Anda di halaman 1dari 7

Nama : Didi Steve Immanuel Manusama

NIM : 19021105004
MK : Bahasa Indonesia

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA

Bahasa merupakan Sarana yang digunakan sebagai alat komunikasi dan interaksi antar Manusia.
Bahasa Memiliki Manfaat yang digunakan sebagai alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, konsep,
maupun perasaan. Indonesia hingga saat ini memiliki sekitar 742 bahasa, yang merupakan bahasa daerah
dari masing-masing wilayah di Indonesia. Namun hanya satu Bahasa yang menjadi Bahasa Pemersatu
seluruh Bangsa Indonesia, Yaitu Bahasa Indonesia.

Bahasa merupakan identitas dari setiap Negara, karena memiliki cirri khas, karakteristik, maupun
asal-usul atau sejarah yang berbeda-beda. Begitupula dengan Bahasa Indonesia yang memiliki sejarahnya
tersendiri, yang membuat Bahasa Indonesia menjadi bahasa yang dinamis yang terus berkembang dengan
pengayaan kosakata baru karena adanya penciptaan dan penyerapan Kosakata dari Daerah-daerah di
Indonesia maupun dari Berbagai bangsa yang pernah menjajah Indonesia atau bahasa Asing. Dalam
Website Resmi Kemendikbud, menyatakan bahwa Bahasa Indonesia itu lahir pada 28 oktober 1928, dan
dimana pada saat itu juga para pemuda dari seluruh daerah di Indonesia berkumpul dan berikrar Sumpah
Pemuda, dengan isi : (1) Bertumpah darah satu, tanah Indonesia, (2) Berbangsa Satu, bangsa Indonesia,
(3) Menjunjung Bahasa Persatuan,Bahasa Indonesia. Unsur yang ketiga dari Sumpah Pemuda, merupakan
pernyataan yang menyatakan bahwa Bahasa Indonesia merupakan Bahasa Pemersatu bangsa Indonesia,
dan oleh karena itu Bahasa Indonesia diakui secara yuridis Pada Tanggal 18 Agustus 1945, sehari sesudah
Kemerdekaan Indonesia,yang tercantum dalam Undang-undang Dasar Tahun 1945 dalam Bab XV,Pasal
36 yang menyebutkan bahwa Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia.

Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu yang dimana sejak zaman dahulu
sudah dipergunakan dalam berbagai aktivitas komunikasi Masyarakat saat itu, atau merupakan Bahasa
Perhubungan(Lingua Franca). Pada saat itu Bahasa Melayu merupakan Bahasa yang digunakan dimana-
mana di wilayah Indonesia sehingga terus mengaami perkembangan dan keberadaannya yang semakin
kukuh, sebagai penguasa perdagangan, di wilayah Indonesia saat itu, akhirnya membuat orang-orng yang
berniaga terpaksa untuk menggunakan bahasa Melayu.hal ini juga yang melahirkan berbagai varian lokal
dan temporal pada bahasa melayu. Hal ini dapat dilihat atau dapat diperkuat dengan Keputusan Kongres
Bahasa Indonesia II tahun 1945 di Medan, yang menyatakan Bahwa Bahasa Indonesia berasal dari
Bahasa Melayu. Dalam Sudut Pandang Linguistik juga dapat dikatakan bahwa Bahasa Indonesia adalah
sebuah variasi bahasa Melayu atau dalam hal ini yaitu bahasa Melayu Riau. Yang terus mengalami
perkembangan dari awal abad ke-20 sampai saat ini. Prof. Soedjito menjelaskan secara sederhana alasan
mengapa bahasa Melayu yang dijadikan landasan lahirnya bahasa Indonesia sebagai berikut.
1. Bahasa Melayu telah digunakan sebagai lingua franca (bahasa perhubungan) selama berabad-abad
sebelumnya di seluruh kawasan tanah air kita (Nusantara). Hal tersebut tidak terjadi pada bahasa Jawa,
Sunda, ataupun bahasa daerah lainnya.
2. Bahasa Melayu memiliki daerah persebaran yang paling luas dan melampaui batas-batas wilayah
bahasa lain meskipun penutur aslinya tidak sebanyak penutur asli bahasa Jawa, Sunda, Madura, ataupun
bahasa daerah lainnya.
3. Bahasa Melayu masih berkerabat dengan bahasa-bahasa Nusantara lainnya sehingga tidak dianggap
sebagai bahasa asing.
4. Bahasa melayu bersifat sederhana, tidak mengenal tingkat-tingkat bahasa sehingga mudah dipelajari.
Berbeda dengan bahasa Jawa, Sunda, Madura yang mengenal tingkat-tingkat bahasa.
5. Bahasa melayu mampu mengatasi perbedaan-perbedaan bahasaantarpenutur yang berasal dari berbagai
daerah. Dipilihnya bahasaMelayu menjadi bahasa persatuan tidak menimbulkan perasaan kalah terhadap
golongan yang lebih kuat dan tidak ada persaingan antarbahasa daerah.

Jika dilihat secara Rinci lagi mengenai Bahasa Melayu yang merupakan dasar Bahasa Indonesia
ini, sudah digunakan Sejak Zaman Kerajaan Sriwijaya sekitar pada abad ke-7 Masehi . Dimana pada saat
itu Bahasa Melayu (Bahasa Melayu Kuno) digunakan sebagai bahasa Kenegaraan, bahasa kebudayaan
(yaitu bahasa buku pelajaran agama Budha)yang dapat dilihat dari penemuan yang ditemukan di
Sumatera bagian Selatan berupa empat prasasti, yaitu : Prasasti di Kedukan Bukit berangka tahun 683 M
(Palembang), Talang Tuwo berangka tahun 684 (Palembang), Kota Kapur berangka tahun 686 M
(Bangka Barat), dan Karang Brahi berangka tahun 688 M (Jambi). Prasasti-prasati ini bertuliskan huruf
pranagari berbahasa Melayu Kuno. Pada saat itu bahasa Melayu yang digunakan masih bercampur kata-
kata dari bahasa Sansekerta.

Kemudian Penemuan prasasti berbahasa Melayu Kuni di Jawa Tengah sekitar abad ke-9 dan
prasasti di dekat Bogor atau prasasti Bogor dari abad ke-10 yang menunjukkan penyebaran penggunaan
bahasa Melayu di Pulau Jawa. Pada tahun 900 Masehi juga ditemukan Keping tembaga Laguna di dekat
Manila, Pulau Luzon, yang menunjukkan keterkaitan dengan wilayah tersebut dengan Sriwijaya. Pada
abad ke-15 Tercetuslah Bahasa Melayu Tinggi yang merupakan perkembangan Bahasa Melayu yang
digunakan oleh Kesultanan Malaka dan dianggap sebagai bentuk resmi dari bahasa Melayu. Namun
penggunaannya terbatas dikalangan keluarga kerajaan sekitar Sumatera, Jawa, dan Semenanjung Malaya.

Pada Zaman Sriwijaya, Bahasa Melayu juga dipakai sebagai bahasa perhubungan antarsuku di
Nusantara dan sebagai bahasa perdagangan, baik sebagai bahasa antarsuku di Nusantara maupun sebagai
bahasa yang digunakan terhadap para pedagang yang datang dari luar Nusantara. Informasi dari seorang
ahli sejarah Cina, I-Tsing, yang belajar agama Budha di Sriwijaya, antara lain, menyatakan bahwa di
Sriwijaya ada bahasa yang bernama Koen-louen (I-Tsing:63,159), Kou-luen (I-Tsing:183), K’ouen-louen
(Ferrand, 1919), Kw’enlun (Alisjahbana, 1971:1089). Kun’lun (Parnikel, 1977:91), K’un-lun (Prentice,
1078:19), yang berdampingan dengan Sanskerta. Yang dimaksud Koen-luen adalah bahasa perhubungan
(lingua franca) di Kepulauan Nusantara, yaitu bahasa Melayu. Perkembangan dan pertumbuhan bahasa
Melayu tampak makin jelas dari peninggalan kerajaan Islam, baik yang berupa batu bertulis, seperti
tulisan pada batu nisan di Minye Tujoh, Aceh, berangka tahun 1380 M, maupun hasil susastra (abad ke-
16 dan ke-17), seperti Syair Hamzah Fansuri, Hikayat Raja-Raja Pasai, Sejarah Melayu, Tajussalatin, dan
Bustanussalatin. Bahasa Melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama
Islam di wilayah Nusantara. Bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa
perhubungan antarpulau, antarsuku, antarpedagang, antarbangsa, dan antarkerajaan karena bahasa Melayu
tidak mengenal tingkat tutur.
Pengesahan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara. Tentunya tak luput dari bagaimana hal itu
terbentuk sampai pada tercetusnya unsur ketiga Sumpah Pemuda itu. Dimana dari sumber yang saya
dapatkan. Dikatakan bahwa Pada Zaman Penjajahan Belanda pada awal abad ke-20, para pegawai
pribumi dinilai oleh Pemerintah Kolonial Hindia Belanda, kurang memiliki kemampuan memahami
bahasa Belanda yang baik, oleh karena itu untuk mempermudah Komunikasi, Pemerintah Kolonial
Belanda Menggunakan bahasa Melayu, dimana yang menjadi patokan adalah Bahasa Melayu Tinggi yang
mempunyai kitab-kitab rujukan. Pada saai itu juga Sarjana Belanda mulai membuat standarisasi bahasa,
mereka mulai menyebarkan bahasa melayu dengan mengadopsi ejaan Van Ophusijen dari kitab Logat
melayu, kemudian dibentuk sebuah Komisi Bacaan Rakyat ( Commissie Voor de Volkslectuur) pada
tahun 1908, dan berganti nama jadi Balai Poestaka pada 1917 yang menerbitkan novel-novel, seperti siti
Nurbaya dan Salah Asuhan dan buku-buku penuntun memelihara kesehatan, bercocok tanam, yang
membantu penyebaran bahasa Melayu di kalangan Masyarakat Luas.

Begitupula saat Jahja Datoek Kajo yang pertama kali menggunakan bahasa Indonesia dalam
pidatonya pada 16 Juni 1927, saat sidang Volksraad ( Rapat Dewan Rakyat). Di sinilah Bahasa Indonesia
mulai berkembang, sehingga pada 28 Oktober 1928, Muhammas Yamin mengusulkan bahasa Melayu
sebagai bahasa Nasional pada saat pidatonya di Kongres Nasional Kedua, yang membuat Bahasa
Indonesia diakui secara resmi sebagai bahasa persatuan bangsa pada saat Sumpah Pemuda. Pada Tahun
1933 berdiri sebuah angkatan sastrawan muda yang menamakan dirinya sebagai Pujangga Baru yang
dipimpin oleh Sutan Takdir Alisyahbana.Tiga tahun kemudian, Sutan Takdir Alisyahbana menyusun
“Tata bahasa Baru Bahasa Indonesia”. Pada tanggal 25-28 Juni 1938 diadakan Kongres Bahasa Indonesia
I di Solo.dimana di Kongres tersebut menghasilkan bahwa usaha pembinaan dan pengembangan bahasa
Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan Indonesia saat itu.

Dari hal itu dapat dilihat bahwa, berbagai upaya dilakukan untuk menjaga eksistensi bahasa
Indonesia menjadi bahasa Nasional.Upaya pemerintah dan para tokoh bahasa yang memiliki komitemen
terhadap pelestarian bahasa Indonesia mengadakan kongres-kongres dalam rangka membahas
perkembangan bahasa Indonesia, keberlangsungan Kongres-kongres tersebut sangatlah penting bagi
proses perkembangan bahasa Indonesia, Oleh karena dengan adanyakongres bahasa Indonesia, muatan
dari bahasa Indonesia menjadi lebih komprehensif dan di sesuaikan dengan perkembangan Zaman.
Berikut kongres bahasa indonesia yang dilaksanakan :

1. Kongres Bahasa Indonesia I (Pertama)


Dilaksanakan pada tanggal 25-28 JuniTahun 1938 di kota Solo, Jawa Tengah. Yang
menghasilkan beberapa kesepakatan dan kesepahaman yakni urgensi dari usaha pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia. Sampai pada akhirnya pada 18 Agustus 1945disahkan UUD
1945, pada pasal36 menetapkan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara

Dimana Pada Pada tahun 1942 Jepang menduduki Indonesia dan Jepang tidak dapat
menggunakan bahasa lain selain bahasanya sendiri. Bahasa Belanda jatuh dari kedudukannya
sebagai bahasa resmi. Bahkan, dilarang untuk digunakan.Jepang mengajarkan bahasa Jepang
kepada orang Indonesia dan bermaksud menggunakan bahasa Jepang sebagai pengganti bahasa
Belanda untuk digunakan oleh orang Indonesia. Akan tetapi, usaha itu tidak dapat dilakukan
secara cepat seperti waktu dia menduduki Indonesia. Karena itu, untuk sementara Jepang memilih
jalan yang praktis yaitu memakai Indonesia yang sudah tersebar di seluruh kepulauan Indonesia.
Satu hal yang perlu dicatat bahwa selama zaman pendudukan Jepang 1942-1945 bahasa Indonesia
dipakai sebagai bahasa pengantar di semua tingkat pendidikan. Demikianlah, Jepang terpaksa
harus menumbuhkan dan mengembangkan bahasa Indonesia secepat-cepatnya agar
pemerintahannya dapat berjalandengan lancar. bagi orang Indonesia hal itu merupakan
keuntungan besar terutama bagi para pemimpin pergerakan kemerdekaan. Dalam waktu yang
pendek dan mendesak mereka harus beralih dari bahasa Belanda ke Bahasa Indonesia. Selain itu,
semua pegawai negeri dan masyarakat luas yang belum paham akan bahasa Indonesia, secara
cepat dapat memahami bahasa Indonesia. Waktu Jepang menyerah, tampak bahwa bahasa
Indonesia sebagai bahasa persatuan makin kuat kedudukannya. Berkaitan dengan hal di atas,
semua peristiwa tersebut menyadarkan kita tentang arti bahasa nasional. Bahasa nasional identik
dengan bahasa nasional yang didasari oleh nasionalisme, tekad, dan semangat kebangsaan.
Bahasa nasional dapat terjadi meskipun eksistensi negara secara formal belum terwujud. Sejarah
bahasa Indonesia berjalan terus seiring dengan sejarah bangsa pemiliknya.

2. Kongres Bahasa Indonesia II


Dilaksanakan pada 28 Oktober-1 november 1945 di Kota Medan, Sumtra Utara. Yang
menghasilkan sebuah tindakan rasionalisasi dari keinginan yang kuat dan keras dari bangsa
Indonesia untuk selalu menyempurnakan bahasa Indonesia yang dijadikan Bahasa Nasional.
Sampai Pada 16 Agustus1972, meresmikan penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) yang
diperkuat dengan adanya Keputusan Presiden No.57 Tahun 1972, Kemudia pada 31 Agustus
1972 Mentri Pendidikan dan Kebudayaan, menetapkan Pedoman Umum Bahasa Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentuk Istilah resmi berlakudi seluruh
wilayah Indonesia (Wawasan Nusantara).

3. Kongres Bahasa Indonesia III


dilaksanakan pada 28 Oktober-2 November 1978 di Jakarta. Yang menghasilakan
memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan bahasa Indonesia sejak tahun 1928
dan selalu berusaha dengan optimal untuk memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.

4. Kongres Bahasa Indonesia IV


Dilaksanakan pada tanggal 21-26 November 1983 di Jakarta. Pada pelaksanaan kongres bahasa
Indonesia ke empat bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda yang ke-55 yang menghasilkan
kesepakatan bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan
sehingga amanat yang tercantum di dalam GBHN, yang mewajibkan kepada seluruh warga
negara Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar tercapai seoptimal
mungkin.

5. Kongres Bahasa Indonesia V


dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober-3 November 1988 di Jakarta.. Pada kongres bahasa
Indonesia kelima ini, dilahirkan karya monumental yaitu sebuah Kamus Besar Bahasa Indonesia
dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
6. Kongres Bahasa Indonesia VI
dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober-2 November 1993 di Jakarta. Yang menghasilkan
pengusulan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia ditingkatkan statusnya
menjadi Lembaga Bahasa Indonesia, di samping mengusulkan disusunnya Undang-Undang
Bahasa Indonesia.

7. Kongres Bahasa Indonesia VII


dilaksanakan pada tanggal 26-30 Oktober 1998 di Jakarta. Hasil dari kongres bahasa Indonesia ke
tujuh yaitu mengusulkan dibentuknya Badan Pertimbangan Bahasa Indonesia

8. Kongres Bahasa Indonesia VIII


kedelapan diselenggarakan pada tanggal 14-17 Oktober 2003 di Jakarta. menghasilkan
kesepakatan pengusulan bulan Oktober dijadikan bulan bahasa. Agenda pada bulan bahasa adalah
berlangsungnya seminar bahasa Indonesia di berbagai lembaga yang memperhatikan bahasa
Indonesia.

9. Kongres Bahasa Indonesia IX


dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober-1 November 2008 di Jakarta. Kongres bahasa Indonesia ke
lima membahas lima hal utama, yakni bahasa Indonesia, bahasa daerah, penggunaan bahasa
asing, pengajaran bahasa dan sastra, serta bahasa media massa. Kongres bahasa ini berskala
internasional yang menghadirkan pembicara-pembicara dari dalam dan luar negeri.

10. Kongres Bahasa Indonesia X


Kongres bahasa Indonesia yang kesepuluh dilaksanakan pada tanggal 28-31 Oktober 2013 di
Jakarta. Hasil dari kongres bahasa Indonesia ke sepuluh merekomendasikan yaitu Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), merekomendasikan hal-hal yang perlu dilakukan
pemerintah.

Di dalam kedudukannya sebagai bahasa Negara dan Bahasa Nasional , bahasa Indonesia
berfungsi pula sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan mulai dari taman kanak-kanak
sampai dengan perguruan tinggi di seluruh Indonesia kecuali di daerah-daerah bahasa seperti daerah
bahasa Aceh, Batak, Sunda, Jawa, Madura, Bali, dan Makasar. Di daerah-daerah bahasa ini bahasa daerah
yang bersangkutan dipakai sebagai bahasa pengantar sampai dengan tahun ketiga pendidikan dasar.

Sebagai alat perhubungan tingkat nasional, bahasa Indonesia dipakai sebagai alat komunikasi
timbal balik antara pemerintah dan masyarakat luas, alat perhubungan antardaerah dan antarsuku, dan
juga sebagai alatperhubungan dalam masyarakat yang latar belakang sosial budaya dan bahasa yang
sama. Dewasa ini orang sudah banyak menggunakan bahasa Indonesia apapun masalah yang dibicarakan,
apakah itu masalah yang bersifat nasional maupun kedaerahan.

Sebagai alat pengembang kebudayaan nasional, ilmu pengetahuan, dan teknologi, bahasa
Indonesia adalah satu-satunya bahasa yang digunakan untuk membina dan mengembangkan kebudayaan
nasional yang memilikiciri-ciri dan identitas sendiri. Di samping itu, bahasa Indonesia juga dipakai
untuk memperluas ilmu pengetahuan dan teknologi modern baik melalui penulisan buku-buku teks,
penerjemahan, penyajian pelajaran di lembagalembaga pendidikan umum maupun melalui sarana-sarana
lain di luarlembaga pendidikan.

Sebagai lambang kebanggaan nasional, bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai sosial budaya
yang mendasari rasa kebanggaan kita. Melalui bahasa nasional, bangsa Indonesia menyatakan harga diri
dan nilai-nilai
budaya yang dijadikannya pegangan hidup. Atas dasar itulah, bahasa Indonesia kita pelihara dan kita
kembangkan. Begitu pula rasa bangga dalam memakai bahasa Indonesia wajib kita bina terus. Rasa
bangga merupakan wujud sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Sikap positif itu terungkapjika lebih
suka menggunakan bahasa Indonesia dari pada bahasa atau katakataasing.

Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia dapat menimbulkan wibawa, harga diri,
dan teladan bagi bangsa lain. Hal ini dapat terjadi jika bangsa Indonesia selalu berusaha membina dan
mengembangkan bahasa Indonesia secara baik sehingga tidak tercampuri oleh unsur-unsur bahasa asing
(terutama bahasa Inggris). Untuk itu kesadaran akan kaidah pemakaian bahasa Indonesia harus selalu
ditingkatkan.

Sebagai alat pemersatu, bahasa Indonesia mampu menunjukkan fungsinya yaitu mempersatukan
bangsa Indonesia yang terdiri atas berbagai suku, agama, budaya, dan bahasa ibunya. hal itu tampak jelas
sejak diikrarkannya Sumpah Pemuda.
SUMBER-SUMBER YANG DIGUNAKAN

1. http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/petunjuk_praktis/627/Sekilas%20Tentang
%20Sejarah%20Bahasa%20Indonesia
2. https://www.kompas.com/skola/read/2019/12/25/150000269/bahasa-indonesia-sejarah-dan-
perkembangannya?page=all
3. Modul Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia- Dra. B. Esti Pramuki, M.Pd.

4. SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA (Ditinjau dari Prespektif Sejarah


Bangsa Indonesia)- Tridays Repelita
5. Sejarah Bahasa Indonesia- I Gusti Ngurah Ketut Putrayasa

Anda mungkin juga menyukai