Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah : Pendidikan
Multikultural
Disusun Oleh
Kelompok 1:
A. Kesimpulan ....................................................................................... 8
B. Saran ................................................................................................. 8
i
KATA PENGANTAR
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
a. Pendahuluan
Pendidikan sebagai sebuah proses pengembangan sumberdaya manusia agar
memperoleh kemampuan sosial dan perkembangan individu yang optimal memberikan
relasi yang kuat antara individu dengan masyarakat dan lingkungan budaya sekitarnya.
Lebih dari itu pendidikan merupakan proses “memanusiakan manusia” dimana manusia
diharapkan mampu memahami dirinya, orang lain, alam dan lingkungan budayanya .
Atas dasar inilah pendidikan tidak terlepas dari budaya yang melingkupinya sebagai
konsekwensi dari tujuan pendidikan yaitu mengasah rasa, karsa dan karya. Pencapaian
tujuan pendidikan tersebut menuai tantangan sepanjang masa karena salah satunya
adalah perbedaan budaya
Olehnya, kebutuhan terhadap pendidikan yang mampu mengakomodasi dan
memberikan pembelajaran untuk mampu menciptakan budaya baru dan bersikap toleran
terhadap budaya lain sangatlah penting atau dengan kata lain pendidikan yang memiliki
basis multikultural akan menjadi salah satu solusi dalam pengembangan sumberdaya
manusia yang mempunyai karakter yang kuat dan toleran terhadap budaya lain.
b. Rumusan Masalah
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Sedangkan Musa Asy’ari juga menyatakan bahwa pendidikan multikultural
adalah proses penanaman cara hidup menghormati, tulus, dan toleran terhadap
keanekaragaman budaya yang hidup di tengah-tengah masyarakat plural. (Suharsono
2017)
Dari beberapa definisi diatas ada tiga kata kunci menandai adanya pendidikan
multikultural yaitu; pertama, proses pengembangan sikap dan tata laku, kedua,
menghargai perbedaan dan keragaman budaya. Ketiga, penghargaan terhadap budaya
lain.
3
1. Membangun Paradigma Keberagaman Inklusif, Paradigma keagamaan yang inklusif
berarti lebih mementingkan dan menerapkan nilai-nilai agama dari pada hanya
melihat dan mengagungkan simbol-simbol keagamaan.
2. Menghargai Keragaman Bahasa dan Etnis di Sekolah, Sikap sensitif terhadap
masalah-masalah yang diskriminatif khususnya terhadap diskriminasi bahasa yang
terjadi di sekolah. Maka niscaya usaha untuk membangun sikap siswa agar mereka
dapat selalu menghargai orang lain yang mempunyai bahasa dan dialek yang
berbeda, sedikit demi sedikit akan dapat tertanam dan kemudian tumbuh dengan
baik.
Menjamin keamanan dari kebutuhan-kebutuhan hidup merupakan tujuan
pertama dan utama dari pendidikan Islam. Dalam kehidupan manusia, ini merupakan
hal penting, sehingga tidak bisa dipisahkan. Jika diperhatikan dengan seksama, tujuan
pendidikan Islam ditetapkan oleh Allah untuk memenuhi keperluan hidup manusia itu
sendiri, baik keperluan primer (al-maqasidu al-khamsah), sekunder (hajiyat) , dan tertier
(tahsinat). Oleh karena itu, apabila seorang muslim mengikuti ketentuan-ketentuan yang
ditetapkan Allah, maka ia akan selamat baik di dunia maupun di akhirat.
4
Toleransi merupakan bentuk tertinggi ketika kita mencapai keyakinanyang
dapatberubah.Toleransi juga merupakan suatu relevan digunakan untuk demokrasi yang
ada seperti sekarang
4. Menuju masyarakat Indonesia yang Multikultural
Inti dari cita-cita reformasi Indonesia adalah mewujudkan masyarakat sipil yang
demokratis, dan ditegakkan hukum untuk supremasi keadilan, pemerintah yang bersih
dari KKN, terwujudnya keteraturan sosial serta rasa aman dalam masyarakat yang
menjamin kelancaran produktivitas warga masyarakat, dan kehidupan ekonomi yang
mensejahterakan rakyat Indonesia.
Berbagai konsep yang relevan dengan multikulturalisme antara lain adalah
demokrasi, keadilan dan hukum, nilai-nilai budaya dan etos, kebersamaan dalam
perbedaan yang sederajat, suku bangsa, kesukubangsaan, kebudayaan suku bangsa,
keyakinan keagamaan, ungkapan tingkat menengah ke atas.
5
Pendekatan ini menitikberatkan kepada otentisitas dan tradisi yang berkembang.
Dengan pendekatan ini pembelajar bisa melihat mana tradisi yang otentik dan mana
yang tidak. Secara otolatis pebelajar juga bisa mengetahui mana tradisi arab dan mana
tradisi yang datang dari islam.
4. Pendekatan Psikologis
Pedekatan ini berusaha memperhatikan situasi psikologis perseorangan secara
tersendiri dan mandiri. Artinya masing-masing pembelajar harus dilihat sebagai
manusia mandiri dan unik dengan karakter dan kemampuan yang dimilikinya.
Pendekatan ini menuntut seorang pebelajar harus cerdas dan pandai melihat
kecenderungan pembelajar sehingga ia bisa mengetahui metode-metode mana saja yang
cocok untuk pembelajar.
5. Pendekatan Estetik
Pendekatan estetik pada dasarnya mengajarkan pembelajar untuk berlaku sopan
dan santun, damai, ramah, dan mencintai keindahan. Sebab segala materi kalau hanya
didekati secara doktrinal dan menekan adanya otoritas-otoritas kebenaran maka
pembelajar akan cenderung bersikap kasar. Sehingga mereka memerlukan pendekatan
ini untuk mengapresiasikan segala gejala yang terjadi di masyarakat dengan melihatnya
sebagai bagian dari dinamika kehidupan yang bernilai seni dan estetis.
6. Pendekatan Berprespektif Gender
Pendekatan ini mecoba memberikan penyadaran kepada pembelajar untuk tidak
membedakan jenis kelamin karena sebenarnya jenis kelamin bukanlah hal yang
menghalangi seseorang untuk mencapai kesuksesan. Dengan pendekatan ini, segala
bentuk konstruksi sosial yang ada di sekolah yang menyatakan bahwa perempuan
berada di bawah laki-laki bisa dihilangkan.
6
Bangsa,Yogyakarta ) Pakar pendidikan, Syarif Sairin ( 1992 ), memetakan akar-akar
konflik dalam masyarakat majemuk : ( Hilmy, 2003, Menggagas Paradigma Pendidikan
Berbasis Multikulturalisme Jurnal Ulumuna. Mataram: STAIN. Vol. VII. Edisi 12. No.
12 (Juli-Desember) )
a. Perebutan sumber daya, alat-alat produksi, dan kesempatan ekonomi.
b. Perluasan batas-batas sosial budaya.
c. Benturan kepentingan politik, ideologi, dan agama.
Pendidikan multikulturalisme biasanya mempunyai ciri-ciri :
a) Tujuan membentuk “ manusia budaya “ dan menciptakan “ masyarakat berbudaya “.
b) Materinaya mengajarkan nilai-nlai luur kemanusiaan, nilai-nilai bangsa, dan nilai-
nilai kelompok etnis.
c) Metodenya demokratis, yang menghargai aspek-aspek perbedaan dan keberagaman
budaya bangsa dan kelompok etnis.
d) Evaluasinya ditentukan pada penilaian terhadap tingkah laku anak didik yang
meliputi persepsi, apresiasi, dan tindakan terhadap budaya lainnya
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan multikultural berarti proses pengembangan seluruh potensi manusia yang
menghargai pluralitas dan heterogenitasnya sebagai konsekuensi keragaman budaya,
etnis, suku dan aliran (agama). Pengertian seperti ini mempunyai implikasi yang sangat
luas dalam pendidikan, karena pendidikan dipahami sebagai proses tanpa akhir atau
proses sepanjang hayat.
Tujuan pendidikan multikultural :
1. Membangun Paradigma Keberagaman Inklusif, Paradigma keagamaan yang inklusif
berarti lebih mementingkan dan menerapkan nilai-nilai agama dari pada hanya
melihat dan mengagungkan simbol-simbol keagamaan.
2. Menghargai Keragaman Bahasa dan Etnis di Sekolah, Sikap sensitif terhadap
masalah-masalah yang diskriminatif khususnya terhadap diskriminasi bahasa yang
terjadi di sekolah. Maka niscaya usaha untuk membangun sikap siswa agar mereka
dapat selalu menghargai orang lain yang mempunyai bahasa dan dialek yang
berbeda, sedikit demi sedikit akan dapat tertanam dan kemudian tumbuh dengan
baik.
B. Saran
Disarankan dalam pendidikan bahwa peserta didik harus saling menghargai terhadap
sesama peserta didik baik itu dalam budaya, rasndan agama.
8
DAFTAR PUSTAKA
Azra ,Azyumardi, 2000. Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium
Baru. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Choirul,Mahfud,2011.Pendidikan Multikultural,Bandung: penerbit pustaka pelajar.
Hartono, Yudi & Dardi Hasyim, 2003, Pendidikan Multikultural di
Sekolah.Surakarta: UPT penerbitan dan percetakan UNS.
Hilmy. 2003.Menggagas Paradigma Pendidikan Berbasis Multikulturalisme Jurnal
Ulumuna.Mataram: STAIN. Vol. VII. Edisi 12. No. 12 (Juli-Desember)
James Banks. 1993. Multicultural Education: Historical Development, Dimension, and
Practice,USA: Review of Research in Education.
Kameliaq.blogspot.com/2012/04/makalah-pendidikan-multikultural.html
Mashadi ,Imron, 2009. Pendidikan Agama Islam Dalam Persepektif Multikulturalisme.
Jakarta :Balai Litbang Agama
Musa Asy’ari,2004.Pendidikan Multicultural dan Konflik Bangsa,Yogyakarta:http://ko
mpas.com/kompas-cetak/0409/03/opini/1246546)
Undang-undang RI no 20 thn 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
Penjelasannya. Jogjakarta: Media Wacana.
9
9