Anda di halaman 1dari 4

AGAMA HINDU

OLEH :
NI LUH AYU DEVA SASTRIANI
23
XII MIPA 6

SMA N 1 TABANAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
MAKNA DAN FUNGSI PENJOR

Makna penjor bagi umat Hindu dari jaman dulu hingga kini bahkan hingga nanti dalam
menghubungkan diri dengan Ida Sanghyang Widi Wasa menggunakan simbol-simbol.
Dalam Agama Hindu simbol dikenal dengan kata niasa ialah yang merupakan pengganti yang
sebenarnya. Bukan agama saja yang memanfaatkan simbol, bangsa juga memanfaatkan simbol-
simbol. Bentuk dan jenis simbol yang berbeda tetapi memiliki fungsi yang sama. Dalam upakara
terdiri dari tidak sedikit macam material yang dimanfaatkan yang merupakan simbol yang
penuh memiliki makna yang tinggi, di mana makna tersebut berkaitan isi alam (makrokosmos)
dan isi permohonan manusia kehadapan Ida Sanghyang Widi Wasa. Untuk mencapai
keseimbangan dari segala factor kehidupan seperti Tri Hita Karana. Penduduk di Bali sudah tak
asing lagi dengan penjor.
Masyarakat mengenal dua (2) tipe penjor, antara lain  Penjor Sakral dan Penjor hiasan.
Merupakan bagian dari upacara keagamaan, contohnya upacara Galungan, piodalan di pura-
pura. Sedangkan pepenjoran atau penjor hiasan rata rata dipergunakan saat adanya lomba
desa, pesta seni dll. penjor hiasan tak berisi sanggah penjor, tak adanya pala bungkah/pala
gantung, porosan dll. Penjor sakral yang dipergunakan pada disaat hari raya Galungan berisi
sanggah penjor, adanya pala bungkah dan pala gantung, sampiyan, lamak, jajan dll. Definisi
Penjor menurut I.B. Putu Sudarsana dimana Kata Penjor berasal dari kata “Penjor”, yang akan
diberikan arti yang merupakan, “Pengajum”, atau “Pengastawa”, kemudian kehilangan huruf
sengau, “Ny” menjadilah kata benda maka jadi kata, “Penyor” yang mengandung tujuan dan
pengertian, ”Sebagai Media Untuk Melaksanakan Pengastawa”.
Umat Hindu di Bali pada saat hari raya Galungan pada umumnya membuat
penjor. Penjor Galungan ditancapkan pada Hari Selasa/Anggara wara/wuku Dungulanyang
dikenal yang merupakan hari Penampahan Galungan yang bermakna tegaknya dharma. Penjor
dipasang atau ditancapkan pada lebuh didepan sebelah kanan pintu masuk pekarangan. Jika
rumah menghadap ke utara sehingga penjor ditancapkan kepada sebelah timur pintu masuk
pekarangan. Sanggah danlengkungan ujung penjor menghadap ke tengah jalan. Bahan penjor
yakni sebatang bambu yang ujungnya melengkung, dihiasi dengan janur/daun enau yangmuda
juga daun-daunan lainnya (plawa). Perlengkapan penjor Pala bungkah (umbi-umbian seperti
ketela rambat), Pala Gantung (contohnya kelapa, mentimun, pisang, nanas dll), Pala Wija
(seperti jagung, padi dll), jajan, pun sanggah Ardha Candra komplit dgn sesajennya.
Terhadap ujung penjor digantungkan sampiyan penjor komplit dengan porosan dan
bunga. Sanggah Penjor Galungan mempergunakan Sanggah Ardha Candra yang dibuat dari
bambu, dengan bentuk dasar persegi empat dan atapnya melengkung setengah lingkaran maka
wujudnya menyerupai wujud bulan sabit. Maksud pemasangan penjor yaitu sebagai
swadharma umat Hindu untuk wujudkan rasa bakti dan berterima kasih kehadapan Ida
Sanghyang Widi Wasa. Penjor sebagai tanda terima kasih manusia atas kemakmuran yang
dilimpahkan Ida Sang Hyang Widi Wasa. Bambu tinggi melengkung yaitu gambaran dari gunung
yangteratas yang merupakan lokasi yang suci. Hiasan yang terdiri dari kelapa, pisang, tebu,
padi, jajan dan kain yakni adalah wakil-wakil dari semua tumbuh-tumbuhan dan benda sandang
pangan yang dikarunia oleh Hyang Widhi Wasa. Penjor Galungan yakni penjor yang bersifat
relegius, yaitu memiliki fungsi tertentu dalam upacara keagamaan, dan wajib dibuat lengkap
dengan perlengkapan-perlengkapannya. Dilihat dari segi wujud penjor yaitu lambang Pertiwi
dengan segala hasilnya, yang memberikan kehidupan dan keselamatan. Pertiwi atau tanah
digambarkan yang merupakan dua ekor naga merupakan Naga Basuki dan Ananta bhoga.
Selain itu pula, penjor adalah simbol gunung, yang memberikan keselamatan dan
kesejahteraan. Hiasan-hiasan yakni ialah bejenis-jenis daun seperti daun cemara, andong, paku
pipid, pakis aji dll. Untuk buah-buahan mempergunakan padi, jagung, kelapa, ketela, pisang
termasuk juga pala bungkah, pala wija dan pala gantung, pula di lengkapi dengan jajan, tebu
dan uang. Oleh karena itu, menciptakan satu buah penjor sehubungan dengan pembuatan
upacara memerlukan persyaratan tertentu dalam arti tak asal menciptakansaja, tetapi
selayaknya penjor tersebut tepat dengan ketentuan Sastra Agama, maka tak berkesan hiasan
saja. Sesungguhnya unsur-unsur penjor tersebut ialahmerupakan symbol-simbol suci, sebagai
landasan peng-aplikasian ajaran Weda, maka mencerminkan adanya nilai-nilai tradisi Agama.

Simbol Dan Makna Perlengkapan Penjor Upacara


Dari beberapa unsur yang melengkapi penjor Galungan tersebut, memiliki makna atau simbol
dari kekuatan Tuhan. Sehingga penjor untuk upacara, wajib memenuhinya dari perlengkapan
tersebut, berikut perlengkapan penjor tersebut;

Bambu, adalah simbol gunung dan gunung tempat stana para Ida Sang Hyang Widi dan juga
sebagai simbol kekuatan Hyang Brahma

 Bambu (tiying) dibungkus ambu/kasa, simbol kekuatan Dewa Maheswara


 Kain putih kuning, simbol kekuatan Dewa Iswara
 Sampian, simbol kekuatan Dewa Parama Siwa
 Janur, simbol kekuatan Dewa Mahadewa
 Kue (jaja uli +gina), simbol kekuatan Dewa Brahma
 Kelapa, simbol kekuatan Dewa Rudra
 Pala bungkah, pala gantung, simbol kekuatan Dewa Wisnu
 Tebu, sebagai simbol kekuatan Dewa Sambu
 Plawa, simbol kekuatan Dewa Sangkara
 Sanggah Cucuk, simbol kekuatan Dewa Siwa
 Lamak, simbol Tribhuana
 Banten Upakara sebagai simbol kekuatan Dewa Sadha Siwa
 Klukuh berisi pisang, tape dan jaja, simbol kekuatan Dewa Boga
 Ubag-abig, simbol Rare Angon
 Hiasan cili, gegantungan, simbol widyadari
 Tamiang, sebagai simbol penolak bala atau kejahatan

Anda mungkin juga menyukai