Anda di halaman 1dari 2

Nama : I Dewa Gede Agung Udara Astinda

Jurusan : Teologi Hindu


NIM. : 15.1.4.5.1.023

Om Swastyastu
Om Avignam Astu Namo Siddham
Om Ano Bhadra Krtavo Yantu Visvatah

Terim kasih atas waktu dan kesempatan yang telah diberikan kepada
pembawa acar sehingga saya dapat membawakan Dharma Wacana ini. Semoga
segala pikiran yang baik datang kepada kita dari segala penjuru. Yang terhormat
bapak dosen dan teman-teman yang saya cintai. Merupakan suatu kehormatan
besar bagi saya untuk hadir mengisi dharma wacana singkat ini. Pertama-tama
saya ingin menghaturkan sembah kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan karunianya kepada kita, atas karunianya kita dapat berkumpul pada
acara ini.
Hadiri yang saya hormati, pada hari ini izinkan saya memperkenalkan diri
terlebih dahulu, nama saya Agung. Dewasa ini banyak orang yang belum mampu
jujur pada diri sendiri seperti memaksakan diri melakukan yadnya di luar
kemampuan diri, sehingga pada kesempatan ini saya akan berbicara mengenai
kejujuran dalam diri dengan tema kejujuran, agar dapat memotivasi hadiri
sehingga menjadi pribadi yang lebih baik dan mampu jujur pada diri sendiri. Jujur
pada diri sendiri ternyata lebih sulit daripada jujur pada orang lain. Kita seringkali
mengomentari orang lain dengan jujur tanpa beban, mengatakan sejujurnya apa
yang menjadi kekurangan atau kelebihan mereka. Mengomentari tingkah laku
orang lain dan banyak kejujuran-kejujuran yang terlontar tanpa kita sadari. Begitu
mudahnya kita melihat kekurangan dan kelebihan orang lain, sehingga mudah
pula kita mengatakan kejujuran atas apa yang kita lihat.
Tetapi ketika berbicara mengenai diri sendiri, sulit sekali kita menjadi
jujur, bahkan kita menolak keburukan yang dimiliki dan mempunyai
kecendrungan untuk menganggap diri kita sudah baik. Hal inilah yang membuat
kita sulit untuk berubah karena kita tidak ingin menilai diri kita sendiri. Ketika
kita mampu jujur pada diri sendiri, barulah kita dapat memahami diri dan
tentumya ini akan membuat kita rendah hati.
Jujur pada diri sendiri berarti kita dapat menerima diri apa adanya.
Mengetahui kekurangan pada diri, membuat kita menyadari dan memperbaiki diri
menjadi lebih baik. Kita tahu kelebihan diri dan dapat menguatkan potensi diri,
sehingga kita mempunyai kepercayaan diri yang lebih kuat. Kita juga dapat
mengetahui sampai dimana kemampuan diri, sehingga kita menjadi rendah hati.
Dalam Pustaka Bhagavad Gita XVI. 4 dinyatakan
“Dambho darpo ‘bhimānaś ca
Krodhaḥ pārusyam eva ca
Ajñānam cābhijātasya
Pārtha sampadam āsurim”

Artinya: Sikap bangga, sikap sombong, sikap tak peduli, amarah, sikap kasar dan
kebodohan. Sikap-sikap ini dimiliki oleh orang yang bersifat jahat, wahai putra
Partha.

Marilah kita melakukan perenungan diri, lihatlah dengan jujur apa adanya,
terima dan berdamailah dengan diri kita. Amati semua proses hidup kita dan akui
yang kita rasakan. Lepaskan semua penolakan dengan bijaksana, kita lepaskan
pikiran dan perasaan negatif yang kita miliki dan berikan penghargaan pada diri
jika melakukan kebaikan.
Hadiri yang berbahagia dapat saya simpulkan, pertama berlatihlah untuk
jujur pada diri sendiri dengan cara rajin melakukan perenungan diri, kedua
luangkan waktu diri kita untuk berdamai dengan diri kita dengan cara menyayagi
diri sendiri, buang jauh pikiran negatif dan jangan menyalahkan diri atas
penyesalan. Ketika kita mampu berdamai dengan diri kita, tentunya akan mampu
berdamai dengan lingkungan kita. Energi sejenis akan menarik energi sejenis.
Pada saat kita mampu jujur pada diri kita, maka kebenaran sejati akan datang pada
diri kita dan kebenaran tuhan akan kita pahami.
Demikian dharma wacana singkat dari saya mohon maaf apabila ada hal-
hal yang kurang berkenan dari saya. Atas kesempatan yang diberikan, saya
ucapkan terima kasih dan saya akhir dengan puja parama santhi. Om Santhi,
Santhi, Santhi, Om.

Anda mungkin juga menyukai