Anda di halaman 1dari 4

Tri Guna, terdiri dari dua kata, yaitu  Tri yang artinya tiga, dan Guna yang artinya

sifat.
Jadi, Tri Guna berarti tiga sifat yang mempengaruhi manusia. Ketiga sifat ini saling
mempengaruhi satu dengan yang lainnya dan membentuk watak seseorang. Jika, ketiga
sifat tersebut dapan berjalan dengan harmoni, maka sesorang akan dapat
mengendalikan pikirannya dengan baik. Atau sebaliknya, jika ketiga sifat itu terus
bergerak seperti roda yang berputar, saling ingin menguasai, maka kehidupan seseorang
akan kurang damai. Oleh sebab itu, dari ketiga sifat itu perlu kita kendalikan dengan
baik.

Adapun penjelasan singkat ketiga sifat itu, antara lain:


a. Sattwam, Sifat sattwam yakni sifat tenang, suci, bijaksana, cerdas dan sifat-sifat baik
lainnya. Orang yang dikuasai sifat Sattwam biasanya berwatak tenang, waspada, berhati
damai dan welas asih. Kalau mengambil tindakan akan ditimbang dulu secara matang,
kemudian dilaksanakan. Semua pikiran perkataan dan prilakunya mencerminkan
kebajikan, sepeti tindakan Yudhistira dalam cerita Mahbharata. Demikian kalau orang
dikusai sifat Sattwam.
b. Rajas, Sifat rajas yakni sifat lincah, gesit, tergesa-gesa, bimbang, iri hati, angkuh dan
bernafsu. Orang yang dikuasai sifat Rajas biasanya selalu gelisa, keinginannya bergerak
cepat, mudah marah, senang terhadap yang memujinya dan bencih orang yang
merendahkannya. Yang baik pada sifat ini adalah giat bekerja dan disiplin. Maka dari itu
agar sifat ini dapat dikendalikan, maka perlu dilatih dengan kesabaran dan ketenangan
sehingga jernih terbebas dari buruk.
c. Tamas, Sifat tamas yakni sifat tamak,paling malas, kumal, rakus dan suka berbohong.
Orang yang dikuasai sifat Tamas, biasanya berifikir, berkata, dan berbuat sangat lamban.
Kadang-kadang, malas suka tidur, rakus, dan dungu. Besar birahinya, keras
keinginannya, serta suka tidur campur denga anak dan istrinya. Orang yang dikuasai
sifat Tamas akan jauh dari sifat susila (kabajikan), karena perbuatanya hanya
mementingkan dirinya sendiri dan tidak mempunyai rasa kasih sayang terhadap orang
lain di sekitarnya.

Berikut pengaruh Triguna pada kehidupan pribadi seseorang :


    Tri Guna ini merupakan tiga sifat yang mempengaruhi kehidupan manusia, sehingga
dapat  kita lihat di dunia ini ada bermacam-macam. Kecenderungan sifat manusia. Ada
orang yang berpenampilan lemah lembut selalu  ramah, dan menyenangkan bagi yang
melihat. Namun ada juga orang yang rajin, kreatif serta energik dalam kehidupannya.
Selain hal tersebut di atas tidak jarang juga kita melihat ada orang yang penampilannya
awut-awuran, tidak terururs serta pemalas. Semua penampilan tersebut disebabkan oleh
adanya pengaruh dari bagian-bagian Tri Guna yang tidak seimbang.
Beberapa sloka dalam kitab suci yang memabahas tentang pengaruh Tri Guna terhadap
kepribadian manusia adalah sebagai berikut :
“Yan satwawika ikang citta, ya hetuning atma pamunggihaken kamoksan, apan ya
nirmala, dumeh ya gumawayaken rasaning agama lawan wekas ning guru
(Wrghaspati tattwa, 20)
Artinya :
Apabila sattwa citta itu, Itulah Atma menemukan kamoksaan, atau kelepasan oleh
karena itu ia suci, menyebabkan ia melaksanakan ajaran agama dan petuah guru.

Yapwan pada gong nikang sattwa lawan rajah, yeka matangnyan mahyun mugawaya
dhama denya, kedadi pwakang dharma denyu kalih, ya ta matangnyun mudih ring
swarga, apan ikang sattwa mahyun ing gawe hayu, ikang rajah manglakwaken”
(Whraspati tatwa, 20)
Artinya :
Apabila sama besarnya anatara sattwam dan rajah, itulah menyebabkan ingin
mengamalkan dharma olehnya, berhasilah dharma itu olehnya berdua, itulah
menyebabkan  pulang ke sorga, sebab sattwam ingin berbauat baik, si rajah itu yang
melaksanakan.
Yan pada gingnta katelum ikang sattwa, rajah, tamah, ya ta matangnyan pangjadma
manusia, apaan pada wineh kahyunya”
(Wraspati tatwa, 22)
Artinya :
Apabila sama besarnya ketiga Guna, Sattwan, Rajah, dan Tamah itu, itulah yang
menyebabkan penjelmaan manusia karena sama memberikan kehendaknya /
keinginannya.
“Yapwan citta si rajah magong, kridha kewala, sakti pwa ting gawe hela, tat a getening
Atma tibeng naraka”
(Wrhspati tattwa, 23)
Artinya :
Apabila citta si rajah besar, hanya marah kuat pada perbuatan jahat, itulah yang
menyebabkan jatuh ke neraca.

Berdasarkan sloka tersebut di atas maka jelaskah yang menyebabkan adanya


perbedaan kelahiranitu adalah Tri Guna (sattwam, rajah, dan tamah) karena lahir dari Tri
Guna dan dari karma muncul suka duka.
Demikianlah penjelasan beberapa sloka kita Wrhaspati tattwa, yang pada dasarnya
menyatakan bahwa Tri Guna ada pada setiap prnag hanya saja dalam ukuran yang
berbeda-beda. Orang yang lebih banyak dipengaruhi oleh guna sattwam, maka ia
menjadi orang yang bijaksana, berpikiran terang dan tenang. Sifat kasih sayang, lemah
lembut, lurus hati juga merupakan sifat sattwam. Jika guna rajah lebih banyak
mempengaruhi seseorang maka orang tersebut menjadi tangkas, keras, rajin dan penuh
usaha. Sifat congkak dan iri, bengis merupakan sifat-sifat rajah. Namun bila guna
tamaha lebih banyak berpengaruh pada diri seseorang maka orang tersebut menjadi
lamba, malas dan bodoh. Sifat-sifat doyan makan, mengumbar hawa nafsu juga
termasuk sifat-sifat tamah. Di dunia ini tak seorang pun yang luput dari Tri Guna. Ketiga
Guna tersebut merupakan satu kesatyan yang bekerja sama dalam kekuatan yang
berbeda-beda. Perpisahan diantara tiga guna itu tidak mungkin terjadi karena dengan
demikian tidak akan ada suatu gerak apapun pada manusia. Dan pengaruh Tri Guna
tersebut maka sifat-sifat orang itu ada yang digolongkan sifat-sifat yang baik dan ada
yang buruk.
Seperti telah dijelaskan di atas bahwa Tri Guna pada hakekatnya merupakan bagian dari
prakerti/predhana, sebagai asas kebedaan. Bila Purusa bertemu dengan Prakerti maka
Tri Guna mulai aktif dan ingin saling menguasai. Apabila kekuatan sattwam
menngunguli rajah dan tamah, maka Atma mencapai moksa / kelepasan. Bila sattwam
dan rajah sama kuatnya, maka Atma mencapai sorga. Jika kekuatan sattwam, rajah dan
Tamah berimbang, maka menjelmalah Atma sebagai manusia. Jika sifat rajah yang
lebih unggul dari sattwam, Rajah dan Tamah berimbang, maka menjelmalah Atma
sebagai manusia. Jika sifat rajah yang lebih unggul dari Sattwam dan Tamah,
menyebabkan Atma jatuh ke alam neraca . Apabila sifat tamah yang lebih unggul dari
Sattwam dan rajah , maka Atma menjelma menjadi binatang dan tumbuh-tumbuhan.

Dari penjelasan tersebut, kita mempunyai pengetahuan bahwa Tri Guna sangat
berpengagruh terhadap baik-buruknya kehdiupan manusia. Manusia hendaknya  mampu
mengendalikan Tri Guna ini dengan baik, menggunakan sattwam sebagai pengendali,
sehingga Tri Guna akan memebirkan manfaat pada diri manusia. Kendalikanlah guna
rajah dan tamah ke arah Sattwam, karena bilatamah membesar pada citta kita maka
kana menyebabkan Atma mengalami kemerosostan dan menjelma menjadi binatang.
Sungguh hal yang kita hindari.

Adapun dalam konsep mahanirwana Tantra, dimana dikatakan adalah bahwa tantra
diajarkan layak pada jaman kali ini, maka terdapatlah beberapa konsep tentang sifati
manusia yang membedakan satu dengan yg lainnya. Ini adalah tetap menjadi kuasa tri
guna untuk memperlihatkan bagian mana yg paling aktif di antara itu. Tentunya bisa
menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam memahami diri untuk menuju pada
kebajikan sebagai cermin dalam kehidupan yang menuju ke-shanti-an..
Tiga temperamen itu yang bisa dijelaskan adalah..
1. Pashu bhawa yaitu temperamen yang berkarakter sebagai binatang. Dalam hal ini
adalah bahwa raja guna atau rajas sbagai sesuatu sifati yang aktif, bekerja kepada
tamasa guna yaitu menggerakkan kegelapan. Jadi bahwa rajas mengaktifkan sisi
tamasik atau kegelapan..Ia yg bersifati atau bertemperamen ini akan menampilkan sisi
bharanti(berbuat kesalahan), tandra (lesu dan malas), dan kecerobohan (alasya). Pashu
adalah mereka yg terlalu terikat akan keduniawian, dan jga banyak diliputi
ketidakmengertian, tidak menyukai akan jnana. Ia yg tidak mau menyentuh yantra
(wewantenan-bali), tidak melakukan japa jga mantra, enggan melaksanakan
yadnya(pengorbanan) atau tantra, tidak yakin terhadap guru, tidak menyakralkan arca
pratima, membeda2kan dewata, puja tanpa tahu artinya, berbicara buruk ttg orang lain,
dan sifati buruk manusia yg lainnya. Semoga bisa menghindari temperamen ini..
2. Wira bhawa adalah temperamen berikutnya dimana secara tri guna adalah rajasnya
banyak mendorong guna sattwika, namun masih banyak guna rajas itu bebas, sehingga
dapat menimbulkan kedukkaan. Rajas yg tidak terkendalikan itu, bisa menjadi sebuah
kejahatan saja, karena sattwika guna belum mampu menguasainya. Orang ini sangat
mudah sekali tersinggung, terpacu, atau terangsang atas sesuatunya, akibat dari
rajasnya yg berlebih dan dominan. Pada suatu waktu ktika Ia terlalu terlewat akan guna
rajasnya, bisa terlempar menuju temperamen pashu bhawa. Ibaratnya ia keberaniannya
bisa menjadi suatu kesalahan yg membuat dirinya terlepas atas sattwika guna.
Keterbiasaan atas prilaku itu membuatnya gelap. Sehingga bisa memasuki alam sapta
timira. Penyadaran diri atas kebajikanNya jga jnana dan pengakuan atas mantra
yantraNya adalah yg bisa membuat temperamen sifatiNya meningkat.
3. Diwya bhawa adalah bagaimana ia bisa membuat suatu sattwika guna menarik
rajasika larut ke dalam sattwika guna itu.. Dalam tattwa disebutkan bahwa ketika bicara
tentang kamoksaan, tujuan kita maka sattwika guna adalah bagian yg menjadi hal
utama itu menuju tujuan itu. (wrsptti tattwa). Disebutkan ciri2 dari diwya bhawaadalah
selalu menyucikan diri setiap hari, berbuat amal setiap hari, keyakinan tinggi akan weda,
sastra, guru, dewata, melakukan puja atas dewa juga pitra, pengetahuan mantra yg
mendalam, menghindari perbuatan kejam dan buruk, memandang lawan dan kawan
sama, selamanya bicara kebenaran, tidak bersahabat dan berkumpul dgn mereka yg
mencerca dewata, melakukan meditasi, menghormati wanita, dan susila yg lainnya.

Dengan demikian hendaknya sifat Sattwam selalu dilatih untuk menguasai sifat-sifat
Rajas dan Tamas agar hidup kita selamat, baik pada waktu hidup di dunia mauapun
akhirat.
Tuhan sendiri, yang tidak terpengaruh oleh Tri Guna tidak mencampuri tendensi yang
khusus dari tipe manusia yang berbeda itu.

Anda mungkin juga menyukai