Anda di halaman 1dari 5

SUMBER HUKUM DALAM ARTI SEJARAH

Sumber hukum Hindu dalam arti sejarah adalah sumber hukum Hindu yang
digunakan oleh para ahli hindulogi dalam penulisan dan peninjauannya mengenai
pertumbuhan dan kejadian hukum Hindu terutama peninjauan masalah aspek-aspek politik,
filosofi, sosiologi, kebudayaan, dan hukumnya.
Peninjauan sumber hukum Hindu secara historis ditujukan pada penilaian data-data
mengenai berlakunya kaidah-kaidah hukum berdasarkan dokumen tertulis yang ada.
Kemungkinan kaidah-kaidah berasal dari pra-sejarah ditulis dalam jaman sejarah, dapat
dinilai sebagai satu proses pertumbuhan sejarah hukum dari satu phase ke phase yg lain.
Menurut bukti-bukti sejarah, dokumen tertua yang memuat pokok-pokok hukum
Hindu, untuk pertama kalinya dijumpai di dalam Weda yang dikenal dengan nama Kitab
Sruti. Sruti dalam bahasa Sanskerta berarti ‘apa yang didengar’. Weda ini adalah kebenaran
yang abadi, dimana pengamat Weda yang disebut dengan para Rsi, mendengar wahyu dari
Tuhan ketika mereka melakukan meditasi yang mendalam. Weda bukanlah hasil dari
pemikiran manusia, tetapi ungkapan apa yang disadari melalui persepsi intuisi oleh para Rsi
Weda, yang memiliki kekuatan yang dianggap berasal dari Tuhan. Kaum Rsi menerima
wahyu ini atau mendengarnya, dan kemudian direkam dalam empat Weda. Weda-weda
tersebut adalah Rg Weda, Sama Weda, Yajur Weda, dan Atharwa Weda. 
Perlu diingat perbedaan antara fase turunnya wahyu (Sruti) dengan fase penulisannya.
Saat penulisannya itu merupakan fase baru dalam sejarah hukum Hindu dan diperkirakan
telah dimulai pada abad ke X SM.
Fase kedua dalam sejarah pertumbuhan sumber hukum Hindu adalah adanya kitab
Smrti. Smrti merupakan kelompok kitab kedua setelah kelompok Sruti atau kitab wahyu, dan
dianggap sebagau kitab hukum Hindu karena di dalamnya banyak dimuat tentang aturan
Hindu yang disebut Dharma. Oleh karenanya, di dalam beberapa kitab, Smrti sering
dinyatakan sebagai kitab Dharmasastra. Dharma berarti ‘hukum’ dan sastra berarti ‘ilmu’.
Smrti berasal dari kata ‘smr’ yang artinya ‘ingat’. Smrti adalah pustaka suci atau
Weda yang ditulis oleh Maha Rsi berdasarkan ingatan wahyu yang diterimanya. Smrti ditulis
untuk menjelaskan Weda, sehingga Weda dapat dimengerti dan lebih berarti bagi manusia
pada umumnya. Secara garis besar Smrti dapat digolongkan ke dalam dua kelompok besar,
yakni kelompok Wedangga (Sadangga) dan kelompok Upaweda.
1. Kelompok Wedangga (Sadangga) terdiri dari enam bidang Weda, yaitu :
a. Siksa atau phonetika meruapakan kitab Wedangga yang isinya memuat
petunjuk-petunjuk tentang cara tepat dalam pengucapan mantar serta rendah
tekanan suara.
b. Wyakarana atau tata bahasa merupakan kitab yang menguraikan tentang tata
bahasa, untuk dapat menghayati Weda dengan benar.
c. Chanda atau lagu adalah cabang Weda yang khusus membahas aspek ikatan
bahasa dalam Weda yang disebut lagu.
d. Nirukta  berisikan berbagai penafsiran otentik mengenai kata-kata yang
terdapat di dalam Weda.
e. Jyotisa atau astronomi merupakan pelengkap Weda yang isinya memuat
pokok-pokok ajaran astronomi yang diperlukan untuk pedoman dalam
melakukan yadnya.
f. Kalpa merupakan kelompok Wedangga terbesar dan penting. Menurut
jenisnya, Kalpa terbagi atas beberapa bidang, yaitu :
1) Kitab Srauta atau disebut juga Srauta Sutra, yang isinya memuat
berbagai ajaran mengenai tata cara melakukan yajna.
2) Kitab Grhya atau Grhyasutra, yang isinya memuat berbagai ajaran
mengenai peraturan pelaksanaan yajna yang harus dilakukan oleh
orang-orang yang berumah tangga. 
3) Dharmasutra membahas berbagai aspek tentang peraturan hidup
bermasyarakat dan bernegara. Kitab Dharmasutra dipandang sangat
penting diantara kitab-kitab jenis Kalpa lainnya, sehingga terdapatlah
kesan bahwa Weda Smrti itu adalah Dharmasastra. Dalam hidup dan
kehidupan kita ini, dilalui oleh 4 zaman atau disebut juga Catur Yuga
sehingga Bhagawan Samkhalikhita menjangkau bahwa masing-masing
dari Catur Yuga mempunyai Dharmasastranya tersendiri, seperti
berikut :
a) Pada masa Satya/Krtha Yuga, berlaku Hukum Hindu (Manawa
Dharmasastra) yang ditulis oleh Bhagawan Manu.
b) Pada masa Treta Yuga, berlaku Hukum Hindu (Manawa
Dharmasastra) yang ditulis oleh Yajnawalkhya.
c) Pada masa Dwapara Yuga, berlaku Hukum Hindu (Manawa
Dharmasastra) yang ditulis oleh Bhagawan Samkhalikhita.
d) Pada masa Kali Yuga, berlaku Hukum Hindu (Manawa
Dharmasastra) yang ditulis oleh Bhagawan Parasara.
Keempat bentuk kitab Dharmasastra diatas bersifat universal, yang
berarti kitab Manawa Dharmasastra yang berlaku pada zaman Kali
Yuga juga dapat berlaku pada zaman Treta Yuga
2. Kelompok Upaweda
Kata Upaweda berasal dari bahasa Sanskerta, yang terdiri dari 2 kata
yaitu “upa” yang artinya “dekat”dan “Weda” yang atinya “pengetahuan suci atau
kitab suci”. Upaweda berarti dekat dengan pengetahuan suci. Kelompok Upaweda
terdiri dari beberapa jenis, yaitu:
a. Itihasa merupakan jenis epos yang terdiri dari dua macam, yaitu Ramayana
yang ditulis oleh Rsi Walmiki dan Mahabharata yang disusun oleh Maha Rsi
Wyasa.
b. Purana merupakan kumpulan cerita-cerita kuno yang menyangkut penciptaan
dunia, pralaya, cerita mengenai silsilah keturunan bangsawan, serta
menggambarkan pembuktian-prmbuktian hukum yang pernah dijalankan.
c. Arthasastra adalah jenis ilmu pemerintahan negara. Isinya merupakan pokok-
pokok pemikiran ilmu politik. Sebagai cabang ilmu, jenis ilmu ini disebut
Nitisastra atau Rajadharma atau pula Dandaniti.
d. Ayur Weda adalah kitab yang menyangkut bidang kesehatan jasmani dan
rohani dengan berbagai sistem sifatnya. Ayur Weda adalah filsafat kehidupan,
baik etis maupun medis. 
e. Gandharwaweda adalah kitab yang membahas berbagai aspek cabang ilmu
seni.
f. Kama Sastra merupakan kitab yang menguraikan tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan asmara, seni atau rasa indah. 
g. Agama. Kitab agama baru ada setelah agama Hindu ada dan berkembang di
dunia. Menurut Weda, agama hindu boleh dan dapat dipelajari oleh seluruh
umat manusia. Hal ini termuat dalam kitab Yajur Weda XVI.18 .
Dari dua penemuan sumber hukum diats, yaitu kitab Sruti dan Smrti
terdapat hubungan diantara keduanya yang ditetapkan pada kitab Smrti sebagai
sumber dokumen tertulis yang baru. Smrti merupakan sumber baru yang menambah
jumlah kaidah hukum yang berlaku bagi masyarakat Hindu. Dengan demikian kita
melihat adanya sistem di dalam Smrti yang dapat kita simpulkan dalam dua hal, yaitu:
a. Kaidah yang berlaku sebelumnya dinyatakan berlaku dalam satu ketepatan.
b. Selama kaidah itu tidak dihapuskan secara tegas, ketentuan hukum yang baru
berlaku bersama-sama dengan kaidah-kaidah hukum yang telah ada.
Disamping kitab-kitab tersebut diatas yang dipergunakan sebagai sumber
hukum Hindu, juga diberlakukan adat istiadat. Hal ini merupakan langkah maju dalam
perkembangan hukum Hindu. Sejarah pertumbuhan hukum Hindu lebih jauh lagi
ditandai dengan adanya pertumbuhan madzab dalam hukum Hindu, yaitu :
a. Aliran yajnawalkya oleh Yajnaneswara
b. Aliran Mitaksara oleh Wijnaneswara
c. Aliran Dayabhaga oleh Jimutawahan
Adanya kritikus-kritikus sistem yang membahas berbagai aspek hukum Hindu
bertanggung jawab bagi lahirnya aliran-aliran hukum tersebut. Dua aliran hukum
terakhir mulai berpengaruh di Indonesia, terutama aliran Mitaksara dengan berbagai
pengadaptasiannya.
Yang terpenting dalam sumber hukum dalam arti sejarah lainnya adalah
adanya Rajasasana yang dituangkan dalam berbagai prasasti dan paswara-paswara
yang merupakan yurisprudensi hukum Hindu yang dilembagakan oleh raja-raja
Hindu. Inilah hal-hal secara garis besar yang tampak mengenai sumber-sumber
hukum Hindu didasarkan atas sejarahnya

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2015. Sumber-Sumber Hukum Hindu.


https://kimjongin93.wordpress.com/tag/hukum-hindu/#:~:text=Sumber%20hukum
%20Hindu%20dalam%20arti,%2C%20filosofinya%2C%20sosiologinya%2C
%20kebudayaannya%20dan. Diakses pada tanggal 1 Agustus 2020 pukul 20.30
WITA.

Hindu, Mutiara. 2016. Pengertian Kitab Sruti dan Bagian-Bagiannya.


https://hindualukta.blogspot.com/2016/02/pengertian-kitab-sruti-dan-bagian.html.
Diakses pada tangga 1 Agustus 2020 pukul 07.15 WITA.

Hindu, Mutiara. 2015. Pengertian Smrti dan Bagian-Bagiannya.


https://hindualukta.blogspot.com/2015/08/pengertian-smrti-dan-bagian-
bagianya.html. Diakses pada tanggal 1 Agustus 2020 pukul 08.00 WITA
Dwaja, I Gusti Ngurah dan Mudana, I Nengah. 2018. Pendidikan Agama Hindu dan Budi
Pekerti. Jakarta : Pusat Kurilkulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud : hlm :
21-23

Anda mungkin juga menyukai