Anda di halaman 1dari 22

TUGAS KELOMPOK AGAMA HINDU

PURANA DAN ITIHASA

Disusun Oleh :
Kelompok 6
Agribisnis Kelas C

I Gede Sancita Ariawan 2106511149


Made Adhie Agung Dwipayana 2106511150
I Made Jaya Wira Putra 2106511159

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2021

1
BAB I...............................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..........................................................................................................................3
1.1Latar belakang......................................................................................................................3
1.2 Rumusan masalah................................................................................................................3
1.3 Tujuan...................................................................................................................................3
BAB II.............................................................................................................................................4
PURANA DAN ITIHASA.............................................................................................................4
2.1 Pengertian Purana...............................................................................................................4
2.2 Tujuan Penyusunan Kitab Purana.....................................................................................5
2.3 Pokok - pokok isi Purana....................................................................................................6
2.4 Posisi Purana dalam sistematika kitab suci Hindu...........................................................7
2.5 Pembagian jenis – jenis Purana..........................................................................................7
2.6 Upa Purana...........................................................................................................................8
2.7 Pengertian itihasa.................................................................................................................9
2.8 Delapan belas kitab Purana utama ( Mahapurana )......................................................10
2.9 Sapta Kanda.......................................................................................................................12
2.10 Astadasaparwa.................................................................................................................14
BAB III.........................................................................................................................................22
PENUTUP....................................................................................................................................22
3.1 Ringkasan......................................................................................................................22
3.2 Daftar pustaka...............................................................................................................22

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Agama Hindu meyakini bahwa Veda sebagai sumber ajaran Agama Hindu yang tertinggi.
Dijaman modern yang sekarang ini yang ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi sangat bermanfaat bagi pengembangan atau penyampaian ajaran agama, apalagi
kesadaran dalam mempelajari ajaran ilmu – ilmu agama khusunya kitab suci semakin berkurang
dikalangan masyarakat. masih banyak umat Hindu yang benar – benar belum memahami isi kitab
suci Weda, maka untuk memahami Weda dibutuhkan pemahaman yang berjenjang dan
komprehensif sehingga nantinya isi yang terdapat didalam Weda tidak disalah artikan. Salah satu
agar pemahaman tentang Weda dapat dipahami dengan mudah melalui pelajaran Purana dan
Itihasa, contohnya melalui penayangan film Mahabharata dan Ramayana yang merupakan epos
didalam Itihasa. Pentingnya mempelajari Purana dan Itihasa sebagai langkah awal dalam
memahami kitab suci Weda dan nilai - nilai yang terkandung dalam Itihasa mengilhami
pembuatan paper ini dengan menjabarkan ajaran suci weda yang demikian luas, penuh
kandungan spiritual, filosofis, moralitas, edukatif dan lain sebagainya.

1.2 Rumusan masalah


Adapun masalah yang diangkat dalam penulisan paper ini adalah sebagai berikut

 Apakah yang dimaksud dengan Purana dan Itihasa? Dan apa saja itihasa yang terkenal?
 Bagaimana pembagian jenis Purana ?
 Kitab apa saja yang ada di Mahapurana ?
 Apakah yang dimaksud Sapta Kanda dan Astadasa Parwa?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan paper ini adalah sebagai berikut :

 Untuk mengetahui dan memahami mengenai kitab Purana dan Itihasa.


 Untuk memahami isi yang terdapat didalam kitab Purana dan Itihasa

3
BAB II

PURANA DAN ITIHASA

2.1 Pengertian Purana


Purana adalah bagian dari kesusastraan Hindu yang memuat mitologi, legenda, dan kisah-
kisah zaman dulu. Kata Purana berarti sejarah kuno atau cerita kuno. Penulisan kitab-kitab
Purana diperkirakan dimulai pada tahun 500 SM. Berdasarkan bentuk dan sifat isinya, Purana
adalah sebuah Itihasa karena di dalamnya memuat catatan-catatan tentang berbagai kejadian
yang bersifat sejarah. Tetapi melihat kedudukanya, Purana adalah merupakan jenis kitab
Upaveda yang berdiri sendiri, sejajar pula dengan Itihāsa. Terdapat delapan belas kitab Purana
yang disebut “Mahapurana”. Delapan belas kitab tersebut yakni:

1. Matsyapurana

2. Wisnupurana

3. Bhagawatapurana

4. Warahapurana

5. Wamanapurana

6. Markandeyapurana

7. Wayupurana

8. Agnipurana

9. Naradapurana

10. Garudapurana

11. Linggapurana

12. Padmapurana

4
13. Skandapurana

14. Bhawisyapurana

15. Brahmapurana

16. Brahmandapurana

17. Brahmawaiwartapurana

18. Kurmapurana

2.2 Tujuan Penyusunan Kitab Purana

Kitab Purana merupakan pustaka terpenting yang kita kenal dalam Agama Hindu, karena
Kitab Purana merupakan langkah awal untuk mempelajari atau memahami Veda. Seperti kita
ketahui bahwa kitab suci Veda sangat perlu dipahami oleh umatnya. Sebab Veda adalah sabda
Tuhan Yang Maha Esa yang merupakan sumber ajaran dan sumber hukum Hindu. Dari Veda-lah
semua ajaran mengalir dan memberikan vitalitas kepada umatnya. Dengan kita mempelajari dan
memahami Veda kita akan lebih mudah melihat perkembangan Agama Hindu selanjutnya.
Ajaran Veda sesuai dengan sifatnya Anandi-ananta dan Sanatana Dharma, yakni tidak berawal,
tidak berakhir dan bersifat abadi, maka ajaran Veda senantiasa relevan dengan perkembangan
jaman. Seperti pada kutipan sloka berikut yaitu,

“Na yam jaranti sarado na masa.


na dyava indram avakarsayanti”
                                                                                                    Reg Veda
VI.24.7
Artinya,
“Tuhan Yang Maha tidak menjadikan dia tua, bulan dan demikian pula hari”
umur manusia dapat menjadi tua, tetapi ajaran suci Veda senantiasa diikuti oleh generasi-
generasi berikutnya membuktikan bahwa ajaran atau mutiara-mutiara indah yang terkandung

5
dalam Veda yang patut di pahami oleh umat Hindu untuk selanjutnya diamalkan dalam
kehidupan sehari-hari.

2.3 Pokok - pokok isi Purana

Pada garis besarnya, hampir semua Purana memuat ceritera-ceritera yang secara tradisional
dapat kita kelompokan ke dalam lima hal, yaitu:

1. Tentang Kosmogoni atau mengenai penciptaan alam semesta.


2. Tentang hari kiamat atau Pralaya.
3. Tentang Silsilah raja-raja atau dinasti raja-raja Hindu yang terkenal.
4. Tentang masa Manu atau Manwantara.
5. Tentang sejerah perkembangan dinasti Surya atau Suryawangsa dan Chandrawangsa.

Kelima hal itu dirumuskan dalam kitab Wisnu Purāna III.6.24, mengantarkan sebagai berikut: 

"Sargaśca pratisargaśca wamśo manwantarāni ca, sarwesweteṣu kathyante waṃśān


ucaritam ca yat".

Dari ungkapan itu, jelas Viṣṇu Purāna mencoba memberi batasan tentang isi Purāna pada
umumnya dan dapat disimpulkan sebagaimana dikemukakan di atas. Sarga dan pratisarga yaitu
masa penciptaan dan pralaya atau masa kiamatnya dunia. Tentang wamsa yaitu tentang suku
bangsa atau silsilah raja-raja yang penting dalam pengamatan sejarah. Tentang mawantara, yaitu
jangka masa Manu, dari satu masa Manu ke masa Manu berikutnya, merupakan masa yang
dikenal dengan Manwantara atau dari satu siklis Manu ke Siklus Manu berikutnya. Adapun bait
kedua, yaitu mencakup segala cerita yang relevan pada dinasti itu dan yang terakhir mulai dari
riwayat timbulnya Surya wangsa dan Chandra wangsa.

Di samping kitab Viṣṇu Purāna, banyak lagi kitab-kitab Purāna lainya yang isinya tidak
hanya terbatas kepada kelima hal itu saja, melainkan memberi keterangan berbagai hal termasuk
berbagai macam upacara Yajña dengan penggunaan mantranya, ilmu penyakit, pahala
melakukan Tirthayatra, berbagai macam jenis upacara keagamaan, peraturan tentang cara
memilih dan membangun tempat ibadah, peraturan tentang cara melakukan peresmian Candi,

6
sejarah para dewa-dewa, berbagai macam jenis batu-batuan mulia, dan banyak lagi hal-hal yang
sifatnya memberi keterangan kepada kita tentang sifat hidup di dunia ini.

Dari berbagai keterangan ini akhirnya dapat kita simpulkan bahwa kitab Purāna banyak sekali
memberikan keterangan yang bersifat mendidik, baik mengenai ajaran Ketuhanan (Theologi)
maupun cara-cara pengamalannya

2.4 Posisi Purana dalam sistematika kitab suci Hindu


Purana menduduki posisi yang penting dan strategis dalam tata urutan Weda dan susastra
Hindu. Kitab-kitab Itihasa dan Purana dapat digolongkan sebagai gudang pengetahuan agama
yang sangat besar. Kitab-kitab tersebut disusun oleh para Rsi yang dimaksudkan untuk
menjabarkan ajaran suci Weda yang demikian luas, penuh kandungan spiritual, filosofis, moral,
edukasi, dan lain-lain.
2.5 Pembagian jenis – jenis Purana
Kitab Purāna secara menyeluruh dapat kita kelompokan ke dalam tiga kelompok yaitu:

1. Kelompok Satwika
Kelompok Purana Satwika adalah kitab-kitab Purana yang menguraikan tentang Dewa
Wisnu sebagai Dewa pujaan yang utama. Adapun yang tergolong Purana Satwika
adalah Wisnupurana, Naradhapurana, Bhagawatapurana, Garudapurana, Padmapurana,
Warahapurana.

2. Kelompok Rajasika
Kelompok kitab Purana Rajasika adalah kitab-kitab Purana yang isinya menguraikan
tentang pemujaan Dewa Brahma sebagai Dewa yang utama. Purana yang tergolong
Purana Rajasika adalah Brahmandapurana, Brahmawaiwartapurana, Markandeyapurana,
Bhawisyapurana, Wamanapurana, Brahmapurana.

3. Kelompok Tamasika
Kelompok kitab Purana Tamasika adalah kitab-kitab Purana yang menguraikan tentang
pemujaan kepada Dewa Siwa sebagai Dewa yang tertinggi. Purana yang tergolong

7
Purana Tamasika adalah Linggapurana, Siwapurana, Matsyapurana, Skandhapurana,
Kurmapurana, Agnipurana.

2.6 Upa Purana


Di samping ke delapan belas Purāna pokok itu, kita banyak mencatat adanya jenis-jenis kitab
Purāna yang lebih kecil dan suplemeter sifatnya. Kelompok itu kita kenal dengan nama Upa
Purāna. Jumlah kitab Upapurana sama dengan jumlah kitab Mahapurana. Adapun bagian-bagian
dari kitab Upapurana yaitu,

1.      Sanatkumara                              10. Kalika


2.      Narasimha                                  11. Samba
3.      Naradiya                                    12. Saura        
4.      Siva                                            13. Aditya
5.      Durvasa                                     14. Maheswara
6.      Kapila                                        15. Devibhagawatam
7.      Manawa                                     16. Vasistha
8.      Usana                                         17. Visnu-dharmottara
9.      Varuna                                       18. Nilamata Purana

Umunya jenis kitab Upa Purāna ini banyak ditulis oleh Bhagawan Wyāsa isinya sangat
singkat dan pendek. Di samping itu materi isinya yang terbatas menyebabkan bentuknya lebih
kecil. Dengan adanya beberapa penemuan tentang awig-awig yang berlaku di Besakih baik
dalam bentuk Praśasti maupun dalam bentuk catatan-catatan di dalam ortal, kesemua itupun
dapat kita kategorikan sebagai Upa Purāna. Untuk melihat pentingnya arti Purāna dalam
pelaksanaan ajaran agama itulah kita tidak dapat mengabaikan betapapun kecilnya catatan-
catatan yang ada yang terdapat diberbagai candi atau tempat peribadatan.

Sebagaimana telah dikemukakan, bahwa Purāna banyak memberi informasi yang bermanfaat
kepada kita terutama dalam bidang pelaksanaan ajaran keagamaan atau Ācāra. Dengan tujuan
untuk melengkapi keterangan yang diperlukan untuk memahami Veda, kitab Purāna itu sedikit

8
banyaknya sangat bermanfaat. Kecuali untuk membuktikan sejarah secara materiil baru dapat
kita gunakan apabila didukung oleh penemuan archaeologi lainya.

2.7 Pengertian itihasa


Itihasa terdiri dari 3 kata yakni iti-ha-asa, yang artinya kejadian itu begitulah nyatanya.
Itihasa adalah sebuah epos yang menceritakan sejarah perkembangan raja-raja dan kerajaan
hindu di masa silam. Itihasa tergolong dalam kitab Upaweda Smrti yang merupakan kelompok
kitab jenis epos, wiracrita, atau cerita tentang kepahlawanan. Posisi Itihasa dalam sistematika
kitab suci Hindu dikelompokkan kedalam kitab – kitab Upaweda. Sedangkan dalam Agama
Hindu, kitab Upaweda merupakan kitab kelompok ke dua dari Weda Smerti. Didalam Itihasa
terdapat beberapa dialog tentang sosial politik, tentang filsafat atau idiologi, dan teori
kepemimpinan yang diikuti sebagai pola oleh raja-raja hindu. Isi dari Itihasa sarat akan filsafat
agama, mitologi, dan makhluk supernatural. Secara tradisional ada dua macam itihasa yang
terkenal yaitu Ramayana dan Mahabarata.

1. Ramayana
Ramayana (Rāmâyaṇa yang berasal dari kata Rāma dan Ayaṇa yang berarti "Perjalanan Rama").
Kitab Ramayana ditulis oleh Rsi Walmiki sekitar tahun 400 sebelum Masehi. Ramayana
mengisahkan Rama berperang melawan Rawana. Perang ini terjadi akibat Sita istri Rama diculik
oleh Rawana. Dengan dibantu oleh Sugriwa, raja kera dengan semua laskar keranya Rawana
dapat ditewaskan oleh rama di medan perang. Sita kembali ke pangkuan rama namun tidak lama
kemudian ia dibuang ke hutan.

2. Mahabharata
Mahabharata mengisahkan peperangan keluarga Bharata yang besar yaitu keluarga Pandawa dan
Kaurawa, peperangan ini pecah karena kerajaan Pandawa dirampas oleh Kaurawa karena kalah
berjudi. Peperangan ini berakhir dengan kemenangan di pihak Pandawa. Pada cerita ini terdapat
kitab Bhagavadgita yang terkenal itu. Pada kedua kitab ini disisipkanlah ajaran - ajaran agama
Hindu yang merupakan tuntunan hidup sepanjang jaman dan Kitab Mahabharata ditulis oleh Rsi
Wiyasa sekitar 400 sebelum Masehi.

9
2.8 Delapan belas kitab Purana utama ( Mahapurana )
1. Matsya purana adalah salah satu kiab purana kuno yang menceritakan turunnya sang
hyang wisnu dengan wujud/ menjelma menjadi seekor ikan besar yang bertujuan
untuk menyelmatkan manu sendiri dari banjir besar.
2. Wisnu Purana ini dianggap sebagai salah satu Purana yang paling penting dan telah
diberi nama "Puranaratna". Wisnu Purana berisi dialog antara Parasara dan muridnya
Maitreya dan dibagi menjadi enam bagian, topik utama yang dibahas meliputi mitos
penciptaan, kisah-kisah pertempuran terjadi antara asura dan dewa, para awatara dari
Wisnu dan silsilah dan kisah-kisah raja-raja dalam legenda. Kitab ini mengisahkan
tentang kelahiran Wisnu dalam wujud Narayana yang disekelilingnya dipenuhi air,
serta dialog antara Parasara dan muridnya Maitreya.
3. Bhagawata purana atau Shrimad Bhagawatam adalah salah satu kitab Purana dalam
agama Hindu yang berisi syair kisah kepahlawanan dan mitologi tentang berbagai
awatara, atau penjelmaan Tuhan yang turun ke dunia, yang ditulis dalam bahasa
Sanskerta. kitab kuno ini mengisahkan Raja Parikesit dari Astina Pura mencemaskan
nasibnya yang di kutuk supaya tewas digigit ular cobra, sehingga Parikesit
menghabiskan sisa umurnya dengan berdoa di tepi sungai Gangga. Disanalah Rsi
Suka putra Rsi Byasa menceritakan kisah suci Bhagawanta kepada Parikesit bersama
dengan Rsi lainnya yang kisahnya akhirnya berlanjut tentang bagaimana Narayana
turun kedunia menyelamatkan orang baik dari ancaman makhluk jahat.
4. Waraha purana adalah kitab kuno yang menceritakan Dewa Wisnu menjelma
menjadi babi hutan yang memiliki dua taring panjang mencuat dengan tujuan
menopang bumi yang dijatuhkan oleh Hiranyaksa ke dalam lautan kosmik, suatu
tempat antah berantah di ruang angkasa.
5. Wamana Purana adalah kitab yang menceritakan tentang penjelmaaan dewa wisnu
melalui perantara kasyapa dan Aditi. Sebagai putra aditi yang berwujud anak cebol
yang kemudian menjadi Brahmana seperti kasyapa anak ini diberi nama wamana.
Beliau (Wisnu) turun kedunia guna menegakkan kebenaran dan memberi pelajaran
kepada Bali (Maha Bali) seorang Asura cucu dari Prahlada.
6. Markandeya purana menceritakan tentang asal usul sang Maha Rsi dan perjalanan
beliau dalam berdharmayatra.

10
7. Wayu purana adalah kitab yang menceritakan penjelasan dari Dewa Siwa tentang arti
– arti atau pertanda dari mimpi atau kejadian kejadian aneh yang kita alami
khususnya tentang pertanda kematian atau kesedihan .
8. Agni purana adalah kitab kuno ini disusun oleh Dewi/ Hyang Geni sendiri kemudian
menurunkan ajaran ini kepada Rsi Vasistha. Beberapa kutipan berikut ini : tentang
semua awatara yang pernah menjelma ke bumi. Penjelasan tentaang bagaimana
persyaratan membangun kuil, tempat ibadah / patung Dewa, kisah penciptaan, Pretu
sebagai Raja pertama di bumi, gaya tri mantra sebagai mantra tertinggi dalam Weda
dan lain – lain
9. Narada Purana adalah kitab kuno yang berisikan penjelasan tentang seseorang yang
bijaksana dalam tradisi hindu yaitu narada yang digambarkan sebagai pendeta yang
suka mengembara, ia selalu membawa alat music yang bernama tambura dipakai
untuk mengantarkan doa – doa, lagu pujian dan mantra sebagai rasa bakti terhadap
Dewa Wisnu.
10. Garuda Purana adalah salah satu Purana yang merupakan bagian dari tubuh dari teks
Hindu yang dikenal sebagai Smrti, Ini termasuk golongan Purana Vaisnava dan
bagian pertama berisi dialog antara Visnu dan Garuda. Bagian kedua berisi rincian
kehidupan setelah kematian, upacara pemakaman dan metafisika dari reinkarnasi.
11. Lingga Purana adalah karya Mpu Tanakung yang berisikan kisah tentang siwa lingga
simbol Dewa Siwa pada Lingga Yoni yang dalam percakapan antara Rsi Suta dan
para Rsi yang lainnya dengan Rsi Lomaharsana di tengah hutan Naimisaranya.
12. Padma Purana adalah Purana terpanjang kedua yang menceritakan keagungan Dewa
Wisnu, terdapat juga cara – cara pemujaan yang berkenaan dengan Dewa Wisnu,
Padma purana diceitakan oleh Rsi Lomaharsana dihadapan para Rsi yang lainnya,
contoh kisah – kisah yang diceritakan adalah tentang Siwa Sarma yang merupakan
seorang Brahmana yang tinggal di kota Duaraka
13. Skanda purana adalah kitab kuno menceritakan tentang perjuangan Skanda sebagai
salah satu putra Dewa Siwa dan Parwati. Perjuangan skanda untuk mengalahkan
Taraka dengan tombak dan juga dapat membunuh Pralamba dan Vana.
14. Bhawisya purana adalah salah satu dari delapan belas karya besar dalam genre Purana
dari Agama Hindu, yang ditulis dalam bahasa Sanskerta. Judul Bhawisya memiliki

11
arti "masa depan" dan mengisyaratkan bahwa karya tersebut adalah sebuah karya
yang berisi prediksi – prediksi / ramalan terkait dengan masa depan.
15. Brahma purana adalah kitab Purana yang pertama disusun di antara delapan belas
kitab Purana atau Mahapurana. Kitab ini mengandung legenda dan mitologi Hindu
mengenai penciptaan alam semesta, proses penghancuran dan penciptaan kembali
alam semesta secara periodic, sejarah Dinasti Surya dan Candra, kisah para dewa,
orang suci dan para raja kuno.
16. Brahmanda purana adalah sebuah karya sastra Jawa Kuno berbentuk prosa. Karya
sastra ini tidak memuat penanggalan kapan ditulis dan oleh perintah siapa. Tetapi
dilihat dari gaya bahasa kemungkinan berasal dari masa yang sama dengan Sang
Hyang Kamahayanikan. Isinya bermacam-macam, seperti cerita asal-muasalnya
dunia dan jagatraya diciptakan, keadaan alam, muncul empat warna (brahmana,
ksatria, waisya dan sudra), tentang perbedaan tahap para brahmana dan lain-lain.
17. Brahmawaiwarta purana adalah salah satu dari delapan belas kitab Purana utama atau
Mahapurana. Dinamakan demikian, karena Purana ini menceritakan tentang Brahma
dan proses penciptaan melalui evolusi (wiwartana). Purana ini kurang lebih memiliki
delapan belas ribu sloka, dan disusun pada kalpa (satuan waktu) yang disebut
Kalpadi. Menurut legenda, Purana ini pertama kali dituturkan oleh Sawarni Manu
kepada Resi Narada.
18. Kurma Purana adalah kitab kuno yang menceritakan tentang penjelmaan Dewa Wisnu
yang kedua sebagai kura – kura raksasa bernama Akupa yang menjadi dasar pangkal
gunung Mandara Giri agar tidak tenggelam saat para dewa, asura dan raksasa
memperebutkan Tirta Amerta di lautan ksira. Pada saat proses pemutaran atau
pengadukan, Naga Basuki digunakan sebagai tali untuk membelit gunung tersebut
dan Dewa Indra menduduki puncaknya agar gunungnya tidak menjulang keatas, dan
pada akhirnya Tirta Amerta didapatkan oleh para dewa.

2.9 Sapta Kanda


Di India dalam bahasa Sanskerta, Ramayana dibagi menjadi tujuh kitab atau kanda yang
disebut dengan SAPTA KANDA. Urutan kitab menunjukkan kronologi peristiwa yang terjadi
dalam Wiracarita Ramayana. Berikut adalah ketujuh Kanda tersebut beserta ringkasan cerita
masing-masing Kanda :

12
1. Balakanda
Kitab yang merupakan awal dari kisah Ramayana ini menceritakan Prabu Dasarata yang
memiliki tiga permaisuri, yaitu: Kosalya, Kekayi, dan Sumitra. Prabu Dasarata berputra
empat orang, yaitu: Rama, Bharata, Lakshmana dan Satrughna. Juga dikisahkan Sang
Rama yang berhasil memenangkan sayembara dan memperistri Sita, putri Prabu Janaka.
2. Ayodhyakanda
Kitab ini berisi kisah dibuangnya Rama ke hutan bersama Dewi Sita dan Lakshmana
karena permohonan Dewi Kekayi. Setelah Prabu Dasarata wafat, Bharata menolak untuk
dinobatkan sebagai Raja. Kemudian ia menyusul Rama dan mohon Rama pulang
menduduki tahta. Oleh karena Rama menolak pulang, akhirnya Bharata memerintah
kerajaan atas nama Sang Rama.
3. Aranyakanda
Kitab ini menceritakan kisah Rama, Sita, dan Lakshmana di tengah hutan selama masa
pengasingan. Rama sering menolong para pertapa yang diganggu para raksasa. Dalam
kita ini, juga dikisahkan Sita diculik Rawana dan pertarungan antara Jatayu dengan
Rawana.
4. Kiskindhakanda
Kitab ini menceritakan kisah pertemuan Sang Rama dengan Raja kera Sugriwa. Sang
Rama membantu Sugriwa merebut kerajaannya dari Subali, kakaknya. Dalam
pertempuran, Subali terbunuh oleh senjata Rama. Sugriwa menjadi Raja di Kiskindha dan
ikut bersama-sama menggempur Kerajaan Alengka.
5. Sundarakanda
Kitab ini menceritakan kisah bala tentara Kiskindha yang membangun jembatan
Situbanda yang menghubungkan India dengan Alengka. Hanuman juga diutus pergi ke
Alengka untuk menemui Dewi Sita. Di sana ia ditangkap namun dapat meloloskan diri
dan membakar ibukota Alengka.
6. Yuddhakanda
Kitab Yuddhakanda menceritakan kisah pertempuran antara laskar kera Sang Rama
dengan pasukan rakshasa Sang Rawana. Cerita diawali dengan usaha pasukan Sang Rama
yang berhasil menyeberangi lautan dan mencapai Alengka. Sementara itu Wibisana diusir
oleh Rawana karena terlalu banyak memberi nasihat. Dalam pertempuran, Rawana gugur

13
di tangan Rama oleh senjata panah sakti. Sang Rama pulang dengan selamat ke Ayodhya
bersama Dewi Sita.
7. Uttarakanda
Kitab Uttarakanda menceritakan kisah pembuangan Dewi Sita karena Sang Rama
mendengar desas-desus dari rakyat yang sangsi dengan kesucian Dewi Sita. Kemudian
Dewi Sita tinggal di pertapaan Rsi Walmiki dan melahirkan Kusa dan Lawa. Kusa dan
Lawa datang ke istana Sang Rama pada saat upacara Aswamedha. Pada saat itulah
mereka menyanyikan Ramayana yang digubah oleh Rsi Walmiki.

2.10 Astadasaparwa
Astadasaparwa adalah nama bagi delapan belas parwa Mahabharata, sebuah naskah
wiracarita Hindu dari India. Hampir setiap kitab memiliki subparwa atau pembagian suatu
parwa, beberapa kitab yang pendek, seperti Prasthanikaparwa dan Swargarohanaparwa tidak
memiliki subparwa. Setiap buku memiliki jumlah subparwa yang berbeda-beda. Jika dirunut dari
Adiparwa hingga Hariwangsa, maka ada sekitar 100 subparwa dalam Mahabharata.
Bagian – Bagian ASTADASAPARWA :

1. Adiparwa
memuat asal-usul dan sejarah keturunan keluarga Kaurawa dan Pandawa; kelahiran,
watak, dan sifat Dritarastra dan Pandu, juga anak-anak mereka; timbulnya permusuhan
dan pertentangan di antara dua saudara sepupu, yaitu Kaurawa dan Pandawa.
2. Sabhaparwa
Kitab Sabhaparwa merupakan kitab kedua dari seri Astadasaparwa. Kitab Sabhaparwa
menceritakan kisah para Korawa yang mencari akal untuk melenyapkan para Pandawa.
Atas siasat licik Sangkuni, Duryodana mengajak para Pandawa main dadu. Taruhannya
adalah harta, istana, kerajaan, prajurit, sampai diri mereka sendiri. Dalam permainan yang
telah disetel dengan sedemikian rupa tersebut, para Pandawa kalah. Dalam kisah tersebut
juga diceritakan bahwa Dropadi ingin dilucuti oleh Dursasana karena kekalahan
pandawa. Atas bantuan Sri Kresna, Dropadi berhasil diselamatkan. Pandawa yang sudah
kalah wajib untuk menyerahkan segala hartanya, tetapi berkat pengampunan dari
Dretarastra, para Pandawa mendapatkan kebebasannya kembali. Tetapi karena siasat

14
Duryodana yang licik, perjudian dilakukan sekali lagi. Kali ini taruhannya adalah siapa
yang kalah harus keluar dari kerajaannya dan mengasingkan diri ke hutan selama 12
tahun. Pada tahun yang ke-13, yang kalah harus hidup dalam penyamaran selama 1 tahun.
Pada tahun yang ke-14, yang kalah berhak kembali ke kerajaannya. Dalam pertandingan
tersebut, para Pandawa kalah sehingga terpaksa mereka harus meinggalkan kerajaannya.

3. Wanaparwa
Kitab Wanaparwa merupakan kitab ketiga dari seri Astadasaparwa. Kitab Wanaparwa
menceritakan kisah pengalaman para Pandawa bersama Dropadi di tengah hutan. Mereka
bertemu dengan Rsi Byasa, seorang guru rohani yang mengajarkan ajaran-ajaran Hindu
kepada Pandawa dan Dropadi, istri mereka. Atas saran Rsi Byasa, Arjuna bertapa di
gunung Himalaya agar memperoleh senjata sakti yang kelak digunakan dalam
Bharatayuddha. Kisah Sang Arjuna yang sedang menjalani masa bertapa di gunung
Himalaya menjadi inspirasi untuk menulis Kakawin Arjuna Wiwaha.

4. Wirataparwa
Kitab Wirataparwa merupakan kitab keempat dari seri Astadasaparwa. Kitab ini
menceritakan kisah penyamaran para Pandawa beserta Dropadi di Kerajaan Wirata.
Yudistira menyamar sebagai seorang ahli agama, Bima menyamar sebagai juru masak,
Arjuna menyamar sebagai guru tari, Nakula menyamar sebagai penjaga kuda, Sahadewa
menyamar sebagai pengembala, dan Dropadi menyamar sebagai penata rias.

5. Udyogaparwa
Kitab Udyogaparwa merupakan kitab kelima dari seri Astadasaparwa. Kitab ini
menceritakan sikap Duryodana yang tidak mau mengembalikan kerajaan para Pandawa
yang telah selesai menjalani masa pengasingan, tetapi sebaliknya ia menantang mereka
untuk berperang. Pandawa yang selalu bersabar mengirimkan duta perdamaian ke pihak
Korawa, tetapi usaha mereka tidak membuahkan perdamaian. Sikap para Korawa
membuat perang tidak dapat dielakkan. Pandawa dan Korawa mempersiapkan
kekuatannya dengan mencari bala bantuan dan sekutu ke seluruh pelosok Bharatawarsha
(India Kuno). Sri Kresna mengajukan tawaran kepada Pandawa dan Korawa, bahwa di

15
antara mereka boleh meminta satu pilihan: pasukannya atau tenaganya. Melihat tawaran
tersebut, Pandawa yang diwakili Arjuna menginginkan tenaga Sri Kresna sebagai kusir
dan penasihat sedangkan Korawa yang diwakili Duryodana memilih pasukan Sri Kresna.
Dalam kitab ini juga diceritakan kisah perjalanan Salya – “Sang Raja Madra” – menuju
markas Pandawa karena memihak mereka, tetapi di tengah jalan ia disambut dengan baik
oleh Duryodana sehingga Salya mengubah pikirannya dan memihak Korawa karena
merasa berhutang kepada Duryodana. Duryodana juga berniat jahat terhadap Sri Kresna
namun karena Sri Kresna bukan manusia biasa, maka usahanya tidak berhasil.

6. Bhismaparwa
Kitab Bhismaparwa merupakan kitab keenam dari seri Astadasaparwa. Kitab ini
menceritakan kisah dimulainya pertempuran antara pihak Pandawa dan Korawa di sebuah
daratan luas yang sangat suci dan keramat bernama Kurukshetra, letaknya di sebelah
utara negeri India. Setelah kedua belah pihak sepakat dengan aturan perang, maka kedua
belah pihak berkumpul dan memenuhi daratan Kurukshetra, siap untuk berperang.
“Bhagawad Gita”, atau “Nyanyian seorang rohaniwan”. Bhagawad Gita ini menjadi kitab
tersendiri yang merupakan intisari dari ajaran-ajaran Veda. Wejangan suci dari Kresna
membuat Arjuna bangkit, dan melangsungkan pertempuran. Akhirnya Bhisma yang
menjadi panglima perang Korawa, gugur pada hari kesepuluh dengan siasat Arjuna yang
menggandeng Srikandi.

7. Dronaparwa
Kitab Dronaparwa merupakan kitab ketujuh dari seri Astadasaparwa. Kitab ini
menceritakan kisah diangkatnya Bagawan Drona sebagai panglima perang pasukan
Korawa setelah Rsi Bhisma gugur di tangan Arjuna. Dalam kitab ini diceritakan bahwa
Drona ingin menangkap Yudistira hidup-hidup untuk membuat Duryodana senang. Usaha
tersebut tidak berhasil karena Arjuna selalu melindungi Yudistira. Pasukan yang dikirim
oleh Duryodana untuk membinasakan Arjuna selalu berhasil ditumpas oleh para ksatria
Pandawa seperti Bima dan Satyaki. Dalam kitab Dronaparwa juga diceritakan tentang

16
siasat Sri Kresna yang menyuruh agar Bima membunuh gajah bernama Aswatama.
Setelah gajah tersebut dibunuh, Bima berteriak sekeras-kerasnya bahwa Aswatama mati.
Drona menanyakan kebenaran ucapan tersebut kepada Yudistira, dan Yudistira berkata
bahwa Aswatama mati. Mendengar hal tersebut, Drona kehilangan semangat berperang
sehingga meletakkan senjatanya. Melihat hal itu, ia dipenggal oleh Drestadyumna.
Setelah kematian Drona, Aswatama, putera Bagawan Drona, hendak membalas dendam.
Dalam kitab Dronaparwa juga diceritakan kisah gugurnya Abimanyu yang terperangkap
dalam formasi Cakrawyuha serta gugurnya Gatotkaca dengan senjata sakti panah Konta.

8. Karnaparwa
Kitab Karnaparwa merupakan kitab kedelapan dari seri Astadasaparwa. Kitab ini
menceritakan kisah diangkatnya Karna sebagai panglima perang pasukan Korawa,
menggantikan Bagawan Drona yang telah gugur. Setelah Abimanyu dan Gatotkaca
gugur, Arjuna dan Bima mengamuk. Mereka banyak membantai pasukan Korawa. dalam
kitab ini diceritakan bahwa Bima berhasil membunuh Dursasana dan merobek dadanya
untuk meminum darahnya. Salya, Raja Madra, menjadi kusir kereta Karna. Kemudian
terjadi pertengkaran antara Salya dengan Karna. Dalam kitab ini diceritakan bahwa roda
kereta perang Karna terperosok ke dalam lubang. Karna turun dari kereta dan mencoba
untuk mengangkat roda keretanya. Dengan senjata panah pasupati, Arjuna berhasil
membunuh Karna yang sedang lengah.

9. Salyaparwa
Kitab Salyaparwa merupakan kitab kesembilan dari seri Astadasaparwa. Kitab ini
menceritakan kisah diangkatnya Salya sebagai panglima perang pasukan Korawa,
menggantikan Karna yang telah gugur. Dalam kitab ini diceritakan kisah Duryodana yang
ditinggal mati saudara dan sekutunya dan kini hanya ia sendirian sebagai Korawa yang
menyerang Pandawa. Semenjak seluruh saudaranya gugur demi memihak dirinya,
Duryodana menyesali segala perbuatannya dan berencana untuk menhentikan
peperangan. Ia pun bersedia untuk menyerahkan kerajaannya kepada para Pandawa agar
mampu meninggalkan dunia fana dengan tenang. Sikap Duryodana tersebut menjadi
ejekan bagi para Pandawa. Karena tidak tahan, Duryodana tampil ke medan laga dan

17
melakukan perang tanding menggunakan gada melawan Bima. Dalam pertempuran
tersebut, Kresna yang mengetahui kelemahan Duryodana menyuruh Bima agar memukul
paha Duryodana. Setelah pahanya terpukul, Duryodana kalah. Namun sebelum ia
meninggal, Aswatama yang masih hidup diangkat menjadi panglima perang.

10. Sauptikaparwa
Kitab Sauptikaparwa merupakan kitab kesepuluh dari seri Astadasaparwa. Kitab ini
menceritakan kisah tiga ksatria dari pihak Korawa yang melakukan serangan membabi
buta pada di malam hari, saat tentara Pandawa sedang tertidur pulas. Ketiga ksatria
tersebut adalah Aswatama, Krepa, dan Kritawarma. Aswatama yang didasari motif balas
dendam membunuh seluruh pasukan Panchala termasuk Drestadyumna, yang membunuh
Drona, ayah Aswatama. Selain itu Aswatama juga membunuh Srikandi serta kelima
putera Pandawa atau Pancawala. Aswatama kemudian menyesali perbuatannya lalu pergi
ke tengah hutan, berlindung di pertapaan Rsi Byasa. Para Pandawa dan Kresna
menyusulnya. Kemudian di sana terjadi pertarungan sengit antara Aswatama dengan
Arjuna. Rsi Byasa dan Kresna berhasil menyelesaikan pertengkaran tersebut. Kemudian
Aswatama menyerahkan seluruh senjata dan kesaktiannya. Ia sendiri mengundurkan diri
demi menjadi pertapa.

11. Striparwa
Kitab Striparwa merupakan kitab kesebelas dari seri Astadasaparwa. Kitab ini
menceritakan kisah ratap tangis para janda yang ditinggal suaminya di medan perang.
Dikisahkan pula Dretarastra yang sedih karena kehilangan putera-puteranya di medan
perang, semuanya telah dibunuh oleh Pandawa. Yudistira kemudian mengadakan upacara
pembakaran jenazah bagi mereka yang gugur dan mempersembahkan air suci kepada
arwah leluhur. Dalam kitab ini, Kunti menceritakan asal usul Karna yang selama ini
menjadi rahasia pribadinya

12. Santiparwa
Kitab Santiparwa merupakan kitab kedua belas dari seri Astadasaparwa. Kitab ini
menceritakan kisah berkumpulnya Dretarastra, Gandari, Pandawa, dan Kresna di

18
Kurukshetra. Mereka sangat menyesali segala perbuatan yang telah terjadi dan hari itu
adalah hari tangisan. Yudistira menghadapi masalah batin karena ia merasa berdosa telah
membunuh guru dan saudara sendiri. Kemudian Bhisma yang masih terbujur di atas
panah memberikan wejangan kepada Yudistira. Ia membeberkan ajaran-ajaran Agama
Hindu secara panjang lebar kepadanya. Rsi Byasa dan Kresna turut membujuknya.
Mereka semua memberikan nasihat tentang ajaran kepemimpinan dan kewajiban yang
mesti ditunaikan oleh Yudistira.

13. Anusasanaparwa
Kitab Anusasanaparwa merupakan kitab ketiga belas dari seri Astadasaparwa. Kitab ini
menceritakan kisah Yudistira yang menyerahkan diri bulat-bulat kepada Bhisma untuk
menerima ajarannya. Bhisma menjelaskan ajaran Agama Hindu dengan panjang lebar
kepadanya, termasuk ajaran kepemimpinan, pemeintahan yang luhur, pelajaran tentang
menunaikan kewajiban, tentang mencari kebahagiaan, dan sebagainya. Akhirnya, Bhisma
yang sakti berpulang ke surga dengan tenang.

14. Aswamedhikaparwa
Kitab Aswamedhikaparwa merupakan kitab keempat belas dari seri Astadasaparwa.
Kitab ini menceritakan kisah kelahiran Parikesit yang sebelumnya tewas dalam
kandungan karena senjata sakti milik Aswatama. Dengan pertolongan dari Kresna,
Parikesit dapat dihidupkan kembali. Kemudian Yudistira melakukan upacara
Aswamedha. Untuk menyelenggarakan upacara tersebut, ia melepas seekor kuda. Kuda
tersebut mengembara selama setahun dan di belakangnya terdapat pasukan Pandawa yang
dipimpin oleh Arjuna. Mereka mengikuti kuda tersebut kemanapun pergi. Kerajaan-
kerajaan yang dilalui oleh kuda tersebut harus mau tunduk di bawah kuasa Yudistira jika
tidak mau berperang. Sebagian mau tunduk sedangkan yang membangkang harus maju
bertarung dengan Arjuna karena menentang Yudistira. Pada akhirnya, para Raja di
daratan India mau mengakui Yudistira sebagai Maharaja Dunia.

19
15. Asramawasikaparwa
Kitab Asramawasikaparwa merupakan kitab kelima belas dari seri Astadasaparwa. Kitab
ini menceritakan kisah Dretarasta, Gandari, Kunti, Widura dan Sanjaya yang
menyerahkan kerajaan sepenuhnya kepada Raja Yudistira sedangkan mereka pergi
bertapa ke tengah hutan. Pandawa sempat mengunjungi pertapaan merekja di tengah
hutan. Akhirnya, Batara Narada datang ke hadapan para Pandawa, dan mengatakan
bahwa hutan tempat Dretarastra, Gandari, Kunti bertapa terbakar oleh api suci mereka
sendiri, sehingga mereka wafat dan langsung menuju surga.

16. Mosalaparwa
Kitab Mosalaparwa merupakan kitab keenam belas dari seri Astadasaparwa. Kitab ini
menggambarkan kembalinya Balarama dan Krishna ke alam baka, tenggelamnya Negeri
Dwaraka ke dasar samudera, dan musnahnya bangsa Yadawa karena mereka saling
membunuh dengan senjata gada ajaib.

17. Prasthanikaparwa
Kitab Prasthanikaparwa merupakan kitab ketujuh belas dari seri Astadasaparwa. Kitab ini
menceritakan kisah Pandawa dan Dropadi yang mengundurkan diri dari pemerintahan
dan menjauhkan diri dari kehidupan duniawi untuk menjadi seorang pertapa. Mereka
menyerahkan tahta kepada Parikesit, satu-satunya keturunan mereka yang selamat dari
perang Bharatayuddha. Para Pandawa beserta Dropadi berencana untuk berziarah ke
gunung Himalaya sebagai akhir hidup mereka. Dalam perjalanan, Dropadi dan satu
persatu dari Pandawa bersaudara (Sahadewa, Nakula, Arjuna, Bima) meninggal dalam
perjalanan. Hanya Yudistira yang masih hidup dan melanjutkan perjalanannya. Yudistira
membiarkan jenazah saudara-saudaranya terkubur di tengah perjalanan tanpa
memberikan upacara pembakaran yang layak. Di tengah jalan, Yudistira bertemu dengan
seekor anjing, dan anjing tersebut kemudian menjadi teman perjalanannya. Bersama-
sama, mereka berdua berhasil mencapai puncak. Sesampainya di puncak, kereta kencana
Dewa Indra pun turun ke bumi untuk menjemput Yudistira ke surga

20
18. Swargarohanaparwa
Kitab Swargarohanaparwa merupakan kitab kedelapan belas dari seri Astadasaparwa.
Kitab ini menceritakan akhir kisah perjalanan suci yang dilakukan oleh Pandawa.
Kisahnya diawali dengan penolakan Yudistira yang tidak mau berangkat ke surga jika
harus meninggalkan anjing yang setia menemani dalam perjalanannya. Atas ketulusan
hati Yudistira, si anjing pun menampakkan wujud aslinya sebagai Dewa Dharma, ayah
Yudistira. Dewa Dharma mengatakan bahwa Yudistira telah berhasil melewati ujian yang
diberikan kepadanya dengan tenang. Setelah mengetahui yang sebenarnya, Yudistira
bersedia berangkat ke surga. Sesampainya di surga, Yudistira terkejut karena tidak
menemukan saudara-saudaranya yang saleh, melainkan mendapati bahwa Duryodana
beserta sekutunya yang jahat ada di sana. Sang Dewa mengatakan bahwa mereka bisa
berada di surga karena gugur di tanah suci Kurukshetra. Yudistira kemudian berangkat ke
neraka. Di sana ia mendengar suara saudara-saudaranya yang menyayat agar mau
menemani penderitaan mereka. Yudistira yang memilih untuk tinggal di neraka bersama
saudara yang saleh daripada tinggal di surga bersama saudara yang jahat membuat para
Dewa tersentuh. Tabir ilusi pun dibuka. Dewa Indra menjelaskan bahwa sebenarnya
saudara-saudara Yudistira telah berada di surga bersama dengan saudaranya yang jahat.
Yudistira pun menyadarinya kemudian hidup berbahagia di surga setelah membuang
jasadnya.

21
BAB III

PENUTUP

3.1 Ringkasan
Kitab Purana dan itihasa memiliki hubungan yang sangat erat dengan pendidikan
Hindu, karena dengan berpedoman dengan Kitab Purana belajar Agama lebih mudah,
karena di dalam Purana memaparkan ajaran Agama tersebut melalui cerita-cerita
sehingga mudah dimengerti dan dipahami. Selain itu Kitab purana dan itihasa memiliki
kedudukan sebagai sumber hukum hindu, karena ajarannya mengajarkan moralitas etika,
dan lain sebagainya. Yang masih sangat relevan dengan perkembangan zaman pada era
globalisasi.

3.2 Daftar pustaka

http://pujiastiti15.blogspot.com/2013/11/ringkasan-kitab-itihasa.html

https://phdi.or.id/artikel/ramayana-dan-mahabharata-antara-dongeng-dan-kenyataan

http://wiracaritabali.blogspot.com/2014/08/sapta-kanda-cerita-ramayana.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Astadasaparwa

22

Anda mungkin juga menyukai