Anda di halaman 1dari 4

Pengantar Pendidikan Pancasila 2

Kelompok 3
Ni Luh Ayu Deva Sastriani (121211863)
I Gede Putra Susena (121114111)
I Kadek Putra Astawa (121114131)
Gabriel Hutabarat (121114141)
Putu Ratih Santhi Devani (82110667)
I Putu Geoffrey Satya Sanjaya (82122449)

UNIVERSITAS PENDIDIKAN NASIONAL


Jl. Bedugul No. 39 Sidakarya Denpasar-Bali
Telp: (0361) 723868, Fax: (0361) 723007
www.undiknas.ac.id – info@undiknas.ac.id
A. Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila dalam Kajian
Sejarah Bangsa Indonesia

Dinamika dan tantangan Pancasila sebagai dasar negara tentunya menjadi


perhatian khusus untuk dapat diberikan atensi sebagai bangsa Indonesia. Dinamika dan
tantangan Pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia memperlihatkan adanya pasang surut
dalam pemahaman dan pelaksanaan nilai-nilai Pancasila. Misalnya pada masa
pemerintahan presiden Soekarno, terutama pada 1960-an NASAKOM lebih populer
daripada Pancasila. Pada zaman pemerintahan presiden Soeharto, Pancasila dijadikan
pembenar kekuasaan melalui penataran P-4 sehingga pasca turunnya Soeharto ada
kalangan yang mengidentikkan Pancasila dgn P-4.

Pada masa pemerintahan era reformasi, ada kecenderungan para penguasa tidak
respek terhadap Pancasila, seolah-olah Pancasila ditinggalkan. Tantangan yang dihadapi
seperti pengangkatan presiden seumur hidup oleh MPRS dalam TAP No.III/MPRS/1960
Tentang Pengangkatan Soekarno sebagai Presiden Seumur Hidup. Hal tersebut
bertentangan dengan pasal 7 Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa,
”Presiden dan wakil presiden memangku jabatan selama lima (5) tahun, sesudahnya dapat
dipilih kembali”. Pasal ini menunjukkan bahwa pengangkatan presiden seharusnya
dilakukan secara periodik dan ada batas waktu lima tahun. Menurut Abdulgani, Pancasila
adalah leitmotive dan leitstar, dorongan pokok dan bintang penunjuk jalan. Tanpa adanya
leitmotive dan leitstar Pancasila ini, kekuasaan negara akan menyeleweng. Oleh karena
itu, segala bentuk penyelewengan itu harus dicegah dengan cara mendahulukan Pancasila
dasar filsafat dan dasar moral (1979). Agar Pancasila menjadi dorongan pokok dan
bintang penunjuk jalan bagi generasi penerus pemegang estafet kepemimpinan nasional,
maka nilai-nilai Pancasila harus dididikkan.

Sejarah bangsa Indonesia telah menunjukkan kemampuan bangsa ini untuk


mengadakan perpaduan dalam bentuk sintesa yang harmonis pada lapangan kebudayaan
dan kerohanian dalam arti yang luas, keanekatunggalan berbagai cita-cita yang berlainan,
yang asli dan yang datang dari luar, dalam lapangan hidup yang pokok-pokok, kerohanian
dan kejasmanian. Begitulah dasar negara Pancasila yang sila pertamanya melingkupi
sekaligus menyinari keempat sila lainnya.
.
B. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa
Indonesia untuk Masa Depan

Esesnsi Pancasila merupakan Philosofische Grondslag dan Weltanschauung.


Pancasila dikatakan sebagai dasar filsafat negara (Philosofische Grondslag) karena
mengandung unsur-unsur sebagai berikut: alasan filosofis berdirinya suatu negara; setiap
produk hukum di Indonesia harus berdasarkan nilai Pancasila. Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa (Weltanschauung) mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
nilai-nilai agama, budaya, dan adat istiadat. Semua penyebutan yang beragam aneka
macam terkait posisi atau kedudukan Pancasila di dalam masyarakat yang dirumuskan
secara sistematis, mesti dikembalikan kepada Dua pengertian Pokok tersebut.

Pancasila adalah satu alat pemersatu bangsa yang juga pada hakikatnya satu alat
mempersatukan dalam perjuangan melenyapkan segala penyakit yang telah dilawan
berpuluh-puluh tahun yaitu perjuangan melawan imperialisme, perjuangan mencapai
kemerdekaan, perjuangan sesuatu bangsa yang membawa corak sendiri-sendiri. Tidak ada
dua bangsa yang cara berjuangnya sama. Tiap-tiap bangsa mempunyai cara perjuangan
sendiri, mempunyai karakteristik sendiri. Oleh karena itu, pada hakikatnya bangsa
sebagai individu mempunyai kepribadian sendiri. Untuk memahami urgensi Pancasila
sebagai dasar negara, dapat menggunakan 2 (dua) pendekatan, yaitu institusional
(kelembagaan) dan human resources (personal/sumber daya manusia).

Pendekatan institusional yaitu membentuk dan menyelenggarakan negara yang


bersumber pada nilai-nilai Pancasila sehingga negara Indonesia memenuhi unsur-unsur
sebagai negara modern, yang menjamin terwujudnya tujuan negara atau terpenuhinya
kepentingan nasional (national interest), yang bermuara pada terwujudnya masyarakat
adil dan makmur. Sementara, human resources terletak pada dua aspek, yaitu orang-
orang yang memegang jabatan dalam pemerintahan (aparatur negara) yang melaksanakan
nilai-nilai Pancasila secara murni dan konsekuen di dalam pemenuhan tugas dan
tanggung jawabnya sehingga formulasi kebijakan negara akan menghasilkan kebijakan
yang mengejawantahkan kepentingan rakyat.

Demikian pula halnya pada tahap implementasi yang harus selalu memperhatikan
prinsip-prinsip good governance, antara lain transparan, akuntabel, dan fairness sehingga
akan terhindar dari KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme); dan warga negara yang
berkiprah dalam bidang bisnis, harus menjadikan Pancasila sebagai sumber nilai-nilai
etika bisnis yang menghindarkan warga negara melakukan free fight liberalism, tidak
terjadi monopoli dan monopsoni; serta warga negara yang bergerak dalam bidang
organisasi kemasyarakatan dan bidang politik (infrastruktur politik).

Kedudukan Pancasila sebagai sumber dari sumber hukum sudah selayaknya


menjadi ruh dari berbagai peraturan yang ada di Indonesia. Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang ditegaskan dalam alinea keempat
terdapat kata “berdasarkan” yang berarti, Pancasila merupakan dasar negara kesatuan
Republik Indonesia. Pancasila sebagai dasar negara mengandung makna bahwa nilai-nilai
Pancasila harus menjadi landasan dan pedoman dalam membentuk dan
menyelenggarakan negara, termasuk menjadi sumber dan pedoman dalam pembentukan
peraturan perundang-undangan. Hal ini berarti perilaku para penyelenggara negara dalam
pelaksanaan penyelenggaraan pemerintah negara, harus sesuai dengan perundang-
undangan yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila. Apabila nilai-nilai Pancasila
diamalkan secara konsisten, baik oleh penyelenggara negara maupun seluruh warga
negara, maka akan terwujud tata Kelola pemerintahan yang baik. Pada gilirannya, cita-
cita dan tujuan negara dapat diwujudkan secara bertahap dan berkesinambungan.

Anda mungkin juga menyukai