Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MENGEMBANGKAN APRESIASI DAN MENGHINDARKAN


DIKOTOMI MELALUI KOMPETENSI KEBUDAYAAN
Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Multikultural
Dosen Pengampu : Dr. H. Abdurrahman AR, S.Pd, M.AP

Disusun Oleh :

Muhammad Ardi Maulana 1711102032

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SAMARINDA
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah swt yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelasaikan makalah tentang keragaman merupakan keniscayaan yang tidak
terelakkan dalam masyarakat dengan baik.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Dan karena keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Samarinda, 07 September 2019


Penyusun

Muhammad Ardi Maulana

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................

A. Latar Belakang ................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
C. Tujuan Pembahasan ........................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................

A. Pengertian Pendidikan Multikultural ................................................. 3


B. Pengertian Pendidikan Sosial ............................................................. 5
C. Pengembangan Pendidikan Multikultural dibidang Sosial ................ 6
D. Pendekatan Pengembangan Pendidikan Multikultural Bidang Sosial 7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Bangsa dan masyarakat Indonesia sungguh berbangga memiliki
kebudayaan yang beragam atau multikultural yang dapat dijadikan sebagai
dasar pelaksanaan pembangunan berkelanjutan. Kekayaan budaya yang
dimiliki bangsa Indonesia mesti dipelihara dan dikembangkan sebagai dasar
bagi pembangunan berkelanjutan. Di dalam penelitian etnologis misalnya,
diketahui bahwa Indonesia terdiri atas kurang lebih 600 suku bangsa dengan
identitasnya masing-masing serta kebudayaannya yang berbeda-beda. Selain
dari kehidupan suku-suku tersebut yang terkonsentrasi pada daerah-daerah
tertentu, terjadi pula konsentrasi suku-suku di tempat lain karena migrasi atau
karena mobilisasi penduduk yang cepat. Melalui sensus tercatat 200 lebih
suku bangsa di Indonesia dengan jumlah total penduduk 237 juta jiwa sebagai
warga Negara (Alwasilah, 2012: 111).
Fenomena kemajemukan bagaikan pisau bermata dua satu sisi memberi
dampak positif tetapi pada sisi lainpun berdampak negatif. Pada sisi yang
positif kita memiliki kekayaan khasanah budaya yang beragam, akan tetapi
sisi lain juga keragaman dapat menimbulkan dampak negatif karena
terkadang justru keragaman ini dapat memicu konflik antar kelompok
masyarakat yang pada gilirannya dapat menimbulkan instabilitas baik secara
keamanan, sosial, politik maupun ekonomi, hal tersebut senada dengan
pendapatnya Tilaar (2016) bahwa budaya yang beragam (multikultural) di
samping membawa nilai positif di dalam kehidupan juga dapat membawa
kepada pertikaian dan konflik.
Negara Multikultural merupakan sebutkan yang cocok untuk
Indonesia. Karena Indonesia memiliki keragaman agama dan kepercayaan,
suku, jumlah dan persebaran, bahasa dan sejumlah keragaman lain.
Keragaman ini merupakan potensi dan keunikan yang dimiliki bangsa
Indonesia. Akan tetapi keragaman dan keunikan tersebut belum mendapat

1
kesempatan berkembang dan mengelola diri berdasarkan kearifan budaya dan
kemauan hidup berdampingan secara damai didalam kehidupam sosial.
Maraknya perkelahian, kerusuhan, permusuhan yang berlatarbelakang
etnis dan budaya ini maka diperluhkan pendidikan multikultural sehingga
masyarakat menyadari bahwa pendidikan multikultural merupakan hal yang
penting didalam kehidupan sosial dan masyarakat.
Menghadapi kondisi tersebut, diperlukan paradigma baru yang lebih
toleran dan lentur untuk mencegah konflik dan benturan-benturan budaya.
Adapun paradigma yang dipandang mampu menyiasati hal itu adalah
paradigma pendidikan multikultural. Dengan pendidikan multikultural
individu diharapkan akan mampu mensikapi realitas masyarakat yang
beragam, dengan sikap toleransi, menghargai, dan menghormati perbedaan.
Dengan demikian membangun tanah air Indonesia mesti didasari oleh sikap
egalitarian, toleran dan demokratis.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang yang telah disampaikan, maka
dapat rumusan masalah yang kami temukan ialah :
1. Apa Pengertian Pendidikan Multikultural ?
2. Apa yang dimaksud dengan Pendidikan Sosial dan bagaimana
pengembangan pendidikan multikultural dalam bidang sosial?

C. Tujuan pembahasan
Berdasarkan pemaparan Rumusan masalah yang telah dibuat, maka
pemakalah membuat makalah ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui pengertian dari pendidikan multicultural
2. Mengetahui pengertian dari pendidikan sosial mengetahui
pengembangan pendidikan multikultural dalam bidang sosial

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Multikultural


Pendidikan multikultural merupakan respon terhadap perkembangan
populasi sekolah, sebagai tuntutan persamaan hak bagi setiap kelompok.
Dalam dimensi lain, pendidikan multikultural merupakan pengembangan
kurikulum dan aktifitas pendidikan untuk memasuki berbagai pandangan,
sejarah, prestasi, dan perhatian terhadap orang-orang non Eropa(Hilliard,
1991-1992).
James Banks(1994) menjelaskan bahwa pendidikan multikultural
memiliki beberapa dimensi yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu
pertama content integration yaitu mengintegrasikan berbagai budaya dan
kelompok untuk mengilustrasikan konsep mendasar, generalisasi, dan teori
dalam mata pelajaran atau disiplin ilmu. Kedua, the know ledge contruction
procces yaitu membawa siswa untuk memahami implikasi budaya kedalam
sebuah mata pelajaran (disiplin). Ketiga, anequity pedagogy yaitu
menyesuaikan metode pengajaran dengan cara belajar siswa dalam rangka
memfasilitasi prestasi akademik siswa yang beragam baik dari segi ras,
budaya(culcure), ataupun sosial(social). Keempat, prejudice reduction, yaitu
mengidentifikasi karakteristik ras siswa dan menentukan metode pengajaran
mereka. Kemudian, melatih kelompok untuk berpartisipasi dalam kegiatan
olahraga, berinteraksi dengan seluruh staff dan siswa yang berbeda etnis dan
ras dalam upaya menciptakan budaya akademik yang toletan dan inklusif.1
Dalam aktifitas pendidikan manapun, peserta didik merupakan
sasaran(object) dan sekaligus sebagai subject pendidikan. Oleh sebab itu,
dalam memahami hakikat peserta didik, para pendidik perlu dilengkapi
pemahaman tentang ciri-ciri umum peserta didik. Setidaknya, secara umum
peserta didik memiliki 5 ciri, yaitu:

1
Mahfud, Choirul. Pendidikan Multikultural.(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011)

3
1. Peserta didik dalam keadaan sedang berdaya, maksudnya ia dalam
keadaan berdaya untuk menggunakan kemampuan, kemauan, dan
sebagainya.
2. Mempunyai keinginan untuk berkembang ke arah dewasa.
3. Peserta didik memiliki latar belakang yang berbeda-beda.
4. Peserta didik melakukan penjelajahan terhadap alam sekitarnya dengan
potensi-potensi dasar yang dimiliki secara individual.

Jadi pendidikan multikultural adalah suatu gerakan pembaharuan dan proses


untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang setara untuk seluruh siswa.

PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MULTIKULTURAL


1. Pendidikan multikultural adalah gerakan politik yang bertujuan
menjamin keadilan sosial bagi seluruh masyarakat tanpa memandang
latar belakang yang ada.
2. Pendidikan multikultural mengandung dua dimensi yaitu pembelajaran
(kelas) dan kelembagaan(sekolah) dan antara keduanya tidak bisa
dipisahkan tetapi harus ditangani melalui reformasi yang komprehensif.
3. Pendidikan multikultural menekankan reformasi pendidikan yang
komprehensif dapat dicapai melalui analisis kritis atas sistem kekuasaan
dan hak untuk dapat dilakukan reformasi yang komprehensif dalam
pendidikan
4. Berdasarkan analisis kritis ini, maka tujuan pendidikana multikultural
adalah menyediakan bagi setiap siswa jaminan memperoleh kesemptan
guna mencapai prestasi maksimal sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki.

Pendidikan multikultural adalah pendidikan yang baik untuk seluruh siswa,


tanpa memandang latar belakang siswanya.2

2
Tilaar, H.A.R. Multikulturalisme. (Jakarta: Grasindu. 2004)

4
B. Pengertian Pendidikan Sosial

Adapun pendapat para ahli pendidikan menafsirkan pendidikan sosial


sebagai berikut:

1. Menurut Abdul Hamid al- Hasyimi Pendidikan sosial adalah


bimbingan orang dewasa terhadap anak dengan memberikan pelatihan
untuk pertumbuhan kehidupan sosial dan memberikan macam-macam
pendidikan mengenai perilaku sosial dari sejak dini, agar hal itu mejadi
elemen penting dalam pembentukan sosial yang sehat.
2. Menurut St. Vembriarto Pendidikan sosial adalah suatu usaha melalui
proses untuk mempengaruhi dan mengembangkan sikap sosial pada
anak dalam arti mengarahkan kegiatan (aktifitas) pada sosialisasi anak
dalam lingkungan sosialnya.
3. Menurut Nasikh Ulwan pendidikan sosial adalah mendidik manusia
sejak kecil agar anak terbiasa menjalankan perilaku sosial yang baik,
dan memiliki nilai dasar-dasar kejiwaan mulia bersumber pada aqidah
dan keimanan yang mendalam, agar ditengah-tengah masyarakat nanti
anak mampu bergaul dan berperilaku yang baik, mempunyai
keseimbangan akal yang matang dan tindakan yang bijaksana.
Jadi pendidikan sosial menurut beberapa pendapat di atas adalah
suatu proses yang diusahakan oleh orang dewasa terhadap anak, secara
sengaja dalam masyarakat untuk mendidik, membina, membangun individu
dalam lingkungan sosial supaya ditengah-tengah masyarakat kelak anak
mampu bergaul dan berperilalaku yang baik terhadap sesama. Tentunya
selalu berpegang pada aqidah dan keimanan yang kokoh.
Jadi pendidikan multikultural di bidang sosial adalah suatu proses
pembaruan menciptakan lingkungan pendidikan yang setara untuk seluruh
siswa yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap anak, secara sengaja
dalam masyarakat untuk mendidik, membina, membangun individu dalam

5
lingkungan sosial supaya ditengah-tengah masyarakat kelak anak mampu
bergaul dan berperilalaku yang baik terhadap sesama.3

C. Pengembangan Pendidikan Multikultural Dibidang Sosial

Pendidikan multikulltural merupakan gejala baru didalam pergaulan


manusia yang mendambakan persamaan hak, termasuk hak untuk
mendapatkan pendidikan yang sama untuk semua orang ‘’Education For
All’’. Selain itu, pendidikan multikultural memiliki kaitan erat dengan setiap
perubahan sosial, baik berupa dinamika perkembangan individu maupun
proses sosial dalam skala yang lebih luas. Perkembangan masyarakat yang
multikultural terbagi menjadi beberapa kelompok :

1. Kelompok Sosial Berdasarkan Ras


Pola pergaulan di Indonesia tidak mengenal adanya rasialisme atau
superioritas satu ras di atas ras lainnya, walaupun terdapat beberapa
kelompok ras yang jumlahnya lebih banyak dari kelompok ras lainnya.
Namun, hal ini tidak berarti ras tersebut ditempatkan secara istimewa atau
dianggap lebih unggul yang akhirnya mengarah pada sikap rasialis yang
bertentangan dengan konspesi masyarakat majemuk.
2. Kelompok Sosial Berdasarkan Bahasa
Setelah melalui proses panjang, akhirnya individu maupun kelompok yang
memiliki perbedaan-perbedaan tadi ternyata mampu menghasilkan suatu
persamaan yang merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang tidak
ternilai, yaitu bahasa Indonesia. Hal ini dapat terjadi karena bahasa-bahasa
suku yang mereka miliki berasal dari satu rumun, yaitu kelurga bahasa
Austronesia. Jadi, mereka dapat cukup mudah saling menerima dan
mempelajari bahasa suku bangsa lainnya dan menerima serta mempelajari
bahasa baru seperti bahasa Indonesia.
3. Kelompok Sosial Berdasarkan Suku Bangsa

3
Sutarno. Pendidikan Multikutural. (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2007)

6
Di Indonesia terdapat sekitar 300 suku bangsa dan menggunakan kurang
lebih 250 bahasa daerah. Masing-masing suku bangsa memiliki
kebudayaan yang berbeda-beda, yang tercermin pada pola dan gaya hidup
mereka masing-masing. M.A Jaspan menyatakan bahwa masyarakat
Indonesia terdiri atas 366 suku bangsa. Pernyataan ini menggunakan
patokan atau kriteria yang didasarkan pada bahasa, daerah, kebudayaan
dan susunan masyarakatnya.
4. Kelompok Sosial Berdasarkan Perbedaan Agama
Masyarakat Indonesia terbagi menjadi beberapa kelompok sosial yang
diikat oleh unsur-unsur religi. Sedikitnya terdapat lima kelompok religi
yang jumlah anggotanya cukup besar, yaitu Islam, Katolik, Protestan,
Buddha dan Hindu. Yang paling besar adalah kelompok muslim, mencapai
90% dari jumlah penduduk di Indonesia. Selain itu, masih terdapat
kelompok masyarakat yang menganut kepercayaan terhadap Tuhan yang
Maha Esa. Dalam masyarakat multikultural seperti Indonesi, kebebasan
beragama sesuai dengan keyakinan agamanya masing-masing dijamin oleh
negara.
5. Kelompok Sosial Berdasarkan Perbedaan Gender
Gender dan jenis kelamin sangat berbeda, gender merupakan suatu
peranan sedangkan jenis kelamin merupakan tanda fisik dari setiap
individu. Pada zaman dulu, kedudukan wanita selalu di nomor duakan
daripada pria. Tetapi sekarang kedudukan pria dengan wanita sama,
semenjak adanya emansipasi wanita yang dirintis oleh RA Kartini.4

D. Pendekatan Pengembangan Pendidikan Multikultural di Bidang Sosial

Merancang pendidikan dalam tatanan masyarakat yang penuh dengan


permasalahan (konflik) antar kelompok maupun keanekaragaman budaya
seperti di Indonesia memang tidaklah mudah. Hal ini semakin sulit jika
tatanan masyarakat yang ada masih penuh diskriminasi dan bersifat rasis.

4
Naim, Ngainun dan Ahmad Sauqi. Pendidikan Multikultural Konsep dan Aplikasi.
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010)

7
Selain itu, pendidikan yang merupakan agen perubahan sosial dalam
suatu masyarakat yang tidak terlepas dari budaya masyarakat tersebut. Nilai-
nilai, pandangan, dan norma yang dikembangkan merupakan integrasi dari
budaya dimana pendidikan tersebut dilaksanakan, yang kemudian ditanamkan
di dalam masyarakat. Pendidikan memang merupakan media yang tepat bagi
usaha pelestarian dan penanaman nilai-nilai atau pandangan, demikian juga
penanaman pandangan dan kesadaran terhadap adanya perbedaan budaya
pada masyarakat multikultural. Usaha menanamkan kesadaran multikultural
lewat pendidikan kemudian dikenal dengan pendidikan multikultural.
Dalam kondisi seperti ini, pendidikan multikultural diarahkan sebagai
advokasi untuk menciptakan masyarakat yang toleran. Adapun untuk
mencapai sasaran tersebut, diperlukan sejumlah pendekatan. Beberapa
pendekatan dalam pendidikan multikultural dalam pengembangan di bidang
sosial yaitu :

1. Perubahan paradigma dalam memandang pendidikan (education) dengan


persekolahan (schooling) atau pendidikan multikultural dengan program-
program sekolah formal. Pandangan yang lebih luas mengenai
pendidikan sebagai transmisi kebudayaan membebaskan pendidik dari
asumsi bahwa tanggungjawab primer dalam mengembangkan
kompetensi kebudayaan di kalangan peserta didik. Hal ini semata-mata
berada di tangan mereka dan justru seharusnya semakin banyak pihak
yang bertanggungjawab karena program-program sekolah terkait dengan
pembelajaran informal di luar sekolah.
2. Menghindari pandangan yang menyamakan kebudayaan dengan
kelompok etnik. Yang dimaksud adalah tidak perlu lagi mengasosiasikan
kebudayaan semata-mata dengan kelompokkelompok etnik sebagaimana
yang terjadi selama ini. Secara tradisional, para pendidik
mengasosiasikan kebudayaan hanya dengan kelompok-kelompok sosial
yang relatif self sufficient daripada dengan sejumlah orang yang secara
terus menerus dan berulang-ulang terlibat satu sama lain dalam satu atau

8
lebih kegiatan. Dalam konteks pendidikan multikultural, pendekatan ini
diharapkan dapat mengilhami para penyusun program-program
pendidikan multikultural untuk menghilangkan kecenderungan
memandang peserta didik secara stereotype menurut identitas etnik
mereka, dan akan meningkatkan eksplorasi pemahaman yang lebih besar
mengenai kesamaan dan perbedaan di kalangan peserta didik dari
berbagai kelompok etnik.
3. karena pengembangan kompetensi dalam suatu kebudayaan baru
biasanya membutuhkan interaksi inisiatif dengan orang-orang yang sudah
memiliki kompetensi, bahkan dapat dilihat lebih jelas bahwa upaya-
upaya untuk mendukung sekolah-sekolah yang terpisah secara etnik
adalah antitesis terhadap tujuan pendidikan multikultural.
Mempertahankan dan memperluas solidaritas kelompok adalah
menghambat sosialisasi ke dalam kebudayaan baru. Pendidikan bagi
pluralisme budaya dan pendidikan multikultural tidak dapat disamakan
secara logis.
4. Pendidikan multikultural meningkatkan kompetensi dalam beberapa
kebudayaan. Adapun kebudayaan mana yang akan diadopsi itu
ditentukan oleh situasi yang ada disekitarnya.
5. Pendidikan multikultural, baik dalam sekolah maupun luar sekolah
meningkatkankesadaran tentang kompetensi dalam beberapa
kebudayaan. Kesadaran seperti ini akan menjauhkan kita dari konsep dwi
budaya atau dikotomi antara pribumi dan non-pribumi. Dikotomi
semacam ini bersifat membatasi individu untuk sepenuhnya
mengekspresikan diversitas kebudayaan. Pendekatan ini meningkatkan
kesadaran akan multikulturalisme sebagai pengelaman moral manusia.
Kesadaran ini mengandung makna bahwa pendidikan multikultural
berpotensi untuk menghindari dikotomi dan mengembangkan apresiasi
yang lebih baik melalui kompetensi kebudayaan yang ada pada diri
peserta didik.

9
Hal ini dapat dilakukan dengan pendidikan multikultural yang ditanamkan
kepada anak-anak lewat pembelajaran di sekolah maupun di rumah.
Seorang guru bertanggung jawab dalam memberikan pendidikan terhadap
anak didiknya dan dibantu oleh orang tua dalam melihat perbedaan yang
terjadi dalam kehidupan mereka sehari-hari. Namun pendidkan
multikultural bukan hanya sebatas kepada anak-anak usia sekolah tetapi
juga kepada masyarakat Indonesia pada umumnya lewat acara atau
seminar yang menggalakkan pentingnya toleransi dalam keberagaman
menjadikan masyarakat Indonesia dapat menerima bahwa mereka hidup
dalam perbedaan dan keragaman.

Kelima pendekatan tersebut haruslah diselaraskan dengan kondisi


masyarakat. Masyarakat adalah kumpulan manusia atau individu-individu
yang hidup dan bekerja sama dalam waktu yang relatif lama serta diikat
oleh kesatuan negara, kebudayaan, dan agama.
Masyarakat mempunyai peranan penting dalam perkembangan
intelektual dan kepribadian individu. Sebab, masyarakat merupakan
tempat yang penuh alternatif dalam upaya memperkaya pelaksanaan
proses pendidikan berbasis multikultural.
Untuk itu, setiap anggota masyarakat memiliki peranan dan
tanggung jawab moral terhadap terlaksananya proses pendidikan
multikultural. Hal ini disebabkan adanya hubungan timbal balik antara
masyarakat dan pendidikan. Dalam upaya memberdayakan masyarakat
dalam dunia pendidikan merupakan satu hal yang penting untuk kemajuan
pendidikan di masa kini dan di masa yang akan datang.
Pendidikan multikultural dalam bidang sosial terutama di
Indonesia yang memiliki banyak suku, agama, maupun ras pasti memiliki
banyak perbedaan dan bagaimana kita menghargai perbedaan itu lalu
mengembangkannya bukan malah membuat permasalahan atau
perpecahan antar suku, agama, maupun ras. Jika terjadi permasalahan
dengan adanya pendidikan multikultural dalam bidang sosial harusnya kita

10
dapat menyelesaikan masalah tersebut dengan musyawarah, diskusi, atau
berbagi pikiran agar masalah dapat diselesaikan tanpa adanya perkelahian
atau permusuhan antar suku, agama, maupun ras.5

5
Iis Arifudin, “Urgensi Implementasi Pendidikan Multikultural di Sekolah”, dalam Jurnal
Pemikiran Alternatif Pendidikan. Vol. 12, 2007, 220-233.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan multikultural di bidang sosial adalah suatu proses pembaruan
menciptakan lingkungan pendidikan yang setara untuk seluruh siswa
yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap anak, secara sengaja dalam
masyarakat untuk mendidik, membina, membangun individu dalam
lingkungan sosial supaya ditengah-tengah masyarakat kelak anak
mampu bergaul dan berperilalaku yang baik terhadap sesama.
Pengembangan pendidikan multikultural di bidang sosial
- Perkembangan masyarakat dibagi menjadi beberapa kelompok :
 Kelompok Sosial Berdasarkan ras
 Kelompok Sosial Berdasarkan bahasa
 Kelompok Sosial Berdasarkan suku bangsa
 Kelompok Sosial Berdasarkan perbedaan agama
 Kelompok Sosial Berdasarkan gender
Pendekatan pengembangan pendidikan multikultural di bidang sosial
- Tidak lagi menyamakan pandangan pendidikan dengan persekolahan,
atau pendidikan multikultural dengan program-program sekolah
formal.
- Menghindari pandangan yang menyamakan kebudayaan dengan
kelompok etnik.
- Pendidikan multikultural meningkatkan kompetensi dalam beberapa
kebudayaan. Kebudayaan mana yang akan diadopsi, itu ditentukan
oleh situasi dan kondisi secara proporsional.
- Penanaman dan pengenalan pendidikan multikultural pada anak sejak
usia dini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Mahfud, Choirul.2011.Pendidikan Multikultural.Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Naim, Ngainun dan Ahmad Sauqi.2010.Pendidikan Multikultural Konsep dan


Aplikasi.Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Sutarno.2007.Pendidikan Multikutural.Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Tilaar, H.A.R.2004.Multikulturalisme.Jakarta: Grasindu.

Iis Arifudin, “Urgensi Implementasi Pendidikan Multikultural di Sekolah”, dalam


Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan. Vol. 12, 2007, 220-233.

Anda mungkin juga menyukai