Anda di halaman 1dari 13

KONSEP PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah : Pendidikan
Multikultural

Dosen Pengampu : Muhammad Syafi’I, M.Pd.I

Disusun Oleh

Kelompok 1:

Intan Pratiwi (0301192124)

Laila Rahmayani Harahap (0301191048)

Saiban Nawawi (0301193261)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
T.A 2021/2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................ i

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3

A. Pengertian pendidikan Multikultura ......................................................... 3

B. Tujuan PendidikanMultikultural .............................................................. 3

C. Karakteristik Pendidikan Multikultural .................................................... 4

D. Pendekataan Pendidikan Multikultural .................................................... 4

E. Paradigma Pendidikan Multikultural ....................................................... 7

BAB III PENUTUP ...................................................................................... 8

A. Kesimpulan ....................................................................................... 8

B. Saran ................................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 9

i
KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji dan syukur kehadirat Allah Subhanallahu wa ta’ala, karena berkat


rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah kelompok yang
berjudul “Konsep Pendidikan Multikultural” ini sebagai tugas mata kuliah
pendidikan multikultural. Shalawat dan salam juga penulis sampaikan kepada Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam yang telah membawa perubahan besar di
bumi ini.
Serta kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen
pengampu mata kuliah Pendidikan multikultural yaitu Bapak Muhammad Syafi’I,
M.Pd.I yang telah membimbing penulis.
Mudah-mudahan dengan selesainya makalah ini, dapat memberikan
manfaatberupa ilmu pengetahuan yang baik bagi penulis maupun para pembaca.
Wassalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
a. Pendahuluan
Pendidikan sebagai sebuah proses pengembangan sumberdaya manusia agar
memperoleh kemampuan sosial dan perkembangan individu yang optimal memberikan
relasi yang kuat antara individu dengan masyarakat dan lingkungan budaya sekitarnya.
Lebih dari itu pendidikan merupakan proses “memanusiakan manusia” dimana manusia
diharapkan mampu memahami dirinya, orang lain, alam dan lingkungan budayanya .
Atas dasar inilah pendidikan tidak terlepas dari budaya yang melingkupinya sebagai
konsekwensi dari tujuan pendidikan yaitu mengasah rasa, karsa dan karya. Pencapaian
tujuan pendidikan tersebut menuai tantangan sepanjang masa karena salah satunya
adalah perbedaan budaya
Olehnya, kebutuhan terhadap pendidikan yang mampu mengakomodasi dan
memberikan pembelajaran untuk mampu menciptakan budaya baru dan bersikap toleran
terhadap budaya lain sangatlah penting atau dengan kata lain pendidikan yang memiliki
basis multikultural akan menjadi salah satu solusi dalam pengembangan sumberdaya
manusia yang mempunyai karakter yang kuat dan toleran terhadap budaya lain.
b. Rumusan Masalah

a. Apa Pengertian pendidikan Multikultura

b. Apa saja tujuan PendidikanMultikultural

c. Bagaiman Karakteristik Pendidikan Multikultural

d. Apa saja Pendekataan Pendidikan Multikultural


e. Paradigma Pendidikan Multikultural

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Multikultural


Pendidikan multikultural terdiri dari dua kata, yaitu pendidikan dan
multikultural. Pendidikan berarti suatu usaha sadar dan terencana yang diberikan pada
peserta didik agar dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya sehingga ia menjadi
pribadi yang berguna bagi agama, bangsa dan Negaranya. Multikultural berarti
keragaman budaya.
Pendidikan multikultural berarti proses pengembangan seluruh potensi manusia
yang menghargai pluralitas dan heterogenitasnya sebagai konsekuensi keragaman
budaya, etnis, suku dan aliran (agama). Pengertian seperti ini mempunyai implikasi
yang sangat luas dalam pendidikan, karena pendidikan dipahami sebagai proses tanpa
akhir atau proses sepanjang hayat. (Maslikhah 2007)
Menurut Burnet dalam Ali Maksum, pendidikan multikultural adalah pendidikan
untuk people of colour. Sementara itu James Banks memaknai pendidikan multikultural
sebagai sebuah gagasan yang menjelaskan bahwa semua peserta didik tanpa
memandang dari kelompok mana mereka masuk, seperti yang terkait dengan gender,
suku bangsa, ras, budaya, kelas sosial, agama tanpa pengecualian, seharusnyaa
mengalami kesetaraan pendidikan di sekolah.
Kamanto Sunarto memberikan penjelasan bahwa pendidikan multikultural biasa
diartikan sebagai pendidikan keragaman budaya dalam masyarakat, bisa juga diartikan
sebagai pendidikan yang menawarkan ragam model untuk keragaman budaya dalam
masyarkat, dan terkadang juga dimaknai sebagai pendidikan untuk membina sikap
peserta didik agar menghargai keragaman budaya masyarakat”. (Rustam 2013)
Andersen dan Cusher (1994) mengatakan bahwa pendidikan multikultural
adalah pendidikan mengenai keragaman kebudayaan. Menurut Sosiolog UI Parsudi
Suparlan Pendidikan Multikulturalis adalah pendidikan yang mampu menjadi pengikat
dan jembatan yang mengakomodasi perbedaan-perbedaan termasuk perbedaan
kesukubangsaan dan suku bangsa dalam masyarakat yang multikultural. Azyumardi
Azra mendefinisikan pendidikan multikultural sebagai pendidikan untuk atau tentang
keragaman kebudayaan dalam merespon perubahan demografi dan kultur lingkungan
masyarakat tertentu atau bahkan demi secara keseluruhan.

2
Sedangkan Musa Asy’ari juga menyatakan bahwa pendidikan multikultural
adalah proses penanaman cara hidup menghormati, tulus, dan toleran terhadap
keanekaragaman budaya yang hidup di tengah-tengah masyarakat plural. (Suharsono
2017)
Dari beberapa definisi diatas ada tiga kata kunci menandai adanya pendidikan
multikultural yaitu; pertama, proses pengembangan sikap dan tata laku, kedua,
menghargai perbedaan dan keragaman budaya. Ketiga, penghargaan terhadap budaya
lain.

B. Tujuan Pendidikan Multikultural


Secara sederhana pendidikan multikultural, dapat didefenisikan sebagai
“pendidikan untuk/tentang keragaman kebudayaan dalam merespon perubahan
demografis dan kultural lingkungan masyarakat tertentu atau bahkan dunia secara
keseluruhan”.
Menurut Tilaar, pendidikan multikultural berawal dari berkembangnya gagasan
dan kesadaran tentang “interkulturalisme” sesuai perang dunia II. Kemunculan gagasan
dan kesadaran “interkulturalisme” ini selain terkait dengan perkembangan politik
internasional menyangkut HAM, kemerdekaan dari kolonialisme, dan diskriminasi
rasial dan lain-lain, juga karena meningkatnya pluralitas di negara-negara Barat sendiri
sebagai akibat dari peningkatan migrasi dari negara-negara baru merdeka ke Amerika
dan Eropa.
Sebagaimana kita ketahui, bahwa bangsa Indonesia mempunyai filsafat hidup
pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pun disusun atas dasar
pancasila. Oleh karena itu, sudah selayaknya jika pendidikan di Indonesia juga
berdasarkan pada pancasila, hingga kini, dasar dan tujuan pendidikan nasional secara
yuridis masih sama, belum berubah.
Tujuan pendidikan Nasional menurut UU 20 tahun 2003 adalah “ untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Sedangkan tujuan Pendidikan Multikultural yaitu:

3
1. Membangun Paradigma Keberagaman Inklusif, Paradigma keagamaan yang inklusif
berarti lebih mementingkan dan menerapkan nilai-nilai agama dari pada hanya
melihat dan mengagungkan simbol-simbol keagamaan.
2. Menghargai Keragaman Bahasa dan Etnis di Sekolah, Sikap sensitif terhadap
masalah-masalah yang diskriminatif khususnya terhadap diskriminasi bahasa yang
terjadi di sekolah. Maka niscaya usaha untuk membangun sikap siswa agar mereka
dapat selalu menghargai orang lain yang mempunyai bahasa dan dialek yang
berbeda, sedikit demi sedikit akan dapat tertanam dan kemudian tumbuh dengan
baik.
Menjamin keamanan dari kebutuhan-kebutuhan hidup merupakan tujuan
pertama dan utama dari pendidikan Islam. Dalam kehidupan manusia, ini merupakan
hal penting, sehingga tidak bisa dipisahkan. Jika diperhatikan dengan seksama, tujuan
pendidikan Islam ditetapkan oleh Allah untuk memenuhi keperluan hidup manusia itu
sendiri, baik keperluan primer (al-maqasidu al-khamsah), sekunder (hajiyat) , dan tertier
(tahsinat). Oleh karena itu, apabila seorang muslim mengikuti ketentuan-ketentuan yang
ditetapkan Allah, maka ia akan selamat baik di dunia maupun di akhirat.

C. Karakteristik Pendidikan Multikultural


Pendidikan multikultural merupakan proses pengembangan sikap dan tata laku
seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia upaya
pengajaran, pelatihan, proses, perbuatan dan cara-cara mendidikyang menghargai
pluralitas dan heterogenitas secara humanistik. Ada tiga tantangan besar dalam
melaksanakan pendidikan multikultural di Indonesia, yaitu:
1. Agama, suku bangsa dan tradisi
Agama secara actual merupakan ikatan yang terpenting dalam kehidupan orang
Indonesia sebagai suatu bangsa.hal ini akan dapat menjadi perusak apabila digunakan
sebagai senjata politik atau fasilitas individu-individu atau kelompokekonomi.
2. Kepercayaan
Kepercayaan merupakan unsur yang terpenting dalam hidup bermasyarakat.
Munculnya kecurigaan/ketakutan atau ketidakpercayaan terhadap yang lain dapat juga
timbul ketika tidak ada komunikasi di dalam masyarakat plural.
3. Toleransi

4
Toleransi merupakan bentuk tertinggi ketika kita mencapai keyakinanyang
dapatberubah.Toleransi juga merupakan suatu relevan digunakan untuk demokrasi yang
ada seperti sekarang
4. Menuju masyarakat Indonesia yang Multikultural
Inti dari cita-cita reformasi Indonesia adalah mewujudkan masyarakat sipil yang
demokratis, dan ditegakkan hukum untuk supremasi keadilan, pemerintah yang bersih
dari KKN, terwujudnya keteraturan sosial serta rasa aman dalam masyarakat yang
menjamin kelancaran produktivitas warga masyarakat, dan kehidupan ekonomi yang
mensejahterakan rakyat Indonesia.
Berbagai konsep yang relevan dengan multikulturalisme antara lain adalah
demokrasi, keadilan dan hukum, nilai-nilai budaya dan etos, kebersamaan dalam
perbedaan yang sederajat, suku bangsa, kesukubangsaan, kebudayaan suku bangsa,
keyakinan keagamaan, ungkapan tingkat menengah ke atas.

D. Pendekatan Pendidikan Multikultural


Dengan adanya teori-teori yang diperkenalkan oleh beberapa ahli tersebut, maka
diperlukan adanya sebuah pendekatan tentang pendidikan multikultural. Beberapa
pendidikan tersebut berupa :
1. Pendekatan Historis
Pendekatan ini mengandaikan bahwa materi yang diajarkan kepada pembelajar
dengan menengok kembali ke belakang. Maksudnya agar pebelajar dan pembelajar
mempunyai kerangka berpikir yang komplit sampai ke belakang untuk kemudian
mereflesikan untuk masa sekarang atau mendatang. Dengan demikian materi yang
diajarkan bisa ditinjau secara kritis dan dinamis.
2. Pendekatan Sosiologis
Pendekatan ini mengandaikan terjadinya proses kontekstualisasi atas apa yang
pernah terjadi di masa sebelumnya atau datangnya di masa lampau. Dengan pendekatan
ini materi yang diajarkan bisa menjadi aktual, bukan karena dibuat-buat tetapi karena
senantiasa sesuai dengan perkembangan zaman yang terjadi, dan tidak bersifat
indoktrinisasi karena kerangka berpikir yang dibangun adalah kerangka berpikir
kekinian. Pendekatan ini bisa digabungkan dengan metode kedua, yakni metode
pengayaan.
3. Pendekatan Kultural

5
Pendekatan ini menitikberatkan kepada otentisitas dan tradisi yang berkembang.
Dengan pendekatan ini pembelajar bisa melihat mana tradisi yang otentik dan mana
yang tidak. Secara otolatis pebelajar juga bisa mengetahui mana tradisi arab dan mana
tradisi yang datang dari islam.
4. Pendekatan Psikologis
Pedekatan ini berusaha memperhatikan situasi psikologis perseorangan secara
tersendiri dan mandiri. Artinya masing-masing pembelajar harus dilihat sebagai
manusia mandiri dan unik dengan karakter dan kemampuan yang dimilikinya.
Pendekatan ini menuntut seorang pebelajar harus cerdas dan pandai melihat
kecenderungan pembelajar sehingga ia bisa mengetahui metode-metode mana saja yang
cocok untuk pembelajar.
5. Pendekatan Estetik
Pendekatan estetik pada dasarnya mengajarkan pembelajar untuk berlaku sopan
dan santun, damai, ramah, dan mencintai keindahan. Sebab segala materi kalau hanya
didekati secara doktrinal dan menekan adanya otoritas-otoritas kebenaran maka
pembelajar akan cenderung bersikap kasar. Sehingga mereka memerlukan pendekatan
ini untuk mengapresiasikan segala gejala yang terjadi di masyarakat dengan melihatnya
sebagai bagian dari dinamika kehidupan yang bernilai seni dan estetis.
6. Pendekatan Berprespektif Gender
Pendekatan ini mecoba memberikan penyadaran kepada pembelajar untuk tidak
membedakan jenis kelamin karena sebenarnya jenis kelamin bukanlah hal yang
menghalangi seseorang untuk mencapai kesuksesan. Dengan pendekatan ini, segala
bentuk konstruksi sosial yang ada di sekolah yang menyatakan bahwa perempuan
berada di bawah laki-laki bisa dihilangkan.

E. Paradigma Pendidikan Multikultural


Ali maksum menggambarkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang
masyarakatnya sangat majemuk atau pluralis. Kemajuan bangsa Indonesia dapat dilihat
dari dua prespektif, yaitu : horizontal, kemajemukan bangsa kita dapat dilihat dari
perbedaan agama, etnis, bahasa daerah, geografis, pakaian, makanan, dan budaya.
Vertikal, kemajemukan bangsa kita dapat dilihat dari perbedaan tingkat pendidikan,
ekonomi, pemukiman, pekerjaan, dan
tingkat sosial budaya.(Musa Asy’ari,2004.Pendidikan Multicultural dan Konflik

6
Bangsa,Yogyakarta ) Pakar pendidikan, Syarif Sairin ( 1992 ), memetakan akar-akar
konflik dalam masyarakat majemuk : ( Hilmy, 2003, Menggagas Paradigma Pendidikan
Berbasis Multikulturalisme Jurnal Ulumuna. Mataram: STAIN. Vol. VII. Edisi 12. No.
12 (Juli-Desember) )
a. Perebutan sumber daya, alat-alat produksi, dan kesempatan ekonomi.
b. Perluasan batas-batas sosial budaya.
c. Benturan kepentingan politik, ideologi, dan agama.
Pendidikan multikulturalisme biasanya mempunyai ciri-ciri :
a) Tujuan membentuk “ manusia budaya “ dan menciptakan “ masyarakat berbudaya “.
b) Materinaya mengajarkan nilai-nlai luur kemanusiaan, nilai-nilai bangsa, dan nilai-
nilai kelompok etnis.
c) Metodenya demokratis, yang menghargai aspek-aspek perbedaan dan keberagaman
budaya bangsa dan kelompok etnis.
d) Evaluasinya ditentukan pada penilaian terhadap tingkah laku anak didik yang
meliputi persepsi, apresiasi, dan tindakan terhadap budaya lainnya

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan multikultural berarti proses pengembangan seluruh potensi manusia yang
menghargai pluralitas dan heterogenitasnya sebagai konsekuensi keragaman budaya,
etnis, suku dan aliran (agama). Pengertian seperti ini mempunyai implikasi yang sangat
luas dalam pendidikan, karena pendidikan dipahami sebagai proses tanpa akhir atau
proses sepanjang hayat.
Tujuan pendidikan multikultural :
1. Membangun Paradigma Keberagaman Inklusif, Paradigma keagamaan yang inklusif
berarti lebih mementingkan dan menerapkan nilai-nilai agama dari pada hanya
melihat dan mengagungkan simbol-simbol keagamaan.
2. Menghargai Keragaman Bahasa dan Etnis di Sekolah, Sikap sensitif terhadap
masalah-masalah yang diskriminatif khususnya terhadap diskriminasi bahasa yang
terjadi di sekolah. Maka niscaya usaha untuk membangun sikap siswa agar mereka
dapat selalu menghargai orang lain yang mempunyai bahasa dan dialek yang
berbeda, sedikit demi sedikit akan dapat tertanam dan kemudian tumbuh dengan
baik.
B. Saran
Disarankan dalam pendidikan bahwa peserta didik harus saling menghargai terhadap
sesama peserta didik baik itu dalam budaya, rasndan agama.

8
DAFTAR PUSTAKA

Rustam, Ibrahim. 2013. “PENDIDIKAN MULTIKULTURAL: Pengertian, Prinsip, dan


Relevansinya dengan Tujuan Pendidikan Islam.” Addin 7(1): 129–54.
http://journal.iainkudus.ac.id/index.php/Addin/article/view/573%0Ahttp://dx.doi.or
g/10.21043/addin.v7i1.573.
Suharsono, Suharsono. 2017. “Pendidikan Multikultural.” EDUSIANA: Jurnal
Manajemen dan Pendidikan Islam 4(1): 13–23.
Maslikhah, Quo Vadis Pendidikan Multikultur, (Salatiga: STAIN Salatiga Press, 2007),
48
Rustam, Ibrahim. 2013. “PENDIDIKAN MULTIKULTURAL: Pengertian, Prinsip, dan
Relevansinya dengan Tujuan Pendidikan Islam.” Addin 7(1): 129–54.
http://journal.iainkudus.ac.id/index.php/Addin/article/view/573%0Ahttp://dx.doi.or
g/10.21043/addin.v7i1.573.

Suharsono, Suharsono. 2017. “Pendidikan Multikultural.” EDUSIANA: Jurnal


Manajemen dan Pendidikan Islam 4(1): 13–23.

Azra ,Azyumardi, 2000. Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium
Baru. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Choirul,Mahfud,2011.Pendidikan Multikultural,Bandung: penerbit pustaka pelajar.
Hartono, Yudi & Dardi Hasyim, 2003, Pendidikan Multikultural di
Sekolah.Surakarta: UPT penerbitan dan percetakan UNS.
Hilmy. 2003.Menggagas Paradigma Pendidikan Berbasis Multikulturalisme Jurnal
Ulumuna.Mataram: STAIN. Vol. VII. Edisi 12. No. 12 (Juli-Desember)
James Banks. 1993. Multicultural Education: Historical Development, Dimension, and
Practice,USA: Review of Research in Education.
Kameliaq.blogspot.com/2012/04/makalah-pendidikan-multikultural.html
Mashadi ,Imron, 2009. Pendidikan Agama Islam Dalam Persepektif Multikulturalisme.
Jakarta :Balai Litbang Agama
Musa Asy’ari,2004.Pendidikan Multicultural dan Konflik Bangsa,Yogyakarta:http://ko
mpas.com/kompas-cetak/0409/03/opini/1246546)
Undang-undang RI no 20 thn 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
Penjelasannya. Jogjakarta: Media Wacana.

9
9

Anda mungkin juga menyukai