Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWr. Wb
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih bisa
menikmati indahnya ciptaan-Nya.
Selanjutnya saya mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen bidang
studi Pendidikan Multikultur yang diampu oleh Bapak Risjunardi Damanik,M.Pd
yang telah membimbing kami dalam menyusun makalah ini.

Semoga makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat khusunya bagi
penyusun, umumnya bagi pembaca. kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu sehingga terselesaikannya makalah ini. Dan
kami memahami jika penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Maka dari itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami butuhkan
guna menyempurnakan makalah kami selanjutnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Pematangsiantar, 4 September 2021

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pendidikan multikultural adalah proses pengembangan seluruh potensi


manusia yang menghargai pluralitas dan heterogenitasnya sebagai konsekuensi
keragaman budaya, etnis, suku, dan aliran (agama). Pendidikan multikultural
menekankan sebuah filosofi pluralisme budaya ke dalam sistem pendidikan yang
didasarkan pada prinsip-prinsip persamaan (equality), saling menghormati dan
menerima serta memahami dan adanya komitmen moral untuk sebuah keadilan
sosial. Pendidikan multikultural sebenarnya merupakan sikap “peduli” dan mau
mengerti (difference) atau “politicsofrecognition” politik pengakuan terhadap
orang-orang dari kelompok minoritas. Pendidikan multikultural melihat
masyarakat secara lebih luas. Berdasarkan pandangan dasar bahwa sikap
“indiference” dan “non-recognition” tidak hanya berakar dari ketimpangan
struktur rasial, tetapi paradigma pendidikan multikultural mencakup subjek-
subjek mengenai ketidakadilan, kemiskinan, penindasan, dan keterbelakangan
kelompok-kelompok minoritas dalam berbagai bidang: sosial, budaya, ekonomi,
pendidikan, dan lain sebagainya.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan multikultural?


2. Apa yang dimaksud dengan pendidikan multikultural sebagai pendekatan?
3. Bagaimana pentingnya mempelajari pendidikan multikultural?
4. Apa saja istilah-istilah pendidikan multikultural?
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian pendidikan multikultural.


2. Untuk mengetahui pendidikan multikultural sebagai pendekatan.
3. Untuk mengetahui pentingnya mempelejari pendidikan multikultural.
4. Untuk mengetahui istilah-istilah pendidikan multikultural.
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian pendidikan multikultural

Kata multikulturalisme adalah kebudayaan. Pengertian kebudayaan


menurut para ahli sangat beragam, namun dalam konteks ini kebudayaan dilihat
dalam perspektif, fungsinya sebagai pedoman bagi kehidupan manusia. Dalam
konteks perspektif kebudayaan tersebut, maka multikulturalisme adalah ideologi
yang dapat menjadi alat atau wahana untuk meningkatkan derajat manusia dan
kemanusiannya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memperjuangkan
multikulturalisme adalah melalui pendidikan yang multikultural. Pengertian
pendidikan multikultural menunjukkan adanya keragaman James Banks
menyatakan bahwa pengertian pendidikan multikultural sebagai pendidikan untuk
peopleofcolor. Pengertian ini senada dengan pengertian yang dikemukakan oleh
Sleeter bahwa pendidikan multikultural adalah sekumpulan proses yang dilakukan
oleh sekolah untuk menentang kelompok yang menindas. Pengertian-pengertian
ini tidak sesuai dengan konteks pendidikan di Indonesia karena Indonesia
memiliki konteks budaya yang berbeda dari Amerika Serikat walaupun keduanya
memiliki bangsa dengan multi-kebudayaan.
Andersen dan Cusher (1994) mengatakan bahwa pendidikan
multikultural adalah pendidikan mengenai keragaman kebudayaan. Definisi ini
lebih luas dibandingkan dengan yang dikemukakan di atas. Meskipun demikian,
posisi kebudayaan masih sama dengan apa yang dikemukakan dalam definisi di
atas, yaitu keragamaan kebudayaan menjadi sesuatu yang dipelajari dan berstatus
sebagai objek studi. Dengan kata lain, keragaman kebudayaan menjadi materi
pelajaran yang harus diperhatikan para pengembang kurikulum.
Pendidikan multikultural berasal dari dua kata yaitu pendidikan dan
multikultural. Pendidikan merupakan proses pengembangan sikap dan tata laku
seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
pengajaran, pelatihan, proses, perbuatan dan cara-cara yang mendidik. Disisi lain
pendidikan adalah Transfer ofknowledge atau memindah ilmu pengetahua..
Sedangkan Multikultural secara etimologis multi berarti banyak, beragam dan
aneka sedangkan kultural berasal dari kata culture yang mempunyai makna
budaya, tradisi. Dalam bukunya Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya,
mengutip lebih dari lima makna kebudayaan. Pertama, menurut Iris Varner dan
Linda Beamer, dalam Inter-cultural Communication in the Global Workplace,
mengartikan kebudayaan sebagai pandangan yang koheren tentang sesuatu yang
dipelajari, yang dibagi, atau yang dipertukarkan oleh sekelompok orang.
Pandangan itu berisi apa yang mendasari kehidupan, apa yang menjadi deraja
dalam kajian dan pemikiran tentang pendidikan ada 2 istilah yang hampir sama
bentuknya dan sering dipergunakan dalam dunia pendidikan yaitu; Pedagogik
yang berarti pendidikan dan pedagonik yang berarti Ilmu pendidikan.

2.2 Pendidikan Multikultural sebagai Pendekatan

Pendekatan pendidikan multikultural di tingkat nasional hendaknya

dititik beratkan pada pemahaman dan penghargaan peserta didik terhadap

budayanya sendiri dan budaya orang lain, mencakup agama, berlandaskan

semboyan Bhinneka Tunggal Ika serta Pancasila.

Sebagai pendekatan pendidikan yaitu penyelenggaraan dan pelaksanaan

pendidikan yang kontekstual, yang memperhatikan keragaman budaya Indonesia.

Nilai budaya diyakini mempengaruhi pandangan, keyakinan, dan perilaku

individu (pendidik dan peserta didik), dan akan terbawa ke dalam situasi

pendidikan di sekolah dan pergaulan informal antar individu, serta mempengaruhi

pula struktur pendidikan di sekolah (kurikulum, pedagogi dan faktor lainnya).

Meminjam “teori” Zamroni, kedudukan nilai budaya dalam struktur statis

pendidikan (bawaan siswa, bawaan guru, kurikulum, dan pedagogi atau “the art of

teaching”). Karakteristik kultur dan multikultur Indonesia-mencakup etnis dan ras,


selanjutnya mengenai diskriminasi rasial, etnisitas dan budaya, kemudian

diskriminasi jender (kesetaraan pendidikan bagi kaum perempuan) dan anak

berkebutuhan khusus (disable), karena hal-hal tersebut disinggung-singgung

sebagai “bagian” dari pendidikan multikultural ala Amerika Serikat. Terakhir

dibahas mengenai arti penting penelitian multikultur (keberagaman budaya)

Indonesia untuk implementasi dan pengembangan pendekatan pendidikan

multikultural ala Indonesia.

2.3 Pentingnya Mempelajari Pendidikan Multikultural

Pentingnya pendidikan multikultural di Indonesia yaitu sebagai


sarana alternatif pemecahan konflik, peserta didik diharapkan tidak
meninggalkan akar budayanya, dan pendidikan multikultural sangat relevan
digunakan untuk demokrasi yang ada seperti sekarang, yaitu:
1) Sarana alternatif pemecahan konflik
Penyelenggaraan pendidikan multikultural di dunia pendidikan diakui

dapat menjadi solusi nyata bagi konflik dan diharmonisasi yang terjadi di

masyarakat, khususnya di masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai

macam unsur sosial dan budaya. Dengan kata lain, pendidikan multikultural

dapat menjadi sarana alternatif pemecahan konflik sosial-budaya.

Struktur kultural masyarakat Indonesia yang amat beragam menjadi

tantangan bagi dunia pendidikan untuk mengolah perbedaan tersebut menjadi

suatu aset, bukan sumber perpecahan. Saat ini pendidikan multikultural

mempunyai dua tanggung jawab besar, yaitu menyiapkan bangsa Indonesia

untuk mengahadapi arus budaya luar di era globalisasi dan menyatukan bangsa

sendiri yang terdiri dari berbagai macam budaya pada kenyataannya pendidikan

multikultural belum digunakan dalam proporsi yang benar. Maka, sekolah dan
perguruan tinggi sebagai instirusi pendidikan dapat mengembangkan kurikulum

pendidikan multikultural dengan model masing-masing sesuai dengan otonomi

pendidikan atau sekolahnya sendiri.

Model-model pembelajaran mengenai kebangsaan memang sudah ada.

Namun, hal itu masih kurang untuk dapat menghargai perbedaan masing-masing

suku, budaya maupun etnis. Hal ini dapat dilihat dari munculnya berbagai

konflik dari realitas kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini. Hal ini berarti

bahwa pemahaman mengenai toleransi di masyarakat masih sangat kurang.

Penyelenggaraan pendidikan multikultural dapat dikatakann berhasil apabila

terbentuk pada diri setiap peserta didik sikap saling toleransi, tidak bermusuhan,

dan tidak berkonflik yang disebabkan oleh perbedaan budaya, suku, bahasa, dan

lain sebagainya. Menurut Sleeter dan Grant (1988:46), pendidikan multikultural

dikatakan berhasil apabila prosesnya melibatkan semua elemen masyarakat. Hal

itu dikarenakan adanya multidimensi aspek kehidupan yang tercakup dalam

pendidikan multikultural. Perubahan yang diharapkan adalah pada terciptanya

kondisi yang nyaman, damai, toleran dalam kehidupan masyarakat, dan tidak

selalu muncul konflik yang disebabkan oleh perbedaan budaya dan SARA.

2) Agar peserta didik tidak meninggalkan akar budaya

Selain sebagai sarana alternatif pemecahan konflik, pendidikan

multikultural juga signifikan dalam upaya membina peserta didik agar tidak

meninggalkan akar budaya yang ia miliki sebelumnya, saat ia berhubungan

dengan realitas sosial-budaya di era globalisasi. Pertemuan antar budaya di era

globalisasi ini bisa menjadi ‘ancaman’ serius bagi peserta didik. Untuk menyikapi
realitas tersebut, peserta didik tersebut hendaknya diberikan pengetahuan yang

beragam. Sehingga peserta didik tersebut memiliki kemampuan global, termasuk

kebudayaan. Dengan beragamnya kebudayaan baik di dalam maupun di luar

negeri, peserta didik perlu diberi pemahaman yang luas tentang banyak budaya,

agar siswa tidak melupakan asal budayanya.

Menurut Fuad Hassan, saat ini diperlukan langkah antisipatif terhadap

tantangan globalisasi, terutama dalam aspek kebudayaan. Kemajuan ilmu

pengetahuan dan tekhnologi (iptek) dapat memperpendek jarak dan memudahkan

adanya persentuhan antar budaya. Tantangan dalam dunia pendidikan kita, saat ini

sangat berat dan kompleks. Maka, upaya untuk mengantisipasinya harus dengan

serius dan disertai solusi konkret. Jika tidak ditanggapi dengan serius terutama

dalam bidang pendidikan yang bertanggung jawab atas kualitas Sumber Daya

Manusia (SDM) maka, peserta didik tersebut akan kehilangan arah dan melupakan

asal budayanya sendiri. Sehingga dengan pendidikan multikultural itulah,

diharapkan mampu membangun Indonesia yang sesuai dengan kondisi masyarakat

Indonesia saat ini. Karena keanekaragaman budaya dan ras yang ada di Indonesia

itu merupakan sebuah kekayaan yang harus kita jaga dan lestarikan.

3) Sebagai landasan pengembangan kurikulum nasional


Pendidikan multikultural sebagai landasan pengembangan kurikulum
menjadi sangat penting apabila dalam memberikan sejumlah materi dan isi
pelajaran yang harus dikuasai oleh peserta didik dengan ukuran dan tingkatan
tertentu. Pengembangan kurikulum yang berdasarkan pendidikan multikultural
dapat dilakukan berdasarkan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Mengubah filosofi kurikulum dari yang berlaku secara serentak seperti
sekarang menjadi filosofi pendidikan yang sesuai dengan tujuan, misi, dan
fungsi setiap jenjang pendidikan dan unit pendidikan.
b. Harus merubah teori tentang konten (curriculum content) yang
mengartikannya sebagai aspek substantif yang berisi fakta, teori,
generalisasi, menuju pengertian yang mencakup nilai moral, prosedur,
proses, dan keterampilan (skills) yang harus dimiliki generasi muda.
c. Teori belajar yang digunakan harus memperhatikan unsur keragaman
sosial, budaya, ekonomi, dan politik.
d. Proses belajar yang dikembangkan harus berdasarkan cara belajar
berkelompok dan bersaing secara kelompok dalam situasi yang positif.
Dengan cara tersebut, perbedaan antarindividu dapat dikembangkan
sebagai suatu kekuatan kelompok dan siswa terbiasa untuk hidup dengan
keberanekaragaman budaya.
e. Evaluasi yang digunakan harus meliputi keseluruhan aspek kemampuan
dan kepribadian peserta didik sesuai dengan tujuan dan konten yang
dikembangkan.
4) Menuju masyarakat Indonesia yang Multikultural
Inti dari cita-cita reformasi Indonesia adalah mewujudkan masyarakat
sipil yang demokratis, dan ditegakkan hukum untuk supremasi keadilan,
pemerintah yang bersih dari KKN, terwujudnya keteraturan sosial serta rasa aman
dalam masyarakat yang menjamin kelancaran produktivitas warga masyarakat,
dan kehidupan ekonomi yang mensejahterakan rakyat Indonesia.
Berbagai konsep yang relevan dengan multikulturalisme antara lain

adalah demokrasi, keadilan dan hukum, nilai-nilai budaya dan etos, kebersamaan

dalam perbedaan yang sederajat, suku bangsa, kesukubangsaan, kebudayaan suku

bangsa, keyakinan keagamaan, ungkapanungkapan budaya, domain privat dan

publik, HAM, hak budaya komuniti, dan kosnep-konsep lain yang relevan.

2.4 Istilah-istilah Pendidikan Multikultural

Secara sederhana multikulturalisme berarti “keberagaman budaya”1

Sebenarnya, ada tiga istilah yang kerap digunakan secara bergantian untuk

menggambarkan masyarakat yang terdiri keberagaman tersebut baik keberagaman

agama, ras, bahasa, dan budaya yang berbeda; yaitu pluralitas (plurality),

keragaman (diversity), dan multikultural (multicultural). Ketiga ekspresi itu

sesungguhnya tidak merepresentasikan hal yang sama, walaupun semuanya

mengacu kepada adanya ‟ketidak-tunggalan‟. Konsep pluralitas mengandaikan

1
adanya ‟hal-hal yang lebih dari satu‟ (many); keragaman menunjukkan bahwa

keberadaan yang ‟lebih dari satu‟ itu berbeda-beda, heterogen, dan bahkan tak

dapat disamakan. Secara konseptual terdapat perbedaan signifikan antara

pluralitas, keragaman, dan multikultural. Inti dari multikulturalisme adalah

kesediaan menerima kelompok lain secara sama sebagai kesatuan, tanpa

memperdulikan perbedaan budaya, etnik, jender, bahasa, ataupun agama. Apabila

pluralitas sekadar merepresentasikan adanya kemajemukan (yang lebih dari satu),

multikulturalisme memberikan penegasan bahwa dengan segala perbedaannya itu

mereka adalah sama di dalam ruang publik. Multikulturalisme menjadi semacam

respons kebijakan baru terhadap keragaman. Dengan kata lain, adanya

komunitaskomunitas yang berbeda saja tidak cukup; sebab yang terpenting adalah

bahwa komunitas-komunitas itu diperlakukan sama oleh negara.


BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

Anda mungkin juga menyukai