Kelompok 3
Ni Luh Ayu Deva Sastriani (121211863)
I Gede Putra Susena (121114111)
I Kadek Putra Astawa (121114131)
Gabriel Hutabarat (121114141)
Putu Ratih Santhi Devani (82110667)
I Putu Geoffrey Satya Sanjaya (82122449)
Pada masa pemerintahan era reformasi, ada kecenderungan para penguasa tidak
respek terhadap Pancasila, seolah-olah Pancasila ditinggalkan. Tantangan yang dihadapi
seperti pengangkatan presiden seumur hidup oleh MPRS dalam TAP No.III/MPRS/1960
Tentang Pengangkatan Soekarno sebagai Presiden Seumur Hidup. Hal tersebut
bertentangan dengan pasal 7 Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa,
”Presiden dan wakil presiden memangku jabatan selama lima (5) tahun, sesudahnya dapat
dipilih kembali”. Pasal ini menunjukkan bahwa pengangkatan presiden seharusnya
dilakukan secara periodik dan ada batas waktu lima tahun. Menurut Abdulgani, Pancasila
adalah leitmotive dan leitstar, dorongan pokok dan bintang penunjuk jalan. Tanpa adanya
leitmotive dan leitstar Pancasila ini, kekuasaan negara akan menyeleweng. Oleh karena
itu, segala bentuk penyelewengan itu harus dicegah dengan cara mendahulukan Pancasila
dasar filsafat dan dasar moral (1979). Agar Pancasila menjadi dorongan pokok dan
bintang penunjuk jalan bagi generasi penerus pemegang estafet kepemimpinan nasional,
maka nilai-nilai Pancasila harus dididikkan.
Pancasila adalah satu alat pemersatu bangsa yang juga pada hakikatnya satu alat
mempersatukan dalam perjuangan melenyapkan segala penyakit yang telah dilawan
berpuluh-puluh tahun yaitu perjuangan melawan imperialisme, perjuangan mencapai
kemerdekaan, perjuangan sesuatu bangsa yang membawa corak sendiri-sendiri. Tidak ada
dua bangsa yang cara berjuangnya sama. Tiap-tiap bangsa mempunyai cara perjuangan
sendiri, mempunyai karakteristik sendiri. Oleh karena itu, pada hakikatnya bangsa
sebagai individu mempunyai kepribadian sendiri. Untuk memahami urgensi Pancasila
sebagai dasar negara, dapat menggunakan 2 (dua) pendekatan, yaitu institusional
(kelembagaan) dan human resources (personal/sumber daya manusia).
Demikian pula halnya pada tahap implementasi yang harus selalu memperhatikan
prinsip-prinsip good governance, antara lain transparan, akuntabel, dan fairness sehingga
akan terhindar dari KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme); dan warga negara yang
berkiprah dalam bidang bisnis, harus menjadikan Pancasila sebagai sumber nilai-nilai
etika bisnis yang menghindarkan warga negara melakukan free fight liberalism, tidak
terjadi monopoli dan monopsoni; serta warga negara yang bergerak dalam bidang
organisasi kemasyarakatan dan bidang politik (infrastruktur politik).