Anda di halaman 1dari 24

Tugas Agama Hindu

Kebudayaan Prasejarah dan Sejarah Agama Hindu di Dunia

Oleh:
Tim Ahli A
Gusti Agung Sinta Dwicahyani (04)
I Gusti Gede Anom Wanda Widnyana (09)
I Putu Widnyana Satria Putra (14)
Ni Kadek Ayu Dewi Ari Susanti (19)
Ni Made Ita Kusuma Putri (24)
Ni Putu Mita Kusuma Putri (29)
Putu Intan Anandita Putri (34)

SMA NEGERI 1 TABANAN


TAHUN PELAJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Om, Swastyastu   

           Atas asung kerta wara nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa
karena atas rahmat-Nya makalah ini dapat diselesaikan dalam rangka memenuhi tugas yang
diberikan oleh Ibu Ni Wayan Kurnia Wagiswari S,Ag. selaku guru pengampu Agama Hindu.
Kami membuat makalah ini selain untuk memenuhi kompetensi juga sebagai potensi dasar
kami dalam memahami agama. Adapun makalah yang kami tulis berudul “Kebudayaan
Prasejarah dan Sejarah Agama Hindu di Dunia”
            Pada kesempatan ini kami selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak –
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini, tidak lupa pula kepada guru mata
pelajaran yang telah mendidik dan mengajar kami,serta terhadap teman – teman yang telah
membantu lancarnya dalam pembuatan makalah ini.
            Namun demikian kelompok kami menyadari keterbatasan yang kami miliki sehingga
kemungkinan adanya kekurangan – kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu,kami
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca guna
menyempurnakan makalah ini untuk sebagai pedoman dalam penulisan dan penyusunan makalah
selanjutnya. Sebagai akhir kata dengan harapan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Om, Santhi, Santhi, Santhi, Om
Tabanan, 14 September 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
COVER..................................................................................................................................

KATA PENGANTAR...........................................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................1

1.3 Tujuan...........................................................................................................................1

1.4 Manfaat.........................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................2

BAB III PENUTUP...............................................................................................................20

3.1 Kesimpulan...................................................................................................................20

3.2 Saran.............................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................21

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Agama Hindu merupakan salah satu dari agama terbesar yang ada di dunia. Agama Hindu
diklaim sebagian orang sebagai "agama tertua" di dunia yang masih bertahan hingga kini.
Banyak sekali tradisi-tradisi yang terdapat di dalam agama Hindu, baik itu upacara-upacara
keagamaanya, kebudayaannya, ataupun tradisi di dalam masyarakat Hindu tersebut. Seperti yang
kita ketahui, agama Hindu sudah tersebar luas sampai ke penjuru dunia. Butuh perjalanan
panjang hingga beratus-ratus tahun agar agama Hindu ini dapat dikenal dan disebarluaskan ke
pelosok-pelosok negri. Yang kemunculannya pertama kali yaitu di lembah sungai Sindhu di
India, dimana pada saat itu bangsa Dravida sebagai kaum asli disana dijajah oleh bangsa
pendatang yaitu bangsa Arya. Kemudian terjadilah perpaduan budaya antara kedua bangsa
tersebut yang akhirnya memunculkan agama Hindu.
Sebenarnya, pemujaan-pemujaan yang dilakukan seperti agama Hindu itu, telah ada dari
zaman pra-sejarah dan terus berkembang sejalan dengan perkembangan zaman. Perjalanan
kebudayaan agama Hindu pada zaman pra-sejarah dan sejarah ini sangatlah panjang untuk kita
bahas. Oleh karena itu, disini kami membuat sebuah makalah tentang “Kebudayaan Prasejarah
dan Sejarah Agama Hindu di Dunia” Sebagai cara untuk mempelajari kebudayaan agama Hindu
di dunia dan juga memenuhi kompetensi dasar yang ada.
1.2 Rumusan Masalah
A. Bagaimana kebudayaan agama Hindu pada zaman pra-sejarah?
B. Bagaimana sejarah agama di Dunia?
C. Apa saja perkembangan agama Hindu di India?
D. Bagaimana sejarah agama Hindu di Indonesia?
1.3 Tujuan
A. Untuk mengetahui kebudayaan agama Hindu pada zaman pra-sejarah
B. Unutk mengetahui sejarah agama di Dunia
C. Untuk mengetahui apa saja perkembangan agama Hindu di India
D. Untuk mengetahui sejarah agama Hindu di Indonesia
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat teoritis
Meningkatkan pengetahuan pembaca mengenai kebudayaan prasejarah dan
sejarah agama Hindu di Dunia
1.4.2 Manfaat praktis
Memberikan wawasan kita dalam mempelajari kebudayaan prasejarah dan
sejarah agama Hindu di Dunia.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kebudayaan Prasejarah dan Sejarah Agama Hindu di Dunia
Zaman pra-sejarah adalah zaman ketika belum dikenalnya tulisan. Zaman prasejarah
berlangsung sejak adanya manusia, sekitar ± 2 juta tahun yang lalu. Manusia purba yang
hidup pada zaman pra-sejarah yang ditemukan di Indonesia dapat dikelompokkan sebagai
berikut:

1. Meganthropus Palaeojavanicus
Meganthropus Palaeojavanicus merupakan manusia yang paling purba atau disebut juga
dengan manusia raksasa karena ukurannya yang lebih besar dibandingkan fosil-fosil
lainnya.
 Ditemukan oleh: von Koeningswald di Sangiran pada tahun 1941.
 Ciri-ciri:
a. Rahang dan giginya besar juga kuat.
b. Memiliki tulang pipi yang tebal dengan tonjolan kening yang mencolok. Selain itu,
mereka
c. Tidak memiliki dagu, tapi memunyai otot kunyah,

2. Pithecanthropus Erectus
Pithecanthropus Erectus merupakan manusia kera yang berdiri tegak.
 Ditemukan oleh: Dubois di Trinil, lembah di Bengawan Solo pada tahun 1891.
 Ciri-ciri:
a. Berbadan tegap dengan tulang pengunyah yang kuat.
b. Tinggi badannya berkisar antara 165 hingga 170 cm dengan berat badan sekitar 100
kilogram. 
c. Tidak memiliki dagu.

 Jenis-jenis Pithecanthropus:
a. Pithecanthropus Soloensis
Ditemukan oleh Openorth dan Van Koenigswald sekitar tahun 1931-1933 di daerah
Ngandong, Solo.
b. Pithecanthropus Mojokertensis
Ditemukan oleh Van Koeningswald di daerah Mojokerto, Jawa Timur.

3. Homo Sapiens
Homo sapiens merupakan jenis manusia purba dengan usia paling muda dan hampir
mendekati layaknya manusia modern. Homo Sapiens telah mengenal kehidupan sosial
dan mampu berpikir cerdas
 Ciri-ciri:
a. Mampu berdiri dan berjalan dengan tegak.
b. Mempunyai otak lebih berkembang daripada Meganthropus dan Pithecanthropus.
c. Mempunyai otot kunyah, gigi, dan rahang udah menyusut.

 Jenis-jenis Homo Sapiens


a. Homo Soloensis
Ditemukan oleh Weidenrich dan Koenigswald di Solo, pada tahun 1931.
b. Homo Wajakensis
Ditemukan oleh Dubois di daerah Wajak, Jawa Timur pada tahun 1889, 
c. Homo Floresiensis

2
Homo Floresiensis dijuluki dengan nama Hobbit. Ditemukan oleh Mike Morwood
di Liang Bua, Pulau Flores pada tahun 2001.

Ketiga kelompok manusia purba ini memiliki masa perkembangan dan migrasi untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Berdasarkan temuan-temuan fosil manusia purba di
berbagai penjuru dunia, kini para ahli palaeoantropologi dapat menyusun sejarah makhluk
manusia. Menurut temuan fosil pra manusia yang telah ditemukan saat ini, makhluk yang dapat
dikatakan sebagai cikal bakal manusia adalah makhluk Australopithecus (kera dari selatan).
Makhluk ini berkembang dengan pola migrasi. Dinyatakan ada 4 (empat) jenis makhluk
Australopithecus yang ditemukan di seperti:
- Australopithecus afarensis
- Australopithecus africanus
- Australopithecus robustus
- Australopithecus boisei

Jika dilihat dari pandangan Hindu, manu adalah manusia yang pertama diciptakan oleh
Brahman /Ida Sang Widhi Wasa pada masa srsti atau penciptaan hidup dan berkembang sesuai
dengan budaya dan lingkungan alam sekitarnya. Ciptaan Brahman setelah alam semesta adalah
tumbuh-tumbuhan, kemudian binatang, dan setelah itu manusia. Manu yang disebut manusia
adalah makhluk yang tersempurna dengan bayu, sabda, dan idep yang dimilikinya. Ketiga
unsur utama inilah yang menyebabkan manusia dapat membedakan antara yang baik dengan
yang buruk.
a. Bayu : tenaga yang mengantarkan manusia memiliki kekuatan atau tenaga.
b. Sabda : unsur suara yang menyebabkan manusia dapat berbicara atau bertutur
kata yang baik dan sopan.
c. Idep : pikiran, hati, dan rasa yang menyebabkan manusia dapat berlogika.

Pembagian kebudayaan dan perkembangan zaman pada masa pra-sejarah diberi sebutan menurut
benda-benda atau peralatan yang menjadi ciri utama dari masing-masing periode waktu itu.
Adapun pembagian kebudayaan zaman pra-sejarah sebagai berikut:

1. Zaman Batu Tua (Paleolitikum)


Pada zaman ini, dikenal juga dengan masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat
sederhana (food gathering). Masa ini berlangsung sejak 2 juta tahun yang lalu hingga
10.000 tahun SM. Diperkirakan manusia purba telah mengenal sistem penguburan untuk
anggota kelompok yang meninggal. Ciri-ciri dari zaman Paleolitikum, yaitu:
a. Hidup berpindah-pindah (nomaden).
b. Hidup dalam sebuah kelompok kecil.
c. Masih sangat bergantung pada alam.
d. Alat-alat yang digunakan terbuat dari batu, masih sederhana, dan kasar.

Berdasarkan tempat penemuannya, maka kebudayaan zaman Paleolitikum terdiri dari:


a. Kebudayaan Pacitan
Pada tahun 1935 di daerah Pacitan ditemukan sejumlah alat-alat dari batu, yang kemudian
dinamakan kapak genggam, karena bentuknya seperti kapak yang tidak bertangkai dan biasa
disebut chopper (alat penetak). Soekmono mengemukakan bahwa asal kebudayaan Pacitan
adalah dari lapisan Trinil, yaitu berasal dari lapisan pleistosen tengah, yang merupakan
lapisan ditemukannya fosil Pithecantropus Erectus. Yang mana artinya Pithecanthropus
Erectus hidup di pada masa ini.

b. Kebudayaan Ngandong
Para ahli berhasil menemukan alat-alat dari tulang, flakes, alat penusuk dari tanduk rusa dan
ujung tombak bergigi di daerah Ngandong dan Sidoarjo. Selain itu di dekat Sangiran
ditemukan alat sangat kecil dari batuan yang indah. Alat ini dinamakan Serbih Pilah, dan

3
banyak ditemukan di Cabbenge (Sulawesi Selatan) yang terbuat dari batu-batu indah seperti
kalsedon. Kebudayaan Ngandong juga didukung oleh penemuan lukisan pada dinding goa
seperti lukisan tapak tangan berwarna merah dan babi hutan ditemukan di Goa Leang Pattae
(Sulawesi Selatan) Berdasarkan penelitian, alat-alat tersebut berasal dari lapisan pleistosen
atas, yang menunjukkan bahwa alat-alat tersebut merupakan hasil kebudayaan Homo
Soloensis dan Homo Wajakensis

2. Zaman Batu Madya (Mesolitikum);


Zaman ini dikenal juga dengan masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut
yang mana berlangsung sejak 10.000 sampai 4.000 tahun SM. Di zaman ini, sebagian besar
dari mereka sudah menetap, sehingga diperkirakan sudah mengenal bercocok tanam
walaupun masih sangat sederhana. Bekas-bekas tempat tinggal manusia zaman Mesolitikum
ditemukan di goa-goa dan di pinggir pantai yang biasa disebut dengan Kjokkenmoddinger
(di tepi pantai) dan Abris Sous Roche (di gua-gua). Ciri-ciri zaman Mesolitikum:
a. Sudah tidak lagi nomaden atau sudah mempunyai tempat tinggal yang semi permanen
seperti di gua, dan di pantai.
b. Masih melakukan food gathering (mengumpulkan makanan)
c. Alat alat yang dihasilkan hampir sama dengan zaman palaeolithikum yaitu alat alat yang
terbuat dari batu dan masih kasar.

Ada 3 kebudayaan pada zaman Mesolitikum, yaitu:


a. Pebble-Culture (alat kebudayaan kapak genggam dari Kjokkenmoddinger)
Hal-hal yang termasuk pebble-culture, antara lain:
1) Kjokkenmoddinger
Kjokkenmoddinger adalah istilah yang berasal dari bahasa Denmark yaitu kjokken artinya
dapur dan modding artinya sampah jadi Kjokkenmoddinger adalah sampah dapur yang
terdiri dari tumpukan kulit kerang dan siput yang mencapai ketinggian ± 7 meter dan sudah
membatu atau menjadi fosil. Kjokkenmoddinger ditemukan disepanjang pantai timur
Sumatera yakni antara Langsa dan Medan. 

2) Kapak Genggam Sumatera (Sumateralith)


Kapak genggam sumatera ditemukan di pulau Sumatra. Bahan-bahan untuk membuat kapak
tersebut berasal batu kali yang dipecah-pecah.
3) Hachecourt (Kapak Pendek)
Kapak ini diberi nama kapak pendek karena memiliki bentuk yang pendek (setengah
lingkaran).

4) Pipisan (Batu Penggiling)


Pipisan biasa dipergunakan untuk menggiling makanan.

b. Bone-Culture (alat kebudayaan dari tulang).


Bone-culture biasa disebut dengan Sampung Bone Culture atau Kebudayaan tulang dari
Sampung karena ditemukan di daerah Sampung, Jawa Timur tepatnya di Goa Lawa.

c. Flakes-Culture (kebudayaan alat serpih dari Abris Sous Roche)


Hal yang terdapat dalam flakes-culture ini adalah Abris Sous Roche yang artinya goa-goa
yang yang dijadikan tempat tinggal manusia purba pada zaman Mesolithikum dan berfungsi
sebagai tempat perlindungan dari cuaca dan binatang buas.

Peninggalan atau bekas kebudayaan Indonesia zaman Mesolitikum, banyak ditemukan di


Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Flores. Kebudayaan zaman Mesolitikum di
Indonesia diperkirakan berasal dari daerah Tonkin di Hindia Belakang, yaitu di pegunungan
Bacson dan Hoabinh yang merupakan pusat kebudayaan prasejarah Asia Tenggara. Adapun
bangsa pendukung dari kebudayaan Mesolitikum adalah Papua Melanesia.

4
3. Zaman Batu Baru (Neolitikum);
Zaman neolitikum berlangsung sejak 4000 sampai 2000 tahun SM. Adapun ciri-ciri zaman
Neolitikum, antara lain:
a. Sudah mempunyai hunian yang sifatnya permanen.
b. Sistem Food Gathering berubah menjadi Food Producing.
c. Melakukan kegiatan bercocok tanam dan juga memelihara hewan ternak.
d. Sudah memakai pakaian yang dibuat dari kulit kayu dan juga hewan.
e. Sudah adanya kepercayaan Animisme dan Dinamisme.

Zaman Neolitikum merupakan zaman yang menunjukkan bahwa manusia pada umumnya
sudah mulai maju dan telah mengalami revolusi kebudayaan. Dengan kehidupan yang telah
menetap, memungkinkan masyarakatnya mengembangkan aspek-aspek kehidupan lainnya.
Sehingga dalam zaman Neolitikum ini terdapat dasar-dasar kehidupan.

Terdapat beberapa benda yang menjadi kebudayaan pada zaman Neolitikum, yaitu:
a. Kapak persegi
Kapak persegi ini dibuat dari batu persegi. Kapak tersebut dipakai buat mengerjakan kayu,
menggarap tanah, dan melaksanakan upacara. Di Indonesia, kapak persegi disebut juga
dengan beliung persegi yang banyak sekali ditemukan di daerah Jawa, Kalimantan Selatan,
Sulawesi, dan Nusa tenggara. Bangsa pendukung alat ini adalah bangsa Austronesia

b. Kapak lonjong
Karena penampangnya berbentuk lonjong dan ukurannya itu ada yang besar serta ada yang
kecil. Alat ini dipakai sebagai cangkul buat menggarap tanah dan memotong kayu atau
pohon. Jenis kapak lonjong ini ditemukan di Maluku, Papua, dan Sulawesi Utara. Bangsa
pendukung alat ini adalah bangsa Papua Melanesia

c. Anyaman
Bahan yang dipakai untuk membuat anyaman adalah bambu, rumput, dan rotan. Teknik
yang dipakai yaitu berupa teknik anyak dengan pola geometrik. Kerajinan ini umumnya
dipakai sebagai wadah atau peralatan rumah tangga seperti kursi, meja, bahkan sampai
wadah nasi yang masih dipakai sampai saat ini.

d. Pakaian
Pakaian tersebut dibuat dari tenunan serat dari kulit kayu. Bahan yang dipakai untuk
membuat pakaian pada masa itu yaitu serat abaka (sejenis pisang) dan rumput doyo.

e. Gerabah
Bahan dasar yang dipakai berupa tanah liat yang dicampur dengan pasir. Gerabah ini sering
sekali dipakai sebagai tempat makanan, minuman, dan buat keperluan upacara adat. Contoh
gerabah yang dihasilkan diantaranya seperti periuk, cawan, piring, dan pedupaan. Gerabah
banyak ditemukan di daerah Banyuwangi (Jawa Timur), Sulawesi Tengah, dan Sulawesi
Utara.

f. Perhiasan
Masyarakat praaksara sudah mengenal perhiasan, diantaranya berupa gelang, kalung, serta
juga anting-anting. Perhiasan ditemukan di daerah Jawa Barat dan juga Jawa Tengah.

g. Mata Panah
Mata panah ini terbuat dari batu yang diasah dengan secara halus dan fungsi dari mata panah
ini buat berburu. Mata panah ditemukan di Jawa Timur dan juga Sulawesi Selatan.

h. Perahu

5
Teknik yang dipakai untuk membuat perahu saat itu masih sangat sederhana. Bahan yang
dipakai seperti batang pohon, meranti, lanang, dan kedondong. Setiap pohon yang dipilih
untuk membuat perahu, sebelum ditebang harus didahului dengan upacara. Pembuatan
perahu dimulai dari luar ke dalam.

4. Zaman Logam (Zaman Perundagian)


Zaman logam adalah masa dimana kehidupan masyarakat sudah semakin maju dan sudah
mengenal teknik-teknik pengolahan logam. Zaman ini berlangsung sejak 2000 tahun SM
sampai abad-IV Masehi. Ciri-ciri dari zama logam, yaitu:
a. Kemajuan teknologi meningkat dengan sangat cepat.
b. Aktivitas perdagangan berkembang begitu sangat pesat.
c. Pada zaman ini, dalam penguburan jenazah dibagi menjadi dua bagian yaitu langsung
sebagai jenazah yang dikubur langsung di tanah, atau dengan memakai peti mati dalam
penguburannya dan secara gak langsung.
d. Pertanian sudah mulai bergerak maju dan mulai berlaku.

Zaman logam dalam pra-sejarah dibagi menjadi 3, yaitu:


a. Zaman Tembaga
Zaman tembaga adalah zaman yang awal manusia mengenal logam, dimana pada zaman ini
manusia memakai tembaga sebagai bahan dasar untuk membuat peralatan. Para ahli
mengatakan, Indonesia tidak mengalaminya zaman ini, karena sampai sampai saat ini,
belum ada ditemukan peninggalan-peninggalan sejarah dari zaman tembaga di Indonesia.
Hanya negara-negara diluar Indonesia saja yang mengalami zaman tembaga, seperti
Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Kamboja.

b. Zaman Besi
Zaman besi adalah zaman ketika manusia sudah mampu membuat peralatan dari besi yang
lebih sempurna daripada tembaga. Ada beberapa hasil peninggalan dari zaman besi yang
ditemukkan di Indonesia seperti di daerah Gunung Kidul (Yogyakarta), Bogor (Jawa Barat),
Besuki dan Punung (Jawa Timur). Contoh benda kebudayaan peninggalan pada zaman besi
seperti:
- Mata kapak
- Mata sabit
- Mata pisau
- Mata pedang
- Cangkul

c. Zaman Perunggu
Adapun kebudayaan pada zaman perunggu, yaitu:
1) Nekara
Nekara adalah sebuah drum besar yang fungsinya sebagai upacara ritual, khususnya sebagai
pendamping dalam upacara hujan, kematian, dan drum perang dengan pinggang yang begitu
sempit. Nekara atau “The Moon of Pejeng” merupakan nekara bagian terbesar di wilayah
Nusantara, tepatnya di daerah Bali.

2) Bejana Perunggu
Bejana perunggu mempunyai bentuk seperti piring yang tipis dan datar Di Indonesia, bejana
perunggu ditemukan di tepi Danau Kerinci (Sumatera) dan Madura. Kedua bejana yang
sudah ditemukan memiliki hiasan yang serupa dan sangat indah berupa gambar – gambar
geometri dan pilin – pilin yang mirip huruf J.

3) Kapak Corong

6
Kapak Corong atau Kapak Sepatu merupakan alat kebesaran dan upacara adat yang
berbentuk seperti corong. Kapak Corong ditemukan di Bali, Sulawesi Selatan dan Sulawesi
Tengah

4) Arca atau Patung Perunggu


Patung-patung perunggu terdiri dalam bentuk seperti manusia atau dalam bentuk binatang.
Patung perunggu ini biasanya berukuran kecil dan mempunyai sebuah cincin di bagian
atasnya. Dimana, cincin tersebut bisa dipakai buat menggantungkan alat terhadap patung,
patung itu juga dipakai buat liontin. Di Indonesia ada arca atau patung perunggu ditemukan
di daerah Sumatra Selatan, Bangkinang, Palembang, Riau, Limbangan, dan Bogor.

5) Candrasa
Candrasa merupakan sejenis kapak yang menyerupai senjata tapi tidak cocok sebagai
peralatan perang atau pertanian, karena tidak kuat dan kokoh. Candrasa ditemukan di
Bandung dan diperkirakan digunakan untuk keperluan upacara.

6) Moko
Moko merupakan sejenis nekara yang ukurannya lebih kecil yang berfungsi sebagai benda
pusaka seorang kepala suku, benda yang diwariskan kepada anak laki-laki dari kepala suku.
Moko lebih banyak ditemukan di Pulau Alor dan Manggarai (Pulau Flores).

5. Zaman Batu Besar (Megalitikum)


Megalitikum berasal dari kata mega yang berarti besar, dan lithos yang berarti batu. Zaman
Megalitikum biasa disebut dengan zaman batu besar, karena pada zaman ini manusia sudah
dapat membuat dan meningkatkan kebudayaan yang terbuat dan batu-batu besar.
Kebudayaan ini berkembang dari zaman Neolitikum sampai zaman logam. Ciri-ciri zaman
Megalitikum:
a. Telah mengetahui sistem pembagian kerja.
b. Telah ada pemimpin atau kepala suku.
c. Sudah ada norma – norma yang berlaku.
d. Menggunakan sistem hukum rimba (primus interpercis) yaitu memilih yang terkuat dari
yang terkuat.

Adapun beberapa hasil-hasil kebudayaan pada zaman megalitikum adalah sebagai berikut:
a. Menhir
Menhir mempunyai fungsi sebagai tanda peringatan terhadap arwah nenek moyang. Menhir
sendiri banyak ditemukan di daerah Pasemah (Sumatra Selatan), Ngada (Flores), Rembang
(Jawa Tengah), serta Lahat (Sumatra Selatan).

b. Punden Berundak-Undak
Punden Berundak merupakan bangunan dari batu besar yang bertingkat – tingkat yang
berfungsi sebagai tempat pemujaan. Punden ditemukan di daerah Banten Selatan, Kuningan
di Jawa Barat, dan juga di Garut.

c. Arca atau Patung


Arca atau saat ini disebut dengan patung merupakan batu besar yang dibentuk seperti
manusia maupun hewan yang melambangkan sebagai nenek moyang.

d. Waruga
Waruga merupakan makam yang terbuat dari batu besar dengan dua bagian, yaitu atas dan
bawah. Bagian batu atas dipakai sebagai atap yang berbentuk segitiga. Sedangkan, bagian
batu bawah fungsinya sebagai alat menyimpan mayat para leluhur. Waruga ini di bisa
ditemukan di daerah-daerah Minahasa (Sulawesi Utara).

e. Kubur batu

7
Kubur batu merupakan sebuah peti mati dari batu besar yang dibentuk dari enam papan
batu. Kubur batu ini digunakan untuk menyimpan mayat jenazah. Di Indonesia, banyak
sekali peninggalan kubur batu yang sampai saat ini terdapat di Yogyakarta, Cirebon, Cepu,
Sulawesi Selatan, dan juga Bali.

f. Sarkofagus
Merupakan batu besar yang berupa peti dan dipakai buat menyimpan mayat atau jenazah.
Sarkofagus memiliki fungsi yang sama dengan kubur batu. Namun yang membedakan
adalah bentuknya. Sarkofagus berbentuk seperti lesung atau palung, sedangkan kubur batu
berbentuk persegi panjang. Sarkofagus ini banyak ditemukan di Bali dan juga Bondowoso
(Jawa Timur).

g. Dolmen
Dolmen merupakan meja besar yang dipakai sebagai tempat sesaji dan juga buat pemujaan
terhadap roh nenek moyang. Dolmen banyak sekali ditemukan di daerah Besuki, Jawa
Timur dan juga dikenal sebagai pandhusa.

Sejarah Agama Hindu di Dunia:

Untuk pertama kalinya agama Hindu mulai berkembang di lembah Sungai Shindu di
India. Di lembah sungai ini para Rsi menerima wahyu dari “Sang Hyang Widhi” (Tuhan) dan
diabadikan ke dalam bentuk Kitab Suci Veda. Agama Hindu sering disebut dengan sebutan
Sanātana Dharma (Bahasa Sanskerta) berarti “Kebenaran Abadi”, dan Vaidika-Dharma
“Pengetahuan Kebenaran”. Agama Hindu merupakan sebuah agama yang berasal dari anak
benua India. Agama ini merupakan lanjutan dari agama Veda (Brahmanisme) yang merupakan
kepercayaan bangsa Indo-Iran (Arya).

Agama Hindu diperkirakan muncul antara tahun 3102 SM sampai 1300 SM dan
merupakan agama tertua di dunia yang masih bertahan hingga kini. Dalam bahasa Persia, kata
Hindu berakar dari kata Sindhu (Bahasa Sanskerta). Dalam kitab Rg Veda, bangsa Arya
menyebut wilayah mereka sebagai Sapta Sindhu (wilayah dengan tujuh sungai di barat daya anak
benua India, yang salah satu sungai tersebut bernama sungai Indus). Kata sapta sindhu
berdekatan dengan kata Hapta-Hendu yang termuat dalam Zend Avesta (Vendidad: Fargard
1.18) - sastra suci dari kaum Zoroaster di Iran. Pada zaman munculnya agama Buddha, nama
agama Hindu lebih dikenal dengan sebutan sebagai ajaran Veda. Agama Hindu sebagaimana
nama yang dikenal sekarang ini, pada awalnya tidak disebut demikian, bahkan dahulu ia tidak
memerlukan nama, karena pada waktu itu ia merupakan agama satu-satunya yang ada di muka
bumi. Sanatana Dharma adalah nama sebelum nama Hindu diberikan. Kata “Sanatana dharma”
bermakna “kebenaran yang kekal abadi” dan jauh belakangan setelah ada agama-agama lainnya
barulah ia diberi nama untuk membedakan antara satu dengan yang lainnya. Sanatana dharma
pada zaman dahulu dianut oleh masyarakat di sekitar lembah sungai Shindu, penganut Veda ini
disebut oleh orang-orang Persia sebagai orang indu (tanpa kedengaran bunyi s), selanjutnya
lama-kelamaan nama indu ini menjadi Hindu. Sehingga sampai sekarang penganut sanatana
dharma disebut Hindu. Agama Hindu adalah suatu kepercayaan yang didasarkan pada kitab suci
yang disebut Weda. Weda diyakini sebagai pengetahuan yang tanpa awal tanpa akhir dan juga
dipercayai keluar dari nafas Tuhan bersamaan dengan terciptanya dunia ini. Karena sifat
ajarannya yang kekal abadi tanpa awal tanpa akhir maka ia disebut sanatana dharma.

Penduduk India pada zaman itu terkenal dengan nama bangsa Dravida. Mula-mula
mereka tinggal tersebar di seluruh negeri, tetapi lama-kelamaan hanya tinggal di sebelah selatan
dan memerintah negerinya sendiri, karena mereka di sebelah utara hidup sebagai orang
taklukkan dan bekerja pada bangsa-bangsa yang merebut negeri itu. Mereka adalah bangsa yang
berkulit hitam dan berhidung pipih, berperawakan kecil dan berambut keriting. Nama India
diambil dari sungai Indus. Perkataan Indus dan Hindu keduanya berarti bumi yang terletak di

8
belakang Sungai Indus, dan penduduknya dinamakan orang-orang India atau orang-orang Hindu.
Peradaban India telah berlangsung lama. Negara India telah menghasilkan beberapa Filosof
agung sebelum Socrates dilahirkan. Di Negara India sudah tersebar tanda-tanda ilmu
pengetahuan dan bangunan-bangunan yang megah pada masa dahulu ketika Kepulauan Inggris
masih dalam keadaan terbelakang. India adalah negara yang penuh dengan keajaiban. India
adalah salah satu pusat peradaban kuno di dunia. Dalam hal ini, India menandingi Mesir, Cina,
Assyria, dan Babilonia. Peradaban India sebelum zaman Arya dapat diketahui dari
pengungkapan-pengungkapan pada tingkat kemajuan yang pernah dicapai oleh India dalam
bidang arsitektur, pertanian, dan kemasyarakatan sejak masa 300 tahun SM, yaitu 1500 tahun
sebelum kedatangan Bangsa Arya.

Letak Geografis Sungai Indus, di sebelah utara berbatasan dengan China yang dibatasi
Gunung Himalaya, selatan berbatasan dengan Srilanka yang dibatasi oleh Samudera Indonesia,
barat berbatasan dengan Pakistan, timur berbatasan dengan Myanmar dan Bangladesh.
Peradaban sungai Indus berkembang disekitar (2500 SM). Kebudayaan kuno India ditemukan di
kota Mohenjodaro dan Harappa yang penduduknya adalah bangsa Dravida. Terdapat hubungan
dagang antara Mohenjodaro dan Harappa dengan Sumeria. Mohenjodaro dan Harappa ditata
dengan perencanaan yang sudah maju, rumah-rumah terbuat dari batu-bata, saluran air bagus,
jalan raya lurus dan lebar. Mohenjodaro dan Harappa sebagai kota tua yang dibangun
berdasarkan penataan dan peradaban yang maju. Kota Mohenjodaro diperkirakan sebagai ibu
kota daerah Lembah Sungai Indus bagian selatan dan Kota Harappa sebagai ibu kota Lembah
Sungai Indus bagian utara. Mohenjodaro dan Harappa merupakan pusat peradaban bangsa India
pada masa lampau. Di Kota Mohenjodaro dan terdapat gedung-gedung dan rumah tinggal serta
pertokoan yang dibangun secara teratur dan berdiri kukuh. Gedung-gedung dan rumah tinggal
serta pertokoan itu sudah terbuat dari batu bata lumpur. Wilayah kota dibagi atas beberapa
bagian atau blok yang dilengkapi dengan jalan yang ada aliran airnya. Terdapat beberapa
penemuan dan peninggalan hasil penelitian yang ditemukan di wilayah Mohenjodaro dan
Harrapa, yaitu sebagai berikut:

1. Arca manusia berkepala tiga, bertangan empat, berdiri dengan kaki kanan dan kaki
kirinya terangkat ke depan.
2. Materai yang berisi hiasan burung elang yang sedang mengembangkan sayapnya,
kepalanya menghadap ke kiri atas, di atas kepalanya terdapat hiasan ular.
3. Materai yang bergambarkan orang yang duduk bersila, bermuka tiga bertanduk dua,
hiasan kepalanya meruncing ke atas, dan dikelilingi oleh para binatang, seperti: gajah,
lembu, harimau, dan badak.
4. Bangunan rumah yang sudah memiliki tata ruang dan tata letak yang sangat baik.
5. Arca orang tua yang berjanggut dan mempergunakan jubah, serta arca seorang wania
yang bentuk badannya agak gemuk.
6. Permainan anak-anak yang terbuat dari tanah liat yang dibakar.
7. Sandal yang terbuat dari bahan kaca

Antara 2000 dan 1000 tahun SM masuklah kaum Arya ke India dari sebelah utara.
Bangsa Arya memisahkan diri dari bangsanya di Iran dan yang memasuki India melalui jurang-
jurang di pegunungan Himalaya dan Hindu-Kush yang disebut dengan celah Kaiber “Khyber
Pass”. Bangsa Arya itu serumpun dengan bangsa Jerman, Yunani, Romawi dan bangsa bangsa
lainnya di Eropa dan Asia. Bangsa Arya turun ke lembah Indus kirakira 1500 tahun SM dan
memberi corak pada kebudayaan India.

Dahulu orang belum tahu dengan tepat dan selalu memandang kebudayaan yang ada di
India dibawa oleh bangsa Arya. Sesudah adanya penggalian-penggalian di India, pandangan
orang berubah dan makin banyak diketahui bahwa bermacam-macam unsur di dalam
kebudayaan India berasal dari kebudayaan Dravida yang tua. Contohnya Bangsa Arya belum
mempunyai patung-patung Deva, sedangkan bangsa Dravida sudah. Banyak gejala-gejala Agama
Hindu yang ruparupanya tidak berasal dari agama Bangsa Arya, melainkan berasal dari bangsa
Dravida. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa Agama Hindu sebagai agama yang tumbuh

9
dari dua sumber yang berlainan, dan tumbuh dari perasaan dan pikiran keagamaan dua bangsa
yang berlainan, pada mulanya banyak hal sangat berlainan, tetapi kemudian dapat lebur menjadi
satu. Di dalam tulisan tulisan Hindu tua, unsur-unsur Arya lah yang sangat besar pengaruhnya.
Hal itu tidak mengherankan karena tulisan-tulisan itu berasal dari zaman Bangsa Arya memasuki
India dengan kemenangan-kemenanganya. Pengaruh bangsa Dravida tentunya belum begitu
besar. Agama bangsa Arya dapat kita ketahui dari kitab-kitab Veda (Veda artinya tahu). Oleh
karena itu masa yang tertua dari agama Hindu disebut masa Veda. Maulana Mohamed Abdul
Salam alRamburi juga berkata: “Umat India mudah menerima apa saja pemikiran dan
kepercayaan yang ditemuinya.

Seiring dengan perkembangan jaman, sebagaimana negeri lainnya yang diperintah oleh
masing-masing rajanya dalam sebuah kerajaan, negeri India juga demikian adanya. Raja-raja
yang pernah memerintah di Kerajaan Maurya antara lain : Candragupta Maurya. Setelah berhasil
menguasai Persia, pasukan Iskandar Zulkarnaen melanjutkan ekspansi dan menduduki India
pada tahun 327 SM melalui Celah Kaibar di Pegunungan Himalaya. Pendudukan yang dilakukan
oleh pasukan Iskandar Zulkarnaen hanya sampai di daerah Punjab. Pada tahun 324 SM muncul
gerakan di bawah Candragupta. Setelah Iskandar Zulkarnaen meninggal tahun 322 SM,
pasukannya berhasil diusir dari daerah Punjab dan selanjutnya berdirilah Kerajaan Maurya
dengan ibu kota di Pattaliputra. Candragupta Maurya Menjadi raja pertama Kerajaan Maurya.
Pada masa pemerintahannya, daerah kekuasaan Kerajaan Maurya diperluas ke arah timur,
sehingga sebagian besar daerah India bagian utara menjadi bagian dari kekuasaannya. Dalam
waktu singkat, wilayah Kerajaan Maurya sudah mencapai daerah yang sangat luas, yaitu daerah
Kashmir di sebelah barat dan Lembah Sungai Gangga di sebelah timur.

Ashoka memerintah Kerajaan Maurya dari tahun 268-282 SM. Ashoka merupakan cucu
dari Candragupta Maurya. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Maurya mengalami masa yang
gemilang. Kalingga dan Dekkan berhasil dikuasainya. Namun, setelah ia menyaksikan korban
bencana perang yang maha dahsyat di Kalingga, timbul penyesalan dan tidak lagi melakukan
peperangan. Mula-mula Ashoka beragama Hindu, tetapi kemudian menjadi pengikut agama
Buddha. Sejak saat itu Ashoka menjadikan agama Buddha sebagai agama resmi negara. Setelah
Ashoka meninggal, kerajaan terpecah belah menjadi kerajaan kecil. Peperangan sering terjadi
dan baru pada abad ke-4 M muncul seorang raja yang berhasil mempersatukan kerajaan yang
terpecah belah itu. Maka berdirilah Kerajaan Gupta dengan Candragupta I sebagai rajanya.

Sistem kepercayaan masyarakat Lembah Sungai Indus bersifat politeisme atau memuja
banyak Dewa. Dewa-Dewa tersebut misalnya Deva kesuburan dan kemakmuran (Dewi Ibu).
Masyarakat Lembah Sungai Indus juga menghormati binatang-binatang seperti buaya dan gajah,
pohon seperti pohon pipal (beringin). Pemujaan tersebut dimaksudkan sebagai tanda terima kasih
terhadap kehidupan yang dinikmatinya, berupa kesejahteraan dan perdamaian. Interaksi bangsa
Dravida dan bangsa Arya menghasilkan Agama Hindu. Bangsa Arya dan bangsa Dravida
merupakan bangsa yang memiliki ideologi keagamaan yang berbeda satu sama lain, akan tetapi
dari kedua ideologi agama tersebut, melahirkan suatu agama persatuan yakni agama Hindu.

Sejarah perkembangan agama Hindu di Dunia dapat diketahui dari berbagai jenis kitab
suci Hindu, seperti: weda sruti, weda smrti, brahmana, upanisad, dan yang lainnya. Dengan
demikian perkembangan agama Hindu senantiasa bersifat religius. Selain itu, adanya pembaruan
budaya dan kepercayaan diantara bangsa Arya dengan bangsa Dravida dalam perkembangan
berikutnya rupanya mengalami kemajuan yang sangat pesat sampai pada munculnya agama
Hindu di lembah sungai Sindhu. Semua bentuk budaya dan kepercayaan yang ada pada masa itu,
dirangkul dan mengalami penyempurnaan senafas dengan keberadaan agama Hindu. Hal ini
dimungkinkan karena agama Hindu bersifat universal dan fleksibel.

Perkembangan Hindu di India

10
Sejarah perkembangan hindu di India berlangsung dalam kurun waktu yang sangat
panjang.Kurun waktu tersebut dikelompokkan menjadi beberapa fase sebagaimana pola
pemikiran yang di sampaikan oleh “Govinda Das Hiduism Madras” yang dimana menyebutkan
bahwa perkembangan agama hindu terdiri atas zaman weda,zaman brahmana,dan zaman
upanisad.

1. Zaman Weda
Zaman weda di perkirakan berlangsung kurang lebih 1500-600SM.Pada zaman ini di
terimanya kitab suci weda sebagai wahyu dari tuhan oleh para rsi.Penjelasan ini dapat
dijumpai dalam kitab Nirukta,yaitu kitab yang memuat penafsiran autentik mengenai
kata-kata yang ada dalam kita suci weda yang disebut “Bhumikabhasya” yang ditulis
oleh Maha Rsi Sayana.Maha Rsi penerima wahyu di sebut “Mantra Drstah iti
Rsih”.Dalam sastra agama hindu disebutkan ada banyak nama para maha Rsi penerima
wahyu,yang dimana disebut dengan “Sapta Rsi” yaitu Rsi Grtsamada, Wiswamitra,
Wamadewa, Arti, Baradwaja, Wasitwa, dan Kanwa.Terdapat juga 30 Maha Rsi lainnya
yang dikenal dengan nama “Nawawimsatikrtyascaya Vedavyastha Maharsibhih”
diantara nya adalah Maharsi; Daksa, Usana, Swayambhu, Wrhaspati, Aditya, Mrtyu,
Indra, Wasistha, Saraswata, Tridhatu, Tridrta, Sandhyaya, Akasa, Dharma, Tryguna,
Dananjaya, Krtyaya, Ranajaya, Bharadwaja, Gotama, Uttama, Parasara, dan Wyasa.
Menurut tradisi hindu, Rsi yang terpopuler dalam menghimpun dan mengkodefikasikan
weda adalah Maha Rsi Wyasa yang juga dikenal dengan Kresna Dwipayana Wyasa.
Maha Rsi Wyasa mengkodefikasikan kitab suci weda menjadi catur weda samhita yang
dibantu oleh 4 Maha Rsi lainnya,yaitu :
a. Maha Rsi Paila/Maha Rsi PahulaPenyusun kitab suci Rg.Veda Samhita
b. Maha Rsi WaisampayanaPenyusun kitab suci Yayur Weda Samhita
c. Maha Rsi JaiminiPenyusun kitab suci Sama Weda Samhita
d. Maha Rsi SumantuPenyusun kitab suci Atharwa Weda Samhita
Selain menghimpun kitab catur Weda samhita, Maha Rsi Wyasa juga menyusun kitab
Purana, Mahabratha, Bhagawadgita, dan Kitab Brahmasutra. Dalam kesusastraan hindu
Maha Rsi Wyasa juga memiliki sebutan lain seperti Bagawan Byasa, Kresnadwipayana,
dan Wyasa Dewa.

Pada zaman Weda keberadaan hukum alam/Rta sangat dipercaya karna hukum itulah
yang mengatur segala sesuatu yang ada di alam semesta.Pada zaman Weda terdapat
dewa-dewa yang dipandang populer dalam kitab suci weda,yaitu :

a. Dewa Agni
Pemujaan terhadap Dewa Agni banyak di jumpai dalam kitab suci Rg Weda yang
selalu dihubungkan dengan upacara persembahan api.Dewa Agni digambarkan
dengan wujud berambut nyala api, berjenggot pirang, berdagu tajam, bergigi emas
dengan kepalanya yang selalu bersinar bagaikan sinar matahari pagi. Dewa Agni
disebut sebagai putra Dewa Dyanus yaitu dewa langit. Dewa Agni dipandang sebagai
dewa pemimpin upacara.Matahati dipandang sebagai perwujudan Dewa Agni yang
di pandang sebagai cahaya sorga. Dewa Agni juga disebut Grhpati yang artinya
tuannya rumah tangga dan dewa yang selalu mengunjungi orang-orang di rumahnya.
Dewa Agni di pandang sebagai duta para dewa karena sering disebut sebagai
pendamping para pendeta. Oleh sebab itu beliau sering di panggil dengan sebutan
Vipra,Purohita,Hotri,Adwaryu,dan Brahman. Kependetaan adalah karakter yang
paling menonjol dari Dewa Agni.Dewa Agni di pandang sebagai dewa yang
membakar hutan Kandhawa. Dalam kitab Ramayana di sebutkan bahwa Dewa Agni
adalah penjelmaan Nila. Dalam kitab Purana, Dewa Agni disebutkan mengawini
Dewi Svaha dengan tiga orang putra, yaitu Pavaka, Pavamana, dan Suchi. Dalam seni
arca India beliau digambarkan sebagai orang tua berbadan merah,bermata
enam,bertangan tujuh,memegang sendok kecil dan sendok besar sebagai pelaksana
upacara agnihotra,mempunyai tujuh lidah,empat tanduk,tiga kaki,rambutnya
dikepang,perutnya besar,dan berbusana merah.Pada kaki kiri dan kanan nya terdapat

11
arca Svaha dan Svadha,mengendarai biri-biri jantan. Nama lain dari Dewa Agni
adalah Vahni artinya membakar,Vitihotra artinya memberi pahala kepada
penyembah, Dananjaya artinya mengalahkan musuh, Dhumaketu artinya bermahkota
Asap, Chagartha artinya mengandarai kambing betina, dan Sapta Jihwa yang artinya
berlidah tujuh.

b. Dewa Indra
Dalam kitab suci Weda terdapat 200 mantra yang mengagungkan Dewa Indra.
Kata Indra berasal dari kata Ind dan dri yang artinya memberi makan.Menurut
Niruktra, Ind berarti penuh dengan tenaga.Indra awalnya adalah dewa hujan yang
bersenjatakan bajra atau petir yang mengalahkan raksasa Vrtra. Dewa Indra di sebut
Tri Puramdhara (Tri Puramtaka) karna merupakan dewa perang yang
mengalahkan tiga benteng musuh. Dalam kitab Purana di sebutkan beliau sebagai
Dewa Khayangan (sorga). Beliau merupakan saksi agung perbuatan manusia karena
memiliki seribu mata (sahasraaksa). Kendaraan Dewa Indra adalah seekor gajah
Airavata dan istrinya bernama Sanchi atau Indriani. Nama lain dari Dewa Indra
adalah: Sakra (yang mulia), Divapati (Raja para dewa), Bajri(yang bersenjata bajra),
Meghavahana (yang berkendaraan awan), Mahendra(dewa yang agung),
Svargapati(Raja Khayangan), Mahakasa (Ia yang bermata hebat),dan Sahasraksa(Ia
yang bermata seribu).

c. Dewa Rudra
Dewa Rudra di identikan denga Siwa(Siwarudra). Beliau digambarkan dengan
laki-laki bertubuh besar,perutnya biru,dan punggungnya berwarna merah.Kepala
berwarna biru,lehernya berwarna putih,dan kulitnya berwarna merah kecoklat-
coklatan.Rambutnya panjang terutai,seluruh tubuhnya memancarkan cahaya
keemasan.Tangannya memegang busur dan panah yang bercahaya.Karakternya
nampak angker dan menakutkan,namun hatinya lembut.Beliau adalah dukunnya para
dukun dengan julukan Jalasa Bhesaya. Dewa Rudra juga di sebut dengan
Tryambaka,Kapardin,dan delapan aspek dari Rudra adalah Siwa, Bhawa, Isana,
Pasupati, Bhima, Ugra, Mahadewa, dan Rudra.

d. Dewa Waruna
Dewa Waruna disebut juga Baruna yang selalu dihubungkan dengan dewa
laut.Kata Waruna berasal dari kata Var (Menutup atau membentang) yang artinya
melindungi dari segala penjuru.Dewa Waruna diyakini mengamati semua makhluk
dari tempat yang tinggi dengan matahari sebagai istananya. Beliau digambarkan
sebagai laki-laki yang tampan, berkulit putih, mengendarai Makara (Gajahmina)
berupa binatang laut yang wujud depannya berupa kijang,sedangkan bagian
belakangnya seekor ikan.Isti Waruna bernama Waruni yang tinggal di Istana
Mutiara.Dewa Waruna adalah penguasa hukum Rta. Nama lain dari Dewa Waruna
adalah Pracheta (yang bijaksana), Jalapati(Raja air), Yadapati(raja binatang laut),
Ambhuraja(raja air), dan Pasi(yang membawa jaring).

2. Zaman Brahmana
Kata Brahmana berarti penjelasan atau ekspresi dari seorang pendeta yang cerdas
dan bijaksana dalam hal ilmu upacara. Munculnya zaman Brahmana ditandai dengan
terbitnya kitab Brahmana. Kitab Brahmana banyak memuat tentang upacara dan tata cara
melaksanakan upacara keagamaan. Materi pokok yang dibicarakan dalam kitab
Brahmana adalah tenang upacara yadnya yang meliputi: arti yadnya, persyaratan yadnya,
dan kekuatan gaib yang ada dalam upacara itu.
Adanya kehidupan bermasyarakat yang bersifat ritualistis pada zaman Brahmana
itu, merupakan dasar untuk menuju pada tingkat kehidupan spiritual berikutnya yaitu
ajaran karma dan jnana. Dengan demikian maka pelaksanaan upacara, karma dan jnana
dapat berjalan sebagaimana mestinya pada zaman itu. Untuk memudahkan pelaksanaan
12
upacara yadnya, dibuatlah kitab-kitab penuntun yang disebut Kalpasutra. Kitab
Kalpasutra bersumber pada kitab brahmana, dan dimaksudkan dapat dipergunakan
sebagai pedoman bagi setiap orang yang telah berumah tangga dan bermasyarakat.
Menurut isinya kita Kalpasutra dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis, antara lain:
a. Srautasutra
Kitab ini memuat tentang penjelasan tata cara persembahyangan agnihotra dan
tata cara persembahyangan dasa purnamas, yaitu persembahyangan yang
dilakukan pada hari purnama dan tilem atau bulan mati.
b. Grhyasutra
Kitab ini memuat tentang pokok-pokok ajaran tata upacara penyucian atau
sangaskara yang wajib dilakukan oleh mereka yang telah berumah tangga, mulai
dari upacara garbhasadhana samskara (Upacaa bayi dalam kandungan) sampai
dengan upacara Antyesti samskara (Upacara Kematian). Sesungguhnya kitab
Grhyasutra merupakan kitab penuntun melaksanakan upacara yadnya yang
kanista dalam lingkungan keluarga, dan dapat dilakukan setiap hari atau berkala.
c. Dharmasastra
Kitab ini memuat tentang pokok-pokok ajaran agama Hindu yang berhubungan
dengan: hukum, adat kebiasaan, hak dan kewajiban, sosial-politik, ekonomi, dan
upacara agama lainnya dengan penekanan pada pelaksanaannya.
d. Sulwasutra
Kitab ini memuat penjelasan tentang pokok-pokok aturan tata bangunan dan juga
memuat tentang ukuran membuat altar yang ada kaitannya dengan kebutuhan
upacara.

Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan agama


Hindu pada zaman brahmana telah sampai ke India bagian tengah, yaitu di dataran tinggi
Dekan di sekitar lembah sungai Yamuna. Di tempat inilah ditulis peraturan-peraturan
mengenai tuntunan upacara dan tata susila. Dasar penyusunannya adalah berdasarkan
pada kitab weda, dengan demikian kebenaran isinya tidak perlu diragukan lagi.
Pelaksanaan upacara yadnya pada zaman Brahmana selalu disertai dengan
mantra-mantra catur weda sruti yang dirapalkan oleh para pendeta. Pendeta yang bertugas
khusus merafalkan Rg.Weda disebut dengan nama Hotri, untuk Sama Weda disebut
dengan Udgatri, untuk Yajur Weda disebut dengan Adwaryu, sedangkan untuk kitab
Atharwa Weda disebut dengan nama Brahmana
Pada zaman ini timbulah cerita-cerita yang menguraikan asal mula para imam
atau Brahmana. Demikian juga pada zaman ini terjadi pembagian masyarakat masyarakat
dalam empat kasta, yaitu kasta Brahmana (para imam), kasta Ksatriya (pemerintah), kasta
Waisya (pekerja) dan kasta Sudra (rakyat jelata dan budak). Oleh karena itu semua
kehidupan masyarakat menjadi bersifat ritualistis. Manusia pada zaman Brahmana
dipandang sebagai makhluk yang paling utama di Bumi, yang terdiri dari dua bagian,
yaitu “nama” dan “rupa”. Yang dimaksud dengan nama adalah unsur-unsur rohani yang
menentukan proses hidup, terdiri dari: Citta, Budhi, Ahamkara, Manas, indriya-indriya,
dan Atman. Diantara semua unsur-unsur rohani ini, atman dipandang paling menentukan
hidup manusia di dunia ini. Sedangkan yang dimaksud dengan rupa yaitu bagian yang
bersifat fisik fisik, yaitu daging, tulang, sumsum, rambut kulit dan sebagainya.
Demikianlah ajaran keyakinan mengenai adanya Brahman, atman, karma,
punarbhawa, dan moksa, sesungguhnya telah ada pada zaman Brahmana dan kemudian
mendapat penyempurnaan pada zaman berikutnya, yaitu pad azaman Upanisad.

3. Zaman Upanisad

Pada Zaman Upanisad perkembangan agama hindu dimulai dari daratan tinggi
Dekan di lembah sungai Yamuna terus meluas sampai ke lembah sungai Gangga yang
penduduknya bermata pencaharian sebagai pedagang. Sehubungan dengan itu maka
kehidupan mereka beragama lebih menekankan pada hal-hal yang bersifat filosofis dari

13
pada pelaksanaan upacara. Dalam diskusi para siswa duduk dibawah dekat kaki guru
kerohanian atau para Maha Rsi. Para Maha Rsi memberikan jawaban dari permasalahan
yang disampaikan oleh para siswanya dengan tetap berpedoman pada ajaran kitab suci
Weda. Cara pendalaman ajaran agama hindu dengan berdiskusi seperti itu disebut
Upanisad.

Kitab upanisad merupankan bagian Jnana kanda dari kitab weda sruti yang
bersifat ilmiah, spekulatif, tetapi tetap pada ruang lingkup keagamaan. Pandangan yang
menonjol dalam ajaran upanisad adalah mengajarkan bahwa segala sesuatu yang
bermacam-macam ini dilahirkan dari suatu azas, satu realittias tertinggi yang tidak dapat
dilihat, tidak dapat dibagi, tidak dapat ditangkap oleh akal manusia, tetapi melingkupi
semua alam semesta. Itulah yang disebut Brahman (Tuhan Yang Maha Esa). Brahman
bersifat transenden dan imanen. Transenden yang berarti Brahman ada diluar batas alam
pikiran manusia sedangkan imanen berarti Brahman ada di dalam batas pikir manusia.
Dalam kitab Brhad Aranyaka Upanisad disebutkan Brahman itu bersifat Neti-neti artinya
bukan kasar, bukan pendek, dan sejenisnya. Dari pernyataan ini dikemukakan bahwa
Brahman bukanlah suatu substansi dan bukan tidak memiliki sifat-sifat.

Pada Zaman Upanisad keberadaan atman disebutkan meliputi segala sesuatu yang
ada ini. Atman yang ada didalam tubuh manusia dilapisi oleh lapisan zat yang disebut
Panca Maya Kosa. Adapun unsur-unsur tersebut :

a. Aanamaya Kosa : lapisan badan jasmani yang berasal dari makanan.


b. Pranamaya Kosa : lapisan badan yang berasal dari prana atau energi.
c. Manomaya Kosa : lapisan yang berasal dari alam rasa dan pikiran
d. Wijnamaya Kosa : lapisan yang berasal dari alam kesadaran.
e. Anandamaya Kosa : lapisan badan yang berasal dari kesadaran yang
membahagiakan.
Dalam upanisad selanjutnya dinyatakan bahwa atman itu sesungguhnya adalah
Brahman yang dibatasi oleh sarana tambahan, berupa tubuh. Mengenai ajaran Karma
pada Zaman upanisad dinyatakan sebagi suatu perbuatan yang selalu diikuti oleh pahala
atau akibatnya. Sesungguhnya ajaran karma berakar pada ajaran Rta yang ada pada
Zaman Weda. Ajaran tentang kelahiran kembali atau punarbhawa pada zaman Brahmana
dipandang sebagai karunia dari Tuhan Yang Maha Esa. Semua permasalahan dan
persoalan dalam zaman Upanisad dijelaskan karena ada karma sebagai suatu mata rantai
kehidupan yang amat panjang. Tujuan hidup tertinggi umah Hindu adalah dapat
mencapai moksa atau kelepasan yakni bersatunya atman dengan Brahman.

Secara tradisi dalam kitab Muktika Upanisad disebutkan jumlah kitab Upanisad
itu ada seratus delapan (108) buah buku. Dari 108 buah buku dapat dikelompokan
menurutweda sruti, sebagai berikut :

a. Upanisad yang tergolong kelompok Rg.Weda, berjumlah 10 buah buku terdiri


dari, Aitarya, Kausitaki, Nada-Bindu, Nirwana, Atmaprabodha, Mudgala,
Aksamalika, Tripura, Sambhagya, dan Bahwrca Upanisad.
b. Upanisad yang tergolong kelompok Samaweda, berjumlah 16 buah buku yang
terdiri dari ; Kena, Chandyoga, Aruni, Maitrayani, Maitreyi, Wajrasucika,
Yogacudamani, Mahat, Sanyasa, Awyakta, Kandika, Sawitri, Rudaksha-jabala,
Darsana dan Jabali Upanisad.
c. Upanisad yang tergolong kelompok Yajurweda, terdiri dari dua bagian besar,
yaitu :
1) Upanisad yang tergolong dalam kelompok Yajurweda Hitam, berjumlah 32
buah buku antara lain; Kathawali, Taittiriyaka, Brahma, Kaiwalya,
Swetaswatara, Gharba, Narayana, Amrtabhindu, Asartanada, Katagnirudra,
Kansikasi, Sarwasara, Sukharahasya, Tejobhindu, Dhyanabhindu,
Brahmawidya, Yogatattwa, Daksinamurti, Skanda, Sariraka, Yogasikha,
Ekaksara, Aksi, Awadhuta, Katha, Rudrahrdaya, Yogakundalini,

14
Pancabrahma, Paramagnihotra, Waraha, Kalisandarana dan Saraswatirahasya
Upanisad.
2) Upanisad tergolong Yajurweda Putih, terdiri dari 19 buah buku yaitu;
Iswawasya, Brhadaranyaka, Jabala, Hamsa, Paraahamsa, Subaia, Mantraika,
Niralamba, Trishibrahmana, Mandalabrahma, Adwanyataraka, Pingalu-Biksu,
Turiyaka, Adhyatma, Tarasara, Yajnyawalkya, Satyayani, dan Muktita
Upanisad.
d. Upanisad yang tergolong kelompok Atharwaweda, terdiri dari 31 buah buku
Upanisad, antara lain; Prasna, Munduka, Mandukya, Atharwasira, Atharwasikha,
Brahadjabala, Narasimhatapini, Naradapariwrajaka, Sita, Mahanarayana,
Ramarasya, Ramatapini, Sandilya, Parahamsapari, Warajaka, Annapurna, Surya,
Atma, Pasupata, Parabrahmana, Tripuratapini, Dewi, Bhawana, Brahma,
Ganapati, Mahawakya, Gopalatapini, Kresna, Hayagriwa, Dattatreya, dan Garuda
Upanisad.

Diantara semua kitab Upanisad itu, menurut Maharsi Sankaracharya ada 11 kitab
Upanisad yang dipandang utama, yaitu; Isa, Kena, Katha, Prasna, Mudaka, Mandukya,
Taittriya, Aittareya, Candhogya, Brahadaranyaka, dan Swetaswatara Upanisad. Materi
pokok-pokok yang dibicarakan pada kitab-kitab Upanisad secara umum adalah mengenai
hakekat metafisika tanpa mengadakan penekanan pada aspek ritualnya. Demikian pula
mengenai tata kemasyarakatan yang menyangkut sistem warna hampir tidak dibicarakan.

Bukti Peninggalan Sejarah

Agama Hindu pernah berkembang di berbagai dunia,namun yang paling identik adalah di
India, namun selain di India agama Hindu juga berkembang di beberapa negara di dunia.
Beberapa bukti peninggalan sejarah dan kepercayaan masyarakat dunia dapat kita pergunakan
sebagai dasar untuk menyatakan dan mempelajari bahwa agama Hindu pernah berkembang di
negara negara di dunia.Berikut ini adalah beberapa negara negara yang pernah berkembangnya
agama Hindu yaitu:

1. Mesir (Afrika).
   Sebuah prasasti dalam bentuk inskripsi yang berhasil digali di Mesir berangka tahun
1280 SM, isinya memuat tentang perjanjian antara raja Ramses 2 dengan bangsa Hittite.
Maitravaruna sebagai dewa kembar dalam Weda telah dinyatakan sebagai saksi.
Maitravaruna adalah sebutan tuhan yang maha esa dalam konsep ketuhanan agama hindu.
Raja raja Mesir di zaman purbakala mempergunakan nama nama seperti: Ramesee 1,
Rameses 2, Rameses 3 dan seterusnya.Kata Ramases mengingatkan kepada rama yang
terdapat dalam kitab Ramayana.
2. Madagaskar
merupakan sebuah pulau yang terletak agak jauh dari pantai timur afrika selatan.
Dinyatakan kebanyakan nama nama tempat yang ada disana mempergunakan kata yang
memiliki hubungan dengan sebutan Rama.
3. Australia
Penduduk negeri Kangguru ini memiliki jenis tarian tradisional yang disebut dengan
“Siwa Dance” atau “Tari Siwa”. Siwa Dance adalah semacam tarian yang umum berlaku
diantara penduduk asli Australia. Hasil penelitiannya menjelaskan bahwa para penari
‘’siwa dance’’ menghiasi dahinya dengan hiasan mata yang ketiga. Hal ini merupakan
suatu bukti yang dapat dijadikan sumber memberikan informasi kepada kita bahwa

15
penduduk asli negeri kanguru ‘’australia’’ ini telah mengenal atau mendengar dongeng-
dongeng weda dan nama-nama dewa dalam kitab suci weda.
4. Afrika Utara.
Mengenai istilah gurun Sahara, para ahli geologi mengemukakan suatu teori yang
menyatakan bahwa gurun itu adalah sebuah samudera yang mengering. Samudera dalam
bahasa sansekerta disebut Segara. Ada kemungkinan bahwa kata Sahara yang ada
sekarang merupakan salah ucapan dari kata Segara. Dikatakan juga bahwa ketika Sahara
masih ada di bawah air masyarakat yang hidup di sekelilingnya kebanyakan diantara
mereka mempergunakan nama nama yang ada hubungannya dengan bahasa sansekerta.
Beberapa diantara mereka mempunyai hubungan keluarga dengan negeri Kosala.
5. Mexico
Masyarakat negeri ini dikatakan telah terbiasa melaksanakan sebuah hari raya pesta ria
yang disebut dengan hari Rama Sita. Waktu hari pesta ria ini memiliki hubungan erat
dengan waktu suci Dussara dalam agama hindu" India". Penduduk zaman purbakala yang
ada di daerah daerah Meksiko adalah orang orang astika yaitu orang orang yang percaya
akan adanya Weda. Penemuan patung Ganesha di Meksiko dihubungkan dengan arca
Ganesha sebagai putra dewa Siwa dalam ajaran agama hindu. Masyarakat Astika adalah
suku bangsa Aztec yang kebanyakan diantara mereka memiliki kepercayaan memuja
dewa Siwa.
6.  Peru.
   Disebelah barat daya Amerika latin terdapat negeri yang disebut dengan Peru.
Penduduknya melakukan pemujaan terhadap dewa matahari. Hari raya tahunan
Masyarakat ini jatuh pada pada hari hari solitis. Masyarakat negeri Peru dikenal dengan
bangsa Inca, kata Inca berasal dari kata Ina yang berarti matahari. Pada tanggal 22
Desember Matahari berada di titik bumi bagian selatan (Daksinayana). Dimana waktu ini
dipandang baik untuk melaksanakan upacara yang berhubungan dengan bhuta Yadnya.
Pemujaan terhadap dewa matahari "Surya Raditya" terbiasa dilakukan oleh umat Hindu
Bali, sebagaimana juga bangsa Inca dilaksanakan oleh bangsa Inca sebagai penduduk
negeri Peru.
7. Kota California.
   California adalah sebuah kota yang terdapat di Amerika. Nama kota ini diperkirakan
memiliki hubungan dengan kata Kapila Aranya. Di kota California terdapat cagar alam
yang bernama Gunung abu "sah mountain park" dan sebuah pulau kuda "Horse Island" di
Alaska Amerika Utara. Kata Pata Loka memiliki arti negeri dibalik India yaitu benua
Amerika. Kata California memiliki kedekatan dengan kata Kapila Aranya. Kondisi ini
memungkinkan sekali karena secara nyata dapat kita ketahui bahwa di Amerika terdapat
cagar alam yang bernama Gunung abu yang kemungkinan berasal dari abunya putra putra
Raja Sagara yang berjumlah enam puluh ribu dan nama pulau kuda diambil dari nama
kuda untuk persembahan raja Sagara.
8. Filipina
Bukti-bukti pengaruh Hindu di Filipina, yaitu dengan ditemukannya prasastitembaga
laguna atau disebut juga keping tembaga laguna. Prasasti tembaga laguna adalah
16
dokumen tertulis pertama ditemukan dalam bahasa filipina. Piring itu ditemukan pada
tahun 1989 oleh E. Alfredo Evangelista di laguna de Bay, di Metroplex, Manila, filipina.
Prasasti tersebut bertuliskan tahun 822 saka. Dalam prasasti tersebut terdapat banyak kata
dari bahasa sanskerta, jawa kuno, Malaya Kuno, dan Bahasa Tagalog Kun.
9. Agama Hindu di Indonesia

Indonesia memiliki banyak sekali penemuan yang ditemukan di berbagai


peninggalan sejarah yang bercorak Hindu. Agama Hindu disebut sebut sebagai agama
yang tertua dalam sejarah peradaban manusia. Agama Hindu pertama kali tumbuh dan
berkembang dengan subur di negara India. Ajaran agama hindu masuk ke Indonesia sejak
permulaan Masehi. Agama Hindu dikenal oleh penduduk Indonesia melalui hubungan
dagang dengan India. Kitab suci agama Hindu adalah Weda. Ajaran agama hindu
merupakan ajaran yang memuja banyak dewa. Dewa dewa dianggap menempati posisi
paling tinggi yaitu: Dewa Brahma, Dewa Wisnu dan Dewa Siwa.

Jika dilihat dari peninggalan sejarah yang menyatakan bahwa: Maha Rsi Agastya
menyebarkan agama Hindu dari India ke Indonesia melalui sungai Gangga, Yamuna,
India selatan dan India belakang. Untuk Mengingat jasanya yang besar maka namanya
namanya disucikan dalam prasasti yang bernama prasasti dinoyo. Peninggalan agama
hindu di Indonesia itu sangatlah banyak , mulai dari prasasti, karya sastra, Arca-arca,
Candi Candi dan masih banyak lagi. Peninggalan tersebut banyak ditemukan di beberapa
daerah di pulau jawa dan beberapa di luar pulau Jawa seperti halnya :

a. Jawa Barat
Kerajaan Tarumanegara

Agama Hindu berkembang di Jawa Barat mulai abad ke-5 masehi dengan
berdirinya kerajaan Tarumanegara yang bercorak Hindu-Wisnu. Kerajaan ini
memiliki peninggalan yaitu 7 buah prasati, yakni prasasti Ciaruteun, Kebonkopi,
Jambu, Pasir Awi, Muara Cianten, Tugu dan Lebak. Semua prasasti tersebut
berbahasa Sansekerta dan memakai huruf Pallawa. Pada prasasti tersebut
ditemukan keterangan bahwa “Raja Purnawarman dari kerajaan Tarumanegara
menganut agama Hindu”. Bukti lain yang ditemukan di Jawa Barat adalah adanya
perunggu di Cebuya yang menggunakan atribut Dewa Siwa dan diperkirakan
dibuat pada masa kerajaan Tarumanegara.

Kerajaan Kendan-Galuh 

Kerajaan Kendan berdiri di Tataran Sunda pada abad ke-6 sampai abad
ke-7 masehi kemudian diteruskan oleh Kerajaan Galuh yang terletak di antara
sungai citarum di sebelah barat dan Sungai Ci Serayu dan Cipali di sebelah timur.
Agama yang dianut oleh para Bangsawan kala itu adalah Hindu-Wisnu,
sedangkan rakyatnya mayoritas menganut animisme dan dinamisme. 

Kerajaan Sunda-Pakuan Pajajaran 

Pakuan Pajajaran merupakan ibu kota kerajaan Sunda yang berdiri pada
tahun 1030-1579 masehi di wilayah Jawa Barat. Menurut sejarah, Kerajaan ini
merupakan penyatuan dari kerajaan Sunda dan kerajaan Galuh yang merupakan
perpecahan dari kerajaan Tarumanegara dan bercorak Hindu-Budha h.

b. Kalimantan Timur
Kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai (Kutai Martadipura) adalah kerajaan bercorak hindu yang


terletak di muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu Sungai Mahakam.

17
Kerajaan Kutai berdiri sekitar abad ke-4. Wilayah Kerajaan Kutai mencakup
wilayah yang cukup luas, yaitu hampir menguasai seluruh wilayah Kalimantan
Timur. 

Sumber yang mengatakan bahwa di Kalimantan telah berdiri dan


berkembang Kerajaan Kutai yang bercorak Hindu adalah beberapa penemuan
peninggalan berupa tulisan (prasasti). Tulisan itu ada pada tujuh tiang batu yang
disebut yupa. Yupa tersebut adalah tugu batu yang berfungsi sebagai tiang untuk
menambat hewan yang akan dikorbankan. Dari salah satu yupa tersebut diketahui
Raja Mulawarman yang memerintah Kerajaan Kutai pada saat itu. Nama
Mulawarman dicatat dalam yupa karena kedermawanannya menyedekahkan
20.000 ekor sapi pada Kaum Brahmana.

Kerajaan Kutai runtuh saat raja Kerajaan Kutai terakhir yang bernama
Maharaja Dharma Setia tewas di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji
Pangeran Anum Panji Mendapa. Kerajaan Kutai Kartanegara selanjutnya menjadi
Kerajaan Islam yang bernama Kesultanan Kutai Kartanegara.

c. Jawa Timur 
Perkembangan agama Hindu di jawa Timur dibuktikan dengan
ditemukannya banyak peninggalan-peninggalan berupa prasasti, candi dan
berdirinya kerajaan-kerajaan bercorak Hindu. diantaranya:

1) Pada tahun 929-947 muncul Empu Sendok dari dinasti Isana Wamsa
sebagai pemuja Dewa Siwa lalu digantikan oleh Dharma Wangsa.
Selanjutnya muncul Airlangga (yang memerintah kerajaan Sumedang
pada tahun 1019-1042) yang juga penganut Hindu yang setia.
2) Pada tahun 1042-1222 muncul kerajaan Kediri sebagai pengembang
agama Hindu. Pada masa ini banyak muncul karya sastra Hindu, seperti
Kitab Smaradahana, Bharathayuda, Lubdhaka, Wrtasancaya dan Kitab
Kresnayana. 
3) Pada tahun 1222-1292 muncul kerajaan Singosari. Pada zaman ini
didirikan Candi Kidal, Candi Jago dan Candi Singosari. 
4) Berdirinya kerajaan Medang Kemulan pada abad ke-10 yang merupakan
kelanjutan dari kerajaan Mataram yang didirikan oleh Empu Sebdok dari
Dinasti Isana Wamsa. 
5) Berdirinya kerajaan Majapahit yang menganut agama Hindu Siwa dan
Budha. Disebutkan bahwa pada masa Hayam Wuruk masyarakat hidup
dengan rukun, aman dan tentram dan kerajaan Majapahit menjalin
hubungan baik dan bersahabat dengan negara-negara tetangga. 

d. Jawa Tengah
Kerajaan Mataram

Perkembangan Agama Hindu di Jawa Tengah dibuktikan dengan


berdirinya kerajaan Mataram pada abad ke-7 yang bercorak Hindu-Budha.
Adapun bukti-bukti peninggalan kerajaan Mataram yang membuktikan pesatnya
perkembangan agama Hindu di Jawa Tengah antara lain:

1) Prasasti Tukmas 
Prasasti Tukmas ditemukan di lereng gunung Merbabu. prasasti ini
bertuliskan bahasa Sansekerta dan menggunakan huruf Pallawa. Pada
prasasti inilah dituliskan atribut Dewa Tri Murti, yaitu Trisula, Kendi,
Cakra, Kapak dan Bunga Teratai Mekar, diperkirakan berasal dari tahun
650 masehi. 

2) Prasasti Canggal
Prasasti Canggal dikeluarkan oleh Raja Sanjaya pada tahun 654
Caka (576 Masehi). Prasasti ini menggunakan bahasa Sansekerta dan

18
huruf Pallawa dengan Candra Sengkala berbunyi:”Sruti indriya rasa”,
isinya memuat tentang pemujaan terhadap dewa Tri Murti.

3) Candi
Pada abad ke-8 masehi ditemukan kelompok Candi Arjuna dan
Candi Srikandi di dataran tinggi Dieng dekat Wonosobo. Lalu pada tahun
856 masehi didirikan Candi Prambanan yang dihiasi dengan Arca Tri
Murti. 

e. Bali
Kedatangan agama Hindu di Bali diperkirakan pada abad ke-8. Hal ini
dibuktikan dengan adanya prasasti-prasasti, Arca Siwa, yang bertipe sama dengan
Arca Siwa di Dieng Jawa Timur, yang berasal dari abad ke-8. Menurut uraian
lontar-lontar di Bali, bahwa Empu Kuturan sebagai pembaharu agama Hindu di
Bali membawa pengaruh yang besar. Adanya sekte-sekte yang hidup pada zaman
sebelumnya dapat disatukan dengan pemujaan melalui Khayangan Tiga. Mulai
abad inilah dimasyarakatkan adanya pemujaan Tri Murti di Pura Khayangan Tiga.
Kehidupan Agama Hindu di Bali mencapai puncak keemasannya saat datangnya
Dhangyang Nirartha (Dwijendra) ke Bali pada abad ke-16. 

Setelah runtuhnya masa-masa kerajaan di Bali, perkembangan Agama


Hindu di Bali sempat mengalami kemunduran. Namun mulai tahun 1921 usaha
pembinaan mulai diadakan hingga tebentuknya majelis keagamaan bernama
Parisada Hindu Dharma Indonesia.

19
BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Menurut pandangan Hindu,manu adalah manusia yang paling pertama diciptakan oleh
Brahman/Ida Sang Hyang Widhi Wasa pada masa srsti atau penciptaan.Pada zaman pra-
sejarah sudah adanya kehidupan manusia di bumi,di prediksi sekitar kurang lebih 200 juta
tahun yang lalu.Manusia purba pada zaman pra-sejarah dapat di kelompokan menjadi :

1. Meganthropus palaeojavanicus : manusia yang paling purba


2. Homo erectus : manusia yang sudah berjalan tegak
3. Homo sapiens : manusia purba yang sudah mirip manusia sekarang
Untuk pertama kalinya agama Hindu mulai berkembang di lembah sungai Shindu di India.Di
lembah sungai ini para Rsi menerima wahyu dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan di
abadikan kedalam bentuk kitab suci weda.Agama Hindu diperkirakan muncul antara tahun
3102 SM sampai 1300 SM dan merupakan agama tertua di dunia yang masih bertahan hingga
kini.Dalam proses perkembangan agama Hindu diyakini terdapat 3 zaman yaitu zaman
weda,zaman brahmana,dan zaman upanisad.Proses perkembangan agama Hindu sangat pesat
di seluruh dunia,mulai dari di Mesir,Madagaskar,Afrika
utara,Meksiko,Peru,California,Australia,India,serta Indonesia.Dalam agama Hindu terdapat
beberapa media untuk memusatkan pikiran kepada tuhan,agama Hindu meyakini perwujudan
tuhan dalam bentuk arca,candi,dan lain sebagainya.

3.2. SARAN
Proses perkembangan agama Hindu di dunia terjadi dengan sangat pesat,namun pastinya
melalui proses yang panjang.Terkait hal tersebut mari sama-sama kita sebagai generasi
penerus bangsa untuk menjaga peninggalan-peninggalan agama hindu dan menjaga
kelestarian agama agar tetap ajeg dan lestari.

20
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2020. Perkembangan agama Hindu di negara negara di dunia. https://hiburandantradisi.


blogspot.com/2020/03/perkembangan-agama-hindu-di-negara.html. Diakses pada
tanggal 11 september 2020.

Anonim. 2010.Perkembangan Agama Hindu di Luar India. http://goresan-


informasi.blogspot.com/2010/09/perkembangan-agama-hindu-di-luar-india_23.html.
diakses pada tanggal 11 september 2020

Dwaja, Ngurah dan Made Mudana. 2018. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

21

Anda mungkin juga menyukai