Anda di halaman 1dari 10

OLEH :

1. KADEK DWITA GAYATRI PUSPARINI {16}


2. IDA AYU PUTU NADYA SWARI {15}
3. KETUT APRIA SINTIA DEWI {19}
4. GEDE AGUS VICKY PRATAMA {05}
5. I GUSTI PUTU JAYA KUSUMA WARDANA {08}
6. I PUTU ODI IRAWAN {13}

TAHUN AJARAN 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,
Atas Asung Kertha Wara Nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan
Yang Maha Esa) pada akhirnya makalah ini tersusun dalam bentuk yang
sederhana setelah banyak rintangan baik teknis maupun non tekhnis. Adapun
judul makalah yang saya ambil adalah “Sad Darsana”.
Penyusun menyadari bahwa komposisi, struktur maupun materi yang
terdapat dalam makalah ini masih jauh dari yang diharapkan, oleh karena itu
penyusun menyadari beberapa kekurangan-kekurangan dan keterbatasan penulis
miliki. Oleh karena itu saran dan kritik dari semua pihak yang sifatnya
membangun sangat diharapkan dalam perbaikan makalah ini.
Dengan selesainya makalah ini penyusun ingin menyampaikan terima
kasih kepada guru kami yang telah banyak memberi petunjuk dalam pembuatan
makalah ini, tak lupa juga kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada teman-teman kami yang telah banyak memberikan motivasi dan
dorongannya sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Om Santi Santi Santi Om.

Singaraja,15 januari 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................ ii


Daftar Isi .....................................................................................................................iii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah................................................................................................. 1
1.3 Tujuan................................................................................................................... 1

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sad Darsana......................................................................................... 2
2.2 Mimamsa Darsana ................................................................................................ 2
2.3 Vedanta Darsana .................................................................................................... 4

BAB III
PENUTUP
3.1Simpulan................................................................................................................. 6
3.2Saran........................................................................................................................6

Daftar Pustaka.............................................................................................................. 7

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini agama Hindu telah menjadi agama besar dunia yang tidak
hanya menghasilkan seorang Dayananda dan Tilak tetapi juga seorang Gandhi dan
Sarvepalli Radhakrishnan, seorang Aurobindo Ghose dan Krishnamurti, warga
dunia yang sesungguhnya dan nabi-nabi bagi sebuah agama universal. Apa yang
telah terjadi atas agama Hindu ini tidak terlepas dari ajaran agamanya juga tentang
kefilsafatannya yaitu filsafat India.
Dalam konteks keilmuan bahasa Sanskerta, filsafat India ini dikenal
dengan istilah Sad Darshana yang merupakan suatu pandangan yang benar
terhadap apa yang harus dilakukan oleh seseorang baik moral maupun material
untuk mencapai kebenaran dan kebahagiaan yang tertinggi dan abadi (moksa).

1.2 Rumusan Masalah


1.21 Apa pengertian Sad Darsana?
1.22 Apa pengertian Mimamsa Darsana?
1.23 Apa pengertian Vedanta Darsana?

1.3 Tujuan
1.31 Untuk mengetahui pengertian Sad Darsana
1.32 Untuk mengetahui arti Mimamsa Darsana
1.33 Untuk mengetahui arti Vedanta Darsana

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN SAD DARSANA


Kata Darsana berasal dari urat kata drs yang artinya memandang menjadi
kata Darsana (kata benda)artinya pengelihatan atau pandangan. Kata darsana
dalam hubungan ini berarti pandangan tentang kebenaran (filsafat). Ilmu
filsafat adalah sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana caranya
mengungkapkan nilai nilai kebenaran hakiki yang dijadikan landasan untuk
hidup yang dicita-citakan. Demikian halnya ilmu filsafat yang ada di dalam
ajaran Hindu yang juga disebut dengan Darsana, semuanya berusaha untuk
mengungkapkan tentang nilai nilai kebenaran dengan bersumber pada kitab
suci veda. Dalam perkembangan agama Hindu atau kebudayaan veda terdapat
Sembilan cabang filsafat yang disebut Nawa Darsana. Pada masa Upanisad,
akhirnya filsafat dalam kebudayaan veda dapat dibagi menjadi dua kelompok
yaitu Astika (kelompok yang mengakui veda sebagai ajaran tertinggi) dan
Nastika (kelompok yang tidak mengakui veda sebagai ajaran tertinggi).
Terdapat enam cabang filsafat yang mengakui veda yang disebut Sad Darsana
(Nyaya, Samkya, Yoga, Mimamsa, Vaisiseka, dan Vedanta).
Darsana merupakan bagian penulisan Hindu yang memerlukan
kecerdasan yang tajam, penalaran serta perasaan, karena masalah pokok yang
dibahasnya merupakan inti sari pemahaman Veda secara menyeluruh di
bidang filsafat.
Aliran filsafat orthodox (Sad Darsana):

2.2 MIMAMSA DARSANA


2.21 Pendiri dan sumber ajaranya
Purwa Mimamsa atau karma Mimamsa atau yang lebih dikenal dengan
Mimamsa, adalah penyelidikan ke dalam bagian yang lebih awal dari
kitab suci veda, suatu pencarian kedalam ritual ritual Veda atau bagian
Veda yang berurusan dengan masalah Mantra dan Brahmasa saja
disebut Purwa Mimamsa karena ia lebih awal dari pada Uttara

2
Mimamsa (Vedanta), dalam pengertian lokiga,dan tidak demikian
banyak dalam pengertian kronologis. Sebagai filsafat Mimamsa
mencoba menegakkan keyakinan keagamaan veda terdiri dari
bermacam macam unsur yaitu :
 Percaya dengan adanya roh yang menyekamatkan dari kematian
dan mengamati hasil dari ritual di sorga.
 Percaya tentang adanya kekuatan atau potensi yang melestarikan
ampak dari ritual yang dilaksanakan.
 Percaya bahwa dunia adalah suatu kenyataan dan semua tindakan
yang kita lakukan dalam hidup ini bukanlah suatu bentuk illusi.
Tokoh pendiri dari system filsafat Mimamsa adalah Maharsi
Jaimini yang merupakan murid dari Maharsi Vyasa telah mensistemasir
aturan aturan dari Mimamsa.
2.22 Sifat Ajarannya
Ajaran Mimamsa bersifat pluralistis dan realistis yang mengakui
jiwa yang jamak dan alam semesta yang nyata serta berbeda dalam
jiwa. Karena sangat mengagungkan Veda, maka Mimamsa memanggap
Veda itu bersifat kekal dan tanpa penyusun,baik oleh manusia maupun
oleh tuhan. Apa yang diajarakan oleh Veda dipandang oleh suatu
kebenaran yang mutlak. Menurut filsafat Mimamsa, pelaksanaan
upacara keagamaan adalah semata mata perintah dari Veda dan
merupakan suatu kewajiban yang mendatangkan pahala.
Kekuatan yang mengatur antara pelaksanaan upacara tersebut
dengan pahalanya disebut Apurva. Pelaksanaan Apurva memberikan
ganjaran kepada si pelaksana kurban, karena apurva merupakan mata
rantai atau hubungan yang diperlukan antara kerja dengan hasilnya.
2.23 Pokok pokok ajarannya
Mengenai jiva, Mimamsa menyatakan bahwa jiwa itu banyak dan
tak terhingga, bersifat kekal, dan dimana mana dan meliputi segala
sesuatu. Jaimini tidak mempercayai adanya Moksa dan hanya
mempercayai keberadaan Svarga (surga), yang dapat yang dapat dicapai
melalui karma atau kurban.
Menurut jaimini,pelaksanaan kegiatan yang dilarang oleh kitab
suci Veda merupakan sadhana atau cara pencapaian surga. Karma kanda

3
merupakan pokok dari Veda yang penyebab belenggu adalah
pelaksanaan dari kegiatan yang dilarang (nisiddha karma).
Dalam system Mimamsa mengenal dua jenis pengetahuan yaitu,
immediate dan mediate. Immediate adalah pengetahuan yang terjadi
secara tib tiba,langsung dan tak terpisahkan. Sedangkan mediate ialah
pengetahuan yang diperoleh melalui perantara. Objek dari pengetahuan
immediate haruslah sesuatu yang ada atau zaat. Pengetahuan yang
datangnya tiba tiba dan tidak dapat di tentukan terlebih dahulu disebut
nivikalpa pratyaksa atau alocanajnana. Objek dari pengetahuan
immediate juga sesuatu yang ada dan dapat diinterpretasikan dengan
baik berdasarkan penetahuan yan dimiliki.
2.3 VEDANTA DARSANA
2.31Pendiri dan sumber ajarannya
Filsafat ini sangat kuno yang berasal dari kumpulan literature
bangsa arya yang dikenal dengan nama Veda. Vedanta ini merupakan
bunga diantara semua spekulasi, pengalaman dan analisa yang
terbentuk dalam demikian banyak literatur yan dikumpulkan dan dipilih
selama beraba abad.
Istilah Vedanta berasal dari kata Veda dan anta, artinya bagian
terakhir dari veda atau intisari atau akhir dari veda, yaitu ajaran ajaran
yangterkandung dalam kitab Upanisad.
Kitab Upanisad juga disebut dengan Vedanta,karena kitab kitab ini
merupakn Ynana Kanda yang mewujudkan bagian akhir dari Veda
setelah Mantra, Brahmana, dan Aranyaka yang bersifat mengumpulkan.
Ada tiga factor yang menyebabkan Upanisad disebut dengan Vedanta
yaitu:
 Upanisad adalah hasil karya terakhir dari zaman veda
 Pada zaman veda program pelajaran yang disampaikan oleh para
rsi kepada sisyanya.
 Upaniad adalah kumpulan syair syair yang terakhir dari pada
zaman veda.
2.32Sifat ajarannya
System filsafat Vedanta juga disebut Uttara Mimamsa
kata”Vedanta” brarti “akhir dari kata veda.sumber ajarannya adalah
kitab Upanisad. Oleh karena kitab Vedanta bersumber pada kitab kitab
Upanisad,Brahma Sutra dan Bhgavad Gita, maka sifat ajarannya adalah

4
absolutism dan teisme. Abslutisme maksudnya adalah aliran yang
meyakini bahwa Tuhan Yang Maha Esa adalah mutlak dan tidak
berpribadi (impersonal god),sedangkan teisme mengajarkan truhan
yang berpribadi (personal god).
2.33Pokok pokok ajaran Vedanta
Vedanta mengajarkan bahwa nirvanda dapat dicapai dalam
kehidupan sekarang ini, tak perlu setelah mati untuk mencapainya.
Nirvana adalah kesadaran diri sejati. Terdapat dua tahap perbedaan
dalam kehidupan, yaitu yang pertama, bahwa orang yang mengetahui
diri sejatinya tak akan dipengaruhi oleh hal apapun. Yang kedua, bahwa
hanya dia sendirilah yang dapat melakukan kebaikan pada dunia.
Seperti yang telah di sebutkan tadi bahwa filsafat Vedanta
bersumber dari Upanisad. Brahma sutra atau Vedanta sutra dan
bhagavad gita. Brahma sutra mengandung 556 buah sutra,yang
dikelompokkan atas empat bab, yaitu Samanvaya, Avirodha, Sadhana,
dan Pahala.

5
BAB III
PENUTUP

3.1 SIMPULAN
Kata darsana berasal dari drs yang artinya memandang menjadi kata
darsana (kata benda) artinya penglihatan atau pandangan. Kata darsana dalam
hubungan ini berarti pemandangan tentan kebenaran (filsafat). Darsana
merupakan bagian penulisan hindu yang memerlukan kecerdasan yan tajam.
3.2 SARAN
Demikianlah yang dapat saya paparkan mengenai materi ini, tenrunya
masih banyak kekurangan dan kelemahan, karena terbatasnya pengetahuan
penulis. Saya berharap para pembaca bias member kritik dan saran yang
bersifat membangun demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah
di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi
penulisnya pada khususnya juga para pembaca pada umumnya.

6
DAFTAR PUSTAKA

Hadiwijono, Harun, Sari Filsafat India, Jakarta, BPK Gunung Mulia Kwitang,
1985.
http://filsafat.kompasiana.com/2012/09/18/filsafat-india/.html.
http://mahabhrata.wordpress.com/mahabharata/bhagawadgita/samkhyayoga/filsaf
at-samkhya/.html.
http://www.psychologymania.com/2011/09/ajaran-agama-hindu-hinduisme.html.
http://lailatulfawaidah.blogspot.co.id/2012/12/kkumpulan-makalah-kel-6-sad-
darsana.html
Satya prasad dasji, Swami, Indian Philosophy, Bhuj : Sadguru Mahant Swani Sri
Dharmnandan dasji, 2010.
Suparta, Ardhana, Sejarah perkembangan AGAMA HINDU di
Indonesia. Surabaya: Paramita, 2002.

Anda mungkin juga menyukai