Anda di halaman 1dari 5

Nama : Kadek Andre Roy Nata

Nim : 18.1.3.9.1.01
Prodi : Teologi Hindu
Jurusan : Brahma Widya
Mata Kuliah : Tattwa II

1. Tuliskan beberapa jenis OM/Ong Kara dengan aksara Bali! Kapan dipergunakan
jenis-jenis Ong Kara tersebut?
2. Kenapa Ong Kara dalam lontar-lontar tattwa dikatakan sebagai peta sekaligus jalan
untuk mencapai Siwa? Jelaskan!
3. Tattwa bersumber dari prasthanatraya (tiga teks teologi Wedanta) yaitu Upanisad,
Brahmasutra dan Bhagawadgita) ketiga teks tersebut paham ketuhanannya adalah
pantheisme, mengapa lontar tattwa di Indonesia paham ketuhanannya menjadi
monisme? Jelaskan!
4. Tuliskan sepuluh aksara (dasaksara) menggunakan huruf bali!
5. Jelaskan letak masing-masing dasaksara tersebut baik dalam Bhuana Agung maupun
Bhuwana alit, jelaskan pula filosofisnya dari masing-masing warna dari aksara yang
menduduki arah mata angin tersebut!

JAWABAN

2. Om Kara adalah suara pertama dari mana alam semesta diciptakan. Di Bali dalam lontar-
lontar tattwa banyak kita jumpai jenis-jenis Om Kara sesuai dengan fungsinya sebagai
nyasa. Unsur-unsur Om Kara ada lima yaitu nada adalah symbol Sang Hyang Paramasiwa
sebagaimana dikutip dari Lontar Jnana Siddhanta. Paramasiwa “sunyatma atau ketiadaan”,
Beliau Parabrahma keberadaan absolute yang tidak terpikirkan dan bersifat pasif, Windu
adalah symbol dari Sang Hyang Sadasiwa. Sadasiwa adalah tingkat kesadaran Illahi yang
sudah terpengaruh oleh saktinya dan di sini sudah mulai muncul dualitas antara Siwa-
Shakti yang disebut ardhanariswara, Ardha candra sebagaimana dijelaskan dalam
Jnanasiddhanta adalah sebagai atyatma, sebagai maha penyebab dari keberadaan (Parama
karana). Ardha candra adalah symbol kesadaran, namun bukan kesadaran yang bersifat
personal melainkan kesadaran yang universal yang bebas dari segala pengkondisian.,
Wiswa/angka tiga dalam jnanasiddhanta disebut sebagai “penyebab dunia” karena terbagi
menjadi tiga yaitu Jnana Shakti (energy pengetahuan), Iccha Shakti (energy kehendak)
dan Kriya Shakti (energy gerak atau karya) yang dalam Lontar Sang Hyang aji Saraswati
disebut sebagai surya, Chandra, lintang trenggana, dimana ketiganya menjadi tri aksara
sebagai simbolis Brahma, Wisnu dan Iswara dan tarung/tedong semuanya itu
melambangkan Panca Mahabhuta, unsure-unsur sakti Sang Hyang Widhi. Dengan
berbagai macam symbol yang terdapat pada Ong Kara sehingga hal tersebut dapat
mengantarkan manusia untuk menuju Siwa itu sendiri.
3. Monisme adalah keyakinan terhadap adanya Keesaan Tuhan Yang Maha Esa merupakan
hakekat alam semesta. Esa dalam segala. Segalanya berada dalam yang Esa. Dalam teks
Lontar di Indonesia menganut paham monisme karena secara garis besar semua lontar
tattwa di Indonesia menganut paham Siwa Sidhanta dimana paham ini memberikan
sebuah penjelasan bahwa Siwa merupakan yang utama dan semua dewa dewa lainnya
tiada lain adalah wujud manifestasi dari Siwa itu sendiri. Selain itu alas an mengapa di
Indonesia paham yang berkembang ialah Monisme juga karena para guru suci terdahulu
seprti Mpu Kuturan dan Dang Hyang Nirartha telah menyatukan konsep keagamaan di
nusantara agar tidak terpecah ke dalam Sektas-sekta. Mpu Kuturan Berjasa terhadap
penyatuan sekta di Bali, dan Dang Hyang Niratha mengajarkan Konsep Tri Purusha dan
konsep Padmasana yang dimana kedua konsep tersebut merupakan wujud ajaran konsep
Monisme
5. Letak Dasaksara dalam Bhuwana Agung maupun Bhuwana Alit yaitu sebagai berikut:
 SA (SANG) – berwarna Putih bermakna sumber kebangkitan, berarti terang, di
Bhuwana Agung terletak di Timur (Dewa Isvara), di Bhuwana Alit terletak di
Jantung.
 BA (BANG) – berwarna merah bermakna sumber dari segala sumber, berani,
cinta, di Bhuwana Agung terletak di Selatan (Dewa Brahma), di Bhuwana Alit
terletak di Hati bagian kanan.
 TA (TANG) – berwarna kuning bermakna kemuliaan,di Bhuwana Agung terletak
di Barat (Dewa Mahadewa), di Bhuwana Alit terletak di ginjal
 A (ANG) – berwarna Hitam berarti gunung memiliki makna ketakutan, kematian,
kesedihan, di Bhuwana Agung terletak di Utara (Visnu), di Bhuwana Alit terletak
di Empedu.
 I (ING) – berwarna terang (brumbun), di Bhuwana Agung terletak di Teng ah
(Siva), di Bhuwana Alit terletak di hati bagian tengah
 NA (NANG) – berwarna merah muda bermakna penyatuan gunung dan lautan, di
Bhuwana Agung terletak di Tenggara, (Maheswara) di Bhuwana Alit terletak di
Paru-paru
 MA (MANG) – berwarna ungu, di Bhuwana Agung terletak di Barat Daya (Dewa
Rudra), di Bhuwana Alit terletak di Usus.
 SI (SING) – berwarna hijau. Di Bhuwana Agung terletak di Barat Laut (Sangkara),
di Bhuwana Alit terletak di Limpa.
 VA (VANG) – berwarna biru bermakna keseimbangan alam, di Bhuwana Agung
terletak di Timur Laut (Dewa Sambhu), di Bhuwana alit terletak di tenggorokan.
 YA (YANG) – berwarna gelap, di Bhuwana Agung terletak di Tengah (Dewa
Siva), di Bhuwana alit terletak di hati bagian kiri.

1. Penggunaan jenis Ong Kara:


 Ongkara Gni adalah ongkara yang digunakan untuk menghidupkan api di dalam
tubuh manusia. Kata gni sendiri berarti api. Tempatnya adalah di dalam dada.
 Ongkara Sabdha dimaksud sebagai aongkara yang memiliki fungsi untuk
membuat suara atau perkataan seseorang itu menjadi berguna dan didengar oleh
orang lain.
 Ongkara Mertha disebut seperti itu karena merupakan kumpulan dari lima mertha
yaitu mertha sanjiwani, mertha kamandalu, mertha kundalini, mertha mahamerta
dan mertha pawitra.
 Ongkara Pasah adalah symbol I Nini lan I Kaki sane tan kari ngemu rasa artinya
memiliki budhi. Budhi adalah keinginan yang belum jelas atau masih kabur
disebut dengan citta. Tan karo angemu rasa berarti sudah tidak memiliki
keinginan yang jelas.
 Ongkara adumuka memiliki makna kepala yang beradu. Jadi Ongkara adumuka
adalah dua buah ongkara yang ditulis dengan kepala yang saling bertemu. Aksara
ini sebagai symbol untuk I meme lan I bapa sane kari angemu rasa. yang perlu
diingat bahwa kedua aksara tersebut saling berkaitan. Dalam masyarakat hindu
dikenal dengan rwa bineda (dua hal yang berbeda) yang selalu ada di dunia ini,
ingat dan lupa, baik dan buruk, siang dan malam dan lain sebagainya.
4. Dasa Aksara

Anda mungkin juga menyukai