Pendidikan Multikutural
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Pendidikan
Dosen Pengampu: H. Abdul Muis Thabrani, MM.
Kelompok 9
Disusun Oleh :
Indonesia adalah bangsa majemuk yang terdiri dari berbagai suku bangsa,
ras, bahasa, adat istiadat, agama dan budaya. Masyarakat Indonesia juga dikenal
sebagai masyarakat multikultural karena anggotanya terdiri dari berbagai latar
belakang agama dan budaya yang beragam. Indonesia merupakan bangsa
multikultural dan majemuk, oleh karena itu bangsa Indonesia dapat disebut bangsa
yang bersifat multikulturalisme.
Secara konseptual sebenarnya multikulturalisme tidak sama dengan konsep
keberagaman atau keanekaragaman. Konsep multikuluralisme selain mengandung
unsur keberagaman agama dan budaya juga mengandung unsur kesedarajatan.
Konsep kesedarajatan harus dipandang sebagai adanya penghargaan terhadap
derajat sesama warga negara sekalipun berbeda suku, adat istiadat, bahasa, ras,
agama dan budayanya. Kesederajatan berarti adanya persamaan dan penghargaan
terhadap hak asasi manusia (HAM), keadilan, hukum, potiltik dan budaya. Jadi
konsep multikulturalisme menunjuk kepada adanya kesederajatan dalam
keberagaman. Multikulturalisme merupakan kekayaan bangsa yang tak ternilai
harganya, sebagai potensi yang harus dikembangkan dan dibina. Sebaliknya apabila
keberagaman ini tidak dimanfaatkan, dan dibina secara benar akan berkembang
menjadi sesuatu yang menakutkan.
Oleh karena itu, pendidikan yang berbasis multikulturalisme merupakan
suatu keharusan dan apabila tidak dilakukan saat ini akan berubah menjadi
malapetaka, pendidikan multikultural adalah “conditio cine quanon”. Dulu
keberagaman merupakan kekayaan bangsa yang paling dibanggakan.
PENULIS
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Konsep Pendidikan Multikultural
B. Tujuan Pendidikan Multikultural
C. Metode dan Pendekatan Pendidikan Multikultural
D. Kelebihan dan Kekurangan Pendidikan Multikultural
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhir-akhir ini konflik tersebut mengalami perubahan yang cukup
signifikan, bukan semata terjadi karena perbedaan agama, etnik atau
budaya, tetapi konflik terjadi karena perbedaan ideologi dan kepentingan.
Tawuran dan bentrokan terjadi di mana-mana, antar pendukung kesebelasan
sepak bola, tawuran antar mahasiswa, tawuran antar pelajar, dan tawuran
antar penonton pagelaran musik. Ini menunjukkan bahwa rasa kebersamaan
warga masyarakat sudah hilang, yang ada perbedaan idelogi dan
kepentingan, apabila berbeda kepentingan dan ideologi dianggap lawan.
Keberbedaan kepentingan, golongan dan idologi ini semakin tajam
dan mengarah pada konflik antar kelompok. Kelompok yang satu tidak mau
lagi hidup berdampingan dengan kelompok lainnya. Keberagaman yang
semula menjadi kebanggaan berubah menjadi suatu yang menakutkan, yaitu
terganggunya stabilitas nasional dan disintegrasi bangsa. Ingat ketika
peristiwa Monas, kelompok yang satu bentrok dengan kelompok lain yang
sebenarnya mereka mempunyai keyakinan dan agama yang sama. Sering
terjadi bentrokan antar warga kampung tertentu dengah kelompok warga
kampung lainnya yang hanya dipisahkan oleh jalan raya. Bukankah diantara
kelompok warga itu agamanya sama, bahasanya sama, dan etnisnya juga
ada yang sama?.
Bangsa Indonesia adalah bangsa multikultural, dan plural terdiri dari
masyarakat yangsangat beragam baik etnik, adat istiadat, bahasa, budaya,
agama dan golongan. Masing-masing golongan masyarakat mempunyai
karakteristik dan kepentingan yang berbeda-beda. Bagaimana upaya
pendidikan jangan sampai konflik dan kerusuhan seperti ini berkelajutan?
Salah satu upaya tersebut adalah melalui pendidikan. Karakteristik
masyarakat multikultural harus tercermin dalam sistem pendidikan
nasional, yaitu pendidikan yang mengakomodasi multikulturalisme dan
pluralisme sesuai dengan tuntutan undang-undang.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan konsep pendidikan multikultural?
2. Apa tujuan diajarkannya pendidikan multikultural?
3. Jelaskan metode dan pendekatan pendidikan multikultural?
4. Sebutkan kelebihan dan kekurangan pendidikan multikultural?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan konsep pendidikan multikultural.
2. Untuk mengetahui tujuan diajarkannya pendidikan multikultural.
3. Agar mengetahui metode dan pendekatan pendidikan multikultural.
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pendidikan multikultural.
BAB II
PEMBAHASAN
1
Paulo Freire, Politik Pendidikan: Kebudayaan, Kekuasaan, dan Pembebasan, Terj. Agung
Prihantoro (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2002), hal. 19.
2
H.A.R. Tilaar, Perubahan Sosial dan Pendidikan: Pengantar Paedagogik Transformatif Untuk
Indonesia (Jakarta: Grasindo, 2002), hal. 15.
dalam proses pendidikan.3 Sejalan dengan itu, Musa Asy’arie
mengemukakan bahwa pendidikan multikultural merupakan proses
penanaman cara hidup menghormati, tulus, dan toleran terhadap
keragaman budaya yang hidup di tengah-tengah masyarakat plural.
Dengan pendidikan multikultural, menurut Musa Asy’arie diharapkan
adanya kekenyalan dan kelenturan mental bangsa menghadapi benturan
konflik sosial. Berkaitan dengan kurikulum, dapat diartikan sebagai
suatu prinsip yang menggunakan keragaman kebudayaan peserta didik
dalam mengembangkan filosofi, misi, tujuan, dan komponen kurikulum
serta lingkungan belajar siswa sehingga siswa dapat menggunakan
kebudayaan pribadinya untuk memahami dan mengembangkan
berbagai wawasan, konsep, ketrampilan, nilai, sikap, dan moral yang
diharapkan. Pendidikan multikultural merupakan respon terhadap
perkembangan keragaman populasi sekolah sebagaimana tuntutan
persamaan hak bagi setiap kelompok. Dalam dimensi lain, pendidikan
multikultural merupakan pengembangan kurikulum dalam aktivitas
pendidikan untuk memasuki berbagai pandangan, sejarah, prestasi, dan
perhatian terhadap orang-orang dari etnis lain.
Hal ini berarti pendidikan multikultural secara luas mencakup
seluruh siswa tanpa membedakan kelompok-kelompok, baik itu etnis,
ras, budaya, strata sosial, agama, dan gender sehingga mampu
mengantarkan siswa menjadi manusia yang toleran dan menghargai
perbedaan.4
2. Konsep dasar pendidikan multikultural
Dalam masyarakat yang majemuk, pendidikan memiliki tantangan
dan juga peluang yang besar. Artinya pendidikan sebagaimana
fungsinya harus mampu mentransformasikan nilai-nilai budaya.
Prinsip transformasi budaya ada 2 yakni pertama pengakuan adanya
3
Muhaemin El-Ma’hady, Multikulturalisme dan Pendidikan Multikultural: Sebuah Kajian Awal
network,(2004), hal. 4.
4
Musa Asy’arie, Pendidikan Multikultural dan Konflik Bangsa (www.kompas.co.id. 2004), hal. 1.
kenyataan budaya yang dimiliki oleh masyarakat indonesia.
Eksistensi kebudayaan yang dimiliki masyarakat indonesia adalah
keragamanya. Kedua, nilai-nilai budaya yang ada di dalam
masyarakat indonesia yang bhineka perlu dipilah-pilah untuk
memilih nilai-nilai yang luhur yang perlu dipertahankan serta
meninggalkan yang tidak berfungsi lagi dalam menghadapi
perubahan. Dengan demikian transformasi budaya mengasumsikan
adanya fungsi-fungsi imanen dan transenden.
Kaitan budaya dengan pendidikan adalah adanya budaya
khusus budaya lokal seperti yang disebutkan oleh ahli psikologi
Vygotsky bahwa unsur-unsur lokal merupakan fondasi dari
perkembangan kognisi manusia. Dengan demikian konsep
pendidikan multikultural sangat urgen sebagai wawasan dalam
mengembangkan budaya dan kemampuan seseorang.
Pendidikan dalam tataran ideal seharusnya bisa berperan
sebagai juru bicara bagi terciptanya fundamental kehidupan
multikultural yang terbebas dari kooptasi negara. Namun dalam
kenyataan, lembaga pendidikan tidak lebih dari sekedar sarana
efektif penyeragaman ideologis-politis dalam rangka
melanggengkan kekuasaan. Paradigma pendidikan berbasis
penyeragaman identitas sosial budaya ala Orde Bary terbukti tidak
mampu menyangga multikulturalisme kebangsaan yang genuine dan
otentik.
Tumbangnya Orde Baru ditandai dengan berbagai gejolak
sosial yang mengobarkan primordialisme identitas lokal masing-
masing. Konflik antarentik (di Sambas dan Sampit) dan antar agama
(di maluku dan Poso) Lepasnya Timor-timur dari pangkuan RI dan
gejolak sosial lainnya menjadi bukti paling sahih betapa rapuhnya
konstruksi kebangsaan berbasis multikulturalisme hingga saat ini
belum banyak dipahami khalayak secara proporsional. Padahal
paradigma multikulturalisme meniscayakan pemahaman bahwa
elemen-elemen sosial budaya bangsa harus bersifat inklusif,
membuka diri terhadap elemen-elemen lain di luar, dan berani
berdialog satu sama lain.
B. Tujuan Pendidikan Multikultural
Menurut Ainul Yaqin tujuan pendidikan multikultural sebenarnya
ada dua yakni tujuan awal dan tujua n akhir. Tujuan awal merupakan tujuan
sementara karna tujuan ini hanya berfungsi sebagai perantara agar tujuan
akhirnya dapat tercapai dengan baik. Pada dasarnya tujuan awal pendidikan
multikultural yaitu membangun wacana pendidikan dan pengambilan
keputusan dalam dunia pendidikan. Dengan harapan apabila mereka
mempunyai wacana pendidikan multikultural yang baik maka mereka akan
menjadi transmotor pendidikan multikultural yang mampu menanamkan
niali nilai pluralisme, humanisme, dan demokrasi secara langsung pada
peserta didiknya.
Sedangkan tujuan akhir pendidikan multikultural adalah peserta
didik yang diharapkan mampu memahami dan menguasai materi pelajaran
yang dipelajari, dan mempunyai karakter yang kuat untuk selalu bersikap
demokratis, pluralis, dan humanis karna ketiga hal tersebut adalah ruh
pendidikan multikultural.5
Menurut Ahmad Sauqi tujuan pendidikan multikultural itu ada lima
hal, yaitu:
1. Pengajaran siswa dengan etnik tertentu tentang kebudayaan yang
mereka miliki, termasuk di dalamnya pengajaran bahasa pusaka.
2. Pengajaran kepada semua siswa tentang keanekaragaman budaya
tradisional, baik dalam dan luar negeri. Ketika pembelajaran dapat
disampaikan dalam berbagai cara, sesuatu yang tidak biasanya terlewat
adalah susunan secara sistematis dari isu utama tentang budaya dan
etnisitas bangsa.
5
M. Ainul Yaqin, Pendidikan Mutikultural; Cross Curtural Understanding Untuk Demokrasi Dan
Keadilan, (2005, Yogyakarta: Pilar Media), Hal. 26
3. Mempromosikan penerimaan menunjukkan perbedaan atau
keanekaragaman etnik dalam masyarakat. Bahwa manusia dengan
perbedaan agama, ras, suku kebangsaan memiliki kebebasan yang sama.
4. Menunjukkan penerimaan secara penuh dan ditanda dengan perlakukan
yang sama yakni keseimbangan antara budaya sub ethnic dengan
perbedaan agama, ras, suku kebangsaan, dll dalam satu Negara dan di
bagian Negara yang lain di dunia.
5. Membantu siswa untuk menyesuaikan bentuk budaya, untuk dirinya
sendiri dan untuk masyarakat.6
C. Metode dan Pendekatan Pendidikan Multikultural
6
Ngainun Naim dan Achmad Sauqi, Pendidikan Multikultural konsep dan Aplikasi. (2010,
Yogyakarta: Ar-Ruuz Media Grub), Hal : 52-53.
2. Metode Pengayaan.Materi pendidikan, konsep, tema dan perspektif
bisa ditambahkan dalam kurikulum tanpa harus mengubah struktur
aslinya. Metode ini memperkaya kurikulum dengan literatur dari atau
tentang masyarakat yang berbeda kultur atau agamanya. Penerapan
metode ini, misalnya adalah dengan mengajak pembelajar untuk
menilai atau menguji dan kemudian mengapresiasikan cara pandang
masyarakat tetapi pembelajar tidak mengubah pemahamannya tentang
hal itu, seperti pernikahan, dan lain-lain.Metode ini juga menghadapi
problem sama halnya metode kontributif, yakni materi yang dikaji
biasanya selalu berdasarkan pada perspektif sejarahwan yang
mainstream. Peristiwa, konsep, gagasan dan isu disuguhkan dari
perspektif yang dominan.
1. Pendekatan Historis
2. Pendekatan Sosiologis.
4. Pendekatan Psikologis.
5. Pendekatan Estetik