Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kita suci agama Hindu adalah Weda yang mana Veda diyakini sebagai kitab
suci yang menjadi sumber ajaran agama Hindu. Namun banyak dari umat Hindu
yang tidak tahu weda itu sendiri, apakah hanya orang tertentu saja yang dapat
mempelajarinya, bagaimana bentuknya, bagaimana ajaran yang diajarkan di
dalamnya? Tak seperti agama yang lain yang mengenal betul apa kitab suci
agamanya masing-masing. Maka tidak salah jika sebagian umat Hindu tidak
mengenal dan memahami ajaran agamanya secara utuh atau komprehensip.
Karena terbatasnya pemahaman mereka tentang kitab suci Veda dan terbatasnya
jumlah buku agama Hindu dan kitab suci Veda hampir tidak pernah diperjual
belikan di toko buku di Bali maupun di luar Bali.
Namun kini perkembangan dunia modern sangat pesat, ditandai dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta derasnya arus informasi dan
komunikasi yang seakan-akan membuat tidak adanya jarak di bumi ini. Media
komunikasi seperti televisi sangat bermanfaat bagi pengembangan atau
penyampaian ajaran agama. Umat Hindu merasakan keterlambatan, ketidaksiapan
dan kekurangan dalam memanfaatkan teknologi modern ini. Perkembangan dunia
modern dalam era globalisasi ini, umat Hindu khususnya dan masyarakat pada
umumnya ingin mengenal ajaran agamanya dan ajaran agama lain yang tidak
dipeluknya lebih mendalam lagi. Untuk mendalami ajaran agama Hindu, kita
tidak bisa merujuk pada kitab suci Veda.
Menyadari kondisi yang demikian itiu, pimpinan Prisada Hindu Dharma
Indonesia melalui Mahasabha ke VI, 1991 di Jakarta telah memutuskan
(Keputusan Bidang Agama) supaya lebih memasyarakatkan kitab suci weda,
disamping memperbanyak penerbitan kitab suci Veda untuk meemenuhi
kebutuhan umat. Keputusan ini merupakan langkah yang sangat tepat, mengingat

1
kitab suci Veda adalah sumber ajaran tertinggi agama Hindu. Veda bagaikan mata
air yang mengalir dari puncak gunung, dari padanyalah mengalir sungai-sungai
susastra Veda seperti Itihasa (Ramayana dan Mahabharata), kitab-kitab Purana
(18 Mahapurana dan 18 Upapurana) Dharmasastra (20 jenis Dharmasastra), kitab-
kitab Agama, Tantra, Darsana dan lain-lain.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Veda?
2. Apakah Bahasa yang digunakan dalam Veda?
3. Apa sajakah bagian-bagian dari Veda?
4. Mengapa Veda dikatakan Wahyu Tuhan?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Veda
2. Untuk mengetahui Bahasa yang digunakan dalam Veda
3. Untuk mengetahui bagian-bagian Veda

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Veda


Kata Veda dapat dikaji dari 2 pendekatan yaitu etimologi dan semantik. Kata
Veda berasal dari urat kata kerja Vid yang artinya mengetahui dan Veda berarti
pengetahuan. Dalam pengertian semantik, Veda berarti pengetahuan suci,
kebenaran sejati, pengetahuan tentang ritual, kebijaksanaan yang tertinggi,
pengetahuan tentang spiritual, kebijaksanaan yang tertinggi, pengetahuan spiritual
sejati tentang kebenaran abadi, ajaran suci atau kitab suci sumber ajaran agama
Hindu.
Menurut maharsi Śāyaṇa, kata Veda yang berasal dari urat kata Vid yang
berarti untuk mengetahui dan Veda berarti kitab suci yang mengandung ajarang
yang luhur untuk mununtun menuju kehidupan yang baik dan menghindarkannya
dari berbagai bentuk kejahatan (Iṣṭa prāpy aniṣṭa parihara yoralaukikam upayaṁ
yogranto vedayati sa vedaḥ).
Svami Dayananda Sarasvati dalam bukunya Rgvedadi Bhasya Bhumika
“penjelasan dan komentar terhadap Ṛgveda yang ditulisnya dalam Bahasa Hindi
menyatakan kata Veda berasal dari 4 urat kata kerja berikut.
a. Vid : mengetahui (Anandi, Set, Parasmaipada) – Vetti.
b. Vid : menjadi ada (Divadi, anit) – Vidyate.
c. Vid : membedakan (Rudhadi, Anit) – Vinte.
d. Vidl : mencapai (Tudadi, Set) – Vindati atau Vandate.
Lebih jauh Parmand menambahkan akar kata yang lain (ke-5) di dalam
Dhatupatha yang dari padanya ia mendapatkan arti Veda. Urat kata Vid :
cetanākhyānaviseṣu disebutkan sebagai konyugasi di dalam bentuk Ātmanepadam.
Akar kata ini berarti menjadi tahu, mengajar, menghubungkan, memberitahukan atau
menceritrakan.

3
Sarvepali Radhakrishnan mengatakan bahwa Veda mengandung makna
kebijaksanaan menunjukkan spiritual yang sejati dari yang dituju umat manusia. Jalan
yang dilalui oleh para maharsi Veda adalah jalan yang mesti dilalui oleh pencari
kebenaran. Veda dalam bentuk tunggal (dalam Bahasa inggris biasanya ditulis Veda)
berarti pengetahuan suci sedang dalam bentuk jamaknya (dalam Bahasa inggris
biasanya ditulis Vedas) berarti dalam pengertian yang luas yakni seluruh kitab Śruti
yang terdiri dari 4 Veda (Mantra Samhitā), kitab-kitab Brahmana, Āranyaka dan
kitab-kitab Upanisad.
Tentang arti Veda, S. Radhakrishnan lebih jauh menyatakan : ilmu
pengetahua adalah pengetahuan dalam tahap kedua disebabkan oleh pengkajian yang
lebih mendetail, sedangkan kebijaksanaan ( Veda) adalah pengetahuan tahap awal
(tingkatan yang pertama) yang diturunkan dari prinsip yang tak terciptakan. Veda
tidaklah susastra tunggal seperti Bhagavadgita atau sebuah himpunan sejumlah buku
disusun dalam waktu tertentu seperti Tripitaka, kitab suci agama Buddha atau
Biblenya penganut Kristen, tetapi adalah keseluruhan susastra yang muncul berabad-
abad yang silam dan diturunkan serta diteruskan dari generasi ke generasi melalui
tradisi lisan. Pada saat tulisan belum ditemukan dan buku-buku belum tersedia
ingatan umat manusia sangat kuat dan muncul tradisi untuk mengingat ini. Untuk
dijadikan pegangan umat manusia memerlukan waktu untuk memelihara susastra ini
dan Veda sebagai dinyatakan adalah pengetahuan suci dan wahyu Tuhan Yang Maha
Esa. Wahyu ini dikuduskan sedemikian rupa dan menjadi standar pemikiran serta
perasaan umat Hindu. Jadi Veda adalah pengetahuan dan kebijaksanaan suci
document pertama dan tertua yang dimiliki oleh umat manusia.

2.2 Bahasa Veda


Veda sebagai wahyu Tuhan Yang Maha Esa diyakini kebenarannya oleh
seluruh umat hindu. Kebenaran Veda tidak diragukan lagi. Selanjutnya, timbul
pertanyaan Bahasa apakah yang digunakan dalam Veda demikian pula huruf yang
digunakan ketika wahyu itu ditulis kembali. Bahasa yang digunakan dalam Veda

4
disebut dengan Bahasa Sansekerta, nama Sansekerta dipopulerkan oleh seorang
maharsi bernama Panini yaitu seorang penulis Tata Bahasa Sansekerta yang berjudul
Astadhayayi yang sampai kini masih menjadi buku pedoman pokok dalam
mempelajari Sansekerta. Sebelum nama Sansekerta menjadi popular, maka Bahasa
yang dipergunakan dalam weda dikenal degan nama Daivivak (Bahasa/sabda
Dewata). Tokoh yang merintis penggunaan Tata Bahasa Sansekerta ialah Rsi Panini.
Kemudian dilanjutkan oleh Rsi Patanjali dengan karyanya adalah kitab Bahasa. Jejak
Patanjali diikuti pula oleh Rsi Waracuci (Mantra Hindu Bali, 03-10-2019 : 13.10).

2.3 Pembagian dan Isi Weda


Pembagian dan Isi Weda Berdasarkan materi, isi dan luas lingkupnya, maka
jenis buku weda itu banyak. maha Rsi Manu membagi jenis isi Weda itu ke dalam
dua kelompok besar yaitu Weda Sruti dan Weda Smerti. Pembagian ini juga
dipergunakan untuk menamakan semua jenis buku yang dikelompokkan sebagai kitab
Weda. Kelompok Weda Sruti isinya hanya memuat wahyu, sedangkan kelompok
Smerti isinya bersumber dari Weda Sruti.
2.3.1 Sruti :
Sruti adalah kitab wahyu yang diturunkan secara langsung oleh Tuhan (Hyang
Widhi Wasa) melalui para maha Rsi. Sruti adalah Weda yang sebenarnya (originair)
yang diterima melalui pendengaran, yang diturunkan sesuai periodesasinya dalam
empat kelompok atau himpunan. Oleh karena itu Weda Sruti disebut juga Catur Weda
atau Catur Weda Samhita (Samhita artinya himpunan).
Weda Sruti disebut juga Catur Weda atau Catur Weda Samhita (Samhita artinya
himpunan).

Pembagian catur weda :

1. Rg. Weda atau Rg Weda Samhita adalah wahyu yang paling pertama
diturunkan sehingga merupakan Weda yang tertua. Rg Weda berisikan
nyanyian-nyanyian pujaan, terdiri dari 10.552 mantra. Wahyu Rg Weda
dikumpulkan atau dihimpun oleh Rsi Pulaha.
2. Sama Weda Samhita adalah Weda yang merupakan kumpulan mantra dan
memuat ajaran mengenai lagu-lagu pujaan. Sama Weda terdiri dari 1.875
mantra. Wahyu Sama Weda dihimpun oleh Rsi Jaimini.
3. Yajur Weda Samhita adalah Weda yang terdiri atas mantra-mantra dan
sebagian besar berasal dari Rg. Weda. Yajur Weda memuat ajaran mengenai

5
pokok-pokok yajus. Keseluruhan mantranya berjumlah 1.975 mantra. Yajur
Weda terdiri atas dua aliran, yaitu Yayur Weda Putih dan Yayur Weda Hitam.
Wahyu Yayur Weda dihimpun oleh Rsi Waisampayana.
4. Atharwa Weda Samhita adalah kumpulan mantra-mantra yang memuat
ajaran yang bersifat magis. Atharwa Weda terdiri dari 5.987 mantra, yang
juga banyak berasal dari Rg. Weda. Wahyu Atharwa Weda dihimpun oleh Rsi
Sumantu.

2.3.2 Smerti
Smerti adalah Weda yang disusun kembali berdasarkan ingatan. Penyusunan
ini didasarkan atas pengelompokan isi materi secara sistematis menurut bidang
profesi. Secara garis besarnya Smerti dapat digolongkan ke dalam dua kelompok
besar, yakni kelompok Wedangga (Sadangga), dan kelompok Upaweda.
Pembagian smerti :
Secara garis besarnya Smerti dapat digolongkan ke dalam dua kelompok besar, yakni
kelompok Wedangga (Sadangga), dan kelompok Upaweda. Kelompok Wedangga,
Kelompok ini disebut juga Sadangga. Wedangga terdiri dari enam bidang Weda
yaitu:

1. Siksa (Phonetika) Isinya memuat petunjuk-petunjuk tentang cara tepat dalam


pengucapan mantra serta rendah tekanan suara.
2. Wyakarana (Tata Bahasa) Merupakan suplemen batang tubuh Weda dan
dianggap sangat penting serta menentukan, karena untuk mengerti dan
menghayati Weda Sruti, tidak mungkin tanpa bantuan pengertian dan bahasa
yang benar. 
3. Chanda (Lagu) Adalah cabang Weda yang khusus membahas aspek ikatan
bahasa yang disebut lagu. Sejak dari sejarah penulisan Weda, peranan Chanda
sangat penting. Karena dengan Chanda itu, semua ayat-ayat itu dapat
dipelihara turun temurun seperti nyanyian yang mudah diingat.
4. Nirukta Memuat berbagai penafsiran otentik mengenai kata-kata yang
terdapat di dalam Weda.
5. Jyotisa (Astronomi) Merupakan pelengkap Weda yang isinya memuat pokok-
pokok ajaran astronomi yang diperlukan untuk pedoman dalam melakukan
yadnya, isinya adalah membahas tata surya, bulan dan badan angkasa lainnya
yang dianggap mempunyai pengaruh di dalam pelaksanaan yadnya.
6. Kalpa Merupakan kelompok Wedangga (Sadangga) yang terbesar dan
penting. Menurut jenis isinya, Kalpa terbagi atas beberapa bidang, yaitu
bidang Srauta, bidang Grhya, bidang Dharma, dan bidang Sulwa. Srauta
memuat berbagai ajaran mengenai tata cara melakukan yajna, penebusan dosa
dan lain-lain, terutama yang berhubungan dengan upacara keagamaan.
Sedangkan kitab Grhyasutra, memuat berbagai ajaran mengenai peraturan

6
pelaksanaan yajna yang harus dilakukan oleh orang-orang yang berumah
tangga. Lebih lanjut, bagian Dharmasutra adalah membahas berbagai aspek
tentang peraturan hidup bermasyarakat dan bernegara. Dan Sulwasutra, adalah
memuat peraturan-peraturan mengenai tata cara membuat tempat peribadatan,
misalnya Pura, Candi dan bangunan-bangunan suci lainnya yang berhubungan
dengan ilmu arsitektur.

Jenis-jenis upaweda

Adalah kelompok kedua yang sama pentingnya dengan Wedangga. Kelompok


Upaweda terdiri dari beberapa jenis, yaitu:

1. Itihasa merupakan jenis epos yang terdiri dari dua macam yaitu Ramayana
dan Mahabharata. Kitab Ramayana ditulis oleh Rsi Walmiki. Seluruh isinya
dikelompokkan kedalam tujuh Kanda dan berbentuk syair. Disamping
Ramayana, epos besar lainnya adalah Mahabharata. Kitab ini disusun oleh
maharsi Wyasa. Isinya adalah menceritakan kehidupan  keluarga Bharata dan
menggambarkan pecahnya perang saudara diantara bangsa Arya sendiri.
Ditinjau dari arti Itihasa (berasal dari kata "Iti", "ha" dan "asa" artinya adalah
"sesungguhnya kejadian itu begitulah nyatanya") maka Mahabharata itu
gambaran sejarah, yang memuat mengenai kehidupan keagamaan, sosial dan
politik menurut ajaran Hindu.
2. Purana merupakan kumpulan cerita-cerita kuno yang menyangkut penciptaan
dunia dan silsilah para raja yang memerintah di dunia, juga mengenai silsilah
dewa-dewa dan bhatara, cerita mengenai silsilah keturunaan dan
perkembangan dinasti Suryawangsa dan Candrawangsa serta memuat ceitra-
ceritra yang menggambarkan pembuktian-pembuktian hukum yang pernah di
jalankan.
3. Arthasastra adalah jenis ilmu pemerintahan negara. Isinya merupakan
pokok-pokok pemikiran ilmu politik. Sebagai cabang ilmu, jenis ilmu ini
disebut Nitisastra atau Rajadharma atau pula Dandaniti. Ada beberapa buku
yang dikodifikasikan ke dalam jenis ini adalah kitab Usana, Nitisara, Sukraniti
dan Arthasastra. Ada beberapa Acarya terkenal di bidang Nitisastra adalah
Bhagawan Brhaspati, Bhagawan Usana, Bhagawan Parasara dan Rsi Canakya.
4. Ayur Weda adalah kitab yang menyangkut bidang kesehatan jasmani dan
rohani dengan berbagai sistem sifatnya. Ayur Weda adalah filsafat kehidupan,
baik etis maupun medis. Oleh karena demikian, maka luas lingkup ajaran
yang dikodifikasikan di dalam Ayur Weda meliputi bidang yang amat luas
dan merupakan hal-hal yang hidup. Menurut isinya, Ayur Weda meliptui
delapan bidang ilmu, yaitu ilmu bedah, ilmu penyakit, ilmu obat-obatan, ilmu
psikotherapy, ilmu pendiudikan anak-anak (ilmu jiwa anak), ilmu toksikologi,
ilmu mujizat dan ilmu jiwa remaja.

7
5. Gandharwaweda adalah kitab yang membahas berbagai aspek cabang ilmu
seni. Ada beberapa buku penting yang termasuk Gandharwaweda ini adalah
Natyasastra (yang meliputi Natyawedagama dan Dewadasasahasri),
Rasarnawa, Rasaratnasamuscaya dan lain-lain.

2.4 Veda merupakan Wahyu Tuhan


Agama Hindu merupakan agama yang benar. Weda, Kitab suci agama Hindu
berasal dari Hyang Widdhi/Tuhan Yang Maha Esa, seperti halnya setiap ajaran
agama memberikan tuntunan untuk kesejahteraan dan kebahagiaan umat manusia
lahir dan batin dan diyakini pula bahwa ajaran agama itu bersumber pada kitab suci,
demikian pula umat Hindu yakin bahwa kitab sucinya itu merupakan wahyu atau
sabda Tuhan Yang Maha Esa yang disebut dengan Śruti yang artinya yang didengar.
Veda sebagai himpunan sabda atau wahyu berasal dari : Apauruṣeya (yang artinya
bukan dari Purusa atau manusia), sebagai para rsi penerima wahyu berfungsi hanya
sebagai instrument (sarana) dari Tuhan Yang Maha Esa untuk menyampaikan ajaran
suci-Nya.
Terhadap pernyataan ini Svami Dayanada Sarasvati menyatakan : “Veda adalah
sabda-Nya dan segala kuasa-Nya bersifat abadi”, Svami Dayananda pun
menambahkan : “Ṛgveda, Yajurveda, Sāmaveda dan Atharvaveda berasal dan
merupakan sabda-Nya, Tuhan Yang Maha Esa dan sempurna, Para Brahman yang
memiliki kekuasaan yang menjadikan diri-Nya sendiri, penuh kesadaran, supra
empiris, dan sumber kebahagiaan dan Veda merupakan sabda-Nya yang bersifat
abadi”. Svami Dayananda mengacu kepada Yajurveda berikut:
Tasmād yajñā sarvahuta
ṛcaḥ sāmāni jajñire
chandāṁsi jajñire tasmād
yajus tasmād ajāyata.
Artinya : Dari Tuhan Yang Maha Agung dan kepada-Nya umat manusia
mempersembahkan berbagai yajna dan dari pada-Nya muncul Ṛgveda dan Sāmaveda.
Dari pada-Nya muncul Yajurveda dan Sāmaveda.

8
Tentang para Rsi yang menerima wahyu Tuhan Yang Maha Esa dan
menyampaikan secara lisan melalui tradisi kuno yakni system perguruan yang disebut
“Parampara”, seorang filogist veda dan penyusun kitab Nirukta bernama Yaskācarya
menyatakan :
sakṣat kṛta dharmana ṛṣayo
bubhuvuste’sakṣat kṛta dharmabhya
upadesena mantran sampraduh.

Nirukta I. 19
Artinya : para rsi adalah mereka yang memahami dan mampu merealisasikan dharma
dengan sempurna. Beliau mengajarkan hal tersebut kepada mereka yang mencari
kesempurnaan yang belum merealisasikan hal itu.
Ṛsayo mantradrastaraḥ ṛṣirdadarśanat
Stoman dadarsety aupamanyavaḥ
Yadenan tapasyamānan brāhmasvayambhu
Abhyanarsat tad ṛṣinam ṛṣitvaṁ iti vijñayate.

Nirukta II. 11
Artinya : Para rsi adalah mereka yang menerima wahyu. Kata rsi berarti ‘drasta’.
Ācārya upamanyu menyatakan : mereka yang karena ketekunannya melakukan Tapa,
menerima wahyu Tuhan Yang Maha Esa disebut Rsi.
Demikian pula di dalam Taittiriya Āraṇyaka kita jumpai penjelasan yang sama :
Yatenan tapasyamānah
Brahma svayaṁbhu abhyanarsat
Te ṛṣayu’bhavan tad ṛṣinam tvam iti.

Taittirīya Āraṇyaka II. 1


Artinya : mereka yang dengan tekun melakukan Tapa, meditasi yang mendalam,
memperoleh/menerima mantra Veda atas karunia Yang Maha Agung.

9
Jadi berdasarkan kutipan tersebut di atas, para rsi adalah mereka yang menerima
wahyu Tuhan Yang Maha Esa karena kesucian pribadinya, mereka menerima sabda
suci-Nya. Kata Rsi berasal dari urat kata drs yang artinya melihat atau memandang,
dalam pengertian yang lebih luas berarti memperoleh atau menerima wahyu. Oleh
karena itu seorang rsi disebut mantradrasta (mantradrāṣṭaraḥ itiṛṣiḥ). Ada beberapa
cara seorang rsi menerima wahyu Tuhan Yang Maha Esa yaitu melalui :
a. Svaranāda, yakni gema yang diterima para rsi dan gema tersebut berubah
menjadi sabda atau wahyu Tuhan Yang Maha Esa, kemudian wahyu itu
disampaikan kepada para siswanya di dalam asrama (pasraman).
b. Upanisad, pikiran para rsi dimasuki oleh sabda Brahman sehingga pikiran
para rsi itu berfungsi sebagai sarana yang menghubungkan Tuhan Yang Maha
Esa dengan para siswa rsi tersebut. Sabda rsi (guru) adalah sabda Brahman
yang disampaikan dalam suasana pendidikan dalam garis perguruan yang
disebut “param-para”. Para siswa duduk dekat di bawah guru untuk menerima
ajarannya.
c. Darsana atau darsanam, yakni rsi atau orang suci berhadapan dengan deva-
deva seperti halnya Arjuna berhadapan dengan dewa Indra atau Siva dalam
suatu pandangan gaib dengan mata rohani.
d. Avatar, yakni manusia berhadapan dengan Avatara-Nya, seperti halnya
Arjuna menerima wejangan suci Bhagavad gita
Dari Sri Krsna, sang purna Avatara.

Bukti-bukti bahwa kitab weda adalah adalah kitab yang benar


Mantra -mantra/sloka-sloka dibuktikan sesuai dengan Ilmu pengetahuan
diantaranya :

1. Yayur Veda III.6 mengatakan : Bumi berputar mengelilingi matahari, bukan


Matahari yang berputar mengeliligi Bumi

10
2. RgVeda X.89.4. mengatakan : Langit dan Bumi bertumpu pada porosnya dan
berputar pada porosnya seperti sebuah roda

3. AtharwaVeda XII.I.37. mengatakan : Bumi bergerak dan bergetar, Bumi


bergerak karena api dibagian dalam perut Bumi

Dari bukti-bukti tersebut maka dapat dipastikan; penulis Kitab Weda, kitab sucinya
Agama Hindu pasti maha kuasa, maha mengetahui, karena mampu melihat alam
semesta beserta penghuninya dari penglihatan dan pengetahuan yang luar biasa.
Sehingga Bumi kelihatan Bundar, Bumi berputar mengelilingi Matahari.

Penulis kitab Weda tidak melihat Bumi dihamparkan, gunung-gunung ditancapkan


untuk menyanga Bumi supaya tidak pernah bergoyang untuk selamanya. Dan tidak
melihat matahari beredar/berputar mengelilingi garis edarnya atau orbitnya
mengelilingi Bumi sehingga menciptakan siang dan malam.

Penulis kitab Weda memperuntukkan kitab Weda untuk seluruh mahluk di alam
semesta. Bukan hanya untuk manusia di katulistiwa, karena orang eksimo yaitu
manusia yang tinggal dekat dengan kutub, tidak pernah melihat siang dan malam,
mereka hanya melihat sore saja sepanjang hidupnya. Didaerah kutub matahari tidak
pernah terbit dan tidak pernah tenggelam.

Columbus ingin membuktikan kebenaran sabda kitab Weda yang mengatakan bahwa
bumi ini bulat, tidak ada ujung bumi. Karena kitab Weda berasal dari tanah India,
maka Columbus ingin mencari India dengan berlayar ke arah Barat dari daratan
Eropa, sekaligus ingin membuktikan kebenaran kitab sucinya orang India yaitu
Weda. Columbus tiba disebuah pulau yang dikiranya sudah sampai di India dan
penduduk pulau tersebut (kemudian disebut Benua Amerika) disebut dengan sebutan
Indian. Karena Columbus mengira sudah sampai ditanah India.

11
Kitab Weda telah menginspirasi umat manusia untuk membuktikan kebenarannya.
Telah banyak Ilmuwan yang memperoleh hadiah Nobel karena terinspirasi dari
membaca kitab Weda.diantaranya :

Pertama :Hukum Kekekalan Energi yang diformulasikan oleh James Prescott Joule,
seorang ahli fisika berkebangsaan Inggris yang namanya diabadikan menjadi satuan
energi, terinspirasi oleh hukum reinkarnasi nya Weda. Hukum kekekalan Energi
Youle berbunyi sebagai berikut :

“Energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, energi hanya dapat diubah dari satu
bentuk ke bentuk lainnya”.

Sedangkan Hukum reinkarnasi yang tertulis di kitab Bagawad Gita, yang turun di
medan perang Kurusetra tahun 3138 SM dan dicatat oleh Maharsi Wiyasa
mengatakan sebagai berikut :

1. Apa yang tidak ada tidak akan pernah ada, dan apa yang ada tidak akan berhenti
ada.keduanya telah dimengerti oleh mereka yang mampu melihat hakekat pertama
(BG.II.16)

2. Demikian juga tidak pernah ada saat dimana Aku, Engkau dan para pemimpin ini
tidak ada, dan tidak akan ada saat dimana kita akan berhenti ada sekalipun sesudah
mati (BG.II.12).

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari materi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dalam mempelajari dan
memahami veda diperlukannya sumber-sumber, sastra-sastra agar dengan mudah
memahaminya. Maka tidak salah jika sebagian umat Hindu tidak mengenal dan
memahami ajaran agamanya secara utuh atau komprehensip. Karena terbatasnya
jumlah buku agama Hindu dan kitab suci Veda hampir tidak pernah diperjual belikan
di toko buku di Bali maupun di luar Bali. Yang dimana Veda merupakan wahyu dari
Tuhan Yang Maha Esa yang disabdakan melalu para maharsi dan kemudian
disampaikan kepada para muridnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://jinggoshare.blogspot.com/2013/06/weda-kitab-suci-agama-hindu.html
http://www.mantrahindu.com/memahami-sumber-ajaran-agama-hindu-weda/
Titib, I Made. 1996. VEDA SABDA SUCI PEDOMAN PRAKTIS KEHIDUPAN.
Surabaya : Paramita.

14

Anda mungkin juga menyukai