MK PENDIDIKAN MULTIKULTUR
DOSEN PENGAMPU :
DI SUSUN OLEH :
KELAS : F
UNIVERSITAS TADULAKO
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas izin dan
karunia- Nya, saya dapat menyelesaikan laporan ini hingga selesai. Penyusunan laporan ini
dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Multikultur.
Tak lupa pula haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Rasulullah Muhammad
SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada kita di hari akhir kelak. Terlepas dari semua itu,
saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan pada laporan ini baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka saya
menerima segala saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca agar saya dapat
memperbaiki laporan ini.
Akhirul kalam, Semoga laporan ini bisa memberikan manfaat bagi para pembaca. Aamiin.
Wassalamualaikum wr.wb
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan …………...………………………………………………………………………………………………
B. Saran …………..………………………………………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan pulau yang tak
terhitung jumlahnya. Bentuk negara kepulauan tersebutlah yang menghasilkan berbagai
macam budaya yang ada di Indonesia. Diawali dari pulau Sumatra terbentang hingga pulau
Papua, menghasilkan berbagai budaya dari masing-masing daerah di Indonesia. Keadaan
alam serta letak geografis tersebut membuat Indonesia memiliki kekayaan budaya yang tak
ternilai. Merupakan kenyataan yang tidak dapat ditolak bahwa negara Indonesia terdiri
dari berbagai kelompok etnis, budaya, agama, dan lain-lain sehingga negara-negara
Indonesia secara sederhana dapat disebut sebagai masyarakat “multikultural”. Indonesia
adalah salah satu negara multikultural terbesar di dunia. Kebenaran dari pernyataan ini
dapat dilihat dari sosiokultural maupun geografis yang begitu beragam dan luas. Sekarang
ini, jumlah pulau yang ada di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sekitar
13.000 pulau besar dan kecil. Populasi penduduknya berjumlah lebih dari 200 juta jiwa,
terdiri dari 300 suku yang menggunakan hampir 200 bahasa yang berbeda. Selain itu
mereka juga menganut agama dan kepercayaan yang beragam seperti Islam, Khatolik,
Kristen Protestan, Hindu, Budha, Konghucu serta berbagai macam aliran kepercayaan (M.
Ainul Yakin, Dilihat dari sisi kepercayaan, masyarakat Indonesia sebagian besar beragama
Islam. Mayoritas penduduk Indonesia yang menganut agama Islam, tidak lantas membuat
agama lain tidak mendapat pengakuan dari pemerintah. Beberapa agama yang ada dan
berkembang di Indonesia pada perjalanannya juga diakui oleh pemerintah seperti agama
Kristen, Khatolik, Hindu, Budha, dan Konghucu.
Keragaman yang dimiliki oleh bangsa Indonesia seperti telah disebutkan sebelumnya,
merupakan suatu anugrah kekayaan budaya yang tidak dimiliki oleh negara lain, namun
demikian dilain sisi dapat menjadi sumber konflik yang dilandasi oleh perbedaan budaya
yang ada. Terjadinya konflik antar etnis atau antar pemeluk agama beberapa kurun waktu
terakhir ini, membuktikan sebagai bangsa dengan kekayaan budaya yang dimiliki, kita
belum dapat memahami dan memaknai keberagaman disekitar kita. Keberagaman yang
ada acap kali dituding dan dijadikan alasan sebagai penyebab terjadinya konflik. Maraknya
konflik yang terjadi dengan alasan perbedaan latar belakang budaya tersebut, perlu
kiranya dicari strategi khusus dalam memecahkan persoalan tersebut melalui berbagai
bidang; sosial, politik, budaya, ekonomi dan pendidikan. Berkaitan dengan hal ini, maka
pendidikan multikultural menawarkan satu alternatif melalui penerapan strategi dan
konsep pendidikan yang berbasis pada pemanfaatan keragaman yang ada di masyarakat,
khususnya yang ada pada siswa seperti keragaman etnis, budaya, bahasa, agama, status
sosial, gender, kemampuan, umur dan ras. Dan yang terpenting, strategi pendidikan ini
tidak hanya bertujuan agar supaya siswa mudah memahami pelajaran yang dipelajarinya,
akan tetapi juga untuk meningkatkan kesadaran mereka agar selalu berperilaku humanis,
pluralis dan demokratis (M. Ainul Yakin, 2005: 5)
B. Rumusan Masalah
1. Seberapa pentingkah pendidikan multikultural di SD ?
2. Bagaimana penerapan pendidikan multikultural di SD ?
3. Bagaimana peran guru dan pendidikan multikultural di lingkungan SD ?
4. Apa saja tantangan untuk melaksanakan pendidikan multikultural di Indonesia ?
5. Contoh kasus pendidikan multikultural di Indonesia?
6. Contoh kasus pendidikan multikultural di dunia ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui seberapa pentingkah pendidikan multikultural di SD.
2. Untuk mengetahui bagaimana penerapan pendidikan multikultural di SD.
3. Untuk mengetahui bagaimana peran guru dan pendidikan multikultural di
lingkungan SD.
4. Untuk mengetahui apa saja tantangan dalam melaksanakan pendidikan
multikultural di indonesia.
5. Untuk mengetahui salah satu kasus pendidikan multikultural di Indonesia.
6. Untuk mengetahui salah satu kasus pendidikan multikultural di dunia.
BAB II
PEMBAHASAN
Dengan diterapkannya dari Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi diharapkan dapat
menjadi pondasi yang kuat bagi anak-anak bangsa sebagai generasi penerus bangsa
Indonesia agar tetap dapat menjaga keberagaman yang ada tanpa adanya perpecahan.
Untuk mewujudkan tercapainya pendidikan multikultural,harus didasarkan pada konsep
ketaqwaan, keberadapan, kesopanan, toleransi, kemandirian, bebas dari paksaan, ancaman,
keadilan sosial, dan persamaan hak dalam konsep dan praktik pendidikan. Guru juga harus
tepat dalam menyampaikan materi pembelajaran agar tidak menyinggung satu sama lain.
Indonesia merupakan negara majemuk yang terdiri atas berbagai suku, bangsa,
agama, adat istiadat dan lain-lain. Hal itu terlihat dalam kehidupan sehari-hari di sekitar
lingkungan kita, baik lingkungan masyarakat maupun lingkungan sekolah. Di lingkungan
sekolah nasional, kita menjumpai beragam agama, suku, bangsa ataupun adat istiadatnya.
Ini membuktikan bahwa bangsa ini memang merupakan bangsa yang majemuk dan harus
kita junjung tinggi keberagaman yang ada dengan ruh yang bernama toleransi. Kondisi
seperti ini mendorong terciptanya sebuah konsep yang bernama pendidikan multikural.
Pendidikan multikural sebagai wawasan dan sikap akan kemajemukan budaya baik
dari latar suku bangsa, latar agama, latar profesi atau pekerjaan, latar daerah yang berbeda
namun tetap menjunjung tinggi sikap toleransi. Sarana atau media yang dirasa cukup
ampuh dalam mensosialisasikan pendidikan multikultural adalah lembaga pendidikan
yakni sekolah, baik sekolah formal, informal maupun nonformal. Guru dan seluruh civitas
akademika di sekolah harus turut berperan dalam menerapkan pendidikan ini. Apalagi
dengan posisi berada pada sekolah yang terdiri atas etnis dan agama yang beragam. Sikap
toleransi sebagai alternatif sikap yang harus ditonjolkan dalam keseharian di sekolah.
Guru (pendidik) yang merupakan bagian dari anggota lingkungan sekolah sangat
berperan penting dalam menanam, menumbuhkan dan melestarikan keeragaman itu
dengan selalu mengingatkan jiwa toleransi dan menghindari sikap diskriminatif. Melalui
pendekatan dan model pembelajaran yang asyik, peserta didik (siswa) perlu diajak
berdiskusi, berdialog bahkan bersimulasi bagaimana cara hidup saling menghormati
dengan tulus dan toleran terhadap keberagaman agama dan budaya yang ada di tengah-
tengah masyarakat yang plural. Peserta didik diajak berdialog untuk menimbulkan
kepekaan terhadap aksi-aksi kekerasan yang ada, sehingga dapat menjadi feedback bagi
sekolah untuk proses pembelajaran pendidikan multikultural. Juga sekolah perlu
mendesain pendidikan multikultural ini agar tidak menjadi tanggungjawab guru mata
pelajaran tertentu seperti mata pelajaran PPKn, Sosiologi dan Pendidikan Agama yang
menjadi fundamental mata pelajaran berkarakter sikap spiritual dan sosial pada Kurikulum
2013 yang dipakai di negara Indonesia saat ini. Namun, goresan pendidikan multikultural
harus terintegrasi dengan semua mata pelajaran. Desain ini diharapkan dapat menjadi
wadah praktik atau simulasi siswa bahkan guru di tengah kehidupan yang plural.
Guru sebagai agen sosialisasi, fasilitator dan mediator dalam proses pendidikan
multikultural harus memberikan penguatan, penegasan, dan motivasi agar menjadi suatu
proses yang melekat dan tertanam kuat dalam pribadi siswa, sehingga bisa dikontruksikan
menjadi pengalaman dan pengetahuan yang baru tentang nilai-nilai multikultural. Sadar
keberagaman di tengah pluralitas yang dilandasi jiwa toleransi yang kuat, jujur, ikhlas dan
menghargai orang lain atau kelompok lain, akan menjadi benih yang indah dalam
perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara. Selain itu, guru sebagai pendidik yang
dilihat dan dicontoh oleh anak didik, tentunya juga harus memiliki karakter yang kuat
dalam membangun sikap multikultural di tengah-tengah pergaulannya.
Guru harus memiliki loyalitas yang tinggi terhadap Pancasila, UUD 1945 dan NKRI
yang mengakui keberagaman atau kemajemukan di Indonesia. Akan berbahaya jika
seorang guru menciderai semangat pluralitas. Paradigma pendidikan multikultual ini
sangat berguna dalam menjalin persatuan dan kesatuan bangsa dan negara yang diikat
dengan semboyan bhinneka tunggal ika.
2. Kepercayaan
3. Toleransi
Kasus Bullying di Cilacap, 4 Anak Pelaku Perundungan Ditangkap, Korban Tak Hanya 1
"Korban dan pelaku satu sekolah, tapi beda kelas, salah satu pelaku ada yang sudah alumni.
Semuanya masih di bawah umur," kata Dery saat ungkap kasus di Mapolres Cilacap, Kamis
(7/1/2021). Derry mengatakan, polisi tidak menahan keempat tersangka, karena
seluruhnya masih di bawah umur. Tersangka saat ini berada di rumahnya masing-masing
dengan pengawasan dari orang tua. "Sampai saat ini kita masih melakukan upaya mediasi,
kami libatkan Balai Pemasyarakatan (Bapas), sekokah, keluarga dan lain-lain yang terkait,
dan saat ini masih berlangsung," ujar Dery. Derry mengungkapkan, berdasarkan hasil
penyelidikan jumlah korban perundungan ternyata tidak hanya satu orang.
"Berdasarkan hasil pemeriksaan korban berkembang jadi dua orang, tapi yang terlihat di
video hanya satu orang. Perundungan dilakukan di lokasi yang sama," jelas Dery.
Diberitakan sebelumnya, sebuah video perundungan terhadap seorang anak perempuan
beredar luas di media sosial. Dalam unggahan video di akun Instagram @cetul22 tersebut
tampak beberapa perempuan melakukan kekerasan fisik terhadap seorang anak hingga
menangis. Salah satu pelaku juga terlihat menjambak rambut anak itu. Ia tak menghiraukan
korban yang telah menangis tersedu-sedu terduduk di tanah.
Nanae Munemasa mengalami bullying pertamanya saat ia duduk di bangku sekolah dasar.
Gadis 17 tahun itu bercerita bahwa ia dipukuli oleh sekelompok anak laki-laki dengan
tangkai sapu, dikunci di kamar mandi perempuan. Ia bahkan pernah diserang di kolam
renang saat les renang.
"Aku siswa terakhir yang keluar dari kolam renang," kata Nanae kepada CCN. "Kepalaku
disambit sikat besar dan aku nyaris tenggelam. Kepalaku benjol besar sesudahnya."
Nanae pun mulai tidak mau sekolah dan bahkan pernah berpikir untuk mengakhiri
hidupnya.
Sementara itu, seorang siswa laki-laki Jepang lainnya mengalami hal yang sama. Masa,
bukan nama sebenarnya, juga berpikiran untuk bunuh diri.
"Seragam sekolahku sungguh berat," kata Masa yang pertama kali di-bully saat masuk
sekolah menengah atas.
"Aku tidak bisa menghadapi lingkungan sekolah. Jantungku berdegup kencang. Aku pikir
aku bunuh diri. Aku tidak bisa hadapi tekanan saat tahun ajaran baru dimulai tiap 1
September," kata Masa.
Menurut catatan, dari tahun 1972 hingga 2013, ada 18.048 kasus bunuh diri pada anak-
anak usia sekolah di Jepang. Atau kalau di rata-ratakan, 31 Agustus ada 92 kasus bunuh
diri, 1 September ada 131 anak bunuh diri, dan 2 September ada 94 kasus.
Angka tertinggi juga didapati di bulan April, ketika semester pertama tahun ajaran sekolah
Jepang dimulai.
Tingginya angka statistik itu membuat Maho Kawai, seorang pustakawan di Kamakura
bercuit di twitternya, "Semester dua sudah di hadapan kita. Kalau kalian berpikir untuk
bunuh diri, kenapa kalian tidak datang kepada kami? Kami punya banyak koleksi novel dan
komik."
"Tidak ada yang bilang kalau kalian bersembunyi di sini. Ingatlah kami sebagai tempat
kalian melarikan diri apabila kalian berpikir untuk bunuh diri di bulan September," tweet
Maho.
Tingginya angka kematian siswa tiap 1 September telah diketahui oleh para komunitas
guru di Jepang, sehingga membuat mereka membuat surat kabar Futoko Shimbun, untuk
para penolak sekolah, serta menyerukan bunuh diri bukanlah pilihan.
"Ini adalah neraka hidup untuk anak-anak yang tahu bahwa mereka akan diganggu di
sekolah, namun mereka tidak punya pilihan lain selain pergi," katanya.
"Kami memulai organisasi ini 17 tahun lalu, karena di tahun 1997, ada tiga insiden yang
mengejutkan," kata Shikoh Ishi salah satu guru sekaligus relawan untuk mengedit koran
itu, kepada BBC 1 September 2015.
"Saat itu ada tiga siswa membakar sekolah mereka, dengan alasan kalau sekolah terbakar,
mereka tidak usah kembali ke sekolah," kata Shikoh.
"Saat itulah kami sadari betapa putus asanya siswa kami. Kami ingin sampaikan pesan
bahwa kematian bukanlah pilihan," terang Shikoh.
Shikoh sendiri pernah membuat surat bunuh diri saat berusia sekolah. "Saat itu, aku pikir
tidak ada pilihan lain selain mati daripada sekolah," kenangnya.
"Aku benar-benar merasa tidak tertolong, karena aku benci semua aturan sekolah, dan
aturan murid lainnya. Contoh, murid di Jepang harus memperhatikan 'struktur' murid-
murid jagoan untuk menghindari bully. Lalu, meskipun tidak memilih ikutan mem-bully
murid lain, kamu yang akan jadi target berikutnya," kenang Shikoh.
Menurut data pemerintah Jepang, 90% murid di Jepang pernah melakukan bullying dan
pernah jadi korban.
"Isu besar lainnya adalah, siswa jepang berlomba berkompetisi satu sama lainnya," tambah
Shikoh.
Pengalaman keinginan bunuh dirinya dimulai saat ia gagal masuk sekolah SMA elite.
Untung saja, orang tuanya menemukan surat bunuh dirinya. Mereka memperbolehkannya
untuk tinggal di rumah.
"Aku ingin anak-anak Jepang tahu, kalian bisa kabur dari sekolah," katanya, "Dan semua
akan lebih baik."
Seperti Hidup di Neraka
Nanae bercerita ia menjadi target untuk para pembully setelah ia pindah sekolah
menjelang akhir semester. Mereka menganggap ia bolos sekolah dan iapun di cap sebagai
pembolos.
Ketika bullying memburuk, dia mencoba bunuh diri, tapi ia urung lakukan.
"Aku pikir bahwa tindakan seperti memotong pergelangan tangan akan menyebabkan
masalah untuk orang tuaku, dan bunuh diri tidak akan menyelesaikan apa-apa. Tapi hidup
seperti di neraka."
Pada akhirnya, Nanae memutuskan untuk berhenti bersekolah dan tinggal di rumah selama
hampir setahun.
"Nanae mengatakan hal-hal seperti, 'Jika aku melompat dari Menara Tokyo, aku pikir aku
bisa terbang," kata Mina. "Sebagai ibunya, aku segera berpikir ada yang salah. Aku tidak
pernah berpikir sekolah bisa membuat putriku seperti itu."
Sekarang, Nanae telah kembali ke sekolahnyanya dan juga bernyanyi di band pop disebut
Nanakato bersama dengan kakaknya. Nanae berharap bahwa suatu hari mereka akan
memiliki penggemar banyak dan terkenal atau konser di luar negeri.
Nanae juga mencoba untuk membantu orang lain yang pernah ditindas dengan menulis
blog tentang apa yang pernah ia lalui.
"Ini akan menjadi besar jika blog ku membantu setidaknya satu orang berhenti berpikir
tentang bunuh diri," katanya.
Ibu Nanae mengatakan waktu putrinya dihabiskan di Internet adalah faktor kunci dalam
membantu dia melewati bullying.
"Dengan menciptakan koneksi dengan orang-orang di Jepang serta negara-negara lain, ia
mampu mendapatkan kembali kepercayaan dirinya," kata Mina.
"Orang dewasa cenderung mengatakan bahwa internet berbahaya, tetapi pasti ada
beberapa anak yang diselamatkan olehnya." (Rie/Ein).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan di Indonesia yang masyarakatnya terdiri dari berbagai macam ras, suku
budaya, bangsa, dan agama dirasa penting untuk menerapkan pendidikan multikultural.
Karena tidak dapat dipungkiri bahwa dengan masyarakat Indonesia yang beragam inilah
seringkali menjadi penyebab munculnya berbagai macam konflik. Pendidikan multikultural
adalah strategi pendidikan yang diaplikasikan pada semua jenis mata pelajaran dengan
cara menggunakan perbedaan-perbedaan budaya yang ada pada para siswa seperti
perbedaan etnis, agama, bahasa, gender, kelas sosial, ras, kemampuan dan umur agar
proses belajar menjadi efektif dan mudah.Pendidikan multikultural tidak hanya dipelajari
dalam pendidikan normal saja. Melainkan pendidikan multikultural itu harus dipelajari
oleh masyarakat luas, secara non formal melalui berbagai macam diskusi, presentasi. Agar
dapat terciptanya masyarakat Indonesia yang tentram dan damai. Pendidikan multikultural
adalah suatu pendekatan untuk melakukan transformasi pendidikan secara menyeluruh
membongkar kekurangan, kegagaln dan praktik – praktik diskriminatif dalam proses
pendidikan. Pendidikan multikultural didasarkan pada gagasan keadilan sosial dan
persamaan hak dalam pendidikan.
B. Saran
https://core.ac.uk/download/pdf/322573844.pdf
https://adoc.pub/download/implementasi-pendidikan-multikultural-di-sekolah-inklusi-
sd-.html
http://koranbogor.com/berita/nusantara/pentingnya-pendidikan-multikultural-di-sd/
https://m.tribunnews.com/amp/regional/2021/01/07/kasus-bullying-di-cilacap-4-anak-
pelaku-perundungan-ditangkap-korban-tak-hanya-1
https://m.liputan6.com/amp/2307716/1-september-hari-yang-paling-ditakuti-oleh-
siswa-jepang