Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KONSEP PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

Dosen Pengampu : Dr. Cahaya Khaeroni, S.Pd., M.Pd.I.

Disusun Oleh :

1. Adellia Amanda Iffah Ashofi 21250052


2. Amanda Ravika Sari 21250083

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM TAHUN 2023/2024

iii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat dan segala bentuk kenikmatannya kepada kita semua
sehingga penulisan ini dapat menyelesaikan tugas makalah sesuai dengan waktu
yang diharapkan. Dan tidak lupa pula penulis mengirimkan shalawat dan salam
atas junjungan kita Nabiullah Muhammad saw. Sebagai rahmatan lil‟alamin.
Penulisan makalah ini merupakan bentuk kewajiban dan penyempurnaan
nilai terhadap kami selaku mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Metro
melalui Mata Kuliah Isu-Isu dalam Pendidikan
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing Bpk. Dr. Cahaya Khaeroni, S.Pd., M.Pd.I. dalam pembuatan makalah
ini, serta kepada teman-teman, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk, maupun
isi makalah ini. Harapan kami semoga makalah ini dapat membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman teman- teman.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami
harapkan kepada teman-teman untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Wassalamu‟alaikum Wr. Wb.

Metro, September 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................2
C. Tujuan Makalah...................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................3
D. Perkembangan Tradisi Keislaman.......................................................3
E. Tradisi Keilmuan Dalam Dunia Islam.................................................4
F. Paradigma Keilmuan Dalam Islam......................................................6
G. Tradisi Dalam Persefektif Islam..........................................................7
H. Tradisi Dalam Persefektif Sosial.........................................................8
I. Perbandingan Antara Ilmu Ilmu Agama Dengan Ilmu Ilmu Umum...9

BAB III PENUTUP.....................................................................................12


J. Kesimpulan........................................................................................12
K. Saran..................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................13

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan berwawasan multikultural menawarkan pendekatan
dialogis untuk menanamkan kesadaran hidup bersama dalam keragaman
dan perbedaan. Multikultural menjadai warna Pendidikan yang ada pada
mayoritas Indonesia sehingga dengan munculnya hal tersebut
menimbulkan berbagai masalah, salah satunya kurang sadar akan
perbedaan satu sama lain yang mengakibatkan bullying di lingkungan
sekolah, pesantren bahkan lingkungan masyarakat dengan adanya masalah
tersebut multicultural perlu dikenalkan dalam dunia Pendidikan sehingga
bullying tidak terjadi lagi dalam dunia Pendidikan maupun masyarakat.

Pendidikan adalah salah satu bidang yang sangat menentukan dalan


kemajuan suatu negara Inodenesia adalah negara kesatuan yang terdiri
dari berbagai macam suku.adat,agama,bahasa dan lain-lain ,kesatuan ini
yang akan menjadi bentuk negara ini secara plural melalui pendidikan
perbedaaan ini dapat disatukan agar tidak terjadi diskriminasi yang
menyudutkan pada satu golongan sehingga pembangunan indonesia
terhambat. Sistem pendidikan Indonesia yang setiap tahun berganti
mengikuti jalur politik pemenang membuat ketidak konsistenan suatu
negara di dalam memajukan dunia pendidikan.

Indonesia adalah salah satu negara multikultural terbesar di dunia.


Kenyataan ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural maupun geografis
yang begitu beragam dan luas. Wacana mengenai multikultural telah
memasuki babak baru. Indikasinya, diskusi mengenai multikultural tidak
saja terjadi di lingkungan tradisi akademis, melainkan telah menjadi
bagian dari wacana dan kebijakan publik. Diskursus mengenai
multikultural telah menjadi materi pendidikan, pelatihan, malahan kursus
singkat yang amat praktis.

1
Dengan masalah yang ada diatas maka penulis mencoba meneliti
lebih lanjut, dengan harapan masalah yang terjadi dapat diuraikan dan
mendapatkan titik terang sehingga menjadi pembelajan bagi peniliti dan
pembaca. Dasar multikultural harus dimulai sejak dini jika mulai
pendidikan usia dasar belum dikenalkan maka tahap selanjutkan akan
muncul lebih banyak masalah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian administraspendidikan?
2. Apa tujuan administrasi pendidikan?
3. Apa manfaat administrasi pendidikan?
4. Apa metode-metode supervisi pendidikan?
5. Apa tujuan supervisi pendidikan?
6. Apa hubungan administrasi dan supervisi pendidikan?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk memahami pengertian administrasi dan supervisi pendidikan.
2. Tujuan administrasi pendidikan.
3. Untuk mengetahui metode-metode supervisi pendidikan.
4. Untuk memahami hubungan administrasi dan supervisi pendidikan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Multikultural


Multikultural berasal dari bahasa Inggris yang merupakan kata sifat
yaitu multi dan culture. Secara umum kata multi berarti banyak, ragam, atau
aneka. Kata culture bermakna kebudayaan, kesopanan dan atau
pemeliharaan1. Atas dasar ini, kata multikultural dalam tulisan ini diartikan
sebagai keragaman budaya sebagai bentuk dari keragaman latar belakang
seseorang. Pendidikan multikultural adalah konsep pendidikan yang
memberikan kesempatan yang sama kepada semua peserta didik tanpa
memandang gender dan kelas sosial, etnik, ras, agama, dan karakteristik
kultural mereka untuk belajar di dalam kelas 2. Pengertian pendidikan
multikultural menurut para ahli:

1) Menurut Banks
Pendidikan multikultural pada dasarnya merupakan program
pendidikan bangsa agar komunitas multikultural dapat
berpartisipasi dalam mewujudkan kehidupan demokrasi yang
ideal bagi bangsanya3.
2) Menurut Zamroni
Pendidikan multikultural merupakan bentuk reformasi
pendidikan yang bertujuan untuk memberikan kesempatan yang
setara bagi semua siswa tanpa memandang latar belakangnya,
sehingga semua siswa dapat meningkatkan ke mampuan yang
seoptimal sesuai dengan ke tertarikan, minat dan bakat yang
dimilikinya.
3) Menururt Seide, Sleeter, dan Grant
Pendidikan multikultural sebagai kebijakan dalam praktik
pendidikan dalam mengakui, menerima dan menegaskan
1
Abdul Wahid, “Konsep Pendidikan Multikultural dan Aplikasinya”, Jurnal Istiqra’, Vol. III No. 2
(Maret, 2026), 288
2
Abdullah Aly, “Pendidikan Islam Multikultural di Pesantren”, (Yokyakarta: Pustaka Pelajar, 2011),
h.106
3
Mukodi, “Konsep Pendidikan Berbasis Multikultural Ala KI Hadjar Dewantara”, Vol.2 , 684

3
perbedaan dan persamaan manusia yang dikaitkan dengan gender,
ras, dan kelas.
4) Menururt Liliweri
Pendidikan multikultural merupakan strategi pendidikan yang
memanfaatkan keberagaman latar belakang kebudayaan dari para
peserta didik sebagai salah satu kekuatan untuk membentuk sikap
multikultural. Strategi ini sangat bermanfaat, sekurang-kurangnya
bagi sekolah sebagai lembaga pendidikan dapat membentuk
pemahaman bersama atas konsep kebudayaan, perbedaan budaya,
keseimbangan, dan demokrasi dalam arti yang luas.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa


pendidikan multikultural pada hakikatnya mencoba membantu
menyatukan kesukuan, ras dan golongan secara lebih manusiawi,
dengan menekankan pada perspektif pluralitas kemasyarakatan.
Dengan demikian, sekolah dikondisikan untuk mencerminkan
praktik dari nilai-nilai pluralitas. Aneka kelompok budaya yang
berbeda dalam masyarakat, bahasa, dan dialek di mana para
pelajar lebih baik berbicara tentang rasa hormat di antara mereka
dan menunjung tinggi nilai-nilai kerja sama, dari pada
membicarakan persaingan dan prasangka di antara sejumlah
pelajar yang berbeda dalam hal, budaya dan kelompok status
sosialnya perlu dimasukkan.

B. Tujuan Pendidikan Multikultural


Tujuan pendidikan multikultural ada dua, yakni tujuan awal dan
tujuan akhir. Tujuan awal merupakan tujuan sementara karena tujuan ini
hanya berfungsi sebagai perantara agar tujuan akhirnya tercapai dengan
baik. Pada dasarnya tujuan awal pendidikan multikultural yaitu membangun
wacana pendidikan, pengambil kebijakan dalam dunia pendidikan dan
mahasiswa jurusan ilmu pendidikan ataupun mahasiswa umum. Harapannya
adalah apabila mereka mempunyai wacana pendidikan multikultural yang
baik maka kelak mereka tidak hanya mampu untuk menjadi transformator

4
pendidikan multikultural yang mampu menanamkan nilai-nilai pluralisme,
humanisme dan demokrasi secara langsung di sekolah kepada para peserta
didiknya4.

Sedangkan tujuan akhir pendidikan multikultural adalah peserta


didik tidak hanya mampu memahami dan menguasai materi pelajaran yang
dipelajarinya akan tetapi diharapkan juga bahwa para peserta didik akan
mempunyai karakter yang kuat untuk selalu bersikap demokratis, pluralis
dan humanis. Karena tiga hal tersebut adalah ruh pendidikan multicultural.

Selain itu tujuan pendidikan multikultural adalah transformasi


pembelajaran kooperatif di mana di dalam proses pembelajaran setiap
individu mempunyai kesempatan yang sama. Sedangkan, transformasi
pembelajaran kooperatif itu sendiri mencakup pendidikan belajar mengajar,
konseptualisasi dan organisasi belajar. Belajar kooperatif mengandung
pengertian sebagai suatu strategi pembelajaran yang menggunakan
kelompok kecil, di mana pemelajar bekerja bersama, belajar satu sama lain,
berdiskusi dan saling membagi pengetahuan, saling berkomunikasi, saling
membantu untuk memahami materi pembelajaran, sehingga dalam
pembelajaran kooperatif setiap anggota kelompok bertanggungjawab
terhadap keberhasilan setiap anggota kelompoknya.

Berdasar tujuan pendidikan multikultural tersebut, pendidikan


multikultural berupaya mengajak warga pendidikan untuk menerima
perbedaan yang ada pada sesama manusia sebagai hal-hal yang alamiah
(natural sunnatullah). Selain itu, pedidikan multikultural menanamkan
kesadaran kepada mahasiswa akan kesetaraan (equality), keadilan (justice),
kemajemukan (plurality), kebangsaan, ras, suku, bahsa, tradisi,
penghormatan agama, menghendaki terbangunnya tatanan kehidupan yang
seimbang, harmoni, fungsional dan sistematik dan tidak menghendaki
terjadinya proses diskriminasi, kemanusiaan (humanity), dan nilai-nilai
demokrasi (democration values)yang diperlukan dalam beragam aktivitas

4
Zakiyuddin Baidhawy, “Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural”, (Jakarta: Erlangga, 2005),
h. 109

5
sosial5.

Harapannya, dengan implementasi pendidikan yang


berwawasan multikultural, akan membantu siswa mengerti, menerima
dan menghargai orang lain yang berbeda suku, budaya dan nilai
kepribadian. Lewat penanaman semangat multikultural di sekolah-
sekolah, akan menjadi medium pelatihan dan penyadaran bagi
generasi muda untuk menerima perbedaan budaya, agama, ras, etnis
dan kebutuhan di antara sesama dan mau hidup bersama secara damai.
Agar proses ini berjalan sesuai harapan, maka seyogyanya kita mau
menerima jika pendidikan multikultural disosialisasikan dan
didiseminasikan melalui lembaga pendidikan, serta jika mungkin
ditetapkan sebagai bagian dari kurikulum pendidikan di berbagai
jenjang baik di lembaga pendidikan pemerintah maupun swasta.
Apalagi, paradigma multikultural secara implisit juga menjadi salah
satu concern dari Pasal 4 UU N0. 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan
Nasional. Dalam pasal itu dijelaskan, bahwa pendidikan
diselenggarakan secara demokratis, tidak diskriminatif dengan
menjunjung tinggi HAM, nilai keagamaan, nilai kultural dan
kemajemukan bangsa.

C. Metode dan Pendekatan Pendidikan Multikultural


Sebagai sebuah konsep yang harus dituangkan ke dalam sistem
kurikulum, biasanya pendidikan multikultural secara umum digunakan
metode dan pendekatan (method and approaches) yang beragam. Adapun
metode yang dapat digunakan dalam pendidikan multikultural adalah sebagai
berikut:
1) Metode Kontribusi
Dalam penerapan metode ini peserta didik diajak berpartisipasi
dalam memahami dan mengapresiasi kultur lain. Metode ini antara
5
Suprapto, “Penanaman dan Sikap Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap Nilai-Nilai
Multikultural” Jurnal Penelitain Pendidikan Agama dan Keagamaan, Vol. VII No. 1, (Januari-Maret),
109

6
lain dengan menyertakan peserta didik memilih buku bacaan bersama,
melakukan aktivitas bersama. Mengapresiasikan even-even bidang
keagamaan maupun kebudayaan yang terdapat dalam kehidupan
masyarakat. Peserta didik bisa dilibatkan di dalam pelajaran atau
pengalaman yang berkaitan dengan peristiwa ini. Namun perhatian
yang sedikit juga diberikan kepada kelompok-kelompok etnik baik
sebelum dan sesudah event atau signifikan budaya dan sejarah
peristiwa bisa dieksplorasi secara mendalam.
2) Metode Pengayaan
Materi pendidikan, konsep, tema dan perspektif bisa
ditambahkan dalam kurikulum tanpa harus mengubah struktur aslinya.
Metode ini memperkaya kurikulum dengan literatur dari atau tentang
masyarakat yang berbeda kultur atau agamanya. Penerapan metode
ini, misalnya adalah dengan mengajak pembelajar untuk menilai atau
menguji dan kemudian mengapresiasikan cara pandang masyarakat
tetapi pembelajar tidak mengubah pemahamannya tentang hal itu,
seperti pernikahan, dan lain-lain. Metode ini juga menghadapi
problem sama halnya metode kontributif, yakni materi yang dikaji
biasanya selalu berdasarkan pada perspektif sejarahawan yang
mainstream. Peristiwa, konsep, gagasan dan isu disuguhkan dari
perspektif yang dominan.
3) Metode Transformatif
Metode ini secara fundamental berbeda dengan dua metode
sebelumnya. Metode ini memungkinkan pembelajar melihat konsep-
konsep dari sejumlah perspektif budaya, etnik dan agama secara kritis.
Metode ini memerlukan pemasukan perspektif-perspektif, kerangka-
kerangka referensi dan gagasan-gagasan yang akan memperluas
pemahaman pembelajar tentang sebuah ide. Metode ini dapat
mengubah struktur kurikulum, dan memberanikan pembelajar untuk
memahami isu dan persoalan dari beberapa perspektif etnik dan
agama tertentu. Misalnya, membahas konsep “makanan halal” dari
agama atau kebudayaan tertentu yang berpotensi menimbulkan

7
konflik dalam masyarakat. Metodeini menuntut pembelajar mengolah
pemikiran kritis dan menjadikan prinsip kebhinekaan sebagai premis
dasarnya.
4) Metode Pembuatan Keputusan dan Aksi Sosial
Metode ini mengintegrasikan metode transformasi dengan
aktivitas nyata dimasyarakat, yang pada gilirannya bisa merangsang
terjadinya perubahan sosial. Pembelajar tidak hanya dituntut untuk
memahami dan membahas isu-isu sosial, tapi juga melakukan sesuatu
yang penting berkaitan dengan hal itu.
Metode ini memerlukan pembelajar tidak hanya
mengeksplorasi dan memahami dinamika ketertindasan tetapi juga
berkomitmen untuk membuat keputusan dan mengubah sistem
melalui aksi sosial. Tujuan utama metode ini adalah untuk
mengajarkan pembelajar berpikir dan kemampuan mengambil
keputusan untuk memberdayakan mereka dan membantu mereka
mendaptkan sense kesadaran dan kemujaraban berpolitik.

Pendekatan-pendekatan yang mungkin bisa dilakukan di dalam


pendidikan kultural adalah sebagai berikut:
1) Pendekatan Historis
Pendekatan ini mengandaikan bahwa materi yang diajarkan
kepada pembelajar dengan menengok kembali ke belakang.
Maksudnya agar pebelajar dan pembelajar mempunyai kerangka
berpikir yang komplit sampai ke belakang untuk kemudian
mereflesikan untuk masa sekarang atau mendatang. Dengan demikian
materi yang diajarkan bisa ditinjau secara kritis dan dinamis.
2) Pendekatan Sosiologis
Pendekatan ini mengandaikan terjadinya proses
kontekstualisasi atas apa yang pernah terjadi di masa sebelumnya atau
datangnya di masa lampau. Dengan pendekatan ini materi yang
diajarkan bisa menjadi aktual, bukan karena dibuat-buat tetapi karena
senantiasa sesuai dengan perkembangan zaman yang terjadi, dan tidak

8
bersifat indoktrinisasi karena kerangka berpikir yang dibangun adalah
kerangka berpikir kekinian. Pendekatan ini bisa digabungkan dengan
metode kedua, yakni metode pengayaan.
3) Pendekatan Kultural
Pendekatan ini menitikberatkan kepada otentisitas dan tradisi
yang berkembang. Dengan pendekatan ini pembelajar bisa melihat
mana tradisi yang otentik dan mana yang tidak. Secara otolatis
pebelajar juga bisa mengetahui mana tradisi arab dan mana tradisi
yang datang dari islam.
4) Pendekatan Psikologis
Pedekatan ini berusaha memperhatikan situasi psikologis
perseorangan secara tersendiri dan mandiri. Artinya masing-masing
pembelajar harus dilihat sebagai manusia mandiri dan unik dengan
karakter dan kemampuan yang dimilikinya. Pendekatan ini menuntut
seorang pebelajar harus cerdas dan pandai melihat kecenderungan
pembelajar sehingga ia bisa mengetahui metode-metode mana saja
yang cocok untuk pembelajar.
5) Pendekatan Estetik
Pendekatan estetik pada dasarnya mengajarkan pembelajar
untuk berlaku sopan dan santun, damai, ramah, dan mencintai
keindahan. Sebab segala materi kalau hanya didekati secara doktrinal
dan menekan adanya otoritas-otoritas kebenaran maka pembelajar
akan cenderung bersikap kasar. Sehingga mereka memerlukan
pendekatan ini untuk mengapresiasikan segala gejala yang terjadi di
masyarakat dengan melihatnya sebagai bagian dari dinamika
kehidupan yang bernilai seni dan estetis.
6) Pendekatan Berprespektif Gender
Pendekatan ini mecoba memberikan penyadaran kepada
pembelajar untuk tidak membedakan jenis kelamin karena sebenarnya
jenis kelamin bukanlah hal yang menghalangi seseorang untuk
mencapai kesuksesan. Dengan pendekatan ini, segala bentuk
konstruksi sosial yang ada di sekolah yang menyatakan bahwa

9
perempuan berada di bawah laki-laki bisa dihilangkan. Keenam
pendekatan ini sangat memungkinkan bagi terciptanya kesadaran
multikultural di dalam pendidikan dan kebudayaan. Dan tentu saja,
tidak menutup kemungkinan berbagai pendekatan yang lainnya, selain
enam yang disebutkan tadi di atas, sangat mungkin untuk diterapkan.
Agar terwujudnya pendidikan yang multikultural di negeri kita
Indonesia.

10
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Administrasi pendidikan merupakan proses keseluruhan dari segala
kegiatan-kegiatan bersama yang harus dilakukan oleh semua pihak yang
ada sangkut pautnya dengan tugas-tugas pendidikan. Administrasi
pendidikan juga sering diistilahkan dengan administrasi sekolah dan
administrasi itu sendiri mencangkup pengaturan, proses belajar mengajar,
kesiswaan, personalia, peralatan pengajaran, gedung dan perlengkapan,
keuangan serta humas atau hubungan dengan masyarakat yang ini semua
merupakan cangkupan dari administrasi pendidikan.

Administrasi dan supervise itu tidak dapat dipisahkan, karena


administrasi dan supervise saling berkaitan ataupun mempunyai hubungan
yang sangat erat. Seperti pengertian administrasi dan supervisi yang telah
disebutkan diatas bahwa keduanya merupakan pembinaan yang
direncanakan bagi personel dalam proses kerja sama dibidang pendidikan
dan peningkatan sumber daya material dalam rangka perbaikan situasi
pengajaran agar tercapainya suatu tujan pendidikan yang efektif dan
efesien, namun dalam hal-hal tertentu keduanya dapat dibedakan.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan multicultural adalah usaha sadar untuk mengembangkan
kepribadian didalam dan diluar sekolah yang mempelajari tentang berbagai
macam status sosial, ras, suku, agama agar tercipta kepribadian yang cerdas dalam
menghadapi masalah-masalah keberagaman budaya.
Gagasan pendidikan multikultural di Indonesia adalah pendidikan untuk
meningkatkan penghargaan terhadap keragaman etnik dan budaya masyarakat.
Pendidikan multikultural dipersepsikannya sebagai jembatan untuk mencapai
kehidupan bersama dari umat manusia dalam era globalisasi yang penuh dengan
tantangan-tantangan baru.
Tujuan pendidikan multikultural ada dua, yakni tujuan awal dan tujuan
akhir. Tujuan awal merupakan tujuan sementara karena tujuan ini hanya berfungsi
sebagai perantara agar tujuan akhirnya tercapai dengan baik. Sedangkan tujuan
akhir pendidikan multikultural adalah peserta didik tidak hanya mampu
memahami dan menguasai materi pelajaran yang dipelajarinya akan tetapi
diharapkan juga bahwa para peserta didik akan mempunyai karakter yang kuat
untuk selalu bersikap demokratis, pluralis dan humanis. Karena tiga hal tersebut
adalah ruh pendidikan multicultural.

12
DAFTAR PUSTAKA

Adeng Muchtar Ghazali, Antrapologi Agama (Bandung: Alfabeta ,2007).

Acikgenc, Alparslan, Holisitic Approach to Scientific Traditions, Islam &


Science: Journal of Islamic Perspective on Science, Volume 1, Juni 2003.

Adib, Muhammad, Filsafat Ilmu; Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika


Ilmu Pengetahuan, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010.

Al-Gazali, al-Munqiz min al-Dalal, diterj. Masyhur Abadi, Setitik Cahaya dalam
Kegelapan, Surabaya: Progressif, 2002.

Al-Jumbulati, Ali. 1994. Perbandingan Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Rineka


Cipta.

Bahtiar, Amsal, Filsafat Ilmu, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006

Bakhtiar, Amsal, Filsafat Ilmu, Jakarta : Rajawali Press, 2010.

Bakar, Usman, Hierarki Ilmu: Membangun Rangka Pikir Islamisasi Ilmu,


(Bandung: Mizan, 1998).

13

Anda mungkin juga menyukai