sifat.
Jadi, Tri Guna berarti tiga sifat yang mempengaruhi manusia. Ketiga sifat ini saling
mempengaruhi satu dengan yang lainnya dan membentuk watak seseorang. Jika, ketiga
sifat tersebut dapan berjalan dengan harmoni, maka sesorang akan dapat
mengendalikan pikirannya dengan baik. Atau sebaliknya, jika ketiga sifat itu terus
bergerak seperti roda yang berputar, saling ingin menguasai, maka kehidupan seseorang
akan kurang damai. Oleh sebab itu, dari ketiga sifat itu perlu kita kendalikan dengan
baik.
Yapwan pada gong nikang sattwa lawan rajah, yeka matangnyan mahyun mugawaya
dhama denya, kedadi pwakang dharma denyu kalih, ya ta matangnyun mudih ring
swarga, apan ikang sattwa mahyun ing gawe hayu, ikang rajah manglakwaken”
(Whraspati tatwa, 20)
Artinya :
Apabila sama besarnya anatara sattwam dan rajah, itulah menyebabkan ingin
mengamalkan dharma olehnya, berhasilah dharma itu olehnya berdua, itulah
menyebabkan pulang ke sorga, sebab sattwam ingin berbauat baik, si rajah itu yang
melaksanakan.
Yan pada gingnta katelum ikang sattwa, rajah, tamah, ya ta matangnyan pangjadma
manusia, apaan pada wineh kahyunya”
(Wraspati tatwa, 22)
Artinya :
Apabila sama besarnya ketiga Guna, Sattwan, Rajah, dan Tamah itu, itulah yang
menyebabkan penjelmaan manusia karena sama memberikan kehendaknya /
keinginannya.
“Yapwan citta si rajah magong, kridha kewala, sakti pwa ting gawe hela, tat a getening
Atma tibeng naraka”
(Wrhspati tattwa, 23)
Artinya :
Apabila citta si rajah besar, hanya marah kuat pada perbuatan jahat, itulah yang
menyebabkan jatuh ke neraca.
Dari penjelasan tersebut, kita mempunyai pengetahuan bahwa Tri Guna sangat
berpengagruh terhadap baik-buruknya kehdiupan manusia. Manusia hendaknya mampu
mengendalikan Tri Guna ini dengan baik, menggunakan sattwam sebagai pengendali,
sehingga Tri Guna akan memebirkan manfaat pada diri manusia. Kendalikanlah guna
rajah dan tamah ke arah Sattwam, karena bilatamah membesar pada citta kita maka
kana menyebabkan Atma mengalami kemerosostan dan menjelma menjadi binatang.
Sungguh hal yang kita hindari.
Adapun dalam konsep mahanirwana Tantra, dimana dikatakan adalah bahwa tantra
diajarkan layak pada jaman kali ini, maka terdapatlah beberapa konsep tentang sifati
manusia yang membedakan satu dengan yg lainnya. Ini adalah tetap menjadi kuasa tri
guna untuk memperlihatkan bagian mana yg paling aktif di antara itu. Tentunya bisa
menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam memahami diri untuk menuju pada
kebajikan sebagai cermin dalam kehidupan yang menuju ke-shanti-an..
Tiga temperamen itu yang bisa dijelaskan adalah..
1. Pashu bhawa yaitu temperamen yang berkarakter sebagai binatang. Dalam hal ini
adalah bahwa raja guna atau rajas sbagai sesuatu sifati yang aktif, bekerja kepada
tamasa guna yaitu menggerakkan kegelapan. Jadi bahwa rajas mengaktifkan sisi
tamasik atau kegelapan..Ia yg bersifati atau bertemperamen ini akan menampilkan sisi
bharanti(berbuat kesalahan), tandra (lesu dan malas), dan kecerobohan (alasya). Pashu
adalah mereka yg terlalu terikat akan keduniawian, dan jga banyak diliputi
ketidakmengertian, tidak menyukai akan jnana. Ia yg tidak mau menyentuh yantra
(wewantenan-bali), tidak melakukan japa jga mantra, enggan melaksanakan
yadnya(pengorbanan) atau tantra, tidak yakin terhadap guru, tidak menyakralkan arca
pratima, membeda2kan dewata, puja tanpa tahu artinya, berbicara buruk ttg orang lain,
dan sifati buruk manusia yg lainnya. Semoga bisa menghindari temperamen ini..
2. Wira bhawa adalah temperamen berikutnya dimana secara tri guna adalah rajasnya
banyak mendorong guna sattwika, namun masih banyak guna rajas itu bebas, sehingga
dapat menimbulkan kedukkaan. Rajas yg tidak terkendalikan itu, bisa menjadi sebuah
kejahatan saja, karena sattwika guna belum mampu menguasainya. Orang ini sangat
mudah sekali tersinggung, terpacu, atau terangsang atas sesuatunya, akibat dari
rajasnya yg berlebih dan dominan. Pada suatu waktu ktika Ia terlalu terlewat akan guna
rajasnya, bisa terlempar menuju temperamen pashu bhawa. Ibaratnya ia keberaniannya
bisa menjadi suatu kesalahan yg membuat dirinya terlepas atas sattwika guna.
Keterbiasaan atas prilaku itu membuatnya gelap. Sehingga bisa memasuki alam sapta
timira. Penyadaran diri atas kebajikanNya jga jnana dan pengakuan atas mantra
yantraNya adalah yg bisa membuat temperamen sifatiNya meningkat.
3. Diwya bhawa adalah bagaimana ia bisa membuat suatu sattwika guna menarik
rajasika larut ke dalam sattwika guna itu.. Dalam tattwa disebutkan bahwa ketika bicara
tentang kamoksaan, tujuan kita maka sattwika guna adalah bagian yg menjadi hal
utama itu menuju tujuan itu. (wrsptti tattwa). Disebutkan ciri2 dari diwya bhawaadalah
selalu menyucikan diri setiap hari, berbuat amal setiap hari, keyakinan tinggi akan weda,
sastra, guru, dewata, melakukan puja atas dewa juga pitra, pengetahuan mantra yg
mendalam, menghindari perbuatan kejam dan buruk, memandang lawan dan kawan
sama, selamanya bicara kebenaran, tidak bersahabat dan berkumpul dgn mereka yg
mencerca dewata, melakukan meditasi, menghormati wanita, dan susila yg lainnya.
Dengan demikian hendaknya sifat Sattwam selalu dilatih untuk menguasai sifat-sifat
Rajas dan Tamas agar hidup kita selamat, baik pada waktu hidup di dunia mauapun
akhirat.
Tuhan sendiri, yang tidak terpengaruh oleh Tri Guna tidak mencampuri tendensi yang
khusus dari tipe manusia yang berbeda itu.