Om Swastyastu,
Om Anobadrah Kratavo Yantuh Visvatah
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang hyang Widhi Wasa
(Tuhan Yang Maha Esa), berkat asung kertha wara nugraha beliau, penulis dapat
menyelesaikan proposal penelitian ini. Dalam penelitian ini penulis memilih topik
“Analisis Pedagogi dalam Bala Kanda Pada Film Ramayana Ramanand Sagar
pula proposal ini tidak luput dari kesalahan. Untuk kesempurnaan proposal ini
sumbangan berupa kritik dan saran sangat penulis harapkan. Besar harapan
Penulis,
KATA PENGANTAR......................................................................................
ABSTRAK…………………………………………………………………...
DAFTAR ISI………………………………………………………………....
BAB I PENDAHULUAN
1.1....................................................................................................... Lat
ar Belakang Masalah....................................................................
1.2....................................................................................................... Ru
musan Masalah.............................................................................
1.3....................................................................................................... Tuj
uan Penelitian...............................................................................
1.4....................................................................................................... Ma
nfaat Penelitian.............................................................................
2.2. Konsep.......................................................................................
2.2.1. Pedagogi.......................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
sangat hebat, dan hilangnya perhatian secara bertahap pada pedoman spiritual dan
etika yang menjadi benteng kokoh setiap peradaban besar dimasa lalu. Gencarnya
emosional yang bersumber dari nilai-nilai agama dan nilai-nilai sosial adat dan
dan materialisme mempunyai pengaruh yang kuat dan tidak bisa dipungkiri dan
budaya dan perilaku manusia kearah budaya pasar, material dan cenderung
dihadapinya ialah dalam keluarga. Dari keluargalah seorang anak mengenal dan
menghayati nilai-nilai dari komunitas yang menjadi pengikat dan wadah
cukup kuat untuk menangkal derasnya pengaruh globalisasi dewasa ini (Tilaar,
2007:57). Namun pada kenyataannya dewasa ini pendidikan keluarga juga telah
secara global. Para orang tua (ayah dan ibu) yang mesti memenuhi tuntutan
keluarga dari segi ekonomi mau tidak mau harus bekerja diluar rumah tangga
sehingga mereka tidak lagi mempunyai waktu dan tenaga untuk mengasuh sendiri
pendidikan informal dalam keluarga akibat pengasuh dan para orang tuanya sibuk
dengan pekerjaan atau kegiatan sosial lainnya sehingga tidak adanya pengawasan
secara optimal.
tindakan manusia itu sendiri. Demikian pula halnya Agama Hindu yang
kehidupan. Namun, pada kenyataannya hal ini tidak selamanya berbanding lurus.
menyampaikan bahwa memang harus diakui kualitas moral manusia sudah sangat
merosot dan akan semakin merosot di masa mendatang jika tidak dicegah
perkembangannya. Tragedi-tragedi kemanusiaan terlalu merusak citra manusia
dewasa ini. Akhirnya peranan agama dianggap telah gagal dalam membangun
dewasa ini tidak dapat dilepaskan dari pengaruh perkembangan teknologi berupa
facebook, dan media sosial lainnya yang luput dari sensor dan menjadikan
yaitu anak melakukan peniruan atas apa yang didengar dan apa yang dilihat
kenyataan saat ini masyarakat dihadapkan dengan masalah figur yang dapat
dijadikan teladan. Krisis figur yang melanda masyarakat saat ini semakin
mampu merebut dan memenangkan peluang yang ada sehingga dalam masyarakat
yang ada hanya persaingan. Ada luapan kekecewaan terhadap hasil pendidikan
modern diseluruh dunia dewasa ini, sehingga muncul istilah dunia pendidikan
diseluruh dunia telah mengubah anak-anak menjadi buruk dan gila (Donder,
dan pendidikan, melahirkan suatu peradaban yang kuat dalam menghadapi arus
tentang kehidupan yang menjadi sumber ajaran agama Hindu. Sebab disanalah
kitab-kitab suci agama Hindu diturunkan dan disana pula tiap ayat yang tersurat
telah terujikan. Bahkan dalam ribuan tahun agama Hindu telah berkembang
menjadi peradaban dan budaya yang lengkap seutuhnya, antara lain seperti
musik, industri tekstil berbahan baku kapas, sutera, wool, arsitektur, sastra,
industri film dan lain sebagainya dan sampai sekarang mewariskan sebuah bangsa
norma, nilai, adat, kebiasaan, keyakinan agama, pola kehidupan keluarga, cara
yang menjadikan budaya dan tradisi serta sejarah peradaban masa lalunya sebagai
pondasi dalam garapan film tersebut yang berisikan nilai-nilai pendidikan Hindu.
Salah satu film hasil industri India adalah film Ramayana yang di produseri oleh
Ramannad Sagar yang dirilis tahun 1988. Film Ramayana Ramanand Sagar
diangkat dari sebuah epos besar Hindu pada zaman Treta Yuga yang bersumber
mantra yang disampaikan dalam Veda secara lengkap atau panjang lebar diuraikan
dalam kitab-kitab Itihasa dan Purana. Dalam Vayu Purana I.201 dijelaskan
sebagai berikut:
Terjemahannya:
Itihasa berasal dari tiga suku kata yaitu iti (begini), ha (tentu) dan asa
(sudah terjadi) yang jika diartikan secara luas bahwa ini memang sudah terjadi
begitu. Itihasa merupakan bagian dari Upaweda yang berisikan dua epos besar
tuntunan mulia untuk seluruh umat manusia di seluruh dunia, sejak masa yang
silam hingga dewasa ini masih relevan karena epos ini sama seperti amṛta, sama
seperti sungai Gangga yang maha suci yang mensucikan dan membebaskan dari
Ramayana oleh Sri Ramakoṣa Mandala, Sadasvapith, Poona, India terdiri dari 7
(sapta) Kanda antara lain: Bala Kanda, Ayodhya Kanda, Aranyaka Kanda,
Kiskinda Kanda, Sundara Kanda, Yuddha Kanda dan Utara Kanda (Titib,
Rama dan adik-adiknya diceritakan sebagai anak-anak yang riang gembira dalam
sosok pemimpin yang kuat, arif bijaksana dan permaisurinya Kausalya, Sumitra
dan Kaikeyi sebagai orang tua Rama dan ketiga saudaranya menanamkan sifat-
sifat yang luhur pada Rama dan ketiga saudaranya. Rama dan adik-adiknya
dan adik-adiknya memiliki kecerdasan yang luar biasa, pandai beladiri, sederhana,
lembut tutur katanya dan gagah perkasa, berbudi pekerti luhur walaupun masih
pelasanaan Yadnya yang dilaksanakan oleh Rsi Wiswamitra dari gangguan para
arus transfer IPTEK. Pendidikan adalah suatu bentuk kebudayaan manusia yang
bersifat dinamis, mengikuti percepatan laju perubahan serta dinamika budaya dari
tersebut tidak boleh tercabut dari akar budaya yang menjadi pondasi dari suatu
diperlukan media massa untuk menyebarluaskan dan membagi harta karun ini
kepada masyarakat untuk menyampaikan pesan-pesannya yang bermanfaat bagi
kehidupan bersama secara damai dan untuk membangun etika global, terutamanya
media elektronik (film) merupakan sarana yang sangat ampuh untuk siar agama
Hindu (Putra, 2015:11). Pada proses komunikasi yang sifatnya verbal dianggap
telah gagal dalam memberikan pengalaman belajar, maka dari itu diperlukan
adanya media untuk menarik minat dan bakat dalam belajar. Menurut Warsita
efektif (penetrasi lebih dari 70%) untuk menyampaikan informasi, hiburan, dan
yang dapat diamati dalam Bala Kanda film Ramayana Ramanand Sagar, yang
yang terkandung didalamnya. Berangkat dari pemikiran diatas, penelitian ini akan
mengkaji konsep dan nilai pedagogi yang tertuang dalam Bala Kanda film
1.2.1 Apa sajakah konsep pedagogi yang terkandung dalam Bala Kanda Film
memiliki 2 (dua) tujuan yaitu: (1) Tujuan umum dan (2) Tujuan khusus.
pedagogi yang terkandung dalam Bala Kanda Film Ramayana Ramanand Sagar
khusus yaitu:
1.3.2.1 Untuk mengetahui konsep pedagogi yang terkandung dalam Bala Kanda
1.3.2.2 Untuk mengetahui nilai pedagogi yang terkandung dalam Bala Kanda
1.3.2.3 Untuk mengetahui usaha yang dapat dilakukan dalam menjadikan Bala
dicapai yaitu berupa hasil yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan saat ini
maupun yang akan datang, karena suatu hasil penelitian akan dirasakan sangat
berguna apabila memiliki kegunaan yang optimal. Adapun manfaat yang yang
diharapkan dari hasil penelitian ini mencangkup dua hal yaitu: (1) Manfaat teoritis
sebagai berikut:
dan nilai pedagogi yang terkandung dalam Bala Kanda Film Ramayana
Ramanand Sagar.
1.4.2.2 Bagi Orang Tua
kepada anak terutamanaya tentang nilai pedagogi yang terkandung dalam Bala
Kajian pustaka adalah uraian mengenai tema atau topik literatur meliputi
makalah, buku, teks, laporan seminar, diskusi ilmiah, atau terbitan-terbitan resmi
proses analisis dipergunakan beberapa literatur dan hasil penelitian yang memiliki
Fenomena Global (Safari Budaya dan Migransi)” yang menguraikan tentang seri
kisah bersambung di televisi tentang orang-orang dari sebuah desa Sunda fiksi
Iroh, dan Esih yang semuanya ingin menjadi kepala desa. Judul dalam bahasa
Sunda seri ini dimaksud untuk menunjukkan, bahwa beberapa calon bahkan
kesenjangan generasi muda dan tua, kehidupan beragama, kritik sosial yang
menayangkan masalah cinta dan impian, dan kehidupan sosial politik dalam
masyarakat Indonesia yang mengasingkan orang Sunda dari latar belakang budaya
mereka sendiri. Kontribusinya terhadap penelitian ini yaitu sebagai pijakan dalam
mengungkap nilai pedagogi yang terkandung dalam Bala Kanda film Ramayana
Ramanand Sagar.
atau jati diri bangsa Indonesia. Identitas bangsa Indonesia tidak terlepas dari
keberadaan bangsa Indonesia yang Bhinneka. Oleh sebab itu identitas bangsa
Indonesia sangat terkait dengan identitas etnis yang merupakan batu bangunan
nasional dilihat sebagai bagian dari kebudayaan Indonesia yang dibangun oleh
mengungkap konsep dan nilai pedoagogi yang terkandung dalam Bala Kanda film
yang terkandung dalam penggalian nilai-nilai positif suku-suku bangsa dan upaya-
dan orang yang berada pada jalan itu akan menemukan tujuan tertinggi yaitu
moksa. Dalam Gaguritan Rajapala, dijelaskan moksa dapat dicapai oleh seorang
tokoh yang bernama Rajapala melalui sebuah penerapan disiplin rohani yang
mantap. Dengan kata lain selama hidup I Rajapala telah berbuat sejumlah
kebaikan yang cukup untuk mencapai tujuan tersebut dan telah melakukan
kewajiban terhadap dirinya sendiri dan orang tua sehingga menjadi anak yang
suputra.
gaguritan Rajapala yakni nilai susila terhadap Sang Hyang Widhi, nilai guru
susrusa dalam gaguritan Rajapala, nilai dharma negara dan nilai pengendalian
diri dalam gaguritan Rajapala. Nilai-nilai lain yang disampaikan terkait susila
yaitu menghindari sifat sombong dan curang, berpikir, berkata dan berbuat baik,
mengendalikan hawa nafsu (kama), dan berbakti kepada Sang Hyang Widhi.
nilai yang tertuang dalam Bala Kanda Film Ramayana Ramanand Sagar.
antara seorang murid (Sisya) dengan guru dimana ia berguru seperti 1) Kewajiban
seorang murid hendaknya menunjukan sikap hormat atau sujud bhakti terhadap
pengendalian diri Yama dan Nyama Brata dan 3) sifat-sifat mulia dan kerohanian
seorang wiku yang sewajarnya dijadikan guru dan guru yang selalu
sebagai pijakan dalam menggali konsep dan nilai yang tertuang dalam Bala
yang terdapat dalam purana yang mengkaji secara spesifik nilai-nilai tata susila
yang terkandung didalamnya. Penelitian ini didasarkan dari degradasi moral yang
melanda masyarakat saat ini. Rendahnya moralitas, etika, prilaku anak disebabkan
oleh berbagai aspek atau pengaruh antara lain kurangnya perhatian orangtua
terhadap perkembangan pendidikan budi pekerti anak yang bersumber dari ajaran
terabaikan dan pendidikan agama cenderung lebih banyak tekanannya pada ritual
yang belum mampu menambah perilaku anak ke arah agamais. Dari hasil kajian
gambaran tentang ajaran tata susila dan moralitas yang dapat dijadikan media
tata susila dan moralitas kepada anak, agar didalam kesehariannya mampu
menunjukkan jati dirinya sebagai anak yang memiliki budi pekerti luhur dan
purana juga memuat ajaran tentang tata susila (etika) dan moralitas serta acara
agama yang sifatnya masih relevan dengan kekinian. Dalam mendidik anaknya,
orangtua memiliki beragam cara tersendiri, namun ketika orang tua menanamkan
ajaran tentang nilai-nilai tata susila, salah satu cara untuk menyampaikan ajaran-
ajaran tersebut adalah melaui cerita atau dongeng. Dalam ajaran agama Hindu
dalam cerita-cerita yang terkadung dalam kitab-kitab Purana. Orang tua bisa
pekerti dan tata susila kepada anak dengan gaya bahasa sendiri agar anak juga
mudah mengerti dan mampu memahami maksud dari cerita itu. Penyampaian
cerita-cerita dalam purana tersebut sebagai media pendidikan dalam agama Hindu
karena di dalam cerita-cerita tersebut terkandung berbagai nilai tata susila dan lain
mengungkap nilai-nilai dan usaha yang dapat dilakukan dalam menjadikan ajaran
yang terkandung dalam Bala Kanda film Ramayana Ramanand Sagar sebagai
Prinsip dasar pedagogi adalah memandang pengetahuan atau kearifan lokal (local
knowledge, local wisdom) sebagai sumber inovasi dan keterampilan yang dapat
diberdayakan demi kesejahteraan rakyat. Bali telah memiliki landasan kokoh dan
tidak mudah tergoncangkan oleh gejolak-gejolak budaya populerdari luar yang
tidak serasi dengan budaya dirinya. Kekuatan yang tak terpatahkan mengenai
konsep personal dan sosial yang sangat religius, sangat kuat pengaruh Hindunya
pedagogi dalam etnis Bali yang dapat digunakan sebagai model pengelolaan
terkandung dalam Bala Kanda film Ramayana Ramanand Sagar yang tentunya
2.2 Konsep
dengan jalan membuat generalisasi terhadap suatu yang khas (Nazir, 1988:148).
Istilah konsep adalah salinan dari concept yang berasal dari bahasa Latin
Dalam hubungan ini konsep diartikan sebagai “a mental image of a thing formed
be” (Ndraha, 1985: 147). Lebih lanjut Furchan (1982 : 52) konsep adalah kata
yang mewakili persamaan atau segi umum dari obyek atau kejadian yang amat
berbeda satu sama lain. Konsep berfungsi menyederhanankan arti kata atau
pemikiran tentang ide-ide, hal-hal dan kata-kata benda maupun gejala sosial yang
digunakan, agar orang lain yang membaca dapat segera memahami maksud sesuai
dengan keinginan penulis. Adapun konsep yang berkenaan dengan penelitian yang
2.2.1 Pedagogi
Pedagogi merupakan istilah lain dari pendidikan yang berasal dari bahasa
Yunani “paedagogie” berasal dari kata “pais” yang artinya anak dan kata
diberikan pada anak. Pedagogi adalah studi ilmiah tentang situasi pendidikan,
2013:108).
yang diberikan dalam mengajar Rama dan ketiga saudaranya agar menjadi anak
memuat berbagai aspek pemikiran keagamaan yang pada dasarnya tidak dapat
dilepaskan dari bangsa Arya, baik berkaitan dengan sejarah politiknya, sejarah
merupakan mata rantai yang tidak pernah putus dengan masa lampau, masa yang
mendahuluinya, sering terjadi adanya masukan yang baru kedalam yang lama
India. Lebih lanjut Pidada (2015:11) menambahkan dalam ribuan tahun agama
Hindu (India) telah berkembang menjadi peradaban dan budaya yang lengkap
seutuhnya, antara lain seperti filsafat, spiritualitas, ilmu pengetahuan tinggi (para
psychology, kesenian, musik, industri tekstil berbahan baku kapas, sutera, wool,
arsitektur, sastra, industri film dan lain sebagainya dan sampai sekarang
mewariskan sebuah bangsa yang sangat berkarakter serta tidak meninggalkan ciri
Hindunya.
Kesimpulan yang dapat kita ambil dari uraian diatas yaitu pedagogi
pendidikan. Dalam Bala Kanda film Ramayana Ramanand Sagar terdapat sistem
pedagogi seperti konsep dan nilai pendidikan Hindu yang mencerminkan suatu
nilai-nilai pendidikan terkait etika dan moralitas. Berkaitan dengan penelitian ini,
pedagogi yang dimaksudkan yaitu suatu konsep pendidikan yang berakar dari
kebudayaan Hindu yang dapat diamati melalui Bala Kanda film Ramayana
Ramanand Sagar.
saudaranya ketika ketika masih anak-anak. Kata Bala Kanda dalam bahasa
sanskerta Bāla artinya anak laki-laki dan Kāṇḍa artinya bagian (Surada,
2006:433). Sedangkan kata Ramayana dalam kamus Hindu berasal dari kata
Rāma (sang Rama) dan ayaṇa (perjalanan, kisah) sehingga Ramayana diartikan
bagian dari itihasa yang menunjukan sesuatu hal telah terjadi di masa yang silam.
Itihasa dikaitkan dengan suatu kejadian dimasa silam yang dihubungkan dengan
untuk seluruh umat manusia di seluruh dunia, sejak masa yang silam hingga
dewasa ini masih relevan. Menurut keyakinan umat Hindu, Rama adalah Avatara
Tuhan Yang Maha Esa yang turun menyelamatkan umat manusia dari kehancuran
moralitas yang ditokohi oleh raja raksasa Ravana. Didalam karya sastra agung
Sa sarvaguṇopateḥ kausalyānandavardhanāḥ
Samudra iva gambhirye dhairyeṇa Himvāniva
Viṣṇunā sadṛso vīrye samavat priyadarśanaḥ
Kālāgnisadṛśaḥ krodhe kṣamayā pṛthivīsamaḥ
Dhanadena samastyage satye Dharma ivāparaḥ
Terjemahannya:
‘Rāma putra dewi kausalyā mempunyai segala jenis keutamaan. Dalam hal
kedalaman dan kerahasiaan-Nya, beliau seperti samudra, tegak dan sabar
seperti Gunung Himalaya, sama seperti Wisnu dalam hal kekuasaannya,
seperti Soma dalam ketampanannya, seperti Kāla Agni (api kematian)
dalam kemarahan, seperti dewi Perthivi dalam memaafkan, seperti Dhanada
(Kuvera) dalam memberikan hadiah dan seperti Satya/kebenaran dalam
ajaran agama’. (Titib, 1996:141)
Bala Kanda Ramayana. Film tersebut dimulai dari kisah kelahiran Rama yang
merupakan Awatara Wisnu karena para dewa merasa takut akan kekejaman
membawa kabar yang sangat mengembirakan bagi ayahnya yakni Dasaratha yang
juga merupakan raja Ayodya yang sangat bijaksana. Raja Dasaratha dan
dan ketiga saudaranya di asrama Rsi Wisesa. Pendidikan yang didapatkan Rama
dan ketiga saudaranya membuat mereka memiliki kecerdasan yang luar biasa,
pandai beladiri, sederhana, lembut tutur katanya dan gagah perkasa, gunawan dan
berbudi pekerti luhur. Kembalinya Sri Rama dari Asrama membawa kegembiraan
bagi raja Dasaratha dan para permaisurinya serta rakyat Ayodhya. Tak lama
keselamatan alam semesta. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Bala
Kanda Ramayana merupakan kisah masa kecil Sri Rama dan ketiga saudaranya
dalam keluarga atau kerajaan Ayodhya yang dimuali dari kelahiran Rama dan
objek yang bergerak dan akhirnya proyeksi daripada hasil pengambilan gambar
tersebut. Sebuah film cinematografik terdiri atas sejumlah besar gambar positif
secara kontinu. Film Ramayana Ramanand Sagar dirilis tahun 1986-1988 dan
diproduksi oleh Sagar Art Enterprises. Film Ramayana ini diproduseri oleh
Ramanand Sagar dan kisahnya diambil dari Ram Charit Manas dari Goswami
Tulsidas dan Ramayana Valmiki sebagai sumber utama serta sumber pendukung
lain seperti Kamb Ramayana dari Maharsi Kamber, Bhavarth Ramayana dari Sant
Ramayana dari Sri Gonbudh Reddy, Ramchadra Charit Puranam dari Abhinav
Pump Nagchandra dan Adhyatma Ramayana dari Tunvatt Eluttachhan (dikutip
luhur yang perlu diteladani dari film ini. Cerminan kehidupan yang digambarkan
memiliki ciri khas kehidupan seperti zaman Treta Yuga yang seakan membawa
penontonya turut ikut pada zaman tersebut. Penggambaran tokoh Rama sebagai
sosok manusia yang ideal. Tingkah laku Rama digambarkan pula mencerminkan
kebajikan dan budi pekerti yang luhur di dalam film tersebut sebagaimana kisah
yang ditulis oleh Maharsi Valmiki. Film Ramayana Ramanand Sagar sama halnya
seperti yang diungkapkan Titib (2008:11) bahwa cerita ini mengandung koleksi
beberapa idealisme agung seperti putra yang dermawan, kakak yang ramah, suami
yang tercinta dan penuh tanggung jawab, ayah yang memenuhi kewajiban dan
contoh raja bijak pelindung warga negara. Demikianlah film ini dibuat,
Indonesia bahwa dengan mempertunjukan film yang berisi kegiatan umat Hindu
selain untuk hiburan juga merupakan sarana pendidikan umat seperti halnya film
tuntunan dalam berpikir, berkata dan bertingkah laku dalam kehidupan. Dari
merupakan film yang berlatar belakang sejarah (Itihasa) yang dibuat oleh
Ramanand Sagar (Ramanand Chopra) yang banyak mengandung konsep dan nilai
pendidikan luhur Hindu yang dapat digunakan sebagai media dalam menanamkan
Media berasal dari kata medium (bahasa Latin) yang artinya perantara
atau pengantar. Media dapat diartikan pula sebagai wadah pesan atau materi
interaksi yang ingin disampaikan dari sumber pesan kepada penerima pesan
identitas kepada pihak-pihak lain, serta kepada kelompok budaya yang ada
(Burton, 2012:31). Media secara garis besar berarti manusia, materi, atau kejadian
Pada pertengahan abad ke-20 kemudian ditemukan film bersuara menambah alat
Melihat pengertian tersebut, jika dikaitkan dalam dunia pendidikan, maka wadah
untuk penyalur pesan yang merupakan komunikasi interaksi dalam proses belajar
mengajar umumnya disebut dengan Media Pendidikan. Salah satu gambaran yang
paling banyak dijadikan acuan sebagai landasan teoritis pemanfaatan media dalam
sebanyak 50% dari mendengar dan melihat (Munadi, 2013:18-19) dan menurut
yang efektif (penetrasi lebih dari 70%) untuk menyampaikan informasi, hiburan,
dan pendidikan
membuat orang berprilaku mengikuti budaya yang dimasuki oleh dirinya (Pidarta,
proses trasformasi budaya yaitu kegiatan pewarisan budaya dari suatu generasi ke
generasi yang lain mulai dari bahasa, adat istiadat, dan lain-lain. Lebih lanjut
segala lingkungan dan sepanjang masa, 2) pendidikan dalam arti sempit bahwa
terbatas bahwa pendidikan usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat,
dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan sehingga
dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup dimasa yang akan
datang.
dibedakan menjadi 2 (dua) bagian besar yakni Pendidikan agama Hindu di luar
sekolah dan pendidikan agama Hindu di sekolah. Lebih lanjut disampaikan tujuan
Hindu menjadi keyakinan dan landasan segenap kegiatan umat dalam setiap
rukun antara umat beragama. Adapun materi pendidikan agama Hindu bersumber
pada Veda Smrti dan Itihasa yang pelaksanaannya sesuai dengan desa, kala, dan
guru.
Ramanand Sagar sebagai bagian dari Itihasa dapat digunakan sebagai media
pendidikan Hindu baik di lingkungan sekolah maupun diluar sekolah. Sebab film
dengan istilah wawasan agama sosial. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
berisikan konsep dan nilai luhur Hindu yang dapat dijadikan pedoman dalam
2.3 Teori
mengingat bahwa teori dalam penelitian berfungsi sebagai pisau bedah untuk
mengkaji permasalahan yang ada. Istilah teori berasal dari kata theorein yang
berarti to look at (melihat pada). Dari kata ini timbul kata theoria, artinya suatu
pegangan, lalu kata Inggris theory. Lebih lanjut Redana (2006:251) menyatakan
bahwa teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan
menyatakan bahwa teori adalah alur logika atau alur penalaran yang merupakan
maka peneliti berusaha mencari teori yang relevan dalam penelitian ini.
Sehubungan dengan penelitian yang dilakukan, terdapat dua teori yang akan
pendidikan yang diterima oleh individu yang bersangkutan . Disini tidak diakui
adanya faktor-faktor kejiwaan yang dibawa sejak lahir. Jiwa menurut teori ini,
kelangsungan.
Tokoh aliran empirisme adalah John Locke filosof Inggris yang hidup
pada tahun 132-1704. Teorinya dikenal dengan Tabulae rasae (meja lilin), yang
menyebutkan bahwa anak-anak yang lahir kedunia seperti kertas putih bersih.
Kertas putih akan mempunyai corak dan tulisan yang digores oleh lingkungan.
dan budaya). Pengaruh empiris yang diperoleh dari lingkungan berpengaruh besar
terhadap perkembangan anak. Menurut aliran ini, pendidik sebagai faktor luar
pendidikan bagi anak dan anak akan menerima pendidikan sebagai pengalaman.
Pengalaman tersebut akan membentuk tingkah laku, sikap serta watak anak sesuai
dalam Bala Kanda film Ramayana Ramanand Sagar terkait dengan tempat-tempat
Interaksi sosial terjadi jika adanya kontak sosial dan komunikasi. Kontak
sosial seperti yang dikatakan Max Weber bahwa interaksi sosial menyangkut
diketahui atau dipahami oleh orang lain. arti lain dari komunikasi adalah berbagi
(to share) atau bertukar (to exchange) pendapat, perasaan, informasi dan
dengan benda-benda dalam rangka membagi makna. Dengan kata lain, tindakan
Triguna, 2000:43) tercermin tiga premis yang dirumuskan sebagai berikut: (1)
sesuatu itu bagi mereka; (2) makna tersebut berasal dari interaksi sosial seseorang
pada makna interaksi budaya sebuah komunitas. Makna esensial akan tercermin
melalui komunikasi budaya antar warga setempat. Pada saat berkomunikasi jelas
Orang meciptakan persepsi mengenai satu sama lain dan tatanan sosial. Orang
tentang nilai-nilai dalam Bala Kanda Fim Ramayana Ramanand Sagar yang
METODE PENELITIAN
dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010:3). Metode berasal dari
bahasa latin “meta” yang artinya menuju, melalui, mengikuti, sesudah, dan kata
“hodos” yang berarti jalan, cara, arah. Dari sini lahir kata methodus atau Gerik
methodos yang berarti suatu cara atau jalan pengaturan atau pemeriksaan sesuatu
sebagai suatu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu
yang bersangkutan. Metode diartikan lebih luas yaitu cara-cara, strategi untuk
sehingga lebih mudah mencari jalan keluarnya dan mudah dipahami. Lebih lanjut
dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan, guna menjawab
latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen kunci (Redana,
masalah dalam masyarakat serta tata cara berlaku dalam masyarakat serta situasi-
masyarakat. Selain itu, pendekatan ini memandang bertahan atau tidaknya suatu
permasalahan yang akan dibahas yaitu praktik pendidikan berbasis kearifan lokal
dalam komunitas etnis Hindu India yang tertuang dalam Bala Kanda film
Ramayana Ramanand Sagar. Terkait dengan hal tersebut, yang menjadi fokus
utama dalam penelitian ini adalah konsep dan nilai pendidikan Hindu serta upaya-
upaya untuk menyebarluaskan ajaran yang terkandung dalam Bala Kanda Film
penelitian yakni yang dikaji dalam suatu penelitian yaitu Bala Kanda film
Bala Kanda film Ramayana Ramanand Sagar. Glock & Stark, dan Midleton
(dalam Redana, 2006:126) menyatakan bahwa objek penelitian agama yaitu ajaran
agama dan keberagamaan. Ajaran agama terkait dengan doktrin teologis, simbol,
norma, dan etika yang harus dipahami, diyakini, disosialisasikan, diamalkan dan
sosial yang diakibatkan oleh agama seperti struktur sosial, pranata sosial,
organisasi keagamaan, dan perilaku sosial. Maka dari itu, peneliti mengambil
objek penelitian ini yaitu sistem pendidikan (pedagogi) dalam Bala Kanda film
berasal dari bahasa Latin yakni kata dare artinya to give. Dari sini timbul kata
datus, kemudian datum (tunggal) dan data (jamak), lalu kata inggris date (waktu)
dan data (bahan statistik) (Ndraha, 1985:58). Berkaitan dengan hal tersebut, data
dapat diartikan segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk
menyusun informasi. Adapun jenis dan sumber data dalam penelitian ini dapat
Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah jenis data
dan sesuai dengan konteks melalui pengumpulan data dari latar alami dengan
tidak diperoleh dari prosedur statistik atau hitungan lainnya artinya penelitian
sumber-sumber dasar yang utama. Menurut Ndraha (1985:60) data primer ialah
data yang berkaitan langsung dengan objek penelitian. Lebih lanjut Sugiyono
(2010:308) sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang
peneliti dapatkan yang bersumber dari Bala Kanda film Ramayana Ramanand
Sagar.
yang diperoleh secara tidak langsung melaui media perantara. Data skunder
melengkapi data primer (Ndraha, 1985:60). Sumber data sekunder adalah sumber
yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat
orang lain atau dokumen (Sugiyono, 2010:309). Dalam penelitian ini data
penting, serta pencatatan sistematis yang terkait dalam penelitian ini dan nantinya
sebagai data pendukung didalam mengkaji pedagogi yang terkandung dalam Bala
metode pengumpulan data. Ada beberapa teknik yang dapat dipergunakan untuk
mengumpulkan data, satu sama lain punya fungsi yang berbeda, dan hendaknya
dipergunakan secara tepat sesuai dengan tujuan penelitian dan jenis data yang ingin
digali serta keadaan subjek (sumber informasi) penelitian. Lebih lanjut Marshall &
review”. Berkaitan dengan itu pengumpulan data dalam penelitian ini mengunakan
teknik observasi yaitu dengan mengamati langsung Bala Kanda Film Ramayana
Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life
gambar yaitu foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. dokumen yang berbentuk
karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film dan lain-lain
(Sugiyono, 2010:329).
merupakan alat pengumpul data yang utama karena pembuktian hipotesisnya yang
diajukan secara logis dan rasional (Zuriah, 2009:191). Dalam penelitian ini, film
wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikostruksikan makna dalam suatu topik
yang lain sehingga informasi yang diperoleh mencapai titik jenuh. Dalam
satu ke pokok persoalan yang lain sampai tidak diperoleh informasi baru sesuai
seperti arsip, termasuk juga buku tentang teori, pendapat, dalil atau hukum, dan
atau kepustakaan. Dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpul data ini adalah
yang utama karena pembuktian yang diajukan secara logis, dan rasional melalui
teori yang telah berkembang dalam bidang ilmu yang berkepentingan, mencari
data penelitian. Data yang didapat melalui studi kepustakaan akan memperkaya
berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka. Analisis dalam pengertian secara
pemilahan, serta pengelompokan data dan informasi dengan tujuan mencari solusi
Analisis data pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang
disusun ke dalam teks yang diperluas dan mendalam. Metode deskriptif kualitatif
Tujuan deskripsi ini adalah untuk membantu pembaca mengetahui apa yang
terjadi di lingkungan dibawah pengamatan, seperti peristiwa atau aktivitas yang
yang ringkas dan mudah dimengerti. Miles dan Huberman menyatakan bahwa
aktivitas analisis data kualitatif meliputi: (1) Reduksi data; (2) Display data atau
penyajian data dan (3) Mengambil kesimpulan atau verifikasi. Ketiga tahapan ini
mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara
Display data atau penyajian data adalah alur penting yang kedua kalinya
teks yang bersifat naratif. Dengan menyajikan data, maka akan memudahkan
verifikasi, baik dari segi makna maupun kebenaran kesimpulan yang disepakati
sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang
dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan
kredibel. Setelah hasil penelitian telah diuji kebenarannya, maka peneliti dapat
2010:345).
DAFTAR PUSTAKA
Media Hindu.
Nasional
Jurries, Edwin. 2006. Ekspresi Lokal dalam Fenomena Global. Jakarta : Pustaka
LP3ES
Mudyahardjo, Redja. 2012. Pengantar Pendidikan : Sebuah Studi Awal Tentang
Rosdakarya
Pidada, Utami. 2015. Pendidikan Karakter Berbasis Hindu Dharma. Media Hindu
Edisi 131
Punyatmadja, Ida Bagus. 2013. Cilakrama. Kanwil Kementrian Agama Prov. Bali
Putra, Ngakan Putu. 2015. Membangun Karakter daya Kritis Umat Hindu Melalui
Redana, Made. 2006. Panduan Praktis Penulisan Karya Ilmiah dan Proposal
Sadiman, Arief dkk. 2011. Media Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Gafindo Persada
Sudhibya, I Gede. 1997. Hindu dan Budaya Bali Bunga Rampai Pemikiran.
Denpasar: PT. BP
Suriathi, Ni Luh Putu. 2013. Kajian Pendidikan Susila dalam teks Geguritan
Titib, I Made. 1996. Veda Sabda Suci Pedoman Praktis Kehidupan. Surabaya:
Paramita
Titib, I Made dkk. 2004. Keutamaan Manusia dan Pendidikan Budhi Pekerti.
Surabaya. Paramita
Triguna, Ida Bagus Gede Yudha. 2000. Teori Tentangf Simbol. Denpasar: Widya
Dharma
Widana, I Gusti Ketut. 2011. Menyoroti Etika Umat Hindu. Denpasar : Pustaka
Bali
Wiguna, I Made Arsa. 2014. Kajian Nilai-Nilai Tata Susila dalam Purana
Zuriah, Nurul. 2009. Metodelogi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta : PT.
Bumi Aksara