Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MATA KULIAH TEOLOGI DALAM VEDA

DEWA WISNU ( KAJIAN TEOLOGI HINDU )

Dosen pengampu : Putu Maria Ratih Anggraini, M. Fil. H.

Oleh :
Kadek Andre Roy Nata (18.1.3.9.1.01)

Jurusan : Brahma Widya

Prodi : Teologi Hindu

SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU NEGERI


MPU KUTURAN SINGARAJA
SINGARAJA
2020
KATA PENGANTAR

OM SWASTIASTU

Rasa angayubagia penulis haturkan kehadapan Ida Sanghyang Widhi wasa,


Sanghyang Aji Saraswati, karena atas asung Kerta Wara Nugraha nya makalah yang
berjudul '' Dewa Wisnu (Kajian Teologi Hindu)’' bisa diselesaikan tepat pada
waktunya. makalah ini disusun supaya bisa dijadikan referensi dalam mempelajari
mata kuliah Teologi dalam Veda serta diharapkan mahasiswa mampu memahami dan
menganalisis nilai-nilai ajaran agama Hindu pada kitab suci Veda.
penulis menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan tulisan ini, sehingga
penulis berharap kritik dan saran dari para pembaca sehingga dapat memotivasi
penulis dalam menulis karya tulis selanjutnya.
semoga Makalah ini dapat memberi tuntunan dan manfaat bagi perkembangan
dunia pendidikan dalam memberikan pemahaman mengenai Dewa Wisnu (Kajian
Teologi Hindu).

OM SANTIH, SANTIH , SANTIH OM

SINGARAJA , 01 April 2020

Penyusun
Kadek Andre Roy Nata
DAFTAR ISI

Halaman

A. Kata Pengantar ………………………………………………........... i

B. Daftar Isi…………………………………………………………….. ii

c. BAB I PENDAHULUAN…………………………………………… 1

1.1. Latar Belakang………………………………………………….. 1

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………… 2

1.3. Tujuan…………………………………………………………. 2

D. PEMBAHASAN…………………………………………………… 3

2.1. Bagaimana Penggambaran/ Karakteristik Dewa Wisnu dalam


Veda………………………………………………………………… 3

2.2. Kedudukan Dewa Wisnu dalam Veda………………………… 6

2.3. Bagaimana Tradisi / Pemujaan terhadap Dewa Wisnu………….. 8

2.4. Bagaimana Hubungan Dewa Wisnu dengan Dewa Lain dalam


Veda…………………………………………………………………. 11

E. PENUTUP…………………………………………………………… 12

3.1. Kesimpulan……………………………………………………. 12

3.2. Saran…………………………………………………………… 13

F. DAFTAR PUSTAKA………………………………………………… 14
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bali dikenal dengan julukan Pulau Seribu Pura dan bila di masing-masing
Pura itu ada satu Dewa yang distanakan, Berarti ada Seribu dewa di Bali. itulah
alasannya, Kenapa Bali juga dihibrid julukan Pulau Dewata. pulaunya para dewa,
kalau memang demikian seharusnya pulau Bali adalah pulau yang aman tentram,
kertaraharja dan gemah ripah loh jinawi ( Yendra, 12 : 2010)

Ida Sang Hyang Widhi, demikian umat Hindu menyebut nama Tuhannya
yang diyakini maha segala-galanya. umat Hindu juga mengagungkan sang pencipta
itu, yang dikenal memiliki empat sifat kemahakuasaan, yang umat Hindu
menyebutnya dengan cadhu Sakti : Prabu Sakti ( Maha Kuasa), jnana Sakti ( Maha
Tahu), kriya sakti ( mahakarya), dan wibhu Sakti ( Maha ada). dipandang dari aspek
wibhu Sakti ( Maha ada) , Sanghyang Widhi itu diyakini ada dimana-mana, meresap
memenuhi bhuana yang ada di setiap arah mata angin. dengan adanya Sanghyang
Widhi di setiap arah mata angin maka umat Hindu khususnya Hindu di Bali
menyebutnya dengan " Nawa Dewata". kata Nawa Dewata dari bahasa Sansekerta
yang terdiri dari Nawa artinya Sembilan, Dewata artinya para dewa/ manifestasi
Sanghyang Widhi Wasa. jadi Nawa Dewata berarti '' Sembilan Dewa/ manifestasi
Sanghyang Widhi sebagai penguasa sembilan penjuru alam'' ( Gobyah, 25 : 2014 ).

Prabu Sakti ( Maha Kuasa), Sanghyang Widhi menguasai alam semesta


dengan segala isinya, dan juga menguasai semua arah mata angin. atas dasar aspek
wibhu Sakti dan Prabu Sakti maka Sang Hyang Widhi sebagai lambang dari
kemahakuasaan-nya yang menguasai semua arah mata angin ( pengider ider Buana )
yang lengkap dengan atribut atributnya. dan salah satu Dewa bagian dari Nawa
Dewata Ialah Dewa Wisnu. dalam makalah ini akan dijelaskan tentang dewa Wisnu
dalam kajian teologi Hindu, menjelaskan tentang warna, aksara, Urip, bhuta, senjata,
wahana, Sakti, dan lain-lain yang merupakan bagian dari Dewa Wisnu.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun masalah yang diangkat dalam penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut :

1.2.1 Bagaimana Penggambaran / Karakteristik Dewa Wisnu dalam Veda?

1.2.2 Bagaimana Kedudukan Dewa Wisnu dalam Veda ?

1.2.3 Bagaimanakah Tradisi atau Pemujaan terhadap Dewa Wisnu ?

1.2.4 Bagaimana Hubungan Dewa Wisnu dengan Dewa lain dalam Veda?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut :

1.3.1 Untuk mengetahui Bagaimana Penggambaran/ Karakteristik Dewa


Wisnu dalam Veda.

1.3.2 Untuk mengetahui Kedudukan Dewa Wisnu dalam Veda.

1.3.3 Untuk mengetahui Bagaimanakah Tradisi atau pemujaan terhadap


Dewa Wisnu.

1.3.4 Untuk mengetahui Bagaimanakah Hubungan Dewa Wisnu dengan


Dewa lain dalam Veda.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penggambaran Dewa Wisnu dalam Veda

Penjelasan tradisional menyatakan bahwa kata Viṣṇu berasal dari Bahasa


Sanskerta, akar katanya viś, (yang berarti "menempati", "memasuki", juga berarti
"mengisi" — menurut Regweda), dan mendapat akhiran nu. Kata Wisnu kira-kira
diartikan: "Sesuatu yang menempati segalanya". Pengamat Weda, Yaska, dalam
kitab Nirukta, mendefinisikan Wisnu sebagai vishnu vishateh ("sesuatu yang
memasuki segalanya"), dan yad vishito bhavati tad vishnurbhavati (yang mana
sesuatu yang tidak terikat dari belenggu itu adalah Wisnu).

Secara Umum Karakteristik Dewa Wisnu dapat dijelaskan sebagai berikut ;

Sakti : Sri

Arah : Utara

Senjata : Cakra

Wahana : Garuda

Warna : Hitam

Bhuta : Bhuta Taruna

Urip : 4

Aksara : Ang

Wuku : Ukir,Dungulan,Tambir,Wayang

Dalam Purana, dan selayaknya penggambaran umum, Dewa Wisnu


dilukiskan sebagai dewa yang berkulit hitam-kebiruan atau biru gelap; berlengan
empat, masing-masing memegang: gada, lotus, sangkala, dan chakra. Yang paling
identik dengan Wisnu adalah senjata cakra dan kulitnya yang berwarna biru gelap.
Dalam filsafat Waisnawa, Wisnu disebutkan memiliki wujud yang berbeda-beda atau
memiliki aspek-aspek tertentu.

Dalam filsafat Waisnawa, Wisnu memiliki enam sifat ketuhanan:

 Jñāna: mengetahui segala sesuatu yang terjadi di alam semesta


 Aishvarya: maha kuasa, tak ada yang dapat mengaturnya
 Shakti: memiliki kekuatan untuk membuat yang tak mungkin menjadi
mungkin
 Bala: maha kuat, mampu menopang segalanya tanpa merasa lelah
 Virya: kekuatan rohani sebagai roh suci dalam semua makhluk
 Tèjas: memberi cahaya spiritualnya kepada semua makhluk

Dalam Purana, Wisnu disebutkan bersifat gaib dan berada di mana-mana.


Untuk memudahkan penghayatan terhadapnya, maka simbol-simbol dan atribut
tertentu dipilih sesuai dengan karakternya, dan diwujudkan dalam bentuk lukisan,
pahatan, dan arca. Dewa Wisnu digambarkan sebagai berikut:

 Seorang pria yang berlengan empat. Berlengan empat melambangkan segala


kekuasaanya dan segala kekuatannya untuk mengisi seluruh alam semesta.
 Kulitnya berwarna biru gelap, atau seperti warna langit. Warna biru
melambangkan kekuatan yang tiada batas, seperti warna biru pada langit abadi
atau lautan abadi tanpa batas.
 Di dadanya terdapat simbol kaki Resi Brigu.
 Juga terdapat simbol srivatsa di dadanya, simbol Dewi Laksmi, pasangannya.
 Pada lehernya, terdapat permata Kaustubha dan kalung dari rangkaian bunga
 Memakai mahkota, melambangkan kuasa seorang pemimpin
 Memakai sepasang giwang, melambangkan dua hal yang selalu bertentangan
dalam penciptaan, seperti: kebijakan dan kebodohan, kesedihan dan kebahagiaan,
kenikmatan dan kesakitan.
 Beristirahat dengan ranjang Ananta Sesa, ular suci.

Wisnu sering dilukiskan memegang empat benda yang selalu melekat dengannya,
yakni:

 Terompet kulit kerang atau Shankhya, bernama "Panchajanya", dipegang oleh


tangan kiri atas, simbol kreativitas. Panchajanya melambangkan lima elemen
penyusun alam semesta dalam agama Hindu, yakni: air, tanah, api, udara,
dan ether.
 Cakram, senjata berputar dengan gerigi tajam, bernama "Sudarshana",
dipegang oleh tangan kanan atas, melambangkan pikiran. Sudarshana berarti
pandangan yang baik.
 Gada yang bernama Komodaki, dipegang oleh tangan kiri bawah,
melambangkan keberadaan individual.
 Bunga lotus atau Padma, simbol kebebasan. Padma melambangkan kekuatan
yang memunculkan alam semesta.

dalam kepercayaan agama Hindu di Bali, masyarakat menempatkan dewa


Wisnu dalam kedudukan yang sangat mulia di mana beliau merupakan bagian dari
Dewa Trimurti. Trimurti adalah Tiga perwujudan Dewa atau pun manifestasi Ida
Sanghyang Widhi wasa yang menjalankan fungsi sebagai Utpeti, stiti, pralina. dalam
kidung Aji kembang dan Lontar tutur Dewata Nawa Sanga sangat jelas digambarkan
Bagaimana penggambaran dari dewa Wisnu itu, tertulis sebagai berikut :

Ring Uttara Tunjunge Ireng

Sang Hyang Wisnu Dewatannya

Ring Ampru prenahira


Alinggih Sira Kalihan

Pantesta Kembange Ireng

Ring Tembe lamun Dumadi

Sudra Suci Laksana

Surupa lan Sadhu Sakti

( Pardana, 2008 : 198 )

dalam kidung ini sudah sangat jelas bahwa Dewa Wisnu bertempat di arah
utara beliau dilambangkan dengan bunga tunjung warna hitam, di bhuana Alit
bertempat di ampru, Bila seseorang menjelma ke dunia ini ingat terhadap Dewa
Wisnu makan kelahirannya akan diliputi oleh perbuatan yang suci, bagus rupanya,
serta segala kesaktian dan ilmu pengetahuan.

2.2. Kedudukan Dewa Wisnu dalam Veda

Dalam Susastra Hindu banyak menyebut-nyebut nama Wisnu di antara dewa-


dewi lainnya. Dalam kitab Weda, Dewa Wisnu muncul sebanyak 93 kali. Ia sering
muncul bersama dengan Indra, yang membantunya membunuh Wretra, dan
bersamanya ia meminum Soma. Hubungannya yang dekat dengan Indra membuatnya
disebut sebagai saudara. Dalam Weda, Wisnu muncul tidak sebagai salah satu dari
delapan Aditya, namun sebagai pemimpin mereka. Karena mampu melangkah di tiga
alam, maka Wisnu dikenal sebagai Tri-wikrama atau Uru-krama untuk langkahnya
yang lebar. Langkah pertamanya di bumi, langkah keduanya di langit, dan langkah
ketiganya di dunia yang tidak bisa dilihat oleh manusia, yaitu di surga.

Dalam kitab Purana, Dewa Wisnu menjelma sebagai Awatara yang turun ke


dunia untuk menyelamatkan dunia dari kejahatan dan kehancuran. Wujud dari
penjelmaan Wisnu tersebut beragam, hewan atau manusia. Awatara yang umum
dikenal oleh umat Hindu berjumlah sepuluh yang disebut Dasa Awatara atau Maha
Avatār.

Sepuluh Awatara Wisnu:

 Matsya (Sang ikan)
 Kurma (Sang kura-kura)
 Waraha (Sang Babi hutan)
 Narasingha (Sang manusia-singa)
 Wamana (Rama bersenjatakan beliung / Sang orang cebol)
 Parasurama (Sang Brāhmana-Kshatriya)
 Ramawijaya (Sang pangeran)
 Krishna (Sang pengembala)
 Buddha (Sang pemuka agama)
 Kalki (Sang penghancur)
Dalam kitab Bhagawadgita, Wisnu menjabarkan ajaran agama dengan
mengambil sosok sebagai Sri Kresna, kusir kereta Arjuna, menjelang perang di
Kurukshetra berlangsung. Pada saat itu pula Sri Kresna menampakkan wujud
rohaninya sebagai Wisnu, kemudian ia menampakkan wujud semestanya
kepada Arjuna.

Berikut Beberapa Petikan Sloka yang menunjukan kedudukan Dewa Wisnu :

OM TWAM SIWAH TWAM MAHADEWAH, 


ISWARAH PARAMESWARA,
BRAHMA WISNUSCA RUDRASCA, 
PURUSAH PARIKIRTITAH,

( Weda Parikrama , Sloka XI )

Artinya :
Engkau disebut Siwa, Mahadewa, Iswara, Parameswara, Brahma dan Wisnu dan juga
Rudra.
Engkau adalah asal mula dari segala yang ada.

Yadā-yadā hi dharmaya,
Glanir bhavati Bharata
Abhyutthānam adharmasya
Tada ‘tmanam srijamy aham

(Bhagavad Gita, IV.7)

Artinya:
Manakala dharma (kebenaran) akan sirna, dan adharma (kejahatan) hendak
merajalela saat itu, wahai keturunan Bharata, Aku (Tuhan) sendiri turun menjelma.

Paritrānāya sādhūnām
Vināsāya cha dhuskrtitām
Dharma samsthāpanārthāya
Sambhavāi yuge-yuge

( Bhagavad Gita IV.8 )

Artinya:
Demi melindungi orang suci (orang bebuat dharma) dan untuk memusnahkan
kejahatan (adharma) demi menegakkan kebenaran (dharma). Aku (Tuhan) lahir dari
zaman ke zaman.

2.3 Tradisi atau Pemujaan Terhadap Dewa Wisnu


Dalam tradisi Dvaita Waisnawa, Wisnu merupakan Makhluk yang Maha
Kuasa. Dalam filsafat Advaita Vedanta, Wisnu dipandang sebagai salah satu dari
manifestasi Brahman. Dalam segala tradisi Sanatana Dharma, Wisnu dipuja secara
langsung maupun tidak langsung, yaitu memuja awatara-nya.

Aliran Waisnawa memuja Wisnu secara khusus. Dalam sekte Waisnawa


di India, Wisnu dipuja sebagai roh yang utama dan dibedakan dengan Dewa-
Dewi lainnya, yang disejajarkan seperti malaikat. Waisnawa
menganut monotheisme terhadap Wisnu, atau Wisnu merupakan sesuatu yang
tertinggi, tidak setara dengan Dewa.

Dalam tradisi Hindu umumnya, Dewa Wisnu memanifestasikan dirinya


menjadi Awatara, dan di India, masing-masing awatara tersebut dipuja secara khusus.

Tidak diketahui kapan sebenarnya pemujaan terhadap Wisnu dimulai.


Dalam Veda dan informasi tentang agama Hindu lainnya, Wisnu diasosiasikan
dengan Indra. Shukavak N. Dasa, seorang sarjana Waisnawa, berkomentar bahwa
pemujaan dan lagu pujia-pujian dalam Veda ditujukan bukan untuk Dewa-Dewi
tertentu, melainkan untuk Sri Wisnu — Yang Maha Kuasa — yang merupakan jiwa
tertinggi dari para Dewa

Di Bali, Dewa Wisnu dipuja di sebuah pura khusus untuk dia, bernama Pura


Puseh, yakni pura yang harus ada di setiap desa dan kecamatan. Di sana ia dipuja
sebagai salah satu manifestasi Sang Hyang Widhi yang memberi kesuburan dan
memelihara alam semesta.

Menurut konsep Nawa Dewata dalam Agama Hindu Dharma di Bali, Dewa


Wisnu menempati arah utara dalam mata angin. Warnanya Hitam, Aksara sucinya
“U” (ung).

Bagi masyarakat Hindu Bali Dewa Wisnu sangat diagungkan, dan beliau juga
dipuja 1 pura besar ya itu di Pura Batur. pura Batur merupakan tempat pemujaan
Pusat untuk Dewa Wisnu di daerah Bali. Wisnu dipuja untuk mengeluarkan spiritual
Umar dalam membangun kemakmuran ekonomi. tenang secara rohani dan makmur
secara ekonomi merupakan dambaan universal setiap umat manusia di dunia ini.
Mengapa disebut pura purusa dan Pradana. hal ini diceritakan dalam Lontar usana
Bali. dalam Lontar usana Bali itu diceritakan secara mitologis Gunung Mahameru di
India sangat tinggi hampir menyentuh langit. kalau langit sampai tersentuh maka
hancurlah alam ini. karena itu Sang Hyang Pasupati mengambil puncak Gunung
Mahameru di India dengan kedua tangannya. bongkahan Gunung Mahameru itu
diterbangkan ke Bali.

bongkahan yang digenggam dengan tangan kanan beliau menjadi Gunung


Agung. sedangkan bongkahan pada tangan kiri beliau menjadi Gunung Batur. di
Gunung Agung distanakan Sanghyang Putra Jaya ( Sanghyang Mahadewa) .
sedangkan di Gunung Batur distanakan Dewi Danu. Dewi Danu itu tiada lain adalah
saktinya Dewa Wisnu. Dewa Wisnu adalah Tuhan sebagai dewanya air untuk
kemakmuran makhluk hidup. lontar yang menyebutkan keberadaan pura Batur ini
antara lain Lontar usana Bali, Lontar Kusuma Dewa, Lontar Raja Purana Batur.
menurut Lontar tersebut pura Batur adalah pura Sad Kahyangan yang tergolong
Kahyangan Jagat Untuk Memuja Tuhan sebagai Dewa kemakmuran. Kahyangan
Jagat adalah tempat pemujaan Tuhan bagi semua umat Hindu.

dasar membangun kemakmuran dinyatakan dalam Bhagawadgita adalah Kris,


Goraksya, dan Vanjyam yang artinya pertanian, perternakan, dan Perdagangan.
kemakmuran tersebut tidak mungkin terwujud tanpa ada air. dari airlah Stavira
( tumbuh-tumbuhan) , janggama ( hewan) , dan manusia mengembangkan
kehidupannya. tujuan pendirian Sad Kahyangan itu untuk memotivasi umat manusia
melestarikan sad kertih membangun kesejahteraan lahir batin. Danu kertih dan
wanakerti adalah dua dari enam unsur Sad Kertih. air Samudra menguap menjadi
mendung, mendung jatuh menjadi hujan, air hujan yang turun tanpa ada tumbuh-
tumbuhan akan bablas langsung ke laut. kalau ada tumbuh-tumbuhan sebagai hutan di
lahan yang tinggi seperti bukit dan gunung maka air tersebut akan terserap dengan
baik. air yang terserap oleh hutan itu akan menjadi danau dan sungai yang terus
mengalir tak henti-hentinya. demikianlah hukum alam ciptaan Tuhan.
proses alam seperti ini harus dipelihara dan dijaga dengan baik oleh umat
manusia dengan arif dan bijak. air, tumbuhan, dan kata-kata bijak adalah tiga Ratna
permata di bumi menurut canakya nitisastra. kalau air dan tumbuh-tumbuhan tanpa
dikelola dengan kata-kata bijak maka semuanya itu akan membawa bencana bagi
umat manusia dan makhluk hidup lainnya di bumi ini. memuja Tuhan sebagai Dewi
Danu, saktinya Dewa Wisnu untuk memelihara tegaknya eksistensi kata-kata bijak
mengelola proses alam itu. proses alam tersebut dikelola dengan nafsu keserakahan
justru akan membawa bencana bagi manusia, perpaduan Pura Ulun Danu Batur,
Gunung Batur, Danau Batur dan hutan di kawasan Kintamani merupakan keindahan
yang amat memukau. upacara keagamaan Hindu dan sembahyang di Pura Ulun Danu
Batur itu hendaknya diarahkan untuk mencerahkan umat agar menjaga keindahan
tersebut. keberadaan Pura Ulun Danu Batur di kawasan Kintamani itu harusnya
dijadikan pusat penguatan jiwa untuk memotivasi umat dalam memelihara lestarinya
perpaduan proses alam yang indah memukau. ( Gobyah, 145 : 2014 )

2.4. Hubungan Dewa Wisnu dengan Dewa lainnya

Dewa Wisnu memiliki hubungan dengan Dewi Lakshmi, Dewi kemakmuran


yang merupakan istrinya. Selain dengan Indra, Wisnu juga memiliki hubungan dekat
dengan Brahmā dan Siwa sebagai konsep Trimurti. Kendaraan Dewa Wisnu
adalah Garuda, Dewa burung. Dalam penggambaran umum, Dewa Wisnu sering
dilukiskan duduk di atas bahu burung Garuda tersebut. Dewa Wisnu merupakan Yang
Maha Kuasa(Tidak ada dewa yang lebih tinggi dari Wisnu). Brahma lahir dari pusar
Wisnu dan Siwa lahir dari dahi Wisnu.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian secara kronologis mengenai Dewa Wisnu ( Kajian Teologi


Hindu ) dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Dewa Wisnu merupakan bagian dari Trimurti, dimana disini beliau selaku
pemelihara alam semesta beserta isinya. dalam kitab-kitab Purana dan regweda
penyebutan Dewa Wisnu sangat banyak disebutkan. dan pada kitab-kitab disebut juga
diuraikan Bagaimana karakteristik atau gambaran Dewa Wisnu itu sendiri.

2. kedudukan dewa Wisnu dalam kitab suci Weda sangatlah dianggap penting,
bahkan beliau dipuja sebagai salah satu Dewa utama dalam agama Hindu. banyak
kitab-kitab yang menjelaskan tentang beliau di mana salah satunya seperti
Bhagawadgita, regweda, dan Purana Purana yang tersebar di India. sedangkan di Bali
penyebutan Dewa Wisnu banyak dijelaskan dalam lontar-lontar seperti Lontar
Kusuma Dewa, Lontar Raja Purana Batur, daun lontar usana Bali.

3. mengenai tradisi dan pemujaan terhadap Dewa Wisnu sampai saat ini masih tetap
Lestari, dan bagi masyarakat umat Hindu di Bali Dewa Wisnu dipuja di salah satu
pura yang termasuk dalam Kahyangan jagat yaitu pura Batur, di sini beliau berstana
dengan saktinya ya itu Dewi Danu. keberadaan pura Batur ini sangat penting bagi
masyarakat Kintamani khususnya serta bagi seluruh masyarakat Bali, karena
keberadaan pura ini akan menunjukkan Bagaimana eksistensi sesungguhnya dari
pemujaan terhadap Dewa Wisnu itu sendiri dan juga dalam ajaran Hindu Bali
umatnya diharapkan mampu menjaga keseimbangan alam agar kehidupan dapat
berjalan dengan harmonis.

4. hubungan dewa Wisnu dengan dewa-dewa lainnya yang tersurat dalam Weda
sangatlah beragam, di mana Dewa Wisnu memiliki banyak hubungan dengan dewa-
dewa yang termasuk dalam golongan Dewa utama seperti Dewa Brahma, Dewa Siwa,
Dewi Laksmi, dan juga diceritakan dalam Purana beliau banyak berhubungan dengan
dewa-dewa yang terdapat di surga seperti Dewa Indra, dan Narayana. Beliau juga
sering digambarkan memiliki hubungan yang sangat erat dengan wahana yang beliau
tunggangi, yaitu Sang Garuda.

3.2 Saran

penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pembaca agar
semoga kedepannya penulisan karya tulis berupa makalah dapat lebih ditingkatkan
dan juga penulis meminta maaf yang sebesar-besarnya apabila di dalam karya tulis ini
terdapat kata-kata ataupun kalimat yang kurang sesuai dan tidak berkenan di hati para
pembaca.
Daftar Pustaka

Yendra, I Wayan. 2010. Dewa Dewi dalam Agama Hindu , Surabaya : Paramita

Gobyah,2014. Purusha dan Pradana . Surabaya : Paramita

2008. Itihasa Ramayana dan Mahabarata (Viracarita ) Kajian kritis


sumber ajaran Hindu. Surabaya : Paramita

https://id.wikipedia.org/wiki/Wisnu Diakses pada tanggal 30 Maret 2020.

Anda mungkin juga menyukai