Anda di halaman 1dari 5

1.1.

Tri Hita Karana dan Tanggung Jawab terhadap Alam dan Lingkungan
Tri hita karana bersifat Universal merupakan landasan hidup menuju kebahagiaan lahir dan bhatin.tri
hita karana berasal dari kata Tri = tiga, Hita = Sejahtera,kebahagiaan sedangkan karana artinya
penyebab,jadi Tri hita karana adalah Tiga penyebab kebahagiaan atau kesejahtraan yang meliputi :
1. Prahyangan yaitu Keyakinan manusia terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.

2. Pawongan yaitu manusia sendiri yang bersifat individu dan mahluk sosial sehingga
memerlukan hubungan antar sesam manusia.

3. Palemahan dalam artian luas yaiu,sebagai tempat manusia itu tinggal dan berkembang sesuai
dengan kodratnya, termasuk sarwa prani.

Dengan demikian konsep “Tri Hita Karana” telah memberikan pedoman untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi:
1. Menjadi dasar perkembangan ilmu pengetahuan dan kesehatan masyarakat

2. Menjadikan dasar tujuan perkembangan manusia indonesia seutuhnya “Amanah


Moksartham Jagaddhitiaya ca iti dharmah”.

3. Menjadi dasar gerakan lingkungan hidup guna memelihara lingkungan sehat bagi kehidup
manusia.

4. Menjadi dasar gerakan keluarga berencana, untuk dapat mengendalikan pertumbuhan


penduduk yang seimbang.

5. Khusus untuh masyarakat Hindu Tri Hita Karana ,menjadi dasar pula untuk pembentukan
perumahan keluarga.

1.1 Tri Hita Karana dan Tanggung Jawab terhadap Alam dan Lingkungan
Tri Hita Karana terdiri dari kata : “Tri” berarti tiga, “Hita” berarti kebaikan, kesenangan,
kemakmuran, kegembiraan, keselarasan, kebahagiaan, dan “Karana berarti penyebab. Jadi Tri
Hita Karana mengandung arti tiga penyebab kebahagiaan atau tiga hal yang perlu
diperhatikan untuk memperoleh kemakmuran atau kebahagiaan. ((OSAI) Organisasi Sosial
Adat dan Istiadat , 2015)
Bagian-bagian Tri Hita Karanayaitu :
a. Parahyangan merupakan hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan.
b. Pawongan merukan hubungan yang harmonis kepada sesama manusia.
c. Palemahan merupakan hubungan yang harmonis antara manusia dengan lingkungan.

Konsep ini muncul berkaitan erat dengan keberadaan hidup bermasyarakat. Berawal dari
pola hidup ini muncul dan berkaitan dengan terwujudnya persekutuan teritorial dan
persekutuan hidup atas kepentingan bersama dalam bermasyarakat, juga merupakan
persekutuan dalam kesamaan kepercayaan untuk mememuja Tuhan atau Ida Sang Hyang
Widhi Wasa. Dengan demikian suatu ciri khas desa adat di Bali minimal mempunyai tiga unsur
pokok, yakni wilayah, masyarakat, dan tempat suci. Perpaduan tiga unsur itu secara harmonis sebagai
landasan untuk terciptanya rasa yang nyaman, tentram, dan damai secara lahiriah maupun batiniah.

Adapun tanggung jawab terhadap alam dan lingkungan yaitu dengan cara : menjaga kelestarian
alam agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti bencana alam yang kebanyakan terjadi
saat ini. Kita harus menjaga kebersihan alam, tidak boleh menguras isinya saja tanpa
memperhatikannya. Alam ini merupakan ciptaaan Tuhan yang patut untuk dijaga kelestariannya.
1.2 Implementasi
a. Implementasi Ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam persefektif Hindu
1. Manusia mampu menciptakan dan memanfaatkan teknologi
Ilmu pengetahuan dan teknologi dapat digunakan sebagi alat mempermudah kita
menjalani kehidupan sehari-hari. Seperti upaya melestarikan kebudayaan bali (seni
Bali), misalnya tari pendet dan puspanjali serta lainnya. Caranya dengan
mempromosikan lewat internet sehingga dikenal oleh masyarakat luas.

2. Memperingati Hari Raya Saraswati


Saraswati adalah hari raya untuk memuja Ida Sang Hyang Widhi dalam kekuatannya
menciptakan ilmu pengetahuan, kebijaksanaan, dan kesucian. Hari raya ini dirayakan
setiap 6 bulan (210 hari) sekali yaitu pada hari Saniscara Umanis Wuku Watugunung
dilakukan dengan memuja Sang Hyang Widhi dengan pembacaan dan renungan isi
pustaka suci. (UPADESA-Tentang Ajaran-Ajaran Agama Hindu, 2001)

3. Penggunaan konsep Asta Kosala Kosali dan Asta Bumi dalam Arsitektur Bangunan Bali.
Asta Kosala Kosali merupakan acuan dasar dalam setiap membangun apapun di Bali,
termasuk pengaturan Tata Kota dan Wilayah. Asta pelinggih, yaitu ukuran panjang,
lebar, tinggi, pepalih (tingkatan) dan hiasan. Sedangkan Asta Bumi merupakan tentang
luas halaman pura, pembagian ruang halaman, dan jarak antar pelinggih. Penerapan
Asta Kosala Kosali dan Asta Bumi membutuhkan ilmu penegtahuan, teknologi dan seni,
agar aspek ketepatan, estetika, dan religi dapat terealisasikan dengan baik.

4. Penerapan seni dalam kehidupan beragama


Penerapan seni dapat dilakukan pada pelaksanaan upacara di Pura (tempat suci) yang tidak lepas
dari seni suara, tari, kerawitan, seni lukis, seni rupa, dan sastra. Serta Candi-candi, Pura-pura
dibangun sedemikian rupa sebagai ungkapan rasa estetika, etika, dan sikap religius dari penganut
Hindu di Bali.

b. Implementasi Sraddha, Jnana, dan Karma sebagai Kesatuan Yadnya


1. Melaksanakan Yadnya
Untuk meningkatkan sraddha dan bhakti umat Hindu melaksanakan berbagai yadnya
seperti Dewa Yadnya, Pitra Yadnya, Rsi Yadnya, Manusa Yadnya, dan Bhuta Yadnya.
2. Pembacaan Kitab Suci
Untuk meningkatkan Sraddha,kita harus menambah wawasan kita dengan membaca
kitab suci. Tetapi dalam membaca kitab suci, kita harus memiliki pemahaman yang
baik. Kurangnya pemahamandapat menjerumuskan kita kearah yang tidak benar
karena salah memaknai suatu sloka ataupun kata akan berdampak buruk.(budaya,
2013)
3. Selalu berbuat baik
Berbuat baik hendaknya selalu kita lakukan. Dalam agama Hindu ada slogan mengatakan “Rame
ing gawe sepi ing pamrih”, slogan ini begitu melekat pada diri kita sebagai orang Hindu.
Banyaklah berbuat baik tanpa pernah berpikir dan berharap suatu balasan. Niscaya dengan begitu
kita akan mendapat karunianya tanpa pernah terpikirkan dan kita sadari.Berkarma baik itu
adalah suatu pelayanan. Kita akan ikut berbahagia bila bisa menyenangkan orang lain. Hal ini
tentudibatasi oleh perbuatan Dharma. Slogan “Tat Twam Asi” adalah salah satu dasar untuk ber-Karma
Baik. Engkau adalah Aku, Itu adalah Kamu juga. Suatu slogan yang sangatsederhana untuk
diucapkan, tapi memiliki arti yang sangat mendalam, baik dalam arti pada kehidupan sosial umat
dan juga sebagai diri sendiri/individu yang memiliki pertanggungjawaban karma langsung kepada
Brahman.

Implementasi menuntut ilmu dan mengamalkan ilmu


Adapun implementasi dari kewajiban menuntut ilmu dan mengamalkan ilmu yang dapat
diamalkan dengan : Wajib belajar 9 tahun yang telah diatur dalam Undang-Undang RI No. 20
tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Maka sebagai itu kita umat Hindu dan masyarakat
Indonesia wajib mentaati undang-undang dan menerapkan ajaran Catur Asrama. Yang
disebutkan dalam bagian pertama Catur Asrama yaitu Brahmacari yaitu tingkatan hidup bagi
orang-orang yang sedang menuntut ilmu pengetahuan.
c. Implementasi Tri Hita Karana dan Tanggung Jawab terhadap alam dan lingkungan.
Implementasi Tri Hita Karana dan terhadap Alam dan Lingkungan sudah terangkum dalam bagian-
bagian Tri Hita Karana yaitu :
1. Parahyangan
Implementasi dalam parahyangan dapat diimplementasikan dengan cara :
a. Berdoa setiap akan memulai sesuatu kegiatan, misalnya berangkat kuliah/kerja.
b. Melaksanakan Puja Trisandya.
c. Sembahyang Purnama/Tilem dan hari suci keagamaan lainnya.
d. Mendirikan tempat suci (pelinggih atau merajan) di masing-masing pekarangan keluarga.
e. Melakukan Yadnya Sesa (mebanten saiban)
f. Mendirikan Kahyangan Tiga sebagai perwujudkan tanggung jawab kepada Dewa Trimurti.
yakni Dewa Brahma yang dipuja di Pura Desa atau Baleagung, Dewa Wisnu yang dipuja Pura
Puseh dan Dewa Siwa yang dipuja di Pura Dalem. Upaya pendirian tempat suci tidak terlepas
dari upaya pemeliharaan tempat suci tersebut dengan cara menjaga kesuciannya dan
melakukan pelayanan kepada sesama.

2. Pawongan
Implementasi dalam pawongan dapat diimplementasikan dengan cara :
a. Memberikan pertolongan kepada korban bencana alam seperti menjadi sukarelawan atau
menyumbangkan uang untuk korban bencana.
b. Menciptakan kasih sayang, saling menghargai dan menghormati, saling asah, asih, asuh, saling
memaafkan, dan saling memberi dan menerima.
c. Mengubur sikap diskriminasi, upaya bersama-sama melennyapkan kebodohan, kemiskinan,
dan penderitaan, serta selalu ingat pada prinsip Tat Twan Asi.
d. Membina sikap saling menghormati antar umat beragama serta melaksanakan upacara yadnya
yakni Manusa Yadnya, Rsi Yadnya, dan Pitra Yadnya.

3. Palemahan
Implementasi dalam palemahan telah diimplementasikan dalam upacara seperti Tawur Agung
berkenaan dengan hari suci Nyepi yang bertujuan untuk menyeimbangkan alam semesta beserta
isinya agar terhindar dari bencana. Serta pada hari Tumpek Wariga juga dilaksanakan upacara
untuk menghormati tumbuh-tumbuhan. Pelestarian palemahan tidak cukup hanya dengan upacara
saja, tetapi juga harus menghargai alam seperti tidak membakar hutan, membuang sampah sembarangan
dan melakukan reboisasi (penanaman kembali pada hutan yang gundul).

Anda mungkin juga menyukai