Disusun Oleh :
Dengan menyebut nama Allah swt yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelasaikan makalah tentang keragaman merupakan keniscayaan yang tidak
terelakkan dalam masyarakat dengan baik.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Dan karena keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ...................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Bangsa dan masyarakat Indonesia sungguh berbangga memiliki
kebudayaan yang beragam atau multikultural yang dapat dijadikan sebagai
dasar pelaksanaan pembangunan berkelanjutan. Kekayaan budaya yang
dimiliki bangsa Indonesia mesti dipelihara dan dikembangkan sebagai dasar
bagi pembangunan berkelanjutan. Di dalam penelitian etnologis misalnya,
diketahui bahwa Indonesia terdiri atas kurang lebih 600 suku bangsa dengan
identitasnya masing-masing serta kebudayaannya yang berbeda-beda. Selain
dari kehidupan suku-suku tersebut yang terkonsentrasi pada daerah-daerah
tertentu, terjadi pula konsentrasi suku-suku di tempat lain karena migrasi atau
karena mobilisasi penduduk yang cepat. Melalui sensus tercatat 200 lebih
suku bangsa di Indonesia dengan jumlah total penduduk 237 juta jiwa sebagai
warga Negara (Alwasilah, 2012: 111).
Fenomena kemajemukan bagaikan pisau bermata dua satu sisi memberi
dampak positif tetapi pada sisi lainpun berdampak negatif. Pada sisi yang
positif kita memiliki kekayaan khasanah budaya yang beragam, akan tetapi
sisi lain juga keragaman dapat menimbulkan dampak negatif karena
terkadang justru keragaman ini dapat memicu konflik antar kelompok
masyarakat yang pada gilirannya dapat menimbulkan instabilitas baik secara
keamanan, sosial, politik maupun ekonomi, hal tersebut senada dengan
pendapatnya Tilaar (2016) bahwa budaya yang beragam (multikultural) di
samping membawa nilai positif di dalam kehidupan juga dapat membawa
kepada pertikaian dan konflik.
Negara Multikultural merupakan sebutkan yang cocok untuk
Indonesia. Karena Indonesia memiliki keragaman agama dan kepercayaan,
suku, jumlah dan persebaran, bahasa dan sejumlah keragaman lain.
Keragaman ini merupakan potensi dan keunikan yang dimiliki bangsa
Indonesia. Akan tetapi keragaman dan keunikan tersebut belum mendapat
1
kesempatan berkembang dan mengelola diri berdasarkan kearifan budaya dan
kemauan hidup berdampingan secara damai didalam kehidupam sosial.
Maraknya perkelahian, kerusuhan, permusuhan yang berlatarbelakang
etnis dan budaya ini maka diperluhkan pendidikan multikultural sehingga
masyarakat menyadari bahwa pendidikan multikultural merupakan hal yang
penting didalam kehidupan sosial dan masyarakat.
Menghadapi kondisi tersebut, diperlukan paradigma baru yang lebih
toleran dan lentur untuk mencegah konflik dan benturan-benturan budaya.
Adapun paradigma yang dipandang mampu menyiasati hal itu adalah
paradigma pendidikan multikultural. Dengan pendidikan multikultural
individu diharapkan akan mampu mensikapi realitas masyarakat yang
beragam, dengan sikap toleransi, menghargai, dan menghormati perbedaan.
Dengan demikian membangun tanah air Indonesia mesti didasari oleh sikap
egalitarian, toleran dan demokratis.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang yang telah disampaikan, maka
dapat rumusan masalah yang kami temukan ialah :
1. Apa Pengertian Pendidikan Multikultural ?
2. Apa yang dimaksud dengan Pendidikan Sosial dan bagaimana
pengembangan pendidikan multikultural dalam bidang sosial?
C. Tujuan pembahasan
Berdasarkan pemaparan Rumusan masalah yang telah dibuat, maka
pemakalah membuat makalah ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui pengertian dari pendidikan multicultural
2. Mengetahui pengertian dari pendidikan sosial mengetahui
pengembangan pendidikan multikultural dalam bidang sosial
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Mahfud, Choirul. Pendidikan Multikultural.(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011)
3
1. Peserta didik dalam keadaan sedang berdaya, maksudnya ia dalam
keadaan berdaya untuk menggunakan kemampuan, kemauan, dan
sebagainya.
2. Mempunyai keinginan untuk berkembang ke arah dewasa.
3. Peserta didik memiliki latar belakang yang berbeda-beda.
4. Peserta didik melakukan penjelajahan terhadap alam sekitarnya dengan
potensi-potensi dasar yang dimiliki secara individual.
2
Tilaar, H.A.R. Multikulturalisme. (Jakarta: Grasindu. 2004)
4
B. Pengertian Pendidikan Sosial
5
lingkungan sosial supaya ditengah-tengah masyarakat kelak anak mampu
bergaul dan berperilalaku yang baik terhadap sesama.3
3
Sutarno. Pendidikan Multikutural. (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2007)
6
Di Indonesia terdapat sekitar 300 suku bangsa dan menggunakan kurang
lebih 250 bahasa daerah. Masing-masing suku bangsa memiliki
kebudayaan yang berbeda-beda, yang tercermin pada pola dan gaya hidup
mereka masing-masing. M.A Jaspan menyatakan bahwa masyarakat
Indonesia terdiri atas 366 suku bangsa. Pernyataan ini menggunakan
patokan atau kriteria yang didasarkan pada bahasa, daerah, kebudayaan
dan susunan masyarakatnya.
4. Kelompok Sosial Berdasarkan Perbedaan Agama
Masyarakat Indonesia terbagi menjadi beberapa kelompok sosial yang
diikat oleh unsur-unsur religi. Sedikitnya terdapat lima kelompok religi
yang jumlah anggotanya cukup besar, yaitu Islam, Katolik, Protestan,
Buddha dan Hindu. Yang paling besar adalah kelompok muslim, mencapai
90% dari jumlah penduduk di Indonesia. Selain itu, masih terdapat
kelompok masyarakat yang menganut kepercayaan terhadap Tuhan yang
Maha Esa. Dalam masyarakat multikultural seperti Indonesi, kebebasan
beragama sesuai dengan keyakinan agamanya masing-masing dijamin oleh
negara.
5. Kelompok Sosial Berdasarkan Perbedaan Gender
Gender dan jenis kelamin sangat berbeda, gender merupakan suatu
peranan sedangkan jenis kelamin merupakan tanda fisik dari setiap
individu. Pada zaman dulu, kedudukan wanita selalu di nomor duakan
daripada pria. Tetapi sekarang kedudukan pria dengan wanita sama,
semenjak adanya emansipasi wanita yang dirintis oleh RA Kartini.4
4
Naim, Ngainun dan Ahmad Sauqi. Pendidikan Multikultural Konsep dan Aplikasi.
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010)
7
Selain itu, pendidikan yang merupakan agen perubahan sosial dalam
suatu masyarakat yang tidak terlepas dari budaya masyarakat tersebut. Nilai-
nilai, pandangan, dan norma yang dikembangkan merupakan integrasi dari
budaya dimana pendidikan tersebut dilaksanakan, yang kemudian ditanamkan
di dalam masyarakat. Pendidikan memang merupakan media yang tepat bagi
usaha pelestarian dan penanaman nilai-nilai atau pandangan, demikian juga
penanaman pandangan dan kesadaran terhadap adanya perbedaan budaya
pada masyarakat multikultural. Usaha menanamkan kesadaran multikultural
lewat pendidikan kemudian dikenal dengan pendidikan multikultural.
Dalam kondisi seperti ini, pendidikan multikultural diarahkan sebagai
advokasi untuk menciptakan masyarakat yang toleran. Adapun untuk
mencapai sasaran tersebut, diperlukan sejumlah pendekatan. Beberapa
pendekatan dalam pendidikan multikultural dalam pengembangan di bidang
sosial yaitu :
8
lebih kegiatan. Dalam konteks pendidikan multikultural, pendekatan ini
diharapkan dapat mengilhami para penyusun program-program
pendidikan multikultural untuk menghilangkan kecenderungan
memandang peserta didik secara stereotype menurut identitas etnik
mereka, dan akan meningkatkan eksplorasi pemahaman yang lebih besar
mengenai kesamaan dan perbedaan di kalangan peserta didik dari
berbagai kelompok etnik.
3. karena pengembangan kompetensi dalam suatu kebudayaan baru
biasanya membutuhkan interaksi inisiatif dengan orang-orang yang sudah
memiliki kompetensi, bahkan dapat dilihat lebih jelas bahwa upaya-
upaya untuk mendukung sekolah-sekolah yang terpisah secara etnik
adalah antitesis terhadap tujuan pendidikan multikultural.
Mempertahankan dan memperluas solidaritas kelompok adalah
menghambat sosialisasi ke dalam kebudayaan baru. Pendidikan bagi
pluralisme budaya dan pendidikan multikultural tidak dapat disamakan
secara logis.
4. Pendidikan multikultural meningkatkan kompetensi dalam beberapa
kebudayaan. Adapun kebudayaan mana yang akan diadopsi itu
ditentukan oleh situasi yang ada disekitarnya.
5. Pendidikan multikultural, baik dalam sekolah maupun luar sekolah
meningkatkankesadaran tentang kompetensi dalam beberapa
kebudayaan. Kesadaran seperti ini akan menjauhkan kita dari konsep dwi
budaya atau dikotomi antara pribumi dan non-pribumi. Dikotomi
semacam ini bersifat membatasi individu untuk sepenuhnya
mengekspresikan diversitas kebudayaan. Pendekatan ini meningkatkan
kesadaran akan multikulturalisme sebagai pengelaman moral manusia.
Kesadaran ini mengandung makna bahwa pendidikan multikultural
berpotensi untuk menghindari dikotomi dan mengembangkan apresiasi
yang lebih baik melalui kompetensi kebudayaan yang ada pada diri
peserta didik.
9
Hal ini dapat dilakukan dengan pendidikan multikultural yang ditanamkan
kepada anak-anak lewat pembelajaran di sekolah maupun di rumah.
Seorang guru bertanggung jawab dalam memberikan pendidikan terhadap
anak didiknya dan dibantu oleh orang tua dalam melihat perbedaan yang
terjadi dalam kehidupan mereka sehari-hari. Namun pendidkan
multikultural bukan hanya sebatas kepada anak-anak usia sekolah tetapi
juga kepada masyarakat Indonesia pada umumnya lewat acara atau
seminar yang menggalakkan pentingnya toleransi dalam keberagaman
menjadikan masyarakat Indonesia dapat menerima bahwa mereka hidup
dalam perbedaan dan keragaman.
10
dapat menyelesaikan masalah tersebut dengan musyawarah, diskusi, atau
berbagi pikiran agar masalah dapat diselesaikan tanpa adanya perkelahian
atau permusuhan antar suku, agama, maupun ras.5
5
Iis Arifudin, “Urgensi Implementasi Pendidikan Multikultural di Sekolah”, dalam Jurnal
Pemikiran Alternatif Pendidikan. Vol. 12, 2007, 220-233.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan multikultural di bidang sosial adalah suatu proses pembaruan
menciptakan lingkungan pendidikan yang setara untuk seluruh siswa
yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap anak, secara sengaja dalam
masyarakat untuk mendidik, membina, membangun individu dalam
lingkungan sosial supaya ditengah-tengah masyarakat kelak anak
mampu bergaul dan berperilalaku yang baik terhadap sesama.
Pengembangan pendidikan multikultural di bidang sosial
- Perkembangan masyarakat dibagi menjadi beberapa kelompok :
Kelompok Sosial Berdasarkan ras
Kelompok Sosial Berdasarkan bahasa
Kelompok Sosial Berdasarkan suku bangsa
Kelompok Sosial Berdasarkan perbedaan agama
Kelompok Sosial Berdasarkan gender
Pendekatan pengembangan pendidikan multikultural di bidang sosial
- Tidak lagi menyamakan pandangan pendidikan dengan persekolahan,
atau pendidikan multikultural dengan program-program sekolah
formal.
- Menghindari pandangan yang menyamakan kebudayaan dengan
kelompok etnik.
- Pendidikan multikultural meningkatkan kompetensi dalam beberapa
kebudayaan. Kebudayaan mana yang akan diadopsi, itu ditentukan
oleh situasi dan kondisi secara proporsional.
- Penanaman dan pengenalan pendidikan multikultural pada anak sejak
usia dini.
12
DAFTAR PUSTAKA