Disusun Oleh :
iii
KATA PENGANTAR
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................2
C. Tujuan Makalah...................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................3
D. Perkembangan Tradisi Keislaman.......................................................3
E. Tradisi Keilmuan Dalam Dunia Islam.................................................4
F. Paradigma Keilmuan Dalam Islam......................................................6
G. Tradisi Dalam Persefektif Islam..........................................................7
H. Tradisi Dalam Persefektif Sosial.........................................................8
I. Perbandingan Antara Ilmu Ilmu Agama Dengan Ilmu Ilmu Umum...9
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................13
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan berwawasan multikultural menawarkan pendekatan
dialogis untuk menanamkan kesadaran hidup bersama dalam keragaman
dan perbedaan. Multikultural menjadai warna Pendidikan yang ada pada
mayoritas Indonesia sehingga dengan munculnya hal tersebut
menimbulkan berbagai masalah, salah satunya kurang sadar akan
perbedaan satu sama lain yang mengakibatkan bullying di lingkungan
sekolah, pesantren bahkan lingkungan masyarakat dengan adanya masalah
tersebut multicultural perlu dikenalkan dalam dunia Pendidikan sehingga
bullying tidak terjadi lagi dalam dunia Pendidikan maupun masyarakat.
1
Dengan masalah yang ada diatas maka penulis mencoba meneliti
lebih lanjut, dengan harapan masalah yang terjadi dapat diuraikan dan
mendapatkan titik terang sehingga menjadi pembelajan bagi peniliti dan
pembaca. Dasar multikultural harus dimulai sejak dini jika mulai
pendidikan usia dasar belum dikenalkan maka tahap selanjutkan akan
muncul lebih banyak masalah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian administraspendidikan?
2. Apa tujuan administrasi pendidikan?
3. Apa manfaat administrasi pendidikan?
4. Apa metode-metode supervisi pendidikan?
5. Apa tujuan supervisi pendidikan?
6. Apa hubungan administrasi dan supervisi pendidikan?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk memahami pengertian administrasi dan supervisi pendidikan.
2. Tujuan administrasi pendidikan.
3. Untuk mengetahui metode-metode supervisi pendidikan.
4. Untuk memahami hubungan administrasi dan supervisi pendidikan
2
BAB II
PEMBAHASAN
1) Menurut Banks
Pendidikan multikultural pada dasarnya merupakan program
pendidikan bangsa agar komunitas multikultural dapat
berpartisipasi dalam mewujudkan kehidupan demokrasi yang
ideal bagi bangsanya3.
2) Menurut Zamroni
Pendidikan multikultural merupakan bentuk reformasi
pendidikan yang bertujuan untuk memberikan kesempatan yang
setara bagi semua siswa tanpa memandang latar belakangnya,
sehingga semua siswa dapat meningkatkan ke mampuan yang
seoptimal sesuai dengan ke tertarikan, minat dan bakat yang
dimilikinya.
3) Menururt Seide, Sleeter, dan Grant
Pendidikan multikultural sebagai kebijakan dalam praktik
pendidikan dalam mengakui, menerima dan menegaskan
1
Abdul Wahid, “Konsep Pendidikan Multikultural dan Aplikasinya”, Jurnal Istiqra’, Vol. III No. 2
(Maret, 2026), 288
2
Abdullah Aly, “Pendidikan Islam Multikultural di Pesantren”, (Yokyakarta: Pustaka Pelajar, 2011),
h.106
3
Mukodi, “Konsep Pendidikan Berbasis Multikultural Ala KI Hadjar Dewantara”, Vol.2 , 684
3
perbedaan dan persamaan manusia yang dikaitkan dengan gender,
ras, dan kelas.
4) Menururt Liliweri
Pendidikan multikultural merupakan strategi pendidikan yang
memanfaatkan keberagaman latar belakang kebudayaan dari para
peserta didik sebagai salah satu kekuatan untuk membentuk sikap
multikultural. Strategi ini sangat bermanfaat, sekurang-kurangnya
bagi sekolah sebagai lembaga pendidikan dapat membentuk
pemahaman bersama atas konsep kebudayaan, perbedaan budaya,
keseimbangan, dan demokrasi dalam arti yang luas.
4
pendidikan multikultural yang mampu menanamkan nilai-nilai pluralisme,
humanisme dan demokrasi secara langsung di sekolah kepada para peserta
didiknya4.
4
Zakiyuddin Baidhawy, “Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural”, (Jakarta: Erlangga, 2005),
h. 109
5
sosial5.
6
lain dengan menyertakan peserta didik memilih buku bacaan bersama,
melakukan aktivitas bersama. Mengapresiasikan even-even bidang
keagamaan maupun kebudayaan yang terdapat dalam kehidupan
masyarakat. Peserta didik bisa dilibatkan di dalam pelajaran atau
pengalaman yang berkaitan dengan peristiwa ini. Namun perhatian
yang sedikit juga diberikan kepada kelompok-kelompok etnik baik
sebelum dan sesudah event atau signifikan budaya dan sejarah
peristiwa bisa dieksplorasi secara mendalam.
2) Metode Pengayaan
Materi pendidikan, konsep, tema dan perspektif bisa
ditambahkan dalam kurikulum tanpa harus mengubah struktur aslinya.
Metode ini memperkaya kurikulum dengan literatur dari atau tentang
masyarakat yang berbeda kultur atau agamanya. Penerapan metode
ini, misalnya adalah dengan mengajak pembelajar untuk menilai atau
menguji dan kemudian mengapresiasikan cara pandang masyarakat
tetapi pembelajar tidak mengubah pemahamannya tentang hal itu,
seperti pernikahan, dan lain-lain. Metode ini juga menghadapi
problem sama halnya metode kontributif, yakni materi yang dikaji
biasanya selalu berdasarkan pada perspektif sejarahawan yang
mainstream. Peristiwa, konsep, gagasan dan isu disuguhkan dari
perspektif yang dominan.
3) Metode Transformatif
Metode ini secara fundamental berbeda dengan dua metode
sebelumnya. Metode ini memungkinkan pembelajar melihat konsep-
konsep dari sejumlah perspektif budaya, etnik dan agama secara kritis.
Metode ini memerlukan pemasukan perspektif-perspektif, kerangka-
kerangka referensi dan gagasan-gagasan yang akan memperluas
pemahaman pembelajar tentang sebuah ide. Metode ini dapat
mengubah struktur kurikulum, dan memberanikan pembelajar untuk
memahami isu dan persoalan dari beberapa perspektif etnik dan
agama tertentu. Misalnya, membahas konsep “makanan halal” dari
agama atau kebudayaan tertentu yang berpotensi menimbulkan
7
konflik dalam masyarakat. Metodeini menuntut pembelajar mengolah
pemikiran kritis dan menjadikan prinsip kebhinekaan sebagai premis
dasarnya.
4) Metode Pembuatan Keputusan dan Aksi Sosial
Metode ini mengintegrasikan metode transformasi dengan
aktivitas nyata dimasyarakat, yang pada gilirannya bisa merangsang
terjadinya perubahan sosial. Pembelajar tidak hanya dituntut untuk
memahami dan membahas isu-isu sosial, tapi juga melakukan sesuatu
yang penting berkaitan dengan hal itu.
Metode ini memerlukan pembelajar tidak hanya
mengeksplorasi dan memahami dinamika ketertindasan tetapi juga
berkomitmen untuk membuat keputusan dan mengubah sistem
melalui aksi sosial. Tujuan utama metode ini adalah untuk
mengajarkan pembelajar berpikir dan kemampuan mengambil
keputusan untuk memberdayakan mereka dan membantu mereka
mendaptkan sense kesadaran dan kemujaraban berpolitik.
8
bersifat indoktrinisasi karena kerangka berpikir yang dibangun adalah
kerangka berpikir kekinian. Pendekatan ini bisa digabungkan dengan
metode kedua, yakni metode pengayaan.
3) Pendekatan Kultural
Pendekatan ini menitikberatkan kepada otentisitas dan tradisi
yang berkembang. Dengan pendekatan ini pembelajar bisa melihat
mana tradisi yang otentik dan mana yang tidak. Secara otolatis
pebelajar juga bisa mengetahui mana tradisi arab dan mana tradisi
yang datang dari islam.
4) Pendekatan Psikologis
Pedekatan ini berusaha memperhatikan situasi psikologis
perseorangan secara tersendiri dan mandiri. Artinya masing-masing
pembelajar harus dilihat sebagai manusia mandiri dan unik dengan
karakter dan kemampuan yang dimilikinya. Pendekatan ini menuntut
seorang pebelajar harus cerdas dan pandai melihat kecenderungan
pembelajar sehingga ia bisa mengetahui metode-metode mana saja
yang cocok untuk pembelajar.
5) Pendekatan Estetik
Pendekatan estetik pada dasarnya mengajarkan pembelajar
untuk berlaku sopan dan santun, damai, ramah, dan mencintai
keindahan. Sebab segala materi kalau hanya didekati secara doktrinal
dan menekan adanya otoritas-otoritas kebenaran maka pembelajar
akan cenderung bersikap kasar. Sehingga mereka memerlukan
pendekatan ini untuk mengapresiasikan segala gejala yang terjadi di
masyarakat dengan melihatnya sebagai bagian dari dinamika
kehidupan yang bernilai seni dan estetis.
6) Pendekatan Berprespektif Gender
Pendekatan ini mecoba memberikan penyadaran kepada
pembelajar untuk tidak membedakan jenis kelamin karena sebenarnya
jenis kelamin bukanlah hal yang menghalangi seseorang untuk
mencapai kesuksesan. Dengan pendekatan ini, segala bentuk
konstruksi sosial yang ada di sekolah yang menyatakan bahwa
9
perempuan berada di bawah laki-laki bisa dihilangkan. Keenam
pendekatan ini sangat memungkinkan bagi terciptanya kesadaran
multikultural di dalam pendidikan dan kebudayaan. Dan tentu saja,
tidak menutup kemungkinan berbagai pendekatan yang lainnya, selain
enam yang disebutkan tadi di atas, sangat mungkin untuk diterapkan.
Agar terwujudnya pendidikan yang multikultural di negeri kita
Indonesia.
10
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Administrasi pendidikan merupakan proses keseluruhan dari segala
kegiatan-kegiatan bersama yang harus dilakukan oleh semua pihak yang
ada sangkut pautnya dengan tugas-tugas pendidikan. Administrasi
pendidikan juga sering diistilahkan dengan administrasi sekolah dan
administrasi itu sendiri mencangkup pengaturan, proses belajar mengajar,
kesiswaan, personalia, peralatan pengajaran, gedung dan perlengkapan,
keuangan serta humas atau hubungan dengan masyarakat yang ini semua
merupakan cangkupan dari administrasi pendidikan.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan multicultural adalah usaha sadar untuk mengembangkan
kepribadian didalam dan diluar sekolah yang mempelajari tentang berbagai
macam status sosial, ras, suku, agama agar tercipta kepribadian yang cerdas dalam
menghadapi masalah-masalah keberagaman budaya.
Gagasan pendidikan multikultural di Indonesia adalah pendidikan untuk
meningkatkan penghargaan terhadap keragaman etnik dan budaya masyarakat.
Pendidikan multikultural dipersepsikannya sebagai jembatan untuk mencapai
kehidupan bersama dari umat manusia dalam era globalisasi yang penuh dengan
tantangan-tantangan baru.
Tujuan pendidikan multikultural ada dua, yakni tujuan awal dan tujuan
akhir. Tujuan awal merupakan tujuan sementara karena tujuan ini hanya berfungsi
sebagai perantara agar tujuan akhirnya tercapai dengan baik. Sedangkan tujuan
akhir pendidikan multikultural adalah peserta didik tidak hanya mampu
memahami dan menguasai materi pelajaran yang dipelajarinya akan tetapi
diharapkan juga bahwa para peserta didik akan mempunyai karakter yang kuat
untuk selalu bersikap demokratis, pluralis dan humanis. Karena tiga hal tersebut
adalah ruh pendidikan multicultural.
12
DAFTAR PUSTAKA
Al-Gazali, al-Munqiz min al-Dalal, diterj. Masyhur Abadi, Setitik Cahaya dalam
Kegelapan, Surabaya: Progressif, 2002.
Bahtiar, Amsal, Filsafat Ilmu, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006
13