Studi Multikultural
Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
i
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
segala rahmat-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul 'Pendekatan
Pendidikan Multikultural'. Serta tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing Dr. Peni Catur Renaningtyas, M.Pd. yang telah membimbing penulis dalam
menyelesaikan makalah yang disusun.
Penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangan baik terkait isi maupun
susunannya. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat tidak hanya bagi
penulis tapi juga bagi para pembaca.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB 1. PENDAHULUAN....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................2
BAB 2. PEMBAHASAN......................................................................................................................3
2.1 Pendekatan Pendidikan Multikultural..........................................................................................3
2.2 Karakteristik Pendidikan Multikultural........................................................................................4
2.3 Problematika Pendidikan Multikultural.......................................................................................4
BAB 3. PENUTUP................................................................................................................................8
3.2 Kesimpulan..................................................................................................................................8
3.2 Saran............................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................9
iii
B
iv
BAB 1. PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1.1.4 Untuk mengetahui pendekatan pendidikan multikultural
1.1.5 Untuk mengetahui karakteristik pendidikan multikultural
1.1.6 Untuk mengetahui problematika pendidikan multikultural
2
BAB 2. PEMBAHASAN
3
masyarakat akan memperoleh pengetahuan, prinsip, dan kemampuan yang
diperlukan untuk berpartisipasi dalam perubahan sosial (Bdk Bandung, 2021 : 4-5)
4
multikultural. Beberapa fakta kerusuhan sosial yang terjadi di beberapa kota di
Indonesia belakangan ini mengancam pluralisme dan keutuhan bangsa, yang
dipicu oleh masalah SARA (suku, agama, ras, dan atargolongan) yang sangat
kompleks. Apakah konflik sosial bermula di bidang ekonomi, politik, sosial,
budaya, etnis, atau agama? Banyak orang berpikir bahwa aspek terakhir adalah
yang paling sensitif untuk memicu kerusuhan.
B. Keaneka Ragaman Budaya Etnik
Keanekaragaman budaya etnik adalah seperti dua pisau yang berputar. la dapat
menjadi modal, tetapi juga dapat menyebabkan konflik. Keanekaan budaya di
setiap daerah benar-benar memperkaya khasanah budaya dan merupakan sumber
penting untuk membangun Indonesia yang multikultural. Namun, kondisi aneka
budaya itu sangat berpotensi memecah belah dan menjadi sumber konflik dan
kecemburuan sosial. Jika tidak ada komunikasi dan pemahaman antara berbagai
kelompok budaya, masalah akan muncul. Adanya keragaman identitas etnis,
agama, dan ras adalah penyebab konflik di Indonesia. Karena itu, keragaman yang
ada harus diakui sebagai sesuatu yang harus ada dan dibiarkan berkembang
sewajarnya. Selain itu, manajemen konflik diperlukan agar potensi konflik dapat
diperbaiki secara dini untuk memecahkan masalah. Salah satu cara untuk
melakukan ini adalah melalui pendidikan multikultural. Dengan pendidikan
multikultural, diharapkan warga daerah tertentu dapat saling mengenal,
memahami, menghayati, dan berkomunikasi satu sama lain.
C. Pergeseran Paradigma Kekuasaan Desentralisasi
Salah satu pergeseran dalam paradigma kekuasaan adalah desentralisasi. Ini
berdampak besar pada pengakuan budaya lokal dan keragamannya. Kebijakan
budaya tetap disentralisasi selama Orde Baru. Kebudayaan, sebagai kekayaan
bangsa, tidak lagi diatur oleh kebijakan pusat; sebaliknya, ia berkembang dalam
konteks budaya lokal dan dapat digunakan untuk merebut atau mempertahankan
kekuasaan, termasuk masalah kedaerahan. Selain merupakan tuntutan untuk
pemerataan kemampuan, gagasan tentang "putra daerah" atau "asli daerah" untuk
menduduki posisi penting dalam pemerintahan tidak perlu menjadi ideologi. Putra
daerah harus tampil di jabatan penting agar mereka dapat berpikir dan
berpartisipasi aktif dalam pembangunan daerah mereka. Adanya asas kesetaraan
dan persamaan tentu menjadi harapan. Namun, jika masalah itu dipertahankan, itu
akan membuat orang terkotak oleh masalah kedaerahan yang sempit. Isu
kedaerahan dapat membuat orang marah. Ketika masalah itu muncul di kalangan
pendatang dan putra daerah, faktor pribadi seperti iri dan keinginan untuk
mendapatkan jabatan dapat berubah menjadi masalah publik yang merugikan.
D. Rapuhnya Ruang Kebangsaan
Teori kebangsaan tidak dibangun untuk mempertahankan kepentingan ras, agama,
komunitas, atau etnik tertentu; sebuah komunitas "dibayangkan" karena pada
dasarnya mereka tidak mengenal satu sama lain. Mereka tidak pernah saling
melihat atau mendengar tentang satu sama lain, tetapi masing-masing memiliki
ikatan emosional yang dikenal sebagai persaudaraan, atau "semangat persaudaraan
5
yang membentang secara horizontal." Di sinilah masalah SARA menjadi "mimpi
buruk" bagi semua orang Indonesia.
6
satu atau lebih kegiatan. Terlibat satu sama lain dalam konteks pendidikan
multikultural, metode ini diharapkan dapat mendorong para pembuat program
pendidikan multikultural untuk menghilangkan kecenderungan untuk menilai
anak-anak secara stereotip berdasarkan identitas etnik mereka. Metode ini juga
diharapkan dapat meningkatkan pemahaman tentang kesamaan dan perbedaan
yang ada di kalangan siswa yang berasal dari berbagai kelompok etnik.
Ketiga, adalah lebih jelas bahwa upaya untuk mendukung sekolah yang terpisah
secara etnik bertentangan dengan tujuan pendidikan multikultural karena
pengembangan kompetensi dalam suatu "kebudayaan baru" biasanya
membutuhkan kerja sama inisiatif dengan individu yang sudah memiliki
kompetensi. Menghambat sosialisasi ke dalam kebudayaan baru adalah
mempertahankan dan memperluas solidaritas kelompok. Pendidikan multikultural
dan pendidikan pluralisme budaya tidak dapat disamakan.
Keempat, kemampuan beberapa kebudayaan meningkat sebagai hasil dari
pendidikan multikultural. Situasi menentukan budaya mana yang akan dipilih.
Kelima, ada kemungkinan bahwa kesadaran tentang kemampuan tertentu dalam
beberapa kebudayaan meningkat melalui pendidikan, baik di dalam maupun di
luar sekolah. Kesadaran seperti ini akan mengarah pada gagasan dwi budaya, atau
perbedaan antara pribumi dan non-pribumi. Dikotomi seperti ini membatasi
kemampuan seseorang untuk sepenuhnya mengekspresikan diversitas
kebudayaan. Metode ini meningkatkan kesadaran akan multikulturalisme sebagai
pengalaman yang normal bagi manusia. Kesadaran ini mengandung makna bahwa
pendidikan multikultural dapat membantu anak-anak memperoleh apresiasi yang
lebih besar melalui keterampilan kebudayaan yang ada pada mereka (Nurasmawi
dan Ristiliana,. 2021 : 128-144)
7
BAB 3. PENUTUP
3.2 Kesimpulan
Secara etimologi, “multikultural” berarti “banyak, beragam, dan unik”, sedangkan
“kultural” berarti “agama, adat istiadat, kesopanan, atau kontrol sosial ” adalah proses
mengajarkan masyarakat cara hidup yang menghormati , toleran , dan peka terhadap
perbedaan keyakinan agama di antara kelompok masyarakat yang berbeda .
Pendidikan multikultural diharapkan dapat menjadikan masyarakat lebih tangguh dan
mudah beradaptasi dalam menangani konflik antarpribadi.
Menurut Yaya Suryana dan Rusdiana Banks menggunakan empat pendekatan
untuk menerapkan pendidikan multikultural di masyarakat yaitu pendekatan
kontribusi, pendekatan aditif, pendekatan perubahan, dan pendekatan aksi sosial.
Tiga ciri utama pendidikan multikultural yaitu berprinsip pada demokrasi,
kesetaraan, dan keadilan, beroreintasi pada kemanusiaan, kebersamaan, dan
kedamaian, dan mengembangkan sikap mengakui, menerima, dan menghargai
keberagaman.
3.2 Saran
Pendidikan multikultural di Indonesia lebih tepat dan cocok digunakan menjadi
pendekatan yaitu pendekatan pendidikan yang mengupayakan supaya nilai-nilai
budaya kedaerahan atau suku bangsa dan kepercayaan pada Indonesia bisa dipahami
dihargai dan dimanfaatkan buat kepentingan pendidikan kebangsaan dan juga
kewarganegaraan berlandaskan slogan bineka Tunggal Ika dan falsafah Pancasila
menggunakan mengedepankan toleransi & kerukunan antar budaya & pemeluk
Kepercayaan. D i h a r a p k a n b a g i s e o r a n g p e n d i d i k a t a u p u n c a l o n
pendidik diluar sanadapat mengembangkan pendidikan
m u l t i c u l t u r a l d e n g a n b a i k . S a l a h s a t u n y a dengan memahami budaya yang
ada di masyrakat sekitar. Untuk kemudian dapat diaplikasikan dalam materi yang
diajarkan kepada siswa.Selain itu, sebagai seorang pendidik maupun calon
pendidik harus dapat menyesuaikan pendekatan yang akan digunakan dalam
pembelajaran pendidikan multikultur dengan memahami karakteristik siswa.
8
DAFTAR PUSTAKA
Haryadi Fauzi., Harun Alawi Muh., Wallad Muzakir. (2020). PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DAN
MANIFESTASI KEBHINEKAAN. Studi Islam, 1 Nomor 3, 60-71.
Adisel., Amin Alfauzan., Warsah Idi., Sipuan. (2022). Pendekatan Pendidikan Multikultural. Ilmu
Pendidikan Nonformal, 08, 815-830.