Anda di halaman 1dari 8

Susila A.

Pengertian Susila Menurut ajaran Agama Hindu tujuan hidup manusia adalah untuk mencapai kesejahteraan didunia dan kebahagiaan diakhirat. Kesejahteraan di dunia dapat dicapai dengan dhrama, artha dan kama. Ketinganya ini merupakan satu kesatuan, dalam artian manusia baru dapat merasakan bahagia bila artha terpenuhi dan rasa amam didapat. Untuk mendapatkan rasa amam diperlukan adanya hubungan yang harmonis dalam hubungannya dengan yang lain. Inti ajaran agama Hindu terdiri dari tiga bagian yang disebut Tri Krangka agama Hindu. Tri Kerangka agama Hindu tersebut terdiri dari tattwa(filasafat), susila(etika), dan upacara (ritual). Jika diibaratkan seperti sebutir telur, upcara adalah kuli telur, susila adalah putih telur, dan tattwa adalah kuning telur, bila salah satu bagian tidak ada atau rusak maka telur akan rusak. Kata susila berasal dari bahasa Sanskerta yang terdiri dari kata Su artinya baik, dan Sila artinya tingkah laku. Jadi susila adalah tingkah laku yang baik. Ajaran susila hendaknya diterapkan di dalam kehidupan kita di dunia ini, karena di dunia adalah tempat kita berkarma. Pembenahan diri sendiri merupakan prioritas yang utama, di samping pembenahan diri dalam hubungan dengan orang lain. Kelahiran kita merupakan tangga untuk naik ke surge. Untuk dapat meningkatkan diri, manusia harus mampu meningkatkan sifatsifat baik dan mulai yang ada pada dirinya. Pada dasarnya dalam diri manusia ada dua kecenderungan, yaitu kecenderungan berbuat baik dan kecenderung berbuat buruk. Sri Krena di dalam kitab Bhagawadgita membagi dua bagian, yaitu 1. Daiwi Sampad, yaitu sifat-sifat kedewaan 2. Asuri Sampad, yaitu sifat-sifat keraksasaan. B. Triguna Manusia dalam bertingkah laku dipengaruhi oleh tiga sifat yang disebut Triguna, yang terdiri dari : a) Satwam/satwa adalah sifat tenang. b) Rajars/rajah adalah sifat dinamis. c) Tamas/tamah adalah sifat lamban. Mengenai Triguna dapat kita lihat didalam kitab Wrhaspati tattwa sloka 15 sebagai berikut : Laghu prakasakam sattwam cancalam tu rajah sthitam tamo guru varanakam iteyataccinta laksanam, ikang citta mahangan mawa, yeka sattwa ngaranya, ikang madres molah ,yeka rajah ngaranya, ikang abwat peteng, yeka tamah ngaranya. Artinya Pikiran yang ringan dan tenang, itu sattwam namanya, yang bergerak cepat itu rajah namanya, yang malas, lamban, itu tamah namanya.

Dengan demikian secara umum dikatakan bahwa Tri guna adalah tiga macam sifat manusia yang mempengaruhi kehidupan manusia. Tri guna ini merupakan tiga macam elem atau nilai-nilai yang ada hubungannya dengan karakter dari makhluk hidup khususnya manusia. 1. Pengaruh Tri Guna Terhadap Kepribadian Manusia Menurut ajaran agama Hindu, Tri guna ada dalam diri setiap manusia yang dibawa sejak lahir. Tri guna dapat kita lihat di dunia ini ada bermacam-macam kecendrungan sifat manusia. Ada orang yang berpenampilan lemah-lembut selalu ramah, dan menyenangkan bagi yang melihat. Namun ada juga orang yang rajin, kreatif serta energik dalam kehidupannya. Selain hal tersebut ktia tidak jarang juga melihat orang yang berpenampilan awut-awutan, tidak terurus serta pemalas. Beberapa sloka dalam kitab suci yang membahas tentang pengaruh Triguna terhadap kepribadian manusia adalah sebagai berikut : Yapwan pada gng nikang sattwa lawan rajah, yeka matanganyan mahyun magawaya dhama denya, kadadi pwakang dharma denya kalih, ya ta matangnyan mulih ring swarga, apan ikang sattwa mahyun ing gawe hayu, ikang rajah manglakwakn. (Wrhaspati tattwa, 20) Artinya : Apabila sama besarnya antara sattwam dan rajah, itulah menyebabkan ingin mengamalkan dharma olehnya, keberhasilan dharma itu olehnya berdua, itulah menyebabkan pulang ke surga, sebab sattvam ingin berbuat baik, si rajah itu ingin melaksanakan. Yan pada gngnya katlu, ikang sattwa, rajah, tamah, ya ta matangnyan pangjadma mnua, apan pada wine kahyunya (Wrhaspati tattwa, 22) Artinya : Apabila sama besarnya ketiga guna, sattwa, rajah dan tamah itu, itulah yang menyebabkan penjelmaan manusia karena sama memberikan kehendaknya/keinginanya. Yapwan citta si rajah magng, krodha kewala, akti pwa ring gawe hala, ya ta hetuning tma tibeng naraka.

Artinya : Apabila citta si rajah besar, hanya marah kuat pada perbuatan jahat, itulah yang menyebkan jatuh ke neraka. Yapwan tama magng ring citta, ya hetuning tma matmahan triyak, ya ta dadi ikang dharma sdhan, an pangdadi ta ya jagama. (Wrhaspati tattwa, 24) Artinya : Berdasarkan sloka tersebut maka di atas jelasla yang menyebabkan adanya perbedaan kelahiran itu adalah Triguna karena lahir dari Triguna, dan dari karma muncul suka dan duka. Orang yang lebih banyak dipengaruhi oleh guna sattwam, maka ia menjadi orang yang bijaksana, berpikiran tenang dan terang. Sifat kasih sayang, lemah-lembut, lurus hati juga merupakan sifat sattwam. Juka guna rajah lebih banyak mempengaruhi seseorang maka merupakan sifat-sifat rajah. Namun bila guna tamah lebih banyak maka berpengaruh pada diri seseorang maka orang tersebut menjadi lamban, malas dan bodoh. Sifat-sifat doyan makan, mengumbar hawa nafsu juga termasuk sifat-sifat tamah. Apabila kekuatan sattwam mengungguli rajah dan tamah, maka Atma mencapai moksa/kelepasan. Bila sattwam dan rajah sama kuatnya, maka Atma mencapai surga. Jika kekuatan sattwam, rajah, dan tamah lebih unggul dari sattwam, dan tamah, menyebabkan Atma jatuh kea lam neraka. Apabila sifat tamah lebih unggul dari sattwam dan rajah, maka Atma menjelma menjadi binatang dan tumbuh-tumbuhan. C. Dasa mala Dasa mala tergolong dalam kelompok asubha karma, di saming Tri Mala, sad Ripu, Sad Atatayi, dan Sapta Timira. Dasa Mala merupakan sumber dari kedursilaan, yaitu bentuk perbuatan yang bertentangan dengan susila, yang cenderung kepada kejahatan. Ada sepuluh macam sifat yang tidak baik atau kotor yang disebut dasa mala, yaitu : 1. Tandri artinya orang yang malas, suka makan dan tidur saja, tidak tulus, hanya ingin melakukan kejahatan. Tidak ada tujuan yang dapat dicapai dengan hanya berdiam diri, bahkan sifat-sifat malas menyebabkan akan makin menjauhkan Atma dengan Paramatma. 2. Kleda artinya berputusa, suka menunda dan tidak mau memahami maksud orang lain. Sikap putus asa, suka menunda-nunda suatu pekerjaan adalah merupakan sikap yang didominasi oleh sifat-sifat tamas. Jangan cepat berputusasa dalam melakukan pekerjaan, jangan suka menunda-nunda waktu untuk melakukan tugas dan kewajiban karena hidup kita hanya sebentar seperti disebutkan di dalam kitab Sarasamuscaya sebagai berikut :

Mnuyam durlabham prpya vidyullasitacacalam, Bhavakaye matih kry bhavopakaraeu ca . Ikang tang janma wwang, ksanikawabhwa ta ya, tan pahi lawan kapning kilat, durlabha towi, matangnyan pngakna ya ri kagawayanning dharmasadhna, sakarananging mananang sangsra, swargaphala kunang. (Sarasamuscaya, 8) Artinya : Kelahiran menjadi orang (manusia) pendek dan cepat keadaannya itu tak ubahnya dengan gemerlapan kilat, dan amat sukar pula untuk diperoleh, oleh karenanya itu, gunakanlah sebaik-baiknya kesempatan menjadi manusia ini untuk melakukan penunaian dharma, yang menyebabkan musnanya proses lahir dan mati, sehingga berhasil mencapai surga. 3. Leja, berarti berpikiran gelap, bernafsu besar dan gembira melakukan kejahatan. Pikiran paling menentukan kualitas prilaku manusia dalam kehidupan di dunia. Pikiranlah yang mengatur gerak sepuluh indria sehinga disebut Raja Indria. Kalau Raja Indria tidak baik maka indria yang lain pun menjadi tidak baik pula. Disebutkan dalam Bhagawadgita : Yatato hy api kaunteya puruasya vipacita Indryi pramthni haranti prasabham mana (Bhagawadgita, II.60) Artinya : Meskipun seorang berjuang keras untuk mencapai kesempurnaan, O Putra dari Kunti (Arjuna) nafsunya yang bergelora akan dapat menyesatkan pikirannya dengan paksaan. 4. Kutila artinya menyakiti orang lain, pemabuk, dan penipu. Menyakiti dan membunuh makhluk lain, lebih-lebih manusia merupakan perbuatan yang bertentangan dengan ajaran agama. Kutila juga berarti pemabuk. 5. Kuhaka artinya pemarah, suka mencari-cari kesalahan orang lain, berkata sembarangan, dan keras kepala. Kemarahan sangat merugikan kehidupan kita, oleh karena itu kita harus mengatasi kemarahan dan kebencian yang ada dalam diri kita dengan mengendalikan emosi sehingga kedamaian hidup dapat tercapai. Orang yang dikuasai oleh sifat marah sering kali kehilangan akal sehatnya sehingga dapat melakukan perbuatan yang tidak terpuji, seperti dijelaskan didalam kitab Sarasamuscaya, 105 berikut ini : Krudhah ppni kurute kruddho hanyd gurunpi, Kruddah paruay vc narah sdhnapi kipet. Kunang ikang wang kakawa dening krodhanya, niyata gumawe ulah papa, makantang wnang ta ya tumiraskara sang sadhu, tumke sira paruawacana.

Artinya : Maka orang yang dikuasai oleh nafsu murkanya, tak dapat niscaya ia melakukan perbuatan jahat, sampai akhirnya dapat membunuh guru, dan sanggup ia

membunuh hati seorang yang saleh, yang menyerang akan dia dengan kata-kata yang kasar.
6. Metraya adalah suka berkata menyakiti hati, sombong, irihati dan suka menggoda istri orang lain. Di dalam kitab Sarasamuscaya 120 disebutkan sebagai berikut : Vksyak vadannnipatani yairhatah ocati ratryahni, parasya v marmesu te patanti tasmddhro n vasjet pareu. Ikang ujar ahala-tan pahi lawan hru, songkabnya sakatmpuhan denya juga alara, rsp ri hati, ttan kneng pangan turu ring rahina wngi ikang wwang denya, matangnyat tan inujarakn ika de sang dhra purua, sang ahning maneb manah nira. Artinya : Perkataan yang mengandung maksud jahat tiada beda dengan anak panah, yang dilepas; setiap ditempuhnya merasa sakit, perkataan itu meresap ke dalam hati, sehingga menyebabkan tidak bisa makan dan tidur pada siang dan malam hari, oleh sebab itu tidak diucapkan perkataan itu oleh orang yang budiman dan wira-perkasa, pun oleh orang yang tetap suci hatinya. Demikianlah perkataan yang diucapkan dengan maksud jahat akan dapat menyakiti hati orang lain bahkan bisa menyebabkan kematian baik kepada orang lain maupun kepada diri sendiri (Wasit nimittanta pati kepangguh). Oleh sebab itu marilah kendalikan kata-kata kita agar terdengar manis dan menyejukkan, lemah-lembu, sopan, sehingga dapat menyenangkan orang lain dan diri sendiri. 7. Megata artinya berbuat jahat, berkata manis tetapi pamrih. Lain dimulut lain dihati, berkata manis karena ada udang dibalik batu, adalah perbuatan yang sering dilakukan oleh orang yang terlalu pamrih. Perbuatan ini merupakan perbuatan licik yang tergolong asubha karma dan perbuatan ini akan merupakan penghalang untuk mencapai tujuan rohani. Di dalam Sarasasmuscaya 76 disebutkan sebagai berikut : Prtiptam stainyam ca paradrnathpi v, trni ppni kyena sarvatah parivarjavet. Nihan yang tan ulahakna, syamtimti mangahalahal, siparadra, nahan tang tlu tan ulahakna ring asing ring parihsa, ring patkla, ri pangipyan tuwi singgahana jugeka. Artinya : Inilah yang tidak patut dilakukan membunuh, mencuri, berbuat zina, ketiganya itu janganlah hendaknya dilakukan terhadap siapa pun, baik secara berolok-olok, baik dalam keadaan dirundung malang, dalam khayalan sekalipun hendaknya dihindari semuanya itu. 8. Ragastri artinya bernafsu dan suka memperkosa.

Ragastri merupakan sifat-sifat yang bertetangan dengan ajaran agama. Sifat-sifat seperti itu sifat-sifat asuri sampat/sifat-sifat keraksasaan. Memperkosa kehormatan orang lain adalah perbuatan terkutuk dan hina. Sifat-sifat suka memperkosa harus dihindari untuk menjaga perbuatan terkutuk dan hina. 9. Bhaksa Bhuana artinya suka menyakiti orang lain, penipu, dan hidup berpoya-poya. Berpoya-poya berarti mempergunakan artha melebihi batas normal. Hal ini tidak baik dan melanggar dharma, yang dapat berakibat tidak baik pula. Sering kita lihat di masyarakat, bahwa kekayaan yang berlimpah jika pengunaannya tidak didasari oleh dharma pada akhirnya justru menyebabkan orang akan masuk neraka,seperti mabuk, mencari wanita penghibur dan sebagainya. 10. Kimburu artinya penipu dan pencuri terhadap siapa saja tidak pandang bulu, pedengki dan irihati. Semakin besar sifat dengki dan iri hati bercokol pada diri seseorang, diperlukan upaya yang kuat pula untuk mengalahkannya. Ingat Sad ripu (musuh yang enam jumlahnya dalam diri manusia itu, yang patut dikalahkan yaitu kma, loba, krodha, mada, moha, dan mtsarya). Ciri-ciri sifat dengki adalah tidak senang melihat atau mendengar seseorang mengalami kesukaan/kebahagiaan. Namun sebaliknya orang itu senang kalau mendengar orang lain mendapat kesedihan, musibah dan sebagainya. Demikianlah sepuluh hal yang menyebabkan manusia tersesat dan jatuh ke neraka. Sadarilah hal tersebut dan hindari dasa ala itu sehingga tujuan kita untuk mewujudkan moksartham jagadhit ya ca iti dharma dapat terwujud. Adapun caranya sangat sederhana, yaitu dengan berbuat baik, kurangi keterikatn terhadap benda-benda duniawi, tumbuhkan rasa kasih sayang kepada sesame sert tidak mementingkan diri sendiri. Usahakanlah membuat orang lain bahagia, seperti tersurat dalam kitab Nitisastra dan Ramayana sebagai berikut : Orang terkemuka harus bisa mengambil hati dan menyenangkan hati orang lain, jika berkumbul dengan wanita harus dapat mempergunakan kata-kata yang manis yang menimbukan rasa cinta, jika berkumpul dengan Pendeta harus dapat membicarakan pelajaran-pelajaran yang baik, jika berhadapan dengan musuh harus dapat mengatakan kata-kata yang menyatakan keberanian seperti seekor singa. (Nitisastra I.4) 1. Dalam ajaran agama Hindu, tujuan hidup manusia ada empat yang disebut a. Catur marga b. Catur dharma c. Catur prawerti d. Catur yoga e. Catur warga 2. Semua orang mendambakan hidp sejahtera di dunia, untuk kesejahteraan di dunia diperlukan dharma, artha, dan kama. Ketia hal tersebut disebut a. Tri paratha

3.

4.

5.

6.

7.

b. Tri purusartha c. Tri sakti d. Tri upaya sandhi e. Tri murti Tujuan agama adalah sejahtera di dunia dan bahagia di akhirat. Bahagia di akhirat juga disebut a. Sadhanam b. Surga c. Neraka d. Jagadhita e. Moksartham Kerangka dasar ajaran agama Hindu ada tiga, yaitu tattwa, susila, dan upacara yang ketiganya itu merupakan satu kesatuan, saling isi mengisi. Ajaran susila membahas tentang e a. Hakekat kebenaran b. Arti dari upacara c. Doa dalam upacara d. Hubungan Atma dengan Brahmana e. Tingkah laku yang baik Karakter/watak seseorang sudah dibawa sejak lahir yang dibentuk oleh tiga sifat yang disebut triguna, terdiri dari c a. Utpetti, sthiti, praline b. Lahir, hidup, mati c. Satwam, rajas, tamas d. Kasmala, mada, moha e. Dharma, artha, kama Di dalam kehidupan ini kita bisa dapat melihat bermacam-macam penampilan seseorang, seperti ada orang yang berpenampilan lemah lembut, ramah, penyayang terhadap sesame serta lingkungannya, ini merupakan ciri orang yang dominan dipengaruhi oleh sifata a. Satwam b. Rajas c. Tamas d. Rajas dan tamas e. Satwam dan tamas Seorang yang memiliki kecenderungansuka menunda-nunda waktu, malas belajar, sering bolos, acuh terhadap pelajaran merupakan pertanda guna yangpaling dominan berpengaruh adalah c a. Satwam b. Rajas c. tamas d. Rajas dan tamas

e. Satwam dan tamas 8. Triguna tidak saja berpengaruh terhadap penampilan seseorang tetapi juga akan berpengaruh terhadap kelahiran yang akan datang. Jika guna satwam paling besar memperngaruhi alam pikirannya maka Atmaya akana a. Mencapai moksa b. Mencapai surga c. Mencapai neraka d. Lahir sebagai manusia e. Lahir sebagai binatang 9. Atma seseorang akan reinkarnasi menjadi manusia apabila menjadi manusia apabila kekuatan dari Triguna adalahe a. Satwam paling besar b. Rajas yang dominan c. Tamas yang bersifat paling unggul d. Rajas dan satwam sama kuatnya e. Satwam, rajas, tamas seimbang 10. Di dalam diri manusia terdapat dua kecenderungan yang disebut daiwi sampat dan asuri ampat, jika asuri sampat tidak bisa dikendalikan oleh manusia maka ia akan dikuasai olehb a. Dasa dharma b. Dasa mala c. Tri kaya parisuda d. Catur paramita e. Panca yama brata

Anda mungkin juga menyukai