Anda di halaman 1dari 17

PANCA SRADHA

Secara etimologi panca sradha berasal dari kata panca dan


sradha. Panca berarti lima dan sradha berarti keyakinan. Jadi panca sradha adalah
lima keyakinan yang dimiliki oleh umat Hindu. Lima keyakinan tersebut adalah :
1. Percaya terhadap adanya Brahman.
2. Percaya terhadap adanya Atman.
3. Percaya terhadap adanya Karmaphala.
4. Percaya terhadap adanya Punarbhawa.
5. Percaya terhadap adanya Moksa.

Dalam kitab Yajur Weda, XIX. 30 disebutkan :


Çraddhaya satyam apnoti, çradham satye prajapatih.
Artinya :
Dengan sradha orang akan mencapai Tuhan, Beliau menetapkan, dengan sradha
menuju satya. (Yajur Veda XIX.30)

PERCAYA AKAN ADANYA BRAHMAN


Dalam Veda Brahman disebut sebagai realitas tertinggi. Brahman
merupakan sumber kehidupan yang ada di dunia, brahman dikatakan meresap ke
dalam seluruh ciptaannya. Ini adalah kebenaran yang dikatakan oleh para rishi Veda
sebagai Pribadi (Tuhan) dalam diri manusia, dapat dicapai melalui pengendalian
pikiran dan pemurnian. Tujuannya adalah untuk menyadari Brahman dalam
keabsolutan-Nya, atau teramat gaib (transcendent).

Orang atheispun kesulitan menyangkal bahwa Tuhan (Brahman) tersebut


tidak ada, karena semua ciptaan apapun bentuknya baik baik itu energi
maupun material mustahil muncul dengan sendiri pasti ada suatu creator (pencipta)
atau penyebab adanya ciptaan itu. Tapi yang menjadi kesulitan utama adalah
keterbatasan pikiran dan tekhnologi untuk mengetahuinya.
Dalam ajaran agama Hindu sosok Tuhan adalah sosok yang berada diatas
segala-galanya, sosok yang tidak terpengaruh oleh situasi ciptaannya, yang sangat
berbeda dengan konsep lain yang memperlihatkan sosok Tuhan begitu terpengaruh,
bahkan tenggelam dalam situasi yang dialami ciptaaannya dalam segala
penggambaran dari kemurkaan Tuhan akibat dari tidak diturutinya konsep
penyembahan tertentu. Dimana dalam agama Hindu menyatakan bahwa pada
dasarnya Tuhan (Brahman) memiliki beberapa eksistensi yaitu:
 Paranàma
Tuhan dalam wujud energi yang tidak tampak. Tidak berwujud". Beliau hanya
merupakan sinar yang tanpa bentuk. Dalam istilah lain Tuhan (Brahman) seperti ini
juga disebut Nirguna Brahman. Nir, berarti' tidak', Nirguna, berarti tidak memiliki sifat
Triguna (Sifat Triguna itu adalah sifat: Satwika, Rajasika dan Tamasika', bebas dari
sifat-sifat apa pun.). Brahman yang seperti ini juga disebut Nirkara yang artinya
' tidak berbentuk.
 Wyuhanàma
Tuhan hanya dapat dilihat oleh Para Dewa, terbaring di atas lautan yang berada di
atas Nagasesa. Tuhan yang seperti ini oleh Umat Hindu di Bali disebut Hana Tan
Hana yang artinya,' Ada tetapi Tidak Ada'. Maksud dari ungkapan itu adalah bahwa
Tuhan diyakini ada, tetapi tidak berbentuk dan sangat jarang atau hampir tidak
pernah dilihat, sehingga disebut Hana tan Hana.
 Wibhawanaama
Tuhan yang disebut Wibhawanaama adalah Tuhan yang berbentuk. Dalam istilah
lain Tuhan yang seperti ini juga disebut Sakara Brahman atau Saguna Brahman.
Artinya Tuhan berwujud dan sekaligus mempunyai sifat atau guna. Tuhan memiliki
bentuk agar para mahluk hidup dapat berhubungan dan dekat secara fisik dan
emosional sehingga ini dapat meningkatkan kualitas dari nilai-nilai kemanusiaan dan
spiritual umat manusia
 Antaraatmanaama
Tuhan berbentuk seperti yang ditempatinya atau Tuhan meresapi seluruh ciptaan-
Nya. Tidak ada segala sesuatu yang tidak berisi resapan Tuhan. Secara ilmiah
dapat dikatakan bahwa Tuhan dalam wujud yang paling kecil adalah atom yang di
dalam bahasa Sanskerta disebut anu. Anu ini dibedakan menjadi dua bagian yakni
Danabhaga dan Vibhaga dalam istilah modern Danabhaga adalah unsur molekul
yang mengandung muatan positif dan Vibhaga adalah unsur negatif. Molekul yang
mengandung muatan unsur positif inilah disebut proton dan unsur muatan yang
negatif disebut elektron (Vibhaga). Unsur Danabhaga (positif) senantiasa, tidak
pernah berhenti mengejar unsur yang bermuatan Vibhaga (negatif). Bentuk
pengejarannya itu berbentuk clips. Di dalam istilah modern muatan positif atau
proton senantiasa mengejar yang bermuatan negatif (elektron). Di dalam kehidupan
para Dewa, terutama Dewa Siwa yang disebut juga Siwa Nataraja, adalah Siwa
yang menari. Dewa Siwa Nataraja ini menarikan tarian jagat raya atau tarian kosmik.
Tarian kosmik itu sebenarnya adalah gerakan universal jagat raya dalam wujud
pengejaran Danabhaga mengejar Vibhaga yang berbentuk elips.

Berikut ini petikan beberapa sloka tentang siapa itu Tuhan beserta sifat-Nya
menurut Hindu:
Tuhan sebagai sosok yang tidak terbatas, maha kuasa dan awal dari
segalanya

Janmadhyyasya yata (Brahma Sutra 1.1.2)


Artinya : Tuhan adalah sumber (asal mula) dari segala yang ada.
Sastroyonitwat (Brahma Sutra 1.1.3)

Artinya : Hanya Kitab Suci cara terbaik untuk mengenal Tuhan.


Aham sarwasya prabhawo
Mattah sarwam prawartate
Iti matwa bhayante mam
Bhuda bhawasamamwitah (Bhagavadgita X.8)
Artinya:

Aku adalah asal dari semuanya


Dari Aku makhluk muncul
Mengetahui ini orang bijaksana menyembah-Ku
Dengan rasa penyatuan diri

Tuhan itu hanya ada satu

indram mitrarn varunam agnim ahur


atho divyah sa suparno garutman
ekarn sadvipra bahudhavadanty
agnim yamam matarisvanam ahuh (Rg. Veda 1.164.46)

Artinya :

Mereka menyebut Indra, Mitra, Varuna, Agni dan Dia Yang Bercahaya yaitu
Garutman yang bersayap indah. Hanya satu Tuhan itu, tetapi orang yang bijaksana
menyebutnya dengan banyak nama seperti Agni, Yama, Matarisvan.

Ekam eva adwityam Brahman (Chandogya Upanisad IV.2.1)

Artinya :

Tuhan itu hanya satu, tidak ada Tuhan yang kedua.


Eko narayanad na dwityo 'sti kascit (Narayana Upanisad)
Artinya :
Tuhan itu hanya satu dan tidak ada duanya.
Bhineka tunggal ika tan hana dharma mangruwa (Kekawin Sutasoma)

Artinya :
Berbeda – beda tetapi satu, tak ada kebenaran (Hyang Widhi) yang mendua.
Tuhan dapat menjelma sebagai Avatara

Avajananti mam mudha manusim tanum asritam


Param bhavam ajananto mama bhuta-maheswaram (Bhagavadgita IX.11)
Artinya:
Orang yang tidak tahu akan menjelek-jelekan diri Diri-Ku bila Aku turun dalam
bentuk manusia. Mereka tidak mengenal sifat rohani-Ku sebagai Tuhan Yang Maha
Esa yang berkuasa atas segala sesuatu yang ada.
Hindu memiliki dua konsep ketuhanan yaitu tuhan yang berwujud (personal god
/ immanent) dan tuhan yang tidak berwujud (impersonal god / transcendent). Kedua
konsep ini dibenarkan sebagai objek pemujaan, tergantung dengan kemampuan
dan tingkat pemahaman manusia itu sendiri.
Bagi penganut Siwa Sidhanta, Brahman di bedakan menjadi tiga bagian
secara vertikal yang dikenal dengan istilah tri purusha yaitu : 1). Parama
Siwa adalah Tuhan yang tidak bisa dipikirkan, tak terbayangkan, murni, Nirguna
Brahman, transcendent, 2). Sada Siwa adalah Tuhan yang bersifat imanent, Saguna
Brahman. Pada kondisi ini Tuhan digambarkan telah memiliki sifat seperti Cadhu
sakti, Astaiswarya., 3). Siwatman adalah Tuhan yang ada di dalam setiap makluk
hidup. Berikut akan digambarkan sifat-sifat Tuhan pada tingkatan Sada Siwa :
Cadhu sakti :
Wibhu sakti artinya Tuhan bersifat maha ada
Prabhu sakti artinya Tuhan bersifat maha kuasa
Jnana sakti artinya Tuhan bersifat maha tahu
Kriya sakti artinya Tuhan bersifat maha karya
Astaiswarya :
Anima berarti kecil sekecil-kecilnya, lebuh kecil dari atom
Laghima berarti ringan seringan ringannya, lebih ringan dari udara
Mahima berarti maha besar, memenuhi ruangan
Prapti berarti serba sukses, dapat mencapai segala sesuatu yang dikehendaki
Prakamya berarti segala keinginan dapat tercapai
Isittwa berarti maharaja atau raja diraja
Wasitwa berarti maha kuasa dan mengatasi segala-galanya
Yatrakamawasayitwa berarti segala kehendaknya tak ada dapat menentang.

PERCAYA DENGAN ADANYA ATMAN


Dalam kamus Sansekerta diuraikan bahwa Atman adalah nafas, roh, hidup,
pribadi, saripati, jalan, sifat badan, kecerdasan, pemahaman, roh alam semesta.
Atman adalah sinar suci / bagian terkecil dari Brahman ( Tuhan Yang Maha
Esa ). Atman berasal dari kata“an” yang berarti bernafas. Setiap yang bernafas
mempunyai atman, sehingga mereka dapat hidup. Atman adalah hidupnya semua
makluk ( manusia, hewan, tumbuhan dan sebagainya ). Kitab suci Bhagawad gita
menyebutkan sebagai berikut :

“Aham Atma gudakesa, sarwabhutasaya-sthitah, aham adis ca madhyam ca,


bhutanam anta eva ca”
Artinya :
O, Arjuna, Aku adalah Atma, menetap dalam hati semua makluk, Aku adalah
permulaan, pertengahan, dan akhir daripada semua makluk.( Bhagawadgita X.20 )

Pengetahuan kita tentang nafas, roh, hidup, pribadi, saripati, jalan, sifat badan,
kecerdasan,pemahaman, roh alam semesta yang mendalam tidak mampu dan tidak
tuntas dibahas oleh ilmu pengetahuan modern sekalipun. Namun demikian para
Maha Rsi Hindu ribuan tahun yang silam telah sampai pada thesis serta riset dan
teknologi roh. Hal ini dapat kita baca melalui ratusan thesis para maha Rsi berupa
Kitab-Kitab Upanisad.

Dalam kitab Brhad Aranyaka Upanisad Brahmana IV Prapatal, dalam Bab


Penciptaan Dunia dari Atman, diuraikan sebagai berikut:
Àtmaiuedam agra àsìt purusavidhah so
'nuvkûya nànyad àtmano payat .
Artinya :
Pada permulaannya dunia ini adalah atman dalam bentuk pribadi

Tulisan Maharsi ini memberikan penjelasan tentang alam semesta ini


bermula atau berasal dari roh, dan roh yang tunggal itu meresap pada setiap
substansi yang paling kecil sekalipun. Sebagai mana banyak diuraikan dalam
berbagai mantram dan sloka suci bahwa tiada ruangan yang kosong untuk roh"
Untuk memahami konsep atma (roh) melalui kitab-kitab Upanisad dibutuhkan
kemampuan ekstra, yaitu suatu kemampuan diluar batas jangkauan intelektual,
karena kedalaman bahasannya sulit diukur dengan ilmu pengetahuan intelektual.
Selain itu tata bahasa dan kosa katanya yang demikian kaya akan membuat si
pembaca linglung. Untuk itu dibutuhkan guru spiritual yang mapan untuk menuntun
si pembaca, sehingga peranan guru spiritual menjadi mutlak dalam mengungkapkan
konsep yang demikian hakiki. Menurut Prof. DR. S. Radhakrishnan: atman berasal
dari akar kata An yang berarti bernafas. Dia adalah nafas dari yang hidup, jiwa, diri
atau oknum inti dari perorangan.Atma adalah azas dari hidupnya manusia, jiwa yang
mengisi oknumnya, nafas, prana, buddhi, prajfia berada di atasnya. Atman adalah
yang tertinggal sesudah segala sesuarunya yang bukan atman lenyap. Rgveda
membicarakan tentang bagian yang tiada dilahirkan (ajo bhagah). Ada unsur yang
tiada dilahirkan dan karena itu abadi pada manusia. Yang jangan dibuat keliru
dengan tubuh, yang hidup, pikiran dan kecerdasan. Ini bukanlah atman tetapi
bentuknya, pengungkapannya keluar Atman kita sesungguhnya adalah keberadaan
yang sejati, kesadaran sendiri dan tiada disifatkan oleh bentuk fikiran maupun
kecerdasan. Bila kita mencarnpakkan atman dari semua kejadian-kejadian luar,
maka muncullah dari kedalaman yang jauh suatu pengalaman, rahasia dan
mengasyikkan, aneh dan agung. Inilah keajaiban dari pengetahuan àtma, àtma-
jnàna.
Atma yang sesungguhnya adalah atman yang mutlak yang bukan golongan
metafisik yang abstrak, tetapiatman rohani yang asli. Bentuk yang lain adalah
keberadaan yang dijadikan obyek. Atman adalah yang hidup dan bukan obyek. Ini
adalah pengalaman yang mana atman adalah subyek yang maha tahu pada saat
yang bersamaan obyek yang diketahui. Atman hanya terbuka untuk atman.
Atman bukanlah kenyataan yang obyektif, bukan pula sesuatu yang berupa subyektif
murni. Hubungan subyek-obyek hanya mempunyai arti dalam dunia obyek-obyek /
dalam lingkungan pengetahuan dalam arti luas, atman adalah cahayanya - cahaya
dan melalui hal ini sajalah ada cahaya di alam semesta. Dia adalah cahaya abadi.
Dia adalah yang tiada hidup atau mati, yang tanpa gerak atau perubahan yang
masih bertahan ketika yang lainnya sudah berakhir. "Dia adalah yang melihat dan
bukan obyek yang dilihat. Apapun yang berupa obyek, dia adalah yang termasuk
bukan atman. Atman adalah kesadaran-saksi yang abadi",
Brahman, azas pertama dari alam semesta diketahui
melalui atman, keberadaan yang di dalam diri manusia. "Sesungguhnya semua alam
semesta ini adalah Brahman", dan juga jiwa ini yang terdapat dalam jantung, ini
adalahBrahman. Tuhan adalah sesuatu yang lain dari pada yang lain, transenden
dan sama sekali di luar alam semesta dan manusia, tetapi Dia masuk ke dalam
manusia dan hidup di dalamnya dan menjadi azas (isi) yang paling dalam dari
keberadaannya. Narayana adalah Tuhan pada manusia yang hidup dalam
hubungan yang abadi dengan nara(manusia). Dia adalah yang abadi yang berdiam
dalam alam yang fana. Seorang Manusia memiliki nilai lebih dari alam semesta. Dia
hidup dengan merdeka dalam ketidak terbatasan yang tidak bisa diungkapkan dan
juga dalam kesinambungan kosmis dalam kedudukannya sebagai atma. Kita bisa
manunggal dengan kebendaan kosmis melalui itu kita dapat masuk ke dalam
kesadaran kosmis, kita menjadi lebih hebat dari semua keberadaan kosmis kalau
kita memasuki kesadaran yang mengatasi alam semesta.
Berikut ini penjelasan tentang Atman yang dijelaskan dalam berbagai kitab:

Yasmin sarwani bhutany


Atmaiwabhud wijanatah
Tatro ko mohah kah soka
Ekatwam anupasyatah (Isa Upanisad-7)
Artinya:
Ia yang mengetahui Atman ada dalam semua insan tidak akan ragu-ragu, satu zat
yang tersembunyi dalam setiap mahluk yang menghidupkan semuanya dan
merupakan jiwa dari semua serta saksi dari semua perbuatannya.
Bahir antas cha bhutanam
Acharama charam eva cha
Su kshamatvat tad avijneyam
Du rastham cha ntike cha tat (Bhagawadgita XIII.I 5).
Artinya:
Tuhan (dalam wujud Atman) ada di luar dan di dalam semua insani, tiada bergerak,
namun memiliki pergerakan yang terlalu amat halus untuk diketahui, ia jauh namun
juga dekat sekali.
Atman yang menghidupi manusia itu dinamakan Jiwatman, sedangkan yang
menghidupi binatang disebutJanggama dan jika menghidupi tumbuh-
tumbuhan Sthawana. Mengenai keberadaan Atman dalam tubuh manusia itu
dijelaskan dalam Kitab Suci Hindu berikut ini:

Sariram brahmapravisat sarire adhiprajapatih (Athanvaweda XI.8.30)


Artinya:

Tuhan memasuki tubuh manusia dan disana Dia menjadi Raja tubuh itu.
Dari sini kita mengetahui bahwa Atman adalah unsur yang paling utama dari
segala ciptakan ia berkuasa atas tubuh yang dimasukinya, ia yang mengendalikan
tubuh tersebut. Hingga nantinya tubuh itu rusak ia akan meninggalkan tubuh itu dan
beralih ke tubuh yang lain, atau dapat bersatu dengan sumbernya.
Pengetahuan Atma yang membukakan jalan persatuan dalam keberagaman,
tetap kekal dalam kehancuran. Orang yang telah memperoleh Pengetahuan Atma
menjadi tahu semuanya. Upanisad mengatakan bahwa orang yang mengetahui Diri
Sejati dapat mengatasi duka-cita. Semua pengetahuan tentang duniawi ditujukan
untuk menyambung hidup (mencari pekerjaan). Namun bila pengetahuan Atma
diketahui maka semua yang merupakan basis ilmu pengetahuan dan seni lainnya
akan sangat mudah didapatkan. Bila seorang dapat berkomunikasi dengan Tuhan
yang merupakan sumber seluruh ilmu pengetahuan, kekuatan dan kebijaksanaan
yang kekal, maka orang tersebut mempunyai akses untuk setiap jenis pengetahuan.
Oleh karena itu, setiap orang seyogyanya berusaha untuk memperoleh realisasi Diri
Sejati melalui pemurnian pikiran dan hati hingga nantinya dapat mendekatkan diri
pada Tuhan
Sifat – sifat atman meliputi :
Acchedya berarti tak terlukai senjata,
Adahya berarti tak terbakar oleh api,
Akledya berarti tak terkeringkan oleh angin,
Acesya berarti tak terbasahkan oleh air,
Nitya berarti abadi,
Sarwagatah berarti ada di mana-mana,
Sathanu berarti tidak berpindah – pindah,
Acala berarti tidak bergerak,
Awyakta berarti tidak dilahirkan,
Achintya berarti tak terpikirkan,
Awikara berarti tidak berubah,
Sanatana berarti selalu sama.

PERCAYA DENGAN ADANYA KARMAPHALA


Karmaphala adalah sebuah hukum yang berlangsung lewat sebuah proses
perbuatan (karma) yang perlahan sudah bisa dibuktikan kebenarannya walaupun
masih ada orang yang berpandangan negatif terhadap akan pembuktian
itu. Karmaphala berasal dari dua kata bahasa Sanskerta "karma" dan "phala."
Karma berarti tindakan atau perbuatan yang baik atau buruk yang mengakibatkan
hasil yang tidak dapat dielakkan pada masa yang akan datang. Sedangkan phala
berarti buah, hasil, akibat, balas jasa atau ganti rugi. Dengan demikian karmaphala
dapat diartikan sebagai hasil dari perbuatan yang pernah dilakukan. Perbuatan baik
akan membawa akibat atau memberikan hasil yang baik, sedangkan perbuatan yang
tidak baik akan membawa akibat atau memberikan hasil yang tidak baik. Ini
nampaknya sudah merupakan hukum sebab akibat yang tidak dapat dihindarkan
dan karena itu dinamakan Hukum Karmaphala. Bahkan Sri Svami Sivananda
menyebutnya sebagai Hukum Karma saja. Dalam hal ini kata Karma itu tidak saja
diartikan sebagai perbuatan, tetapi juga sebagai hasil perbuatan, sebab akibat atau
pahala dari perbuatan atau karma itu tidak dapat dipisahkan dengan karma itu
sendiri. Antara perbuatan dan pahalanya, antara perbuatan dan hasilnya hanya bisa
dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan.
 Hukum Karma atau Hukum Karmaphala itu berlaku universal dan menyeluruh di
alam semesta ini.
 Hukum Karmaphala ini berlaku dimana saja, terhadap siapa saja dari berbagai latar
belakang dan sepanjang masa serta bersifat abadi. Secara garis besar sifat-sifat
Hukum Karmaphala itu dapat dijelaskan demikian:
 Hukum Karmaphala itu bersifat abadi, artinya ia ada semenjak terciptanya alam
semesta ini dan akan berakhir pada saat pralaya atau kiamat.
 Hukum Karmaphala ini berlaku secara universal, artinya berlaku terhadap siapa saja
dan dimanapun mereka berada tanpa kecuali.
 Hukum Karmaphala berlaku sepanjang masa, artinya berlaku sejak dunia ini tercipta
sampai kiamat.
 Hukum Karmaphala bersifat sempurna, artinya tidak dapat di tawar dan diganggu
gugat.
 Hukum Karmaphala berlaku tanpa kecuali, dan universal.
Berikut ini akan diuraikan jenis-jenis Karmaphala :
Jenis yang berdasarkan kapan hasilnya akan diperoleh

1. Sancita Karmaphala adalah karmaphala dimana perbuatan atau karma yang


dilakukan pada masa lampau, hasil atau pahalanya belum dapat dinikmati
sepenuhnya dalam kehidupan sekarang.
2. Prarabdha Karmaphala adalah Karmaphala dimana perbuatan atau karma yang
dilakukan pada waktu ini, hasil atau pahalanya dinikmati pada waktu ini juga.
3. Kryamana Karmaphala adalah karmaphala dimana perbuatan atau karma yang
dilakukan pada waktu sekarang ini, hasil atau pahalanya baru dapat dinikmati pada
masa kehidupan yang akan datang.
Karma berdasarkan karakter dari karma tersebut
1. Wikarma Karma merupakan Karma yang mempunyai kandungan sifat Satwika yaitu
lemah lembut, tenang, jernih, jujur.
2. Sahaja Karma merupakan Karma yang mempunyai kandungan sifat Rajasika yakni
dinamis, lincah, emosional, tidak tenang.
3. Akarma Karma merupakan Karma yang mempunyai kandungan sifat Tamasika yaitu
lamban dan malas.
4.
Berdasarkan atas baik buruknya suatu perbuatan
1. Subha Karma adalah Karma yang dilakukan dengan cara berbuat baik. Berbuat baik,
hasilnya akan baik pula.
2. Asubha Karma adalah Karma yang menimbulkan per-buatan buruk. Berbuat tidak
baik akan menghasilnya Karma yang buruk.
3.
Berdasarkan tingkat kesucian dari karma
1. Sat Karma adalah Karma yang benar atau Karma yang suci. Karma ini penuh
dengan kandungan nilai kemanusiaan seperti satya (kebenaran), dharma (kebajikan),
prema (kasih sayang), santih (kedamaian) dan ahimsa (tidak menyakiti).
2. Dush Karma adalah Karma yang penuh dengan kandungan Sad Ripu yaitu kama,
kroda, loba, matsarya, mada dan moha.
3. Misra Karma adalah Karma yang bercampur antara Sat Karma dan Dush Karma.

Karma berdasarkan bentuk dari karma tersebut


1. Karma Pisik adalah Karma yang disebabkan oleh dan mempunyai akibat
terhadap badan kasar.
2. Karma Astral adalah Karma yang disebabkan oleh dan menimbulkan akibat
terhadap perasaan atau keinginan.
3. Karma Mental adalah Karma yang disebabkan oleh dan
menimbulkan akibat terhadap badan mental, dalam hal ini pikiran.

Berdasarkan tingkat keterikatannya


1. Vishaya Karma adalah perbuatan yang terikat dengan obyek indria, terutama yang
bertalian dengan kepemilikan, keturunan, kemampuan. Dalam hal ini ada keinginan
untuk mendapatkan hasilnya.
2. Sreyo Karma adalah perbuatan atau Karma yang dilakukan untuk mendekatkan diri
dengan Tuhan. Dalam hal ini tidak ada maksud untuk mengharapkan hasilnya
(niskama karma).
3. Karma Campuran adalah perbuatan campuran antara Sreyo dan Vishaya karma.

Berdasarkan frekuensi dari karma itu


1. Nitya Karma merupakan Karma atau kegiatan tiap hari.
2. Naimitika Karma adalah Karma yang tidak harus dilakukan setiap hari, dilakukan
pada waktu tertentu.
3. Kamya Karma merupakan Karma atau kegiatan yang bersifat khusus.
4. Nishida Karma adalah Karma atau perbuatan yang bersifat tidak baik, seperti
kejahatan.
5. Prayascita karma adalah karma atau perbuatan baik dan suci yang termasuk
sebagai perbuatan baik dan suci yang termasuk perbuatan subhakarma.

Berdasarkan tujuannya
1. Ista Karma merupakan Karma atau kegiatan yang ditujukan untuk berbhakti kepada
Tuhan.
2. Putra Karma merupakan Karma yang ditujukan untuk kepentingan umum atau sosial.

Berdasarkan kelahiran
1. Ayu Karma adalah perbuatan yang dapat menyebabkan umur menjadi panjang atau
pendek, seperti hidup tenang atau stress, makan makanan vegetarian atau makan
banyak daging, minum minuman keras dan lain-lain.
2. Jnana Karma merupakan Karma yang dapat menyebabkan orang menjadi cerdas
atau bijaksana.
3. Dharsana Karma merupakan perbuatan yang dapat menimbulkan pandangan baru
dalam kehidupan.
4. Bhuta Karma merupakan Karma yang dapat mempengaruhi bentuk kelahiran.
Misalnya bunuh diri dapat mempengaruhi bentuk kelahiran kelak.

PERCAYA DENGAN ADANYA REINKARNASI

Reinkarnasi sama artinya dengan Punarbawa atau Samsara. Punarbawa


berasal dari bahasa sansekerta dari kata Punar yang artinya kembali dan Bawa
yang artinya lahir. Jadi Punarbawa adalah suatu kepercayaan tentang kelahiran
yang berulang ulang atau suatu proses kelahiran yang biasa disebut dengan
penitisan, reinkarnasi atau samsara.
Didalam Bhagawad Gita Krisna mengatakan : Wahai Arjuna, Kamu dan Aku
telah lahir berulang ulang sebelum ini, hanya aku yang tahu sedangkan kamu tidak,
kelahiran sudah tentu akan diikuti oleh kematian dan kematian akan diikuti oleh
kelahiran. Melalui Atman sebagai percikan Brahman, makluk dapat menikmati
kehidupan. Karena adanya Atman maka ada kehidupan didunia ini dan Atman dalam
proses menghidupkan akan berpindah pindah dan berulang ulang dengan
menggunakan badan yang berbeda beda melalui Reinkarnasi (punarbawa/samsara)
yaitu penjelmaan kembali sebagai makluk hidup.
Pada saat janin berumur 4 bulan, atman sudah ada dengan dibungkus
dengan Triguna yaitu Satwa, Rajas dan Tamas. Bagaimana proses Atma dapat
menghidupkan semua makluk seperti manusia, binatang dan tumbuh2an.
Pembentukan manusia yang terdiri dari lima unsur yang disebut Panca Maha Buta
yaitu tanah (pertiwi), air (apah), api (teja), angin (bayu) dan ether (akasa) setelah
mendapat sinarnya Brahman pada saat dalam kandungan dapat hidup dan menjadi
manusia disebut Jiwatman.
Manusia tanpa Atman tidak mungkin hidup dan menjadi makluk seperti
manusia seperti sekarang ini.Hubungan antara Atma dengan badan adalah seperti
kita memakai baju, kita adalah atma dan baju adalah badan kita. Apabila baju telah
usang maka baju tersebut akan dicampakan tidak dipakai lagi, dan kita (Atma) akan
mencari pengganti baju baru ini ini yang disebut dengan proses reinkarnasi. Seperti
Kresna berkata kepada Arjuna, bahwa engkau adalah pemakai baju tetapi engkau
bukan baju, engkau penghuni rumah tetapi engkau bukan rumah. Engkau yang
mengetahui lapangan, kshetrajna, tetapi engkau menganggap dirimu medan itu
kshetra. Maka engkau harus menyamakan dirimu dengan atma dengan selalu
mengingat atma, atma adalah brahman dan brahman adalah atma.
Dalam kitab suci Bhagawadgita dan Bhagavata Purana menjelaskan secara
panjang lebar dan lugas tentang sang roh serta pengembaraannya dari satu badan
ke badan lain, “informasi tentang reinkarnasi tidak akan didapatkan dalam literatur
manapun didunia ini, peradaban veda adalah peradaban yang tertua dan masih
eksis sampai saat ini, veda memberikan informasi yang lengkap tentang rahasia
alam semesta .... ” demikian kata Stephen Knapp dalam sebuah bukunya. Dalam
kedua kitab suci tersebut maupun dalam purana purana lainnya menyatakan bahwa
kehidupan tidak dimulai pada saat kelahiran atau berakhir saat kematian.

“Mahluk hidup pindah dari satu badan ke badan lainnya dengan membawa
kesadaran masing-masing, seperti udara yang membawa jenis bau-bauan tertentu.
Berdasarkan kesadaran demikian mahluk hidup meninggalkan badan dan menerima
badan baru yang lain.”
“ Asitim caturas caiva laksams tan iva-jatisu bhramadbhih purusaih prapyam
manusyam janma paryayat tad apy aphalatam jatah tesam
atmabhimaninamvarakanam anasritya govinda-carana-dvayam "
Artinya:
Seseorang mencapai bentuk kehidupan manusia setelah bertransmigrasi melalaui
8.400.000 spesies kehidupan dengan proses evolusi gradual. Bahwa bentuk
kehidupan manusia merosot menjadi orang bodoh yang angkuh karena tidak mau
berlindung di kaki padma Govinda." (Brahma-vaivarta Purana).
Dalam Padma Purana juga menyatakan ; "Ada 900.000 spesies kehidupan di
air; 2.000.000 spesies tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan; 1.100.000 spesies
serangga; 1.000.000 spesies kehidupan burung; 3.000.000 spesies binatang buas;
dan 400.000 spesies kehidupan manusia."
Proses perkembangan dan perjalanan sang roh melalui 8.400.000 spesies,
yang telah berlangsung sejak waktu berjuta berabad-abad yang lalu. Seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya bahwa jiwa (roh) tidak pernah mati dan tidak dilahirkan;
sang roh adalah kekal. Sang roh bertransmigrasi dari satu badan ke badan lain.
Hukum Tuhan tersebut berlaku untuk siapa saja, tanpa kecuali. Proses penciptaan
alam semesta beserta isinya telah dijelaskan dalam Bhagavata purana. Spesies-
spesies mahluk hidup telah diciptakan sangat kompleks dan sempurna sesuai
dengan tingkat kesadarannya dan karmanya. Oleh karena itu teori evolusi sudah
semakin lemah secara ilmiah dan sangat berbahaya karena akan mengembangkan
paham atheis yang tidak mengakui proses penciptaan.
Ketika sang roh mendapat badan manusia, lupa akan jati dirinya, lupa akan
hubungannya dengan Tuhan kemudian menjadi sangat terikat dengan kegiatan
duniawi, pada akhirnya kesadaran yang sesungguhnya menjadi sirna, dan pada saat
sang roh meninggalkan badan (meninggal) kelak akan mendapatkan badan lain
berdasarkan keinginan dan kesadaran yang telah dia kembangkan. Sri Krsna
mengatakan: "Keadaan apapun yang diingat seseorang pada saat sang meninggal,
keadaan itulah yang akan dicapai." (Bhagavadgita 8.5). Kematian adalah bukanlah
berakhirnya kehidupan tetapi terminal untuk mendapatkan badan-badan baru, badan
baru yang bagaimanakah yang akan didapat, sangat tergantung pikiran pada saat
sang roh meninggalkan badan, demikian juga ikatan-ikatan karma dimasa kehidupan
lalu sangat mempengaruhi badan-badan jasmani yang akan didapat. Apakah badan
tampan, sehat atau badan dengan penyakit kusta, epilepsi, sakit jiwa atau cacat fisik
lainnya bahkan badan yang lebih rendah seperti hewan. Selama pikiran dan aktivitas
manusia masih terikat dengan dengan duniawi, memuaskan indria maka selamanya
akan ikut dalam arus kelahiran dan kematian. Oleh karena itu dikatakan dalam
sastra bahwa didunia material apapun kedudukannya adalah penderitaan karena
kelahiran dan kematian akan dialami berulang kali. Tujuan yang sesungguhnya dari
kehidupan manusia adalah untuk melepaskan diri dari lingkaran reinkarnasi tersebut
atau kembali pulang ke rumah yang sejati yaitu kembali lagi menjadi jadi diri yang
sebenarnya.
Kalau memahami proses reinkarnasi tersebut, maka mudah dimengerti
bahwa badan-badan yang kita dapatkan sekarang merupakan hadiah yang paling
adil dan paling tepat dari apa karma pada kehidupan masa lalu dan kesadaran saat
ini akan mempersiapkan badan untuk kehidupan yang akan datang. Bila kita
mengembangkan kesadaran yang sesungguhnya yaitu kesadaran tentang jati diri
kita maka akan mendapatkan badan-badan yang lebih tinggi. Inilah evolusi dari
badan material lebih rendah ke ke badan material lebih tinggi dan akhirnya
mencapai badan rohani yang kekal untuk menempati dunia rohani. Tetapi sebaliknya
bila kesadaran kita merosot, sangat terikat dengan kepuasan indria-indria, maka
akan mendapatkan badan yang lebih rendah, badan yang cacat, berpenyakitan,
bahkan lebih rendah lagi. Hal ini merupakan human devolution, terjadi kemerosotan
pada tingkat evolusi.
Beberapa bukti ilmiah tentang adanya reinkarnasi telah diungkapkan oleh
beberapa peneliti dengan berbagai metode pendekatan ilmiah. Beberapa buku
seperti Children Past Lives, Twenty Cases Suggestive of Reincarnation, Where
Reincarnation and Biologiy Intersect, memperkenalkan hasil penelitian Dr. Ian
Stevenson, dari Universitas Virginia, Amerika, tentang bukti-bukti yang berhubungan
dengan adanya kehidupan masa lalu dan reinkarnasi. Demikian juga website di
internet tentang reinkarnasi sangat banyak dijumpai yang menyediakan informasi
tentang kehidupan masa lalu dan reinkarnasi. Reinkarnasi dalam pengertian hukum
positip sulit dibuktikan sebagai suatu kenyataan ingatan kehidupan masa lalu,
karena kemampuan daya ingat otak manusia sangat terbatas. Namun dalam
keadaan tertentu, tanpa disadari atau terjadi perubahan kesadaran maka ingatan
dibawah sadar tersebut akan muncul kepermukaan, dan dapat menguraikan dengan
jelas tentang pengalaman-pengalaman pada kehidupan sebelumnya. Buku buku
diatas telah mencatat kasus kasus kehidupan masa lalu seseorang, terutama pada
anak-anak dibawah tiga tahun. Dalam keadaan hinotis dimana kesadarannya
menurun namun dapat mengungkapkan secara terperinci pengalaman-pengalaman
kehidupan masa lalunya. Kemudian cerita yang diungkapkan tersebut dilakukan
cross check dengan menelusuri, nama tempat tahun atai alibi-alibi lainnya, ternyata
banyak benarnya. Ian Stevenson telah meneliti lebih dari duaribuan anak dari
berbagai belahan dunia.
Salah satu kasus yang paling bagus pembuktian kebenarannya yaitu seorang
gadis muda dari India bernama Shanti Devi, yang tinggal di Delhi (lahir tahun 1926)
yang pada umur tiga tahun mulai mengingat dan bercerita tentang hal-hal dari
kehidupan masa lalu di kota Muttra yang jauhnya delapan puluh mil. Dia
mengatakan bahwa dia telah menikahi seorang saudagar kain, melahirkan seorang
anak laki-laki dan meninggal dunia sepuluh tahun kemudian, dan banyak pernyataan
yang diceritakan secara detail tentang kehidupan masa lalunya sampai ia berumur 9
tahun. Pernyataan-pernyataan itu direkam. Suatu komisi dibentuk untuk
merencanakan dan menyaksikan kunjungannya ke Muttra, tempat keluarga yang
sering disebut oleh Shanti Devi, dan menyaksikan bahwa ia benar-benar mengenali
sanak saudaranya yang lain dimasa lalu, mengetahui dengan detail jalan
kerumahnya yang dahulu dikenalinya, dan bahkan mengungkapkan bahwa ada
uang yang disembunyikannya di dalam rumah tersebut. Tempat persembunyiannya
ditemukan dan bekas suaminya mengakui dia telah memindahkan uang tersebut.
Jadi apa yang diceritakan oleh Shanti Devi itu memang benar-benar nyata. Demikian
juga cacat fisik, tanda lahir yang terjadi sangat berhubungan kehidupan masa launya.
Demikian juga kelainan-kelainan keperibadian sebagai contoh, seseorang sangat
takut dengan air sungai, ternyata pada kehidupan masa lalunya orang tersebut
meninggal karena tenggelam. Demikian juga dengan penyakit-penyakit yang diderita
saat ini tidak lepas dari karma pada kehidupan yang lalu. Dalam Garuda Purana dan
Padma Purana memberikan penjelasan yang sangat rinci tentang hal tersebut
seperti, seorang penderita epilepsi dikatakan pada pada kehidupan yang lalu ia
adalah seorang yang perkasa, kuat, tetapi kekuatannya tersebut digunakan untuk
mencederai orang lain sehingga ia diberikan badan epilepsi. Demikian juga dengan
penyakit kusta, penyakit paru-paru, dan sebagainya diungkapkan dengan jelas
dalam purana tersebut. Walaupun secara ilmu kedokteran modern telah menemukan
patogenesis penyakit sampai pada biomolekuler, ketahui terjadi mutasi pada
kromosom tertentu sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan fisik atau
terjadinya penyakit. Telah dibuatkan peta kelainan kromosom tersebut secara rinci,
namun pertanyaan yang mendasar yang tidak akan pernah dijawab adalah ;
siapakah yang melakukan mutasi tersebut, kenapa hanya pada orang-orang tertentu
saja terjadi mutasi tersebut ?.
Banyak lagi ilmuwan barat yang telah membuktikan melalui pengamatan yang
dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah tentang adanya kehidupan setelah
kematian. Raymond A Moody adalah salah satu diantara banyak ilmuwan yang
tekun meneliti reinkarnasi dalam bukunya yang berjudul ” Life after life”. Buku
tersebut menceritakan banyak pengalaman seseorang pada saat menjelang
kematian (near-death experience).
Richard Webster telah menyusun suatu pedoman untuk mengetahui adalanya
ingatan kehidupan masa lalu (past-life memories) yang cukup akurat digunakan. Ada
bermacam-macam metode digunakan untuk mengetahui adalah past-life memories,
seperti contoh dibawah ini :
Ingatan Yang Bersifat Spontan.

 Khususnya anak-anak dibawah 3 tahun, ingatan muncul begitu saja tanpa diketahui
asal-usulnya. Beberapa orang menggambarkan proses tersebut sebagai mimpi
berjalan. Bayang-bayang dan suasana dapat muncul dalam ingatan dan subyeknya,
kadangkala dapat merasakan bahwa mereka sendiri adalah bagian dari ingatan
tersebut. Meskipun sering kali mereka melaporkan suatu perasaan yang berbeda
dalam kenangan tersebut dari diri mereka sendiri.

Ingatan Yang Dipicu (Triggered recall)


 Ingatan dialami dengan cara yang sama seperti diatas, namun dipicu oleh
suatu peristiwa. Peristiwa tersebut bisa apa saja yang tampaknya
mengingatkan seseorang akan sesuatu bagian yang penting dari ingatannya
itu – contohnya bau yang khusus, penglihatan akan suatu obyek, suara ribut,
mendengar sebuah kata atau kalimat yang khusus, rasa atau berada dalam
suatu keadaan fisik yang khusus. Hal-hal tersebut dapat mengingatkan
seseorang akan pengalaman masa lalu diluar kehidupan saat ini.
Melalui Mimpi.
 Seseorang sering kali mendapatkan mimpi berulang-ulang yang sama sekali
tidak tampak seperti jenis mimpi biasa, atau bermimpi yang diluar
pengalaman hidupnnya saat ini, dan kadang mimpi itu berkelanjutan. Mimpi
adalah munculnya ingatan-ingatan kehidupan masa lalu dari bawah sadar.
Hipnosis
 Hipnotis telah digunakan selama beberapa dekade sebagai suatu alat untuk
mencoba menemukan ingatan-ingatan kehidupan di masa lalu atau
pengalaman diluar badan. Meskipun metode hipnotis telah mulai
dikembangakan sejak sekurang-kurangnya 150 tahun, namun sedikit yang
dipahami tentang proses aktual dimana orang dapat dihipnotis. Pengaruh
hipnotis menyebabkan subyeknya berada dalam suatu suasana tidak
sadarkan diri. Keuntungan dari metode ini sedikit demi sedikit mengumpulkan
ingatan-ingatan yang jauh ini, yakni bahwa pikiran dari subyek tersebut dapat
dibuat terfokus dengan tajam dalam keadaan tidak sadarkan diri. Hipnotis
digunakan untuk bermacam-macam tujuan seperti untuk menyidik suatu
peristiwa dengan sedikit demi sedikit mencoba mengumpulkan potongan-
potongan informasi.
Meditasi Yang Mendalam.
 Menditasi yang mendalam dikatakan dapat memberikan ingatan-ingatan yang
bersifat spontan kepada subyeknya yang tampaknya berasal dari kehidupan-
kehidupan masa lalu. Sekali mencapai keadaan meditasi yang mendalam,
dampaknya sama seperti dihipnotis, terkecuali bahwa tidak adanya pengaruh
eksternal yang kuat terhadap subyeknya. Setelah mengatakan hal ini, orang-
orang yang mengalami kilas-balik sehubungan dengan kehidupan masa lalu
atau ingatan-ingatan yang bersifat sebentar sering kali mendapatkan
permulaan yang bagus di bidang ini, dan dapat memperoleh hasilnya dengan
cepat jika mereka tekun.

PERCAYA AKAN ADANYA MOKSHA


Moksha adalah Kebebasan Paripurna, Keselamatan atau Pembebasan-
adalah tujuan terakhir dari empat pilar yang menyangga struktur kehidupan kita. Tiga
pliar lainnya adalah, Dharma atau Kebajikan, Artha atau Kekayaan dan Kama atau
Keinginan.
Lazimnya, moksha diartikan sebagai "kebebasan dari siklus kehidupan dan
kelahiran." Telah ada banyak pembicaraan, diskusi dan penelitian ilmiah pada
subjek kehidupan setelah kematian, kehidupan setelah kehidupan, pengalaman
dekat kematian, reinkarnasi dan seterusnya. Kendati demikian, moksha tetaplah
sebuah misteri, karena ini bersinggungan dengan sebuah situasi di balik kehidupan
dan di balik kematian.
Penjelasan tentang Moksha terdapat dalam sloka Bhagavadgita sebagai
berikut:
Brahma bhutah prasan Atma
nascati na ka ksati
samah sarvesu bhu bhutesu
madabhaktim labhate param (Bhagawadgita XVII. 54)
Artinya :
Setelah manunggal dengan Brahman dan tenang dalam jiwa la bebas dari duka cita
dan keinginan. Memandang semua makhluk berbhakti kepada Ku.

Bhaktya tvana nyaya sakya


Aham evatn vidho ' rjuna
Juatum dastum ca tattvena
pravestum ca paramtapa (Bhagawadgita XI. 54)
Artinya :
Akan tetapi dengan bhakti tunggal kepada Ku, Oh Arjuna Aku dapat dikenal,
sungguh dilihat dan dimasuki ke dalam
Dari sloka ini dijelaskan bahwa Moskha adalah menunggalnya Atman dengan
Brahman, dimana Atman kembali menjadi essensinya yang sebenarnya yaitu energi
penciptaan yang kembali pada sumber dari energi tersebut yaitu
Tuhan. Berdasarkan beberapa uraian yang terdapat dari beberapa kitab Upanisad
seperti Chandogya Upanisad, Muktika Upanisad, dan lain-lain maka dapat
dirumuskan bahwa moksha adalah suatu kondisi sebagai berikut:
 Moksha bukan seperti keberadaan di surga, karena pada saat moksha roh tidak lagi
menikmati apapun yang sifatnya indriawi. Surga adalah suatu keadaan dimana jiwa
masih menikmati kebahagiaan dan kenikmatan yang bersifat indria sedangkan
moksha berada diatas itu.
 Moksha bukanlah suatu tempat yang baru karena pada tingkatan moksha jiwa telah
kehilangan identitasnya sebagai jiwa dan menyatu kedalam esensinya yang
sebenarnya yaitu Brahman.
 Moksha bukan suatu keadaan yang didapat dengan hanya melakukan sesuatu atau
berkunjung ke suatu tempat.
 Moksha adalah suatu keadaan dimana jiwa telah berhasil menaklukan keinginan,
waktu, kelahiran dan kematian serta hukum karma.
 Moksha adalah suatu keadaan dimana jiwa telah berhasil menaklukan semua
bentuk ikatan yang bersifat indria dan tidak lagi menginginkan hal tersebut.
 Moksha merupakan suatu bentuk dari pencapaian inti kebahagiaan.
 Moksha adalah bentuk dari kebahagiaan non indria yang tiada bandingnya dan jauh
lebih tinggi dari kebahagiaan di dunia ataupun disurga.
 Moksha adalah pemusnahan dari semua vasana yang hanya akan membuat jiwa
berinkarnasi kembali.
 Moksha merupakan suatu keadaan dimana jiwa telah mengalami kesamaan essensi
dengan sumbernya.

Berikut ini dua jenis moksha


1. Jiwan Mukti: adalah Moksha yang didapat saat sang jiwa masih ada badan
wadagnya (tubuh kasarnya) tapi jiwa telah memiliki yang namanya viveka
(kemampuan untuk membedakan yang baik dan buruk) dan viragya (tidak terikat
oleh apapun yang ada di dunia maupun di surga yang berhubungan dengan
kenikmatan indria)
2. Videha mukti: Dimana jiwa tidak membutuhkan lagi badan kasar dan sudah tidak lagi
terkena hukum punarbhawa (kelahiran kembali) maupun karma phala.
Dimana jika dibagi menurut tingkatannya dibagi menjadi dua yaitu tingkatan
para (lebih tinggi) dan Apara (yang lebih rendah). Untuk mencapai moksha ada
beberapa aturan yang yang mesti dijalani yaitu sebagai berikut:
1. Nityanitya vastuviveka (pembedaan antara yang abadi dan yang tidak abadi).
2. Ihamutmr-thaphala-bhogaviraga (tidak mempedulikan kenikmatan hidup di dunia dan
sorga ataupun akan bviah kegiatannya atau viragya).
3. Satsampat (enam kebajikan) yaitu sarna (pengendalian pikiran), dama
(pengendalian indria luar), uparati (pengurangan kenikmatan duniawi atau tidak
memikirkan obyek indria atau pemutusan upacara keagamaan), titiksa (ketabahan
akan kesenangan dan penderitaan, panas dan dingin), sraddha (yakin akan
kebenaran kata-kata upanisad dan guru) dan samadhana (konsentrasi yang
mendalam).
4. Mumuksatva (keinginan akan kebebasan).
Selain itu ada juga tingkatan moksha berdasarkan kemampuannya dalam
melihat kebenaran yaitu:
1. Mokha dari keterikatan ajnana (kebodohan).
2. Keselamatan dari ragasamksaya (keterikatan indria yang amat mendalam)
3. Trsnaksaya (keinginan pada segala macam yang bersifat indria).
Selain itu juga terdapat tingkatan-tingkatan moksha yang dibagi sebagai
berikut:
1. Sampya atau kemiripan dengan sifat Tuhan atau keakraban dengan sifat Tuhan
yang merupakan Moksa yang dicapai semasa masih hidup, terutama oleh para
Maharesi pada waktu melaksanakan yoga samadhi, sehingga dapat menerima
wahyu dari Tuhan.
2. Sarupya (sadharmya) atau kesamaan sifat Tuhan dan mencerminkan keagungannya
atau sama sifatnya dengan Tuhan dan memantulkan kemuliaan Nya merupakan
Moksa yang dicapai semasih hidup dimana kedudukan Atman mengatasi unsur-
unsur maya, misalnya Buda, Kresna, Rama dan Avatara-Avatara lainnya.
3. Salokya (Karma Mukti) atau keberadaan berdampingan yang sadar dengan Tuhan
dalam dunia yang sama atau kesadaran atas keberadaan Tuhan di dunia ini
merupakan Moksa yang dicapai oleh Atman setelah berada dalam posisi kesadaran
yang sama dengan Tuhan, tetapi belum dapat bersatu dengan Nya. Dalam hal ini
Atman telah mencapai tingkatan Dewa.
4. Sayujya (Puma Mukti) atau bersama dengan Tuhan mendekati kemanunggalan atau
bergabung dengan Tuhan merupakan Moksa yang tingkatannya paling tinggi dimana
Atman bersatu dengan Tuhan. Tercapailah sudahBrahma Atrna Aikyam atau Atman
telah bersatu dengan Tuhan.
Selanjutnya berdasarkan keadaan dari pembebasan itu dibagi menjadi.
1. Jiwa Mukti yaitu suatu kebebasan yang dapat dicapai oleh seseorang semasa
hidupnya, dimana Atmannya tidak terpengaruh lagi oleh gejolak indriya dan maya.
Istilah Jiwa Mukti disamakan pula dengan Samapya dan Sarupya atau Sadharmya.
2. Wideha Mukti yaitu kebebasan yang dapat dicapai oleh seseorang semasa hidupnya,
dimana Atman telah dapat meninggalkan badan wadahnya, tetapi masih kena
pengaruh maya yang sangat tipis. Dalam tingkat ini Atman berada setara dengan
Brahman, tetapi belum dapat menyatu, karena masih ada pengaruh maya. Wideha
Mukti dapat disamakan dengan Salokya.
3. Purna Mukti adalah kebebasan yang paling sempurna yang akan dicapai oleh
seseorang setelah mengakhiri hidupnya di dunia. Pada waktu itulah Atman dapat
bersatu dengan Brahman. Istilah Purna Mukti disamakan dengan Sayujya.
Kemudian berkaitan dengan apa yang terjadi setelah mencapai Moksha
dibagi sebagai berikut:
1. Moksha yaitu kelepasan yang masih meninggalkan bekas berupa jenasah atau
badan kasar.
2. Adi Moksha yaitu kelepasan dengan meninggalkan bekas berupa abu.
3. Parama Moksha yaitu kelepasan tanpa meninggalkan bekas.

Dari semua penjelasan yang ada diatas kita dapat menyimpulkan bahwa
Hindu memiliki konsep yang jelas tentang apa yang menjadi tujuannya dan serta
memiliki landasan yang sistimatis dan logis akan apa yang menjadi dasar
kepercayaannya yaitu yang dikenal sebagai Panca Sradha.

Anda mungkin juga menyukai