapan terima kasih kepada semua yang
membantu penulisan buku tersebut. Hal ini menjadi kekhasan dikarenakan jarang
sekali ditemui hal unik seperti ini pada buku-buku diluar sana.
3. Memiliki bab/pembahasan yang tidak terlalu banyak.

Buku ini cukup mutakhir yang mana hal ini bisa dilihat dari tahun penerbitannya yaitu
tahun 2020, yang mana tahun ini baru dua tahun berlalu, dapat dipastikan buku ini memuat
pembahasan yang relevan pada masa sekarang ini. Jika dibandingkan dengan buku yang kedua,
buku ini masih lebih mutakhir dikarenakan buku ini dibuat lebih baru.

Buku Keempat :

Beberapa hal yang menjadi kekhasan dalam buku ini akan saya cantumkan dibawah ini
dengan menggunakan point-point, yaitu :

1. Buku ini memiliki cover yang lumayan unik yaitu dengan menggunakan warna
yang gelap, terdapat gambar kertas yang berisi alat tulis, yang kemudian
menjadikan buku ini terlihat berbeda dan gampang untuk ditandai oleh pembaca
sehingga hal tersebut menjadi salah satu kekhasan tersendiri.
2. Pada awal-awal buku terdapat tulisan yang menjelaskan apa-apa saja yang akan
didapat oleh peserta didik ketika selesai mempelajari bab-babnya.

Buku ini cukup mutakhir yang mana hal ini bisa dilihat dari tahun penerbitannya yaitu
tahun 2020, yang mana tahun ini baru dua tahun berlalu, dapat dipastikan buku ini memuat
pembahasan yang relevan pada masa sekarang ini. Jika dibandingkan dengan buku yang kedua,
buku ini masih lebih mutakhir dikarenakan buku ini dibuat lebih baru.
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN BUKU

Buku Pertama :

Buku ini memiliki beberapa hal yang menjadi kelebihan yang kemudian akan saya
cantumkan menggunakan point-point :

1. Buku ini memiliki pokok pembahasan yang lumayan banyak, akan tetapi semua
pembahasannya sejalan dengan pembiayaan pendidikan, jadi dengan banyaknya
pembahasan ini tidak menjadikan pembaca menjadi bingung akan tetapi malah
menjadikan pembaca menjadi lebih mengetahui banyak hal mengenai pembiayaan
pendidikan, hal ini menjadi kelebihan dikarenakan tidak semua buku yang memiliki
banyak pokok pembahasan tetapi sesuai, berbeda dengan buku ini.
2. Di akhir buku bukan hanya menuliskan tentang penulis saja, akan tetapi juga
tentang editor, hal tersebut memudahkan pembaca untuk lebih mengetahui editor.
3. Buku ini memiliki penggunaan kata yang sangat baik dan mudah dimengerti oleh
semua kalangan, hal ini memudahkan para pembaca untuk memahami apa yang
dibahas didalam buku tersebut.
4. Menggunakan banyak sumber referensi. Dengan menggunakan banyak referensi
maka akan menjadikan buku tersebut menjadi buku yang berkualitas, karena
dengan banyaknya referensi itu artinya penulis tidak asal-asalan ketika membuat
buku ini, mereka memilah dan memilih yang terbaik untuk dimasukkan ke dalam
buku.

Buku ini memiliki beberapa hal yang menjadi kelemahan yang kemudian akan saya
cantumkan menggunakan point-point :

1. Di dalam buku ini tidak terdapat gambar ataupun tabel dalam pembahasannya,
padahal dengan mencantumkan gambar akan membuat pembaca lebih tertarik
dengan buku ini. Tidak ada salahnya sesekali kita memasukkan beberapa visual
untuk mendukung pemahaman dan minat pembaca terhadap buku tersebut.
2. Buku ini banyak menggunakan sumber referensi akan tetapi tidak terlalu sering
mencantumkannya di tengah pembahasan, seperti bodynote atau footnote, padahal
hal tersebut sangat diharapkan oleh pembaca untuk mengetahui sumber rujukan
yang digunakan.

Buku Kedua :

Buku ini memiliki beberapa hal yang menjadi kelebihan yang kemudian akan saya
cantumkan menggunakan point-point :

1. Buku ini menggunakan tabel maupun gambar yang diletakkan di tengah


pembahasan yang kemudian akan membuat pembaca tidak merasa bosan dengan
visual yang diberikan oleh buku
2. Buku ini banyak menggunakan/mencantumkan landasan hukum berupa Peraturan
Pemerintah ataupun Undang-Undang dalam penguatan pembahasan.
3. Menggunakan banyak sumber referensi. Dengan menggunakan banyak referensi
maka akan menjadikan buku tersebut menjadi buku yang berkualitas, karena
dengan banyaknya referensi itu artinya penulis tidak asal-asalan ketika membuat
buku ini, mereka memilah dan memilih yang terbaik untuk dimasukkan ke dalam
buku.

Buku ini memiliki beberapa hal yang menjadi kelemahan yang kemudian akan saya
cantumkan menggunakan point-point :

1. Salah satu kelemahan yang terdapat dalam buku ini yaitu terletak pada
penulisannya, seperti tulisan yang tidak rata, kadang besar kadang kecil, sehingga
membuat pembaca menjadi susah untuk memahami pembahasan dan membuat
pembaca kurang minat dengan buku ini.
2. Buku ini banyak menggunakan sumber referensi akan tetapi tidak terlalu sering
mencantumkannya di tengah pembahasan, seperti bodynote atau footnote, padahal
hal tersebut sangat diharapkan oleh pembaca untuk mengetahui sumber rujukan
yang digunakan.
Buku Ketiga :

Buku ini memiliki beberapa hal yang menjadi kelebihan yang kemudian akan saya
cantumkan menggunakan point-point :

1. Buku ini memiliki pokok pembahasan yang tidak terlalu banyak akan tetapi sangat
bagus dan sesuai dengan pembiayaan pendidikan.
2. Menggunakan banyak sumber referensi. Dengan menggunakan banyak referensi
maka akan menjadikan buku tersebut menjadi buku yang berkualitas, karena
dengan banyaknya referensi itu artinya penulis tidak asal-asalan ketika membuat
buku ini, mereka memilah dan memilih yang terbaik untuk dimasukkan ke dalam
buku.
3. Selain menggunakan banyak referensi, buku ini juga sering mencantumkannya
dengan cara membuat footnote yang dapat memudahkan pembaca untuk
mengetahui kutipan yang digunakan penulis dalam menulis bukunya.
4. Walaupun buku ini memiliki judul yang islami akan tetapi buku ini dapat
memberikan pembahasan yang juga sesuai dengan pembahasan konfensional.

Buku ini memiliki beberapa hal yang menjadi kelemahan yang kemudian akan saya
cantumkan menggunakan point-point :

1. Di dalam buku ini tidak terdapat gambar ataupun tabel dalam pembahasannya,
padahal dengan mencantumkan gambar akan membuat pembaca lebih tertarik
dengan buku ini. Tidak ada salahnya sesekali kita memasukkan beberapa visual
untuk mendukung pemahaman dan minat pembaca terhadap buku tersebut.
2. Salah satu hal yang menjadi kelemahan dari buku ini yaitu, buku ini mencantumkan
kutipan berbahasa asing tetapi tidak mencantumkan artinya, padahal hal ini dapat
menjadikan pembaca menjadi sulit memahami pembahasan tersebut.
3. Buku ini mengambil judul islami akan tetapi buku tidak ada mencantumkan kutipan
dari Al-Quran dan Hadis padahal kedua hal tersebut merupakan panduan yang
sangat penting dalam agama Islam.
Buku Keempat :

Buku ini memiliki beberapa hal yang menjadi kelebihan yang kemudian akan saya
cantumkan menggunakan point-point :

1. Salah satu hal yang menjadi kelebihan dari buku ini yaitu, buku ini mencantumkan
pada awal buku apa-apa saja yang akan dicapai oleh peserta didik apabila
mempelajari bab-bab yang telah disediakan.
2. Buku ini memiliki penggunaan kata yang sangat baik dan mudah dimengerti oleh
semua kalangan, hal ini memudahkan para pembaca untuk memahami apa yang
dibahas didalam buku tersebut.

Buku ini memiliki beberapa hal yang menjadi kelemahan yang kemudian akan saya
cantumkan menggunakan point-point :

1. Sangat disayangkan buku ini memiliki pembahasan yang sangat tidak sejalan
dengan judul yang ada, padahal dengan hal ini akan menjadikan pembaca menjadi
kebingungan dalam memahami pembahasan yang disediakan karena tidak sesuai
dengan judul yang ada.
2. Buku ini banyak menggunakan sumber referensi akan tetapi tidak terlalu sering
mencantumkannya di tengah pembahasan, seperti bodynote atau footnote, padahal
hal tersebut sangat diharapkan oleh pembaca untuk mengetahui sumber rujukan
yang digunakan.
REKOMENDASI

Sebenarnya saya selaku riviewer mengakui bahwasanya buku-buku diatas memiliki


kualitas yang baik, akan tetapi karena saya telah mengamati dan menelaah buku buku tersebut
maka saya menemukan buku yang baik dan yang lebih baik.

Saya selaku riviewer merekomendasikan buku pertama dan kedua kepada pembaca untuk
menjadikan buku itu sebagai bahan bacaan maupun sumber rujukan apabila ingin menambah
wawasan terkait penbiayaan pendidikan.

Akan tetapi lebih baiknya lagi pembaca tidak hanya berpatokan kepada dua buku yang
saya rekomendasikan itu, tetapi juga mencari buku lain untuk memperbanyak literatur.
KESIMPULAN

Sebenarnya saya selaku riviewer mengakui bahwasanya buku-buku diatas memiliki


kualitas yang baik, akan tetapi karena saya telah mengamati dan menelaah buku buku tersebut
maka saya menemukan buku yang baik dan yang lebih baik.

Apabila pembaca ingin mengetahui kelebihan dan kekurangan dari buku diatas maka
pembaca dapat melihat apa yang telah saya cantumkan diatas. Kesimpulannya ketika kita ingin
menciptakan buku yang berkualitas baik maka kita harus memperbanyak usaha, seperti
mempelajari pembuatan buku yang baik, melakukan evaluasi, memperbanyak literatur dan lain
sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai