Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah salah satu bidang yang sangat menentukan dalan kemajuan
suatu negara , Inodenesia adalah negara kesatuan yang terdiri dari berbagai macam
suku.adat,agama,bahasa dan lain-lain ,kesatuan ini yang akan menjadi bentuk negara ini
secara plural melalui pendidikan perbedaaan ini dapat disatukan agar tidak terjadi
diskriminasi yang menyudutkan pada satu golongan sehingga pembangunan indonesia
terhambat. Sistem pendidikan Indonesia yang setiap tahun berganti mengikuti jalur
politik pemenang membuat ketidak konsistenan suatu negara di dalam memajukan dunia
pendidikan.
Indonesia adalah salah satu negara multikultural terbesar di dunia. Kenyataan ini
dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural maupun geografis yang begitu beragam dan luas.
Wacana mengenai multikultural telah memasuki babak baru. Indikasinya, diskusi
mengenai multikultural tidak saja terjadi di lingkungan tradisi akademis, melainkan telah
menjadi bagian dari wacana dan kebijakan publik. Diskursus mengenai multikultural
telah menjadi materi pendidikan, pelatihan, malahan kursus singkat yang amat praktis.

B. Rumusan Masalah
a. Apakah Pengertian Pendidikan Multikultural ?
b. Bagaimana Paradigma Pendidikan Multikultural ?
c. Bagaimana Pendekatan Pendidikan Multikultural ?
d. Bagaimana Pendidikan Berbasis Multikultural ?
e. Bagaimana Wacana Pendidikan Multikultural di Indonesia ?
f. Bagaimana Pendidikan Multikultural dan Pendidikan Global ?
g. Bagaimana Menuju Multikulturalisme Global ?

1
C. Tujuan
a. Mengetahui Apakah Pengertian Pendidikan Multikultural
b. Mengetahui Bagaimana Paradigma Pendidikan Multikultural
c. Mengetahui Bagaimana Pendekatan Pendidikan Multikultural
d. Mengetahui Bagaimana Pendidikan Berbasis Multikultural
e. Mengetahui Bagaimana Wacana Pendidikan Multikultural di Indonesia
f. Mengetahui Bagaimana Pendidikan Multikultural dan Pendidikan Global
g. Mengetahui Bagaimana Menuju Multikulturalisme Global

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Multikultural

Pendapat Andersen dan Cusher ( 1994:320 ), pendidikan multikultural dapat


diartikan sebagai pendidikan mengenai keragaman kebudayaan. James Banks (
1993:3 ) pendidikan multikultural sebagai pendidikan untuk people of color. Artinya,
pendidikan multikultural ingin mengeksplorasi perbedaan sebagai keniscayaan
( anugrah tuhan atau sunatullah ). Muhaemin el Ma’hady, pendidikan multikultural
dapat didefinisikan sebgai pendidikan tentang keragaman kebudayaan dalam
meresponi perubahan demografi dan kultural lingkungan masyarakat tertentu bahkan
dunia secara keseluruhan ( global ).1

Hilda Hernandez pendidikan multikultural sebagai prespektif yang mengakui


realitas politik,sosial,dan ekonomi yang dialami oleh masing-masing individu dalam
pertemuan manusia yang kompleks dan beragam secara kultur, dan merefleksikan
pentingnya budaya, ras, seksualitas, agama, gender, etnisitas, status sosial, ekonomi,
dan pengecualian- pengecualian dalam proses pendidikan.

Paulo Freire, pendidikan bukan merupakan “menara gading“ yang berusaha


menjauhi realitas sosial dan budaya. Pendidikan menurutnya harus mampu
menciptakan tatanan masyarakat yang terdidik dan berpendidikan, buka sebuah
masyarakat yang hanya mengagungkan prestise sosial sebagai akibat kekayaan dan
kemakmuran yang dialami.

Menurut James Banks ( 1994 ), pendidikan multikultural memiliki beberapa


dimensi yang saling berkaitan satu dengan yang lain, yaitu: Pertama, Content
Intergration, yaitu mengintegrasikan berbagai budaya dan kerealisasi dan teori dlam
mata pelajaran/disiplin ilmu. Kedua, the knowledge construction process, yaitu
membawa siswa untuk memahami implikasi budaya ke dalam sebuah mata pelajaran

1
H.A.R Tilaar,2003.Kekusaan Dan Pendidikan Suatu Tinjauan Dan Persepektif Studi
Kultural.IndonesiaTera. Hal 167

3
(disiplin).

Ketiga, an equity paedagogy, yaitu menyesuaikan metode pengajaran dengan cara


belajar siswa dalam rangka memfasilitasi prestasi akademik siswa yang beragam
baik dari segi ras, budaya ataupun sosial. Keempat, prejudice reduction, yaitu
mengidentifikasi karakteristik ras siswa dan menetukan metode pengajaran mereka.

Secara umum peserta didik memiliki lima ciri yaitu:

a. Peserta didik dalam keadaan sedang berdaya, maksudnya ia dalam keadaan


berdaya untuk menggunakan kemapuan, kemauan, dan sebagainya.
b. Mempunyai keinginan untuk berkembang ke arah dewasa.
c. Peserta didik mempunyai latar belakang yang berbeda-beda.

d. Peserta didik melakukan penjelajahan terhadap alam sekitarnya dengan


potensi- potensi dasar yang dimiliki secara individual.2

Mengenai fokus pendidikan multikultural, Tilaar mengungkapkan bahwa dalam


program pendidikan multikultural, fokus tidak lagi diarahkan semata-mata kepada
kelompok rasial, agama dan kultur dominan atau mainstream.
Dalam konteks teoritis, belajar dari model-model pendidikan multikultural yang
pernah ada dan sedang dikembangkan oleh negara-negara maju, dikenal lima
pendekatan, yaitu: pertama, pendidikan mengenai perbedaan kebudayaan atau
multikulturalisme. Kedua, pendidikan mengenai perbedaan kebudayaan atau
pemahaman kebudayaan, ketiga, pendidikan bagi pluralisme kebudayaan. Keempat,
pendidikan dwi-budaya. Kelima, pendidikan multikultural sebagai pengalaman moral
manusia.

B. Paradigma Pendidikan Multikultural

Ali maksum menggambarkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang


masyarakatnya sangat majemuk atau pluralis. Kemajuan bangsa Indonesia dapat

2
Imron,Mashadi, Pendidikan Agama Islam Dalam Persepektif Multikulturalisme.Balai Litbang Agama.
Jakarta.2009. Hal: 48

4
dilihat dari dua prespektif, yaitu : horizontal, kemajemukan bangsa kita dapat dilihat
dari perbedaan agama, etnis, bahasa daerah, geografis, pakaian, makanan, dan budaya.
Vertikal, kemajemukan bangsa kita dapat dilihat dari perbedaan tingkat pendidikan,
ekonomi, pemukiman, pekerjaan, dan tingkat sosial budaya.
Pakar pendidikan, Syarif Sairin ( 1992 ), memetakan akar-akar konflik dalam
masyarakat majemuk, yaitu:

a. Perebutan sumber daya, alat-alat produksi, dan kesempatan ekonomi.


b. Perluasan batas-batas sosial budaya.
c. Benturan kepentingan politik, ideologi, dan agama.3

Pendidikan multikulturalisme biasanya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Tujuan membentuk “ manusia budaya “ dan menciptakan “ masyarakat berbudaya


“.
b. Materinaya mengajarkan nilai-nlai luur kemanusiaan, nilai-nilai bangsa, dan
nilai- nilai kelompok etnis.
c. Metodenya demokratis, yang menghargai aspek-aspek perbedaan dan
keberagaman budaya bangsa dan kelompok etnis.
d. Evaluasinya ditentukan pada penilaian terhadap tingkah laku anak didik
yang meliputi persepsi, apresiasi, dan tindakan terhadap budaya lainnya.

C. Pendekatan Pendidikan Multikultural

Men-design pendidikan multikultural dalam tatanan masyarakat yang penuh


permasalahan antara kelompok, budaya, suku, dan lain sebagainya, seperti Indonesia,
mengandung tantangan yang tidak ringan.

Ada beberapa pendekatan dalam proses pendidikan multikultural. Pertama tidak lagi
menyamakan pandangan pendidikan dengan persekolahan,atau pendidikan
multikultural dengan program-program sekolah formal. Kedua menghindari pandangan
yang menyamakan kebudayaan dengan kelompok etnik.
3
H.A Dardi Hasyim, Yudi Hartono. Pendidikan Multikultural di Sekolah. UPT penerbitan dan percetakan
UNS. Surakarta. Hal: 28

5
Ketiga interaksi insentif dengan orang-orang yang sudah memiliki kompetensi maka
dapat dilihat lebih jelas bahwa upaya untuk mendukung sekolah-sekolah yang
tyerpisah secraa etnik merupakan antietnis terhadap tujuan pendidikan multikultural.

Keempat pendidikan multiltural meningkatkan kompetensi dalam beberapa


kebudayaan. Kelima kemungkinan bahwa pendidikan meningkatkan kesadaran tentang
kompetensi dalam beberapa kebudayaan.4

D. Pendidikan Berbasis Multikultural

Hilda Hernandez, telah diungkapkan dua definisi ‘klasik’ untuk menekankan


dimensi konseptual MBE yang penting bagi para pendidik. Definisi pertama
menekankan esensi MBE sebagai prespektif yang mengakui realitas politik, sosial, dan
ekonomi yang dialami oleh masing-masing individu dalam pertemuan manusia yang
kompleks dan beragam secara kultur. Definisi ini juga bermaksud merefleksikan
pentingnya budaya, ras, gender, etnisitas, agama, status sosial, ekonomi dan
pengecualian-pengecualian dalam proses pendidikan.

E. Wacana Pendidikan Multikultural di Indonesia

Menurut Azyumardi Azra, pada level nasional berakhir sentralisme kekuasaan yang
pada masa orde baru memaksakan “ monokulturalisme “ yang nyaris seragam
memunculkan reaksi balik, yang mengandung implikasi negatif bagi rekontruksi
kebudayaan Indonesia yang multikultural.

F. Pendidikan Multikultural dan Pendidikan Global

Pendidikan multikultural berarti menegmbangkan kesadaran atas kebanggaan


seseorang terhadap bangsanya. Dengan demikian pendidikan global tidak mengurangi
pengembangan kesadaran akan kebanggaan terhadap suatu bangsa.
Dalam pendidikan multikultural dapat diidentifikasikan perkembangan sikap
seseorang dalam kaitannya dengan kebudayaan-kebudayaan lain dalam masyarakat
lokal sampai kepada masyarakat dunia global. James Banks mengemukakan
4
Zakiyuddin Baidhawy, 2005. Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural Jakarta: Erlangga,Hal. 109

6
beberapa tipologi sikap seseorang terhadap identitas etnik atau cultural identity,
yaitu:

a. Ethnic psychological captivy


b. Ethnic encapsulation
c. Ethnic identifities clarification

d. The ethnicity

e. Multicultural ethnicity
f. Globalisme5

G. Menuju Multikulturalisme Global

Multikulturalisme global berangkat dari kenyataan sejarah di mana budaya-budaya


bangsa begitu majemuknya, sehingga monokulturalisme, buday tunggal, tidak
mungkin menjadi agenda sebuah negara bangsa untuk dipaksakan kepada bangsa-
bangsa lain.

Pengertian budaya di sisni tidak terbatas dalam seni, tapi mencakup segala hal yang
menjadi proses dan produk sebuah komunitas: agama, ideologi, sistem hukum, sistem
pembangunan, dan sebagainya.

BAB III

PENUTUP

5
H.A.R. Tilaar, Kekuasaan dan Pendidikan,Suatu Tunjauan dari Persfektif Study Kultural.Jakarta,
Indonesia Tera, 2003. Hal 202

7
A. Kesimpulan
Pendidikan multicultural adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian
didalam dan diluar sekolah yang mempelajari tentang berbagai macam status sosial, ras,
suku, agama agar tercipta kepribadian yang cerdas dalam menghadapi masalah-masalah
keberagaman budaya.
Gagasan pendidikan multikultural di Indonesia adalah pendidikan untuk
meningkatkan penghargaan terhadap keragaman etnik dan budaya masyarakat.
Pendidikan multikultural dipersepsikannya sebagai jembatan untuk mencapai kehidupan
bersama dari umat manusia dalam era globalisasi yang penuh dengan tantangan-
tantangan baru.
Tujuan pendidikan multikultural ada dua, yakni tujuan awal dan tujuan akhir.
Tujuan awal merupakan tujuan sementara karena tujuan ini hanya berfungsi sebagai
perantara agar tujuan akhirnya tercapai dengan baik. Sedangkan tujuan akhir pendidikan
multikultural adalah peserta didik tidak hanya mampu memahami dan menguasai materi
pelajaran yang dipelajarinya akan tetapi diharapkan juga bahwa para peserta didik akan
mempunyai karakter yang kuat untuk selalu bersikap demokratis, pluralis dan humanis.
Karena tiga hal tersebut adalah ruh pendidikan multicultural.
Fungsi pendidikan multicultural adalah Melalui pendidikan multikulturalisme ini
diharapkan akan dicapai suatu kehidupan masyarakat yang damai, harmonis, dan
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan sebagaimana yang telah diamantkan dalam
Undang-Undang Dasar.

DAFTAR PUSTAKA

8
Imron, Mashadi, Pendidikan Agama Islam Dalam Persepektif Multikulturalisme. Balai
Litbang Agama. Jakarta. 2009

Hasyim, H. A Dardi , Yudi Hartono. Pendidikan Multikultural di Sekolah. UPT


penerbitan dan percetakan UNS. Surakarta.

H. A. R. Tilaar, Multikulturalisme, Tantangan-tantangan Global Masa Depan dalam


Transformasi Pendidikan Nasional, Jakarta, Grasindo, 2004.

H. A. R. Tilaar, Kekuasaan dan Pendidikan,Suatu Tunjauan dari Persfektif Study


Kultural. Jakarta, Indonesia Tera, 2003.

Baidhawy, Zakiyuddin, Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural Jakarta: Erlangga,


2005.

Anda mungkin juga menyukai