Anda di halaman 1dari 15

Laporan Tugas Konsep Sistem Informasi

Identifikasi Teknologi dalam Karakteristik Sistem


TEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGOLAHAN SAMPAH

Penulis:

Nama : I Made Agung Santoso


NIM : 1815091058
Kelas : 1A

Sistem Informasi
Teknik dan Kejuruan
Universitas Pendidikan Ganesha
2018

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan karunia, serta kesempatan dan kesehatan sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul “TEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGOLAHAN SAMPAH” dalam waktu
yang telah ditentukan.

Perubahan teknologi di negara maju akan sangat berpengaruh terhadap pola


pengembangan dan teknologi yang dipilih oleh negara berkembang. Sebaliknya, jenis
teknologi yang dipilih dan pola pengembangannya akan sangat berpengaruh pada perubahan
teknologi di negara maju secara dinamis dan efisien.

Salah satu hal yang penting untuk menciptakan sistem teknologi baru dalam konteks
tersebut adalah Teknologi Tepat Guna, yang sering didiskusikan dan dipraktikkan setelah
pertengahan 1960-an hingga pertengahan 1980-an.

ii
DAFTAR ISI

COVER...........................................................................................................i

KATA PENGANTAR....................................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................................iii

BAB I. PENDAHULUAN.............................................................................4

BAB II. PEMBAHASAN

A. Latar Belakang dan Gambaran Umum Teknologi.............................5

B. Justifikasi Mengapa Teknologi Itu Dipilih.........................................6

C. Masalah Yang Timbul Jika Teknologi Belum di Adaptasi...............11

D. Dampak Ketika Teknologi di Adaptasi..............................................12

E. Simpulan.............................................................................................13

BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan.........................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teknologi tepat guna umumnya dikenal sebagai pilihan teknologi beserta aplikasinya
yang mempunyai karakteristik terdesentralisasi, berskala relatif kecil, padat karya, hemat
energi, dan terkait erat dengan kondisi lokal Secara umum, dapat dikatakan bahwa teknologi
tepat guna adalah teknologi yang dirancang bagi suatu masyarakat tertentu agar dapat
disesuaikan dengan aspek-aspek lingkungan, keetisan, kebudayaan, sosial, politik, dan
ekonomi masyarakat yang bersangkutan. Sampah memang telah menjadi sesuatu yang
mempunyai dua sisi bagi kita,yakni baik dan buruk. Namun dari dua sisi tersebut, sisi buruk
dari sampahlah yang paling dominan. Padahal sumber sampah terbesar adalah dari kegiatan
manusia sehari-hari. Sisi baik dari sampah biasanya kita dapatkan setelah sampah tersebut
diolah kembali. (Wikipedia, 2018)

B. Tujuan

Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah
Konsep Sistem Informasi. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
dari pembaca demi tercapainya kesempurnaan makalah ini.

C. Manfaat

Saya berharap semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak dan
perkembangan dunia Sistem Teknologi khususnya di masyarakat dalam mengelolah libah
sampah.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang dan Gambaran Umum Teknologi

Konsep Teknologi Tepat Guna (TTG) awalnya diusulkan oleh E.F. Schumacher,
seorang ekonom berkebangsaan Inggris dan menjadi inspirasi salah satu bukunya yang sangat
terkenal berjudul Small is Beautiful. Schumacher adalah Dewan Penasihat Batubara Inggris
(British Coal Board Advisor) dan penasihat pemerintah untuk Burma dan selanjutnya untuk
India. (Rizaldi, 2015)
Schumacher mendirikan Intermediate Technology Development Group (ITDG) pada
tahun 1966. Pendekatannya mendapat perhatian pada tahun 1960-an sebagai gerakan sosial
selama krisis energi tahun 1970-an dan sebagai gerakan lingkungan. ITDG masih ada hingga
sekarang di bawah organisasi riset aksi yang bertujuan untuk “memperlihatkan dan
mengadvokasi pembangunan berkelanjutan melalui pemanfaatan teknologi untuk mengurangi
kemiskinan di negara-negara berkembang”. (Rizaldi, 2015)
Menurut Oxford English Dictionary, definisi gabungan untuk istilah ‘tepatguna’ dan
‘teknologi’ adalah “penerapan pengatahuan ilmiah untuk tujuan praktis sehingga cocok untuk
orang, kondisi, keempatan atau tempat tertentu”. Definisi ini berimplikasi bahwa “tepat guna”
dapat bervariasi dan oleh sebab itu istilah teknologi tepat guna tidak dapat tepat didefinisikan.
Secara umum, istilah teknologi tepat guna seringkali digunakan dalam konteks teknologi
untuk negara berkembang. (Rizaldi, 2015)
Pada awalnya, teknologi tepat guna sering digunakan bergantian dengan intermediet
teknologi, yang berarti teknologi antara, yaitu teknologi tradisional di negara berkembang
dan teknologi maju padat modal dari dunia barat. Istilah teknologi tepat guna dalam konteks
yang spesifik dan kadang-kadang umum dianggap sebagai suatu teknik untuk pembangunan
yang digunakan untuk mengatasi masalah kemiskinan, keadilan sosial, ketenaga kerjaan, dan
kebutuhan dasar manusia. Definisi terakhir tentang teknologi tepat guna, bahwa teknologi ini
haruslah berskala kecil, padat karya, investasi modal yang rendah per pekerja, hemat energi,
ramah lingkungan, dikontrol dan dipelihara oleh masyarakat setempat. (Rizaldi, 2015)

5
B. Justifikasi Mengapa Teknologi Tersebut yang dipilih

Pengomposan Limbah Padat Perkotaan Sebagai salah Satu Alternatif Teknologi Tepat
Guna untuk pengelolaan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Pengelolaan sampah
merupakan masalah klasik yang sering terjadi pada daerah perkotaan. Laju pertumbuhan
penduduk yang tinggi selalu berbanding lurus dengan tingkat konsumsi dan aktivitas
masyarakat, menyebabkan jumlah sampah yang dihasilkan juga semakin tinggi.
(MuztofaAzizi, 2013)
Pengelolaan sampah kota yang saat ini banyak diterapkan di beberapa kota di
Indonesia masih terbatas pada sistem 3P (Pengumpulan, Pengangkutan, dan Pembuangan).
Sampah dikumpulkan dari sumbernya, kemudian diangkut ke Tempat Pembuangan
Sementara (TPS) dan akhirnya dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Semestinya,
fungsi TPA bukan hanya merupakan tempat pembuangan akhir saja tetapi dapat menjadi
tempat pengelolaan sampah yang dapat mengolah sampah sehingga menghasilkan nilai
tambah. (MuztofaAzizi, 2013)
Salah satu upaya mengatasi permasalahan sampah kota adalah dengan menerapkan
teknologi tepat guna untuk pengelolaan sampah. Pengkomposan merupakan suatu teknologi
tepat guna pengelolaan sampah padat yang mengandung bahan organik. Selain menjadi
pupuk organik maka kompos juga dapat memperbaiki struktur tanah, memperbesar
kemampuan tanah dalam menyerap air dan menahan air serta zat-zat hara lain.
Jenis Sampah Kota. (MuztofaAzizi, 2013)
Menurut jenis dan asalnya sampah kota dibedakan menjadi sampah kertas, plastik,
kaca, karet, dan logam yang biasanya dimanfaat-kan oleh pemulung untuk didaur ulang
menjadi produk yang bermanfaat. Sedangkan sampah organik yang proporsinya jauh lebih
besar daripada sampah anorganik biasanya tertimbun tanpa ada yang memanfaatkan. Sampah
organik terdiri atas sisa sayuran, tanaman, dan sisa makanan yang mengandung karbon
berupa senyawa sederhana maupun kompleks. Selulosa merupakan salah satu senyawa
kompleks yang memerlukan proses dekomposisi relatif lama namun dapat dipecah oleh
enzim selulosa yang dihasilkan oleh bakteri menjadi senyawa monosakarida, alkohol, CO2,
dan asam-asam organik lain (MuztofaAzizi, 2013)
Ditinjau dari ketersediaan dan jenis bahan bakunya, ketiga bentuk sampah organik
(sisa tanaman, kotoran hewan, dan sampah kota) ini berpotensi besar untuk didaur ulang
melalui proses pengomposan menjadi pupuk organik. Dengan memanfaatkan teknologi yang
ada diharapkan dapat membuka peluang usaha baru yang hasilnya (berupa pupuk organik)

6
dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas lahan-lahan pertanian di Indonesia.
(MuztofaAzizi, 2013)
Sampah yang telah ditimbun pada tempat pembuangan akhir (TPA) dapat mengalami
proses lanjutan. Teknologi yang digunakan dalam proses lanjutan yang umum adalah
pertama; teknologi pembakaran (incinerator). Teknologi akan menghasilkan produk samping
berupa logam bekas (skrap) dan uap yang dapat dikonservasikan menjadi energi listrik.
Keuntungan lainnya menggunakan teknologi ini menurut Dinas Kebersihan DKI Jakarta
adalah, dapat mengurangi volume sampah sekitar 75% - 80% dari sumber sampah tanpa
proses pemilahan. (Amatillah, 2011)
Abu atau terak dari sisa pembakaran cukup kering dan bebas dari pembusukan dan
bisa langsung dapat dibawa ke tempat penimbunan pada lahan kosong, rawa ataupun daerah
sebagai bahan pengurug. Dan pada instalasi yang cukup besar dengan kapasitas 300 ton/hari
dapat dilengkapi dengan pembangkit listrik sehingga energi listrik sekitar 96.000
MWH/tahun yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk menekan biaya proses. Kedua,
teknologi pengomposan (composting). Pada prinsipnya teknologi pengomposan adalah
sebagai berikut, sampah yang tak lapuh seperti kaca,plastik, besi dan bongkahan beton
disisihkan dan dibuang. (Amatillah, 2011)
Sehingga yang tinggal hanya yang bisa lapuk saja. Selanjutnya sampah dihancur
leburkan menggunakan mesin khusus sampai lumat, agar proses pembusuksn oleh
mikroorganisme dapat berjalan dengan baik, sampah kemudian ditimbun secara teratur dalam
suatu hamparan tertutup yang bisa diawasi suhu, tingkat kelembaban dan aliran udaranya
menggunakan alat khusus. Perlakuan ini akan membuat proses pembusukan sampah
berlangsung optimal. Walaupun demikian pembusukan bisa dilakukan secara sederhana.
(Amatillah, 2011)
Sampah yang telah digiling cukup dihamparkan begitu saja tertimpa sinar matahari
selama beberapa hari sampai membusuk dengan sempurna. Kompos yang dalam
pembuatannya dilapisi dengan lumpur dasar sungai ternyata hasilnya jauh lebih baik
dibandingkan dengan jika tidak dilapisi dengan lumpur. Proses pembuatan kompos ini
biasanya berlangsung antara 2 hari hingga 6 minggu, tergantung pada cara penangannanya.
Setelah kompos itu “jadi”, segera dikeringkan kemudian digiling. Setelah dikemas dengan
baik, maka kompos siap dipasarkan. Ketiga, teknologi penimbunan tanah (land fill).
(Amatillah, 2011)
Teknologi ini sudah lama dilakukan. Sampah yang terkumpul dari rumah tangga dan
pasar dimanfaatkan untuk menimbun tanah rendah. Sampah ditimbun begitu saja sampai

7
menggunung, lalu diratakan dan dipadatkan. Setelah ketinggian mencapi yang diinginkan
penimbunan sampah dihentikan. Sebaiknya yang dimanfaatkan jenis sampah yang tak mudah
lapuk saja, seperti kertas, potongan kayu, potongan besi, kaleng bekas dan sebagainya. Sebab
kalau sampah itu bercampur dengan sampah lapuk yang sangat mudah membusuk akan
menimbulkan bau tidak sedap. Setelah mencapai tinggi tertentu segera ditimbun tanah.
(Amatillah, 2011)
Lapisan tanah ini sedikitnya setebal 60 cm. Pemusnahan dengan cara ini (sanitary
landfill) memang membutuhkan biaya lebih besar, tapi lebih aman dan tidak merugikan
kehidupan masyarakat. Keempat, teknologi daur ulang (recycling). Sampah-sampah yang
kiranya masih bisa diolah kembali, dipungut dan dikumpulkan. Contohnya adalah kertas,
kardus, pecahan kaca, botol bekas, logam-logam, plastik dan sebagainya.Barang-barang
bekas ini bisa dikirim ke pabrik yang melakukan daur ulang, sehingga barang bekas tadi bisa
diolah menjadi bahan baku, yang dapat menghasilkan produk daur ulang seperti karton,
kardus pembungkus, alat-alat dan perangkat rumah tangga dari plastik dan kaca. Cara daur
ulang kertas, kertas-kertas dikumpulkan secara terpisah dengan plastik. Lantas dibawa
ketempat daur ulang kertas. Kemudian kertas dicampur dengan air, dipanaskan dan dibuat
pulp. Residu tinta dipisahkan untuk meningkatkan kualitas. Akhirnya dihasilkan kertas daur
ulang. Setelah dipotong dalam ukuran tertentu dan dikemas, kertas sudah bisa dipasarkan
kembali. Pengolahan sampah ada berbagai cara selain di atas tersebut, beberapa metodenya
antara lain: (Amatillah, 2011)

· Metode Daur Ulang

Proses pengambilan barang yang masih memiliki nilai dari sampah untuk digunakan
kembali disebut sebagai daur ulang.Ada beberapa cara daur ulang , pertama adalah
mengambil bahan sampahnya untuk diproses lagi atau mengambil kalori dari bahan yang bisa
dibakar utnuk membangkitkan listik. (Amatillah, 2011)

· Pengolahan Kembali Secara Fisik

Metode ini adalah aktifitas paling populer dari daur ulang , yaitu mengumpulkan dan
menggunakan kembali sampah yang dibuang , contohnya botol bekas pakai yang
dikumpulkan kembali untuk digunakan kembali. Pengumpulan bisa dilakukan dari sampah

8
yang sudah dipisahkan dari awal (kotak sampah/kendaraan sampah khusus), atau dari sampah
yang sudah tercampur. Sampah yang biasa dikumpulkan adalah kaleng minum aluminum ,
kaleng baja makanan/minuman, Botol HDPE dan PET , botol kaca , kertas karton, koran,
majalah, dan kardus. Jenis plastik lain seperti (PVC, LDPE, PP, dan PS) juga bisa di daur
ulang.Daur ulang dari produk yang komplek seperti komputer atau mobil lebih susah, karena
harus bagian bagiannya harus diurai dan dikelompokan menurut jenis bahannya. (Amatillah,
2011)

· Pengolahan Biologis

Material sampah organik , seperti zat tanaman , sisa makanan atau kertas , bisa diolah
dengan menggunakan proses biologis untuk kompos, atau dikenal dengan istilah
pengkomposan.Hasilnya adalah kompos yang bisa digunakan sebagi pupuk dan gas methana
yang bisa digunakan untuk membangkitkan listrik. Contoh dari pengelolaan sampah
menggunakan teknik pengkomposan adalah Green Bin Program (program tong hijau) di
Toronto, Kanada, dimana sampah organik rumah tangga , seperti sampah dapur dan potongan
tanaman dikumpulkan di kantong khusus untuk di komposkan. (Amatillah, 2011)

· Pemulihan Energi

Kandungan energi yang terkandung dalam sampah bisa diambil langsung dengan cara
menjadikannya bahan bakar, atau secara tidak langsung dengan cara mengolahnya menajdi
bahan bakar tipe lain. Daur-ulang melalui cara “perlakuan panas” bervariasi mulai dari
menggunakannya sebakai bahan bakar memasak atau memanaskan sampai menggunakannya
untuk memanaskan boiler untuk menghasilkan uap dan listrik dari turbin-generator. Pirolisa
dan gasifikasi adalah dua bentuk perlakukan panas yang berhubungan , dimana sampah
dipanaskan pada suhu tinggi dengan keadaan miskin oksigen. Proses ini biasanya dilakukan
di wadah tertutup pada Tekanan tinggi. Pirolisa dari sampah padat mengubah sampah
menjadi produk berzat padat , gas, dan cair. Produk cair dan gas bisa dibakar untuk
menghasilkan energi atau dimurnikan menjadi produk lain. Padatan sisa selanjutnya bisa
dimurnikan menjadi produk seperti karbon aktif. Gasifikasi dan Gasifikasi busur plasma yang
canggih digunakan. (Amatillah, 2011)
· Penimbunan Darat

9
Pembuangan sampah pada penimbunan darat termasuk menguburnya untuk
membuang sampah, metode ini adalah metode paling populer di dunia. Penimbunan ini
biasanya dilakukan di tanah yg ditinggalkan , lubang bekas pertambangan , atau lubang
lubang dalam. Sebuah situs penimbunan darat yg di desain dan di kelola dengan baik akan
menjadi tempat penimbunan sampah yang hiegenis dan murah. Sedankan penimbunan darat
yg tidak dirancang dan tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan berbagai masalah
lingkungan , diantaranya angin berbau sampah , menarik berkumpulnya Hama , dan adanya
genangan air sampah. Efek samping lain dari sampah adalah gas methan dan karbon dioksida
yang juga sangat berbahaya. (di Bandung kandungan gas methan ini meledak dan
melongsorkan gunung sampah) Karakter desain dari penimbunan darat yang modern
diantaranya adalah metode pengumpulan air sampah menggunakan bahan tanah liat atau
pelapis plastik.Sampah biasanya dipadatkan untuk menambah kepadatan dan kestabilannya ,
dan ditutup untuk tidak menarik hama (biasanya tikus). Banyak penimbunan samapah
mempunyai sistem pengekstrasi gas yang terpasang untuk mengambil gas yang terjadi. Gas
yang terkumpul akan dialirkan keluar dari tempat penimbunan dan dibakar di menara
pemabakar atau dibakar di mesin berbahan bakar gas untuk membangkitkan listrik.
(Amatillah, 2011)

· Pembakaran/pengkremasian

Pembakaran adalah metode yang melibatkan pembakaran zat sampah. Pengkremasian


dan pengelolaan sampah lain yg melibatkan temperatur tinggi baisa disebut “Perlakuan
panas”. kremasi merubah sampah menjadi panas, gas, uap dan abu. Pengkremasian dilakukan
oleh perorangan atau oleh industri dalam skala besar. Hal ini bsia dilakukan untuk sampah
padat , cari maupun gas. Pengkremasian dikenal sebagai cara yang praktis untuk membuang
beberapa jenis sampah berbahaya, contohnya sampah medis (sampah biologis).
Pengkremasian adalah metode yang kontroversial karena menghasilkan polusi udara.
Pengkremasian biasa dilakukan dinegara seperti jepang dimana tanah begitu terbatas ,karena
fasilitas ini tidak membutuhkan lahan seluas penimbunan darat.Sampah menjadi energi
(Waste-to-energy=WtE) atau energi dari sampah (energy-from-waste = EfW) adalah
terminologi untuk menjelaskan samapah yang dibakar dalam tungku dan boiler guna

10
menghasilkan panas/uap/listrik.Pembakaran pada alat kremasi tidaklah selalu sempurna , ada
keluhan adanya polusi mikro dari emisi gas yang keluar cerobongnya. Perhatian lebih
diarahkan pada zat dioxin yang kemungkinan dihasilkan di dalam pembakaran dan
mencemari lingkungan sekitar pembakaran. Dilain pihak , pengkremasian seperti ini
dianggap positif karena menghasilkan listrik (Amatillah, 2011)

· Metode Penghindaran dan Pengurangan

Sebuah metode yang penting dari pengelolaan sampah adalah pencegahan zat sampah
terbentuk , atau dikenal juga dengan “pengurangan sampah”. Metode pencegahan termasuk
penggunaan kembali barang bekas pakai , memperbaiki barang yang rusak , mendesain
produk supaya bisa diisi ulang atau bisa digunakan kembali (seperti tas belanja katun
menggantikan tas plastik ), mengajak konsumen untuk menghindari penggunaan barang
sekali pakai (contohnya kertas tissue) ,dan mendesain produk yang menggunakan bahan yang
lebih sedikit untuk fungsi yang sama (contoh, pengurangan bobot kaleng minuman).
(Amatillah, 2011)

C. Masalah yang Timbul Ketika Teknologi Tersebut Belum diadopsi

Dampak yang akan di hadapi jika Teknologi Tempat Guna tidak di terapkan, Ada 3 faktor
yang akan beresiko bagi lingkungan dan masyarakat :

1. Kesehatan
 Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal
dari sampah yang menumpuk dan tidak diolah kembali. Penyakit demam
berdarah dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengolaan
sampahnya kurang baik. (RizkyNoviandry, 2016)
2. Dampak Terhadap Lingkungan
 Pencemaran darat yang dapat ditimbulkan oleh sampah misalnya ditinjau dari
segi kesehatan sebagai tempat bersarang dan menyebarnya bibit penyakit,
sedangkan ditinjau dari segi keindahan, tentu saja menurunnya keindahan

11
lingkungan sekitar. Cairan rembasan sampah yang masuk ke dalam drainase
atau sungai akan mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati
sehingga beberapa spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya
ekosistem perairan biologis. Penguraian sampah yang dibuang ke dalam air
akan menghasilkan asam organik dan gas cair organik, seperti metana . selain
berbau kurang sedap, gas ini dalam konsentrasi tinggi dapat meledak.
(RizkyNoviandry, 2016)
Pencemaran udara yang ditimbulkan misalnya mengeluarkan bau yang tidak
sedap, debu gas-gas beracun. Pembakaran sampah dapat meningkatkan
karbonmonoksida (CO), karbondioksida (CO2) nitrogen-monoksida (NO), gas
belerang,amoniak dan asap di udara. Asap diudara, asap yang ditimbulkan dari
bahan plastik ada yang bersifat karsinogen, artinya dapat menimbulkan
kanker, berhati-hati dalam membakar sampah. (RizkyNoviandry, 2016)
3. Dampak Terhadap Keadaan Sosial & Ekonomi
 Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang
kurang menyenangkan bagi masyarakat : bau yang tidak sedap dan
pemandangan yang buruk karena sampah bertebaran dimana-mana,
memberikan dampak negatif bagi kepariwisataan di daerah tersebut,
pengolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat
kesehatan masyarakat. Hal ini penting disini adalah meningkatnya pembiayaan
secara langsung untuk membiayai pengobatan. (RizkyNoviandry, 2016)

D. Dampak Ketika Teknologi Tersebut Sudah diadopsi

Dengan di adopsi Teknologi Tepat Guna Pengelolaan Sampah terhadap kehidupan


bermasyarakat, akan sangat amat membantu kelangsungan hidup bagi masyarakat itu
sendiri maupun menjaga kelestarian lingkungan mereka dan tetap bisa mempertahankan
keinadahan daerah mereka juga.
Sampah tidak hanya bisa dimanfaatkan sebagai kompos untuk pupuk organik, tapi
juga bisa diolah menjadi energi bio arang, biomass dan energi untuk listrik. Lebih jauh
sampah dapat dijadikan barang-barang aksesoris, barang fungsional dan sebagai bahan
bangunan. (Amatillah, 2011)

12
Pengolahan sampah menjadi energi listrik sudah lazim di banyak negara, tetapi di
Indonesia fasilitas gas dari TPA masih relatif baru. Pada saat ini proyek untuk
menghasilkan energi listrik dari sampah sedang dibangun di Bali. Investor Inggris,
Navigat Organic Energy Indonesia (NOEI), akan mendirikan instalasi pengelolaan
sampah terpadu sebagai penghasil listrik untuk Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan.
(Amatillah, 2011)
Proyek ini akan mengolah sampah sebanyak 500 ton per hari dan menhasilkan listrik
5–8 megawatt. Teknologi yang digunakan adalah teknologi landfill. Prosesnya,
menjadikan biogas yang didapat dari sampah melalui gas engine dikonservasikan
menjadi energi listrik. Mula-mula seluruh sampah ditimbun dengan tanah, lalu lewat pipa
yang dipasang di dalamnya, gas methan ditangkap dan digunakan untuk mengeringkan
sampah. Dengan demikian tumpukan sampah itu akan mengering. (Amatillah, 2011)
Cairan yang keluar selama proses itu ditampung dan dikelola dalam instalasi khusus
atau water treatment supaya tidak menimbulkan pencemaran. Untuk sampah yang baru,
prosesnya dipilah dulu. Sampah basah seperti kayu, daun, kertas dicacah dulu, kemudian
dimasukkan dalam digester (pengering) yang nantinya menghasilkan biogas dan kompos.
Teknologi ini disebut Anaerobic Digestion. (Amatillah, 2011)
Sedangkan sampah kering semacam plastik akan diolah dengan teknologi pirolisis dan
gassfication, yakni dengan pemanasan tinggi tanpa oksigen yang menhasilkan gas dan
digunakan untuk menggerakkan turbin. (Amatillah, 2011)

E. Simpulan
Dari urian dari topik isi diatas dapat saya simpulkan hal-hal sebagai berikut,Teknologi
Tepat Guna (TTG) bertujuan untuk menerapkan konsep-konsep manajemen ke dalam
praktek perilaku masyarakat dalam mengoptimalkan kesehatan,linkungan dan juga
pendapatan bagi masyarakat itu sendiri.

13
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

1 . Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas
manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomi.
2 . Sampah plastik sangat berbahaya bagi lingkungan apabila dibiarkan saja.
3 . Sampah dapat dimanfaatkan sebagai barang – barang yang berguna dan bermanfaat
antara lain mulai dari pupuk,bahan bakar,dari sampah plastik dapat di jadikan
dompet berbagai ukuran, tas, sampai payung sehingga dapat membantu masyaraka
dalam mendapatkan peluang usaha dan menjadikan ini sebagai penambah
penghasilan mereka.

14
DAFTAR PUSTAKA
Muztofa,Azizi. “Teknologi Tepat Guna 1”13 oktober
2018.https://id.scribd.com/doc/167793656/Teknologi-Tepat-Guna-1

Amatillah, Athiyah. “teknologi tepat guna pengelolahan sampah”13


oktober2018.https://id.scribd.com/doc/65623651/teknologi-tepat-guna-pengelolahan-
sampah

Rizky,Noviandry”makalah sampah plastik”13 oktober


2018https://id.scribd.com/doc/310091346/Makalah-Sampah-Plastik

https://id.wikipedia.org/wiki/Teknologi_tepat_guna (Wikipedia, 2018)

Rizaldi, Achmad.”teknologi tepat guna”14 oktober


2018https://id.scribd.com/doc/96235843/39-Modul-12-Teknologi-Tepat-Guna (Rizaldi,
2015)

15

Anda mungkin juga menyukai