Anda di halaman 1dari 6

DHARMA WACANA TRI KAYA PARISUDHA

Om Swastyastu,
Om Awighnam Astu Namo Sidham,
Om Anobaddrah krattavoyantu wiswatah,
( Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru )

Yth.Bapak Dosen, dan

Hadirin sekalian yang Saya Hormati.

Pertama-tama, marilah kita menghaturkan puja astungkara kepada Ida sang Hyang
Widhi Wasa Tuhan Yang Maha Esa, karena atas asungkerta waranugrahaNya pada hari
ini kita semuadapat berkumpul di kelas teologi semester enam ini.

Hadirin umat sedharma yang berbahagia

Perkenalkan Nama Saya Gusti Ngurah Arya Gusnadi,Saya Jurusan Teologi


Semester Enam. Pada zaman modern saat ini telah banyak dikembangkan teknologi-
teknologi yang bisa kita bilang sangat canggih serta ramah lingkungan, tetapi itu akan
tidak bisa disebut sebagai teknologi ramah lingkungan jika kecanggihan itu disalah
gunakan oleh manusia itu sendiri.  Perlu kita ketahui bahwa, sebenarnya di Hindu sudah
jauh lebih dulu mengenal teknologi tersebut, hanya saja dikemas dalam kemasan yang
berbeda. Contohnya dizaman sekarang kita mengenal dengan adanya internet, dalam
internet itu banyak sekali situs-situs yang menarik perhatian kita, bahkan ada juga orang
yang hilang gara-gara situs itu, peristiwa ini sebenarnya mirip dengan kejadian yang ada
dalam cerita Itihasa yakni dalam Ramayana, yaitu adanya pusaka yang namanya pusaka
Cupu Manik Astagina milik Dewa Surya. Yang mana dalam pusaka ini kita juga bisa
melihat seluruh isi dunia ini hanya dengan membuka tutup pusaka itu. Namun hal itu juga
melibatkan bencana bagi manusia.
Hadirin umat sedharma yang berbahagia

            Sebenarnya kejadian semacam itu tidak akan terjadi jika kita sebagai umat
manusia selalau berpedoman kepada ajaran suci Weda. Didalam agama Hindu kita telah
diajarkan tantang pedoman suci untuk menjalani kehidupan ini. saya akan menyampaikan
sebuah Dharma wacana yang berjudul Tri Kaya Parisudha, yaitu Tri Kaya Parisudha
yang artinya tiga perbuatan yang benar atau yang disucikan. Bagian dari Tri Kaya
Parisudha ini adalah pertama, Manacika Parisudha yang artinya berpikir yang suci atau
yang benar, kedua, Wacika Parisudha yang artinya berkata yang benar, dan ketiga Kayika
Parisudha yang artinya berbuat yang benar. Maksud berpikir, berkata, dan berbuat yang
benar ini dianggap benar jika selalu mengacu pada pandangan Dharma (kebenaran).

Hadirin Umat Sedharma Yang Berbahagia

Untuk lebih jelasnya saya akan menguraikan bagian-bagian dari Tri Kaya
Parusudha ini. Yang pertama adalah Manacika Parisudha. Manacika Parisudha artinya
adalah berpikir yang suci atau yang benar. Kita sebagai umat Hindu dengan adanya
pedoman hidup ini diharapkan mampu menjaga kesucian pikiran kita yakni dengan ajaran
dharma itu sendiri, sebab ada pepatah lama mengatakan “dari telaga yang jernih
mengalirlah air yang jernih pula”, maksudnya adalah jika pikiran kita suci atau bijaksana
maka perkataan dan perbuatan yang akan kita lakukan pasti akan sejalan pula hal ini juga
dijelaskan dalam sastra suci hindu yakni didalam Sarasamuccaya sloka 79 yang berbunyi
sebagai berikut :

“Manasa nicayam krtva tato vaca vidhiyate,


Karmana pascat pradhanam vai manastatah.”

Artinya 

“pikiranlah yang merupakan unsur yang menentukan, jika penentuan perasaan hati sudah
terjadi, maka mulailah orang berkata, atau melakukan perbuatan, oleh karena itu
pikiranlah yang menjadi pokok sumbernya”.

Hadirin umat sedharma yang berbahaia


Jadi sloka tersebut mengandung makna bahwa semua yang kita lakukan adalah
bersumber dari pikiran kita jika kita mau disebut sebagai orang yang bijaksana maka kita
harus bisa menjaga pikiran kita dari godaan Sad Ripu dan lain sebagainya. Jadi itulah
makna dari Manacika itu sendiri.

Hadirin Umat Sedharma Yang Berbahgia

Selanjutnya bagian  Tri Kaya Parisudha yang kedua adalah Wacika Parisudha.
Wacika Parisudha artinya berkata yang benar atau yang disucikan. Kita sebagai umat
manusia yang sudah dibekali akal pikiran harus selalu berusaha menjaga perkataan kita
itu. Sebab jika perkataan itu kalau tidak terkontrol pasti akan dapat menimbulkan
bencana baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Contoh kasus nyata yang mungkin
masih sangat kita ingat sampai sekarang yakni gara-gara banyaknya beredar isu-isu yang
tidak jelas kebenaranya menyebabkan terjadinya bentrokan bahkan menyangkut tentang
sara yaitu pasti kita tahu tentang kerusuhan yang pernah terjadi di Lampung dan
Sumbawa serta banyak lagi daerah yang lainya. Kasus itu sebenarnya bermula karena
banyaknya berita yang belum tentu kebenaranya, oknum-oknum yang tidak bertanggung
jawab telah memecah belah keharmonisan bangsa ini dengan jalan memprovokasi kita
semua. Maka dari itu saya mengajak semuanya, mari kita jaga ucapan kita jangan
sembarangan dalam berucap sebab ada pepatah mengatakan “mulutmu harimau mu” yang
bisa-bisa akan mencelakakan diri kita dan orang banyak. Berkenaan dengan itu didalam
kitab Nitisastra sargah V.3 menyebutkan sebagai berikut :

“Wasita nimittanta manemu laksmi,


   Wasita nimittanta pati kapangguh,
   Wasita nimittanta manemu duhka,
   Wasita nimittanta manemu mitra”.
Artinya:

Dengan perkataan engkau akan mendapatkan bahagia,


Dengan perkataan engkau akan menemui kematian,
Dengan perkataan engkau mendapat kesengsaraan,
Dengan perkataan engkau akan mendapatkan teman.

Hadirin Umat Sedharma Yang Berbahagia            

Jadi makna yang terkandung dari sloka yang diatas adalah perkataan itu adalah
bagaikan sabetan pedang, dan perkataan itu adalah ibarat tinta yang artinya apa yang kita
ucapkan pasti akan menimbulkan bekas atau akibat, oleh karena itu marilah kita jaga
ucapan kita untuk menumbuhkan keharmonisan diantara kita.

Hadirin Umat Sedharma Yang Berbahagia

Setelah kita berbicara tentang pikiran dan perkataan yang baik marilah kita
lanjutkan dengan bagian Tri Kaya Parisudha yang ketiga yaitu Kayika Parisudha. Kayika
Parirudha artinya adalah berbuat yang benar atau yang disucikan. Dalam kehidupan ini
kita mengenal antara perbuatan yang kita disadari dan perbuatan yang tidak kita sadari.
Kedua perbuatan ini  tantunya pernah kita lakukan.Yang mana perbuatan itu dikatakan
disadari apabila perbuatan yang kita lakukan itu telah terkontrol oleh pikiran itu sendiri.
Maksudnya perbuatan itu kita lakukan dengan dibawah kesadaran kita, dan kita sudah
mempertimbangkan perbuatan itu sebelumnya. Sedangkan perbuatan yang tidak kita
sadari maksudnya adalah perbuatan yang berada diluar pertimbangan atau kesadaran kita.
Contohnya jika kita bebicara dengan seorang Pedanda bahasa yang kita gunakan adalah
bahasa yang sesuai dengan Pedanda. Namun jika kita tidak mengerti tentang etika itu
mungkin secara tidak sadar kata-kata atau perbuatan kita akan menyalahi aturan dan hal
itu akan memalukan diri kita sendiri. Dalam ajaran agama hindu kita telah diajarkan
tentang susila, oleh sebab itu perbuatan kita haruslah bercermin pada tata susila atau etika
yang ada dan berkembang saat ini. Dengan kita mematuhi tatanan susila yang ada maka
kehidupan yang harmonis akan kita dapatkan. Karena perbuatan itu adalah implementasi
dari pikiran dan ucapan maka kita wajib dan harus selalu berusaha untuk mengontrol
semua tingkah laku kita. Marilah kita menjadi orang “Dhira” atau orang yang berilmu
dan berbudi pekerti yang dapat menguasai pikiran perkataan maupun perbuatan.

Jadi Implementasi dari ajaran Tri Kaya Parisudha selalu berpayung pada wiweka,
yaitu kemampuan untuk menimbang dan membedakan antara perbuatan yang baik
dengan yang buruk serta antara perbuatan yang salah dengan perbuatan yang benar.
Karena tidak semua perbuatan baik itu itu benar, dan sebaliknya tidak semua perbuatan
yang buruk itu salah. Contohnya bernyanyi dengan suara yang indah dan nyaring adalah
baik untuk menghibur namun perbuatan itu bisa menjadi salah ketika pada saat itu
tetangga kita sedang sakit parah dan suara kita mengganggunya. Jadi dengan demikian
pikiran.

Hadirin Umat Sedharma Yang Berbahagia

            Dari uraian yang telah saya sampaikan, maka dapat saya simpulkan bahwa apa
yang kita perbuat pasti membawa hasil itu buruk maupun baik. Bahkan berpikirpun kita
akan membawa hasil. Maka dari itu kita harus menguasai pikiran, perkataan dan
perbuatan kita berdasarkan dharma atau kebenaran jangan sebaliknya, pikiran atau sad
ripu yang menguasai kita. Dengan menguasai dan menanamkan pedoman hidup ini dalam
lubuk hati maka Awighnam Astu kita akan selalu memperoleh kebahagiaan..
      
            Demikianlah yang dapat saya sampaikan, jika ada kurang lebihnya saya sebagai
manusia biasa sepatutnya memohon maaf yang sebesar-besarnya. Akhirnya saya haturkan
puja parama santi “Om Santih Santih Santih Om”

            

Anda mungkin juga menyukai