Anda di halaman 1dari 8

SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA

TUGAS 1
BAHASA INDONESIA

Dosen Pengampu : Musawwir, M.Pd.

Di Susun oleh :

Anisa Putri (230428111225 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MERANGIN
2023
A. Pendahuluan

Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang disampaikan seseorang kepada


orang lain agar bisa mengetahui apa yang menjadi maksud dan tujuannya. Pentingnya
bahasa sebagai identitas manusia, tidak bisa dilepaskan dari adanya pengakuan manusia
terhadap pemakaian bahasa dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari. Untuk
menjalankan tugas kemanusiaan, manusia hanya punya satu alat, yaitu bahasa. Dengan
bahasa, manusia dapat mengungkapkan apa yang ada di benak mereka. Sesuatu yang
sudah dirasakan sama dan serupa dengannya, belum tentu terasa serupa, karena belum
terungkap dan diungkapkan. Hanya dengan bahasa, manusia dapat membuat sesuatu
terasa nyata dan terungkap.

Era globalisasi dewasa ini mendorong perkembangan bahasa secara pesat,


terutama bahasa yang datang dari luar atau bahasa Inggris. Bahasa Inggris merupakan
bahasa internasional yang digunakan sebagai pengantar dalam berkomunikasi antar
bangsa. Dengan ditetapkannya Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional (Lingua
Franca), maka orang akan cenderung memilih untuk menguasai Bahasa Inggris agar
mereka tidak kalah dalam persaingan di kancah internasional sehingga tidak buta akan
informasi dunia. Tidak dipungkiri memang pentingnya mempelajari bahasa asing, tapi
alangkah jauh lebih baik bila kita tetap menjaga, melestarikan dan membudayakan
Bahasa Indonesia. Karena seperti yang kita ketahui, bahasa merupakan idenditas suatu
bangsa. Untuk memperdalam mengenai Bahasa Indonesia, kita perlu mengetahui
bagaimana perkembangannya sampai saat ini sehingga kita tahu mengenai bahasa
pemersatu dari berbagai suku dan adat-istiadat yang beranekaragam yang ada di
Indonesia, yang termasuk kita di dalamnya. Maka dari itu melalui makalah ini penulis
ingin menyampaikan sejarah tentang perkembangan bahasa Indonesia dengan harapan
dapat memberi pengetahuan dan menambah rasa kecintaan terhadap bahasa persatuan
yaitu Bahasa Indonesia
B. Pembahasan

Pada dasarnya Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Pada zaman Sriwijaya,
bahasa Melayu di pakai sebagai bahasa penghubung antar suku di Nusantara dan sebagai
bahasa yang di gunakan dalam perdagangan antara pedagang dari dalam Nusantara dan
dari luar Nusantara.

Perkembangan dan pertumbuhan Bahasa Melayu tampak lebih jelas dari berbagai
peninggalan-peninggalan misalnya:

1. Tulisan yang terdapat pada batu Nisan di Minye Tujoh, Aceh pada tahun 1380

2. Prasasti Kedukan Bukit, di Palembang pada tahun 683.

3. Prasasti Talang Tuo, di Palembang pada Tahun 684.

4. Prasasti Kota Kapur, di Bangka Barat, pada Tahun 686.

5. Prasati Karang Brahi Bangko, Merangi, Jambi, pada Tahun 688.

Dan pada saat itu Bahasa Melayu telah berfungsi sebagai:

a. Bahasa kebudayaan yaitu bahasa buku-buku yang berisia aturan-aturan hidup dan
sastra.

b. Bahasa perhubungan (Lingua Franca) antar suku di Indonesia

c. Bahasa perdagangan baik bagi suku yang ada di Indonesia maupun pedagang yang
berasal dari luar Indonesia.

d. Bahasa resmi kerajaan.

Bahasa melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama


Islam di wilayah Nusantara, serta makin berkembang dan bertambah kokoh
keberadaannya karena bahasa Melayu mudah di terima oleh masyarakat Nusantara
sebagai bahasa perhubungan antar pulau, antar suku, antar pedagang, antar bangsa dan
antar kerajaan. Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan
mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan bangsa Indonesia, oleh
karena itu para pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara
sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia menjadi bahasa persatuan
untuk seluruh bangsa Indonesia. (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928).

Ada empat faktor yang menyebabkan bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia
yaitu:

a. Bahasa melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa perhubungan


dan bahasa perdangangan.

b. Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dielajari karena dalam bahasa melayu tidak
dikenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus).

c. Suku jawa, suku sunda dan suku suku yang lainnya dengan sukarela menerima
bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional

d. Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan


dalam arti yang luas.

Prasasti Karang Berahi


Prasasti Karang Berahi terletak di Dusun Batu Bersurat, Desa Karang Berahi,
Kecamatan Pamenang, Kabupaten Merangin, Propinsi Jambi. Secara astronomis berada
pada koordinat 02º03’16.22” LS dan 102º28’09.73” BT. Di situs ini ditemukan sebuah
prasasti batu kemudian dikenal dengan nama Prasasti Karang Berahi.

Prasasti ini bertuliskan aksara Pallawa dan berbahasa Melayu Kuno, pertama kali
ditemukan pada tahun 1904 oleh L. Berkhout, seorang kontrolir Belanda untuk daerah
Bangko. Penemuan prasasti ini kemudian diteliti N.J. Krom, yang menyatakan Prasasti
Karang Berahi merupakan salah satu prasasti yang dikeluarkan Kedatuan Sriwijaya.
Krom juga membandingkan baik isi dan karakter huruf Prasasti Karang Berahi mirip
dengan Prasasti Kotakapur (686 M) yang ditemukan di Pulau Bangka.
Masih terkait dengan Situs Karang Berahi, yaitu adanya temuan struktur bata di
lahan bekas persawahan penduduk di barat desa sekitar 200 m dari Sungai Merangin.
Struktur bata yang ditemukan memiliki denah empat persegi panjang dengan ukuran 5,26
x 1,96 m. Di bagian bawah bangunan terdapat 4 buah tempayan yang berisi butiran emas
dan manik-manik kaca, temuan ini rupa-rupanya juga menjadi bukti tentang adanya
sebuah aktivitas kehidupan pada masa lalu dan terkait erat dengan keberadaan prasasti
tersebut.

Arti prasasti batu batulih desa karang berahi :


1. Tercapailah sudah maksud kita sampai tanda ini tandrun kayat
2. Yang melakukan pemberontakan, bertemu tanding melawan tandrum luah (Raja
sungai), matilah dia oleh
3. Tandrun luah, dibunuh oleh pemberontak itu, jangan terjadi lagi pemberontakan si
kayat
4. Itu sudah tenang, (padam) haturkan baktimu kepadaku, itu sudah (menjadikan)
tenang (hai) kamu semua
5. Wahai sekalian dewata yang berkuasa yang sedang berkumpul dan melindungi
kedatuan sriwijaya juga kau tandrun
6. Luah (?) dan semua dewata yang mengawali setiap mantra kutukan bilamana
7. Didalamnya daerah kedatuan ini akan ada yang memberontak, yang bersesongkol
8. Dengan para pemberontak yang berbicara dengan pemberontak yang mendengar kata
pemberontak mengenai pemberontak tidak
9. Berprilaku terhormat, yang tidak setiap kepada saya dan kepada mereka yang oleh
saya diangkat sebagai datu biar orang – orang tersebut mati
10. Kena kutukan biar sebuah pasukan untuk melawannya dibawah pimpinan datu
sriwijaya, dan biar mereka bersama
11. Marga dan keluarganya, lagipula biar pula semua perbuatan yang jahat (seperti)
mengganggu ketentraman jiwa membuat orang sakit
12. Membuat orang gila, menggunakan mantra-mantra memakai racun upas , dan tuba,
ganja, saramwat, pekasih
13. Memaksakan kehendaknya pada orang lain dan sebagainya semoga perbuatan –
perbuatan itu tidak berhasil dan menghantam mereka yang bersalah
14. Melakukan perbuatan jahat itu, akan tetapi jika orang yang takluk, setiap kepada
saya dan kepada mereka yang oleh saya
15. Diangkat sebagai datu, maka semoga usaha mereka diberkahi, juga marga dan
keluarganya, dengan keberhasilannya
16. Kesentausaan, kesehatan, kebebasan dari bencana kelimpahan segalanya untuk
semua negeri mereka

C. Kesimpulan

Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia sebagaimana


disebutkan dalam Undang-Undang Dasar RI 1945, pasal 36”bahasa Negara adalah
bahasa Indonesia”. Sejarah bahasa Indonesia telah tumbuh dan berkembang sekitar abad
ke VII dari bahasa Melayu yang sejak zaman dahulu sudah dipergunakan sebagai bahasa
perhubungan. Bukan hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan juga di seluruh Asia
Tenggara.

Prasasti Karang Berahi terletak di Dusun Batu Bersurat, Desa Karang Berahi,
Kecamatan Pamenang, Kabupaten Merangin, Propinsi Jambi. Secara astronomis berada
pada koordinat 02º03’16.22” LS dan 102º28’09.73” BT. Di situs ini ditemukan sebuah
prasasti batu kemudian dikenal dengan nama Prasasti Karang Berahi.

Prasasti ini bertuliskan aksara Pallawa dan berbahasa Melayu Kuno, pertama kali
ditemukan pada tahun 1904 oleh L. Berkhout, seorang kontrolir Belanda untuk daerah
Bangko. Penemuan prasasti ini kemudian diteliti N.J. Krom, yang menyatakan Prasasti
Karang Berahi merupakan salah satu prasasti yang dikeluarkan Kedatuan Sriwijaya.
Krom juga membandingkan baik isi dan karakter huruf Prasasti Karang Berahi mirip
dengan Prasasti Kotakapur (686 M) yang ditemukan di Pulau Bangka.
Daftar Pustaka

Prof. Dr. E. Zainal Arifin, M. Hum. dan Drs. S. Amran Tasai, M. Hum. 2009, Cermat
Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, Jakarta, Akademika Pressindo.

Masnur Muslich, 2010, Bahasa Indonesia pada Era Globalisasi, Jakarta, PT Bumi
Aksara.

Anda mungkin juga menyukai