Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH UPANISAD

“CHANDOGYA UPANISAD”

DISUSUN OLEH:

Kelompok 2:
1. Agus Aditya Saputra (2013081002)
2. Kadek Wulan Dwi cahyani (2013081004)
3. Indra Saputra (2013081006)
4. Gede Nova Wirawan (2013081008)
5. Nyoman Sri Mahyoni (2013081010)
6. Dewa Made Suardana (2013081012)
7. Putu Nia Pratami (2013081014)
8. Sang Ayu Kade Lina Apriliana (2013081016)
9. Desak Made Alit Septiari (2013081018)
10. Putu Astriani (2013081020)

Jurusan Brahma Widya


Prodi Filsafat Hindu
STAHN MPU Kuturan Singaraja
2021
KATA PENGANTAR

Om swastyastu
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa atas berkat dan restu
yang diberikannya sehingga makalah mata kuliah Upanisad ini bisa terselesaikan dengan tepat
pada waktunya.

Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak I Wayan Kariarta, S.Fil.H.,
M.Ag selaku dosen pengampu mata kuliah Upanisad yang telah memberikan tugas makalah ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni.

Makalah yang kami buat ini sangat jauh dari kesempurnaan, sehingga kritik dan saran
bagi pembaca sangat diharapkan guna dijadikan pembelajaran pada pembuatan makalah yang
akan datang. Terima kasih atas partisipasinya semoga semua isi yang ada dalam makalah
bermanfaat bagi bembaca.

Singaraja, 25 April 2022

Penulis
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 3
BAB I ..................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................................... 4
1.3 Tujuan ..................................................................................................................................... 4
BAB II .................................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 4
2.1 Pengertian Chandogya Upanisad .............................................................................................. 5
2.2 Kedudukan Chandogya Upanisad dalam kodifikasi Weda ......................................................... 5
2.3 Pentingnya mempelajari Chandogya Upanisad ......................................................................... 7
BAB III .................................................................................................................................................. 9
PENUTUP.............................................................................................................................................. 9
3.1 Kesimpulan .............................................................................................................................. 9
3.2 Saran........................................................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 10
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Munculnya kitab Upanisad dimulai dari adanya “Catur Asrama” atau tingkat hidup
dimana pada masa Brahmana kata “Catur Asrama” merupakan rangkaian empati tingkat hidup
yang harus dilalui pada masa tersebut. Pada masa wanaprasta (kehidupan di hutan) dan
sanyasin (tingkat petapa) mereka sempat belajar dengan mendalami jadi dapat menghasilkan
kitab-kitab yang berisi renungan-renungan yang bersifat filosofis, kitab-kitab yang dikarang
pada waktu mereka mengasingkan diri di hutan itu baru kitab-kitab aranyaka (kita-kitab
rimbu). Di antara kita-kitab tersebut yang diakui tinggi mutunya sebagai kitab Filsafat hindu
adalah kitab upanisad.
Ajaran tentang upanisad muncul karena kurang senangnya para ksatria pada perilaku
para Brahmana yang terlalu kuasa dalam bidang upacara kurban. Para Ksatria berpendirian
bahwa berkurban itu tidak hanya dengan bahan saja, namun dengan rohani pun bisa sehingga
dengan demikian para wanaprasta atau wanaprastadan, sanyasi/sanayasin bisa ikut berkurban.
Oleh karena itu, yang mula-mula menguasai pokok-pokok ajaran Upanisad itu adalah para
Ksatria dan keluarga istana. Tetapi tatkala kemudian mereka terlalu sibuk dengan urusan
politik, maka ajaran Upanisad itu akhirnya dikuasai para Brahmana/pendeta.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa itu Chandogya Upanisad?
1.2.2 Bagaimana kedudukan Chandogya Upanisad dalam kodifikasi Weda?
1.2.3 Mengapa harus mempelajari Chandogya Upanisad?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui apa tu Chandogya Upanisad.
1.3.2 Untuk mengetahui kedudukan Chandogya Upanisad dalam kodifikasi Weda.
1.3.3 Untuk mengetahui pentingnya mempelajari Chandogya Upanisad.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Chandogya Upanisad
Chandogya Upanisad merupakan ajaran serta petunjuk hidup yang menitik beratkan
pada pengorbanan dan kebaktian seorang Hindu kepada masyarakat dan keyakinan
kepercayaannya. Dalam ajaran ini, seorang Hindu rela mengorbankan kepentingan pribadinya
dan bila perlu dirinya sendiri, walau tindakan tersebut tidak secara langsung dapat
membahagiakan orang lain.
Pengorbanan atau kebaktian ini hanya dapat dilaksanakan oleh mereka yang berjiwa
matang tanpa banyak melibatkan upacara-upacara. Bentuk pengorbanan atau kebaktian ajaran
ini dapat berupa hidup prihatin (tapa brata), memberi sedekah (dana punia), menjunjung
kebenaran (arjawam), tanpa menyakiti atau membunuh makhluk hidup (ahimsa), dan dapat
dipercaya (satyawacanam). Ajaran Candogya Upanisad merupakan ajaran esoterik yang terkait
dengan Kitab Suci Sama Weda.

2.2 Kedudukan Chandogya Upanisad dalam kodifikasi Weda


Kedudukan Upaniṣad dengan jelas tercantum dalam Kodifikasi weda, Upaniṣad
termasuk dalam kitab Śruti atau susastra yang diwahyukan. Susastra ini bersifat kekal
(sanātana). Susastra ini dihasilkan bukan oleh indria biasa, kesimpulan pikiran ataupun
refleksi. Tetapi terlihat oleh para ṛṣi seperti manusia melihat langit musim panas tetapi tidak
bisa menyimpulkan kekayaan warna dari langit musim panas. Para orang suci ini mempunyai
mata rohani sebagaimana pula manusia mempunyai penglihatan untuk memahami hal yang
bersifat badaniah. Para ṛṣi ini memiliki visi langsung atau seperti kata Yāksa: “sākṣāt-kṛta
dharmāṇaḥ”, dan pengalaman-pengalaman mereka biasanya dianggap kenyataan bagi setiap
falsafah kehidupan. Kebenaran yang mereka lihat bukanlah semacam laporan intropeksi yang
sangat subyektif. Para ṛṣi ini menyatakan bahwa pengetahuan yang beliau sampaikan bukanlah
sesuatu yang mereka dapatkan untuk diri mereka sendiri. Mereka memperolehnya tanpa
mereka mengusahakannya.
Upaniṣad merupakan bagian ke-4 dari Śruti yakni Mantra (Samhita), Brāhmaṇa,
Āranyaka dan Upaniṣad. Upaniṣad terbagi menjadi 5 kelompok, Chāndogya Upaniṣad
merupakan bagian dari Sama Veda. Kebenaran-kebenarannya dikatakan dikeluarkan dari nafas
Tuhan atau merupakan visi dari orang-orang suci. Suamba (2003:221) menyatakan “secara
garis besarnya topik-topik yang dibahas di dalam pustaka-pustaka Upaniṣad adalah Brahman,
Ātman, Dunia (jagat), Sadhāna dan Mokṣa. Susastra ini adalah wejangan para ṛṣi yang
mengatakan secara penuh pengalaman rohani mereka. Suamba (2003:239) mengklasifikasikan
Upaniṣad ke dalam kelompok Catur Veda, sebagai berikut :
a. Ṛgveda terdiri dari 10 Upaniṣad.
b. SamaVeda terdiri dari 16 Upanisad.
c. YajurVeda terdiri dari 2 yaitu Sukla Yajurveda dan Krsna Yajurveda.
d. Atharvaveda terdiri dari 31 Upanisad.
Dalam ajaran Hindu, bahagia dan penderitaan sesungguhnya bersumber dari dalam diri.
Bertutur tentang bagaimana setiap individu melakukan respon atas objek dari luar. Untuk
terhindar dari penderitaan, maka umat Hindu diajarkan untuk mengenali penyebab penderitaan
tersebut. Karena dengan mengenali penyebab, maka pembenahan diri untuk terhindar dari
penderitaan bisa dilakukan.
Dalam Chandogya Upanisad V.10.7 disebutkan
Abhram bhutva megho bhavati, megho bhutva pravarsati, ta iha vrihiyava osadhi
vanasvatayas tila-masa iti jayante, ato vai khalu durnis prapataram, yo yo hy
annamatti yo retah sincati tasd bhuya eva bhavati.
(Chandogya Upanisad V.10.7)
“Setelah menjadi embun, mereka jadi mendung turunlah hujan. Mereka dilahirkan
disini sebagi beras dan gandum, pepohonan dan tanaman jamu, pohon buah dan
kacang kacangan. Dari sini pelepasan menjadi sangat sukar bagi siapapun yang
menyantap makanan dan memetik buah, dia akan menjadi seperti dia.
(Radhakrishnan, 2008:333)

Mantra tersebut mengisyaratkan bahwa jiwa yang mengalami kelahiran berupa tumbuh
tumbuhan dapat menghambat pembebasan. Bagi setiap orang yang mengkonsumsi buah buahan
tanpa mempersembahkan pada Tuhan akan mencapai kehidupan seperti yang ia makan,
maksudnya adalah hidup dengan sifat sifat yang ia makan. Disamping mantra tersebut
Chandogya Upanisad V.10.7 menyatakan:
Tad ya iha ramaniya-caranah, abhyaso ha yet te ramaniyam yonim apadyeran,
brahmana–yonim va ksatriya-yonim va vaisya yonim va; atha ya iha kapuya-caranah
abhyaso ha yat te kapuyam yonim apadyeran sva-yonim va sukara-yonim va candala-
yonim va.
(Chandogya Upanisad V.10.7)
“Mereka yang melakukan perbuatan baik disini akan segere memperoleh kelahiran
yang baik, kelahiran sebagai Brahma, kelahiran sebagi seorang Ksatriya tau kelahiran
sebagai Vaisya. Tetapi mereka yang perbuatanya jahat kelahiran sebagai anjing, babi
atau candala (Radhakrishnan, 2018:333-334)

Mantra tersebut juga menyatakan tentang hasil hasil perbuatan yang kita lakukan,
perbuatan baik akan mendapatkan hasil yang baik sementara perbuatan buruk akan
mengasilkan hasil yang buruk. Perbuatan baik dan buruk ini diperoleh pada siklus kelahiran
dan kematian, kebahagian dan penderitaan ini menyebabkan keterikan dan Duhkha. bahkan
perbuatan baik dan buruk ini berpengaruh pada kelahiran berikutnya. Apabila kelahiran
berikutnya menurun maka proses pencapaikan kelepasan akan lebih lama lagi.
2.3 Pentingnya mempelajari Chandogya Upanisad
Upaniṣad merupakan pustaka yang di dalamnya terdapat ajaran tentang Brahman dan
Ātman. Hal tersebut perlu diketahui oleh setiap orang dalam menempuh jalan menuju Brahman
(Sang Pencipta). Dalam buku yang berjudul Upanisad Himalaya Jiwa : Intisari Upanisad
menguraikan kata Upaniṣad merujuk kepada pengetahuan atau kebijaksanaan suci yang
melonggarkan ikatan-ikatan saṁsāra (transmigrasi jiwa) dari satu makhluk, meniadakan
ajñāna atau kebodohan tentang hakikat sejatinya, yang membimbing dia kepada Tuhan, yang
Mutlak. Chāndogya Upaniṣad merupakan salah satu Upaniṣad yang menguraikan tentang
penderitaan yang dirasakan oleh seseorang yang berada ditempat yang asing (kelahiran), ia
sangat berharap untuk kembali ke tempat asalnya (Brahman). Chāndogya Upaniṣad VI.14.1-2
menyatakan:
Yathā, saumya, puruṣam gandhārebhyo’ bhinaddhākṣam ānīya taṁ tato’ tijane visṛjet,
sa yathā tatra prāṅ vodaṅ vātharāṅ vā pratyaṅ vā pradhmāyītābhinaddhākṣa ānīto’
bhinaddhākṣo visṛṣṭaḥ.
(Chāndogya Upaniṣad VI.14.1)
“Anakku, seperti pula seseorang mungkin menuntun seseorang jauh dari Gandhāra
dengan matanya ditutup dan ditinggalkannya di tempat di mana tiada manusianya dan
seperti juga orang ini berteriak ke selatan, ke timur, ke utara, dan ke barat: ‘Aku telah
dibawa ke sini dengan mataku ditutup, aku telah ditinggalkan di sini dengan mataku
tertutup” (Radhakrishnan, 2008:357).
Tasya yathābhinahanam pramucya prabrūyāt, etāṁ diśam gandhārāḥ, etāṁ diśaṁ
vrajeti, sa grāmād grāmam pṛcchan paṇḍito medhāvī gandhārān evopasampadyeta
evam evehācāryavān puruṣo veda, tasya tāvad eva ciram yāvan na vimokṣye, atha
sampatsya iti.
(Chāndogya Upaniṣad VI.14.2)
“Dan apabila seseorang melepaskan tutup matanya dan memberitahukannya: ‘Ke arah
itulah Gandhāra, dan pergilah ke arah itu; karena itu setelah diberitahu dan mampu
untuk mengadakan penilaian, dia akan sampai di Gandhāra dengan bertanya dari satu
desa ke desa yang lain; dengan jalan yang sama pula dia yang mempunyai guru akan
mengerti; ‘Aku akan tetap berada di sini selama saya tidak dibebaskan dari kebodohan.
Kemudian saya akan mencapai kesempurnaan” (Radhakrishnan, 2008:357-358)

Berdasarkan teori interpretasi, mantra tersebut di atas menggambarkan penderitaan


yang dirasakan Sang ātman yang terperangkap dalam siklus kelahiran, orang yang menyadari
bahwa dunia ini tidaklah kekal akan menangis berada di sini, berusaha mencari jalan untuk
kembali pada Tuhan dengan bantuan seseorang yang mengetahui jalan menuju Tuhan. Suamba
(2003:226) menyatakan “tujuan utama Upaniṣad adalah bukan mengajarkan kebenaran filsafat
melainkan kedamaian dan kebebasanlah yang menjadi cita-citanya.” Selain mantra di atas,
Chāndogya Upaniṣad VIII.12.1 menyatakan :

Maghavan, martyaṁ vā idaṁ śarīram āttam mṛtyunā, tad asyāmṛtasyā śarīrasyātmano’


dhiṣṭhānam, ātto vai saśarīraḥ priyāpriyābhyām, na vai saśarīrasya sataḥ priyāpriyayor
apahatir asti, aśarīraṁ vā va santaṁ na priyāpriye spṛśataḥ.
(Chāndogya Upaniṣad VI.12.1)

Wahai, Magavan, fana-lah sifatnya raga ini. Dia dipegang oleh kematian. Tetapi dia
ditopang oleh ātman yang abadi dan tanpa tubuh. Sesungguhnya ātman yang menjelma
dikuasai oleh kenikmatan dan kesengsaraan. Sesungguhnya tiada kebebasan dari
kenikmatan dan kesengsaraan dari dia yang menjelma. Sesungguhnya kenikmatan dan
kesengsaraan tiadalah menyentuh dia yang tidak memiliki raga (Radhakrishnan,
2008:356).
Chāndogya Upaniṣad VIII.12.1 di atas menunjukkan bahwa badan sebagai barang
mewah namun tak berharga, dengan demikian ātman hadir untuk memberi harga atau nilai pada
tubuh tersebut, ātman menyebabkan mata dapat melihat, hidung dapat mencium, telinga dapat
mendengar, lidah dapat mengecap, kulit dapamerasakan sentuhan, pikiran dapat berpikir,
jantung dapat berdetak dan lain-lain (Untara & Rahayu, 2020). Jadi mempelajari Chandogya
Upanisad sangat penting bagi umat hindu karena bagaimana kita mampu menghargai
kehidupan, menghargai diri kita sendiri dan untuk mengetahui jalan menuju Tuhan.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Chandogya Upanisad merupakan ajaran serta petunjuk hidup yang menitik beratkan
pada pengorbanan dan kebaktian seorang Hindu kepada masyarakat dan keyakinan
kepercayaannya. Dalam ajaran ini, seorang Hindu rela mengorbankan kepentingan pribadinya
dan bila perlu dirinya sendiri, walau tindakan tersebut tidak secara langsung dapat
membahagiakan orang lain.
Kedudukan Upaniṣad dengan jelas tercantum dalam Kodifikasi weda, Upaniṣad
termasuk dalam kitab Śruti atau susastra yang diwahyukan. Susastra ini bersifat kekal
(sanātana). Susastra ini dihasilkan bukan oleh indria biasa, kesimpulan pikiran ataupun
refleksi. Tetapi terlihat oleh para ṛṣi seperti manusia melihat langit musim panas tetapi tidak
bisa menyimpulkan kekayaan warna dari langit musim panas.

Dalam buku yang berjudul Upanisad Himalaya Jiwa : Intisari Upanisad


menguraikan kata Upaniṣad merujuk kepada pengetahuan atau kebijaksanaan suci yang
melonggarkan ikatan-ikatan saṁsāra (transmigrasi jiwa) dari satu makhluk, meniadakan ajñāna
atau kebodohan tentang hakikat sejatinya, yang membimbing dia kepada Tuhan, yang Mutlak.
Jadi mempelajari Chandogya Upanisad sangat penting bagi umat hindu karena bagaimana kita
mampu menghargai kehidupan, menghargai diri kita sendiri dan untuk mengetahui jalan
menuju Tuhan.

3.2 Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila
ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan kepada kami. Apabila
terdapat kesalahan mohon dapat mema'afkan dan memakluminya, sekian dan terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA

Mascaro, J. dan Harshananda, S. Tanpa Tahun. Upanisad Himalaya Jiwa: Intisari Upanisad.
Terjemahan oleh Sang Ayu Putu Renny. 2010. Jakarta: Media Hindu.
Prabhavananda, Swami. Tanpa Tahun. Agama Veda dan Filsafat. Terjemahan oleh I Nyoman
Ananda. 2006. Surabaya: Pāramita.
Chandogya Upanisad | DURGA MAHA KALI (wordpress.com)

Anda mungkin juga menyukai