Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“MANUSIA PURBA DI INDONESIA”

Guru Pembimbing : Henny Hadiyuni , S.Pd

XI MIPA 1
DISUSUN OLEH KELOMPOK 5:
MAHFUDZA KHAIRINA
MA SHUNAH RAMADHANIAH
MAIMUNAH
MUHAMMAD FIRDAUS RAFYANOR
NADIA
NAJWATUN NISA

SMA NEGERI 1 GAMBUT


Tahun Pelajaran 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas Sejarah membuat makalah Pada kesempatan kali
ini kami menulis makalah dengan judul “Manusia Purba di Indonesia.”
Secara garis besar karya tulis ilmiah ini disusun secara ringkas dan sistematis agar
para pembaca lebih mudah memahami isi makalah ini. Isi makalah ini tersusun
atas pendahuluan, kajian pustaka, pembahasan, dan penutup serta lampiran yang
sudah ditulis secara singkat dan jelas.
Pengetahuan ini masih jauh dari lengkap dan sempurna untuk menjangkau
pengetahuan-pengetahuan yang semakin hari semakin banyak berkembang.
Menyadari kekurangan yang ada pada makalah yang kami tulis ini, dengan
kerendahan hati penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun agar makalah yang kami tulis akan datang lebih baik dan sempurna.
Kami sebagai penyusun berharap semoga makalah yang telah ditulis ini
bermanfaat bagi pembaca. Amiin.

Gambut, Februari 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................2
2.1 Pengertian Manusia Purba................................................... 2
2.2 Para Peneliti Manusia Purba di Indonesia........................... 2
2.3 Kondisi Alam dan Jenis Manusia Purba di Indonesia......... 5
2.4 Peta Temuan Manusia Purba............................................... 9

BAB III PENUTUP...........................................................................11


3.1 Kesimpulan.........................................................................11
3.2 Saran.................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penemuan-penemuan fosil di dunia banyak disumbang oleh Indonesia. Hal ini
dikarenakan Indonesia merupakan wilayah tropis dan mempunyai iklim yang
cocok dihuni manusia kala itu. Penemuan-penemuan fosil sangat berguna bagi
perkembangan sejarah sekarang ini. Baik dalam hal menjelaskan kehidupan
manusia kala itu. Hewan yang pernah hidup dan bagaimana evolusi manusia
hingga menjadi sekarang ini. Indonesia banyak menyumbang fosil manusia-
manusia purba, dari bagaimana menemukannya, ciri-ciri dari manusia purba, dan
pertama kali muncul hingga menjadi manusia sekarang ini.
Dilihat dari hasil penemuan di Indonesia maka dapat dipastikan Indonesia
mempunyai banyak sejarah peradaban manusia mulai saat manusia hidup. Dengan
begitu ilmu sejarah akan terus berkembang sejalan dengan fosil-fosil yang
ditemukan. Hal ini diketahui dari kedatangan para ahli dari Eropa pada abad ke-
19, dimana mereka tertarik untuk mengadakan penelitian tentang fosil manusia
purba di Indonesia. Itu sebabnya makalah ini dibuat untuk mengetahui lebih jelas
dan terperinci mengenai pengertian manusia purba yang ditemukan di Indonesia
dan homo sapiens serta kehidupannya pada masa itu.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
1.2.1 Apa yang dimaksud manusia purba?
1.2.2 Siapa sajakah para ahli yang meneliti keberadaan manusia purba di
Indonesia?
1.2.3 Bagaimana kondisi alam dan jenis manusia purba di Indonesia?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, makalah ini bertujuan sebagai berikut:
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian manusia purba.
1.3.2 Untuk mengetahui para ahli yang meneliti keberadaan manusia purba di
Indonesia.
1.3.3 Untuk mengetahui kondisi alam dan jenis-jenis manusia purba di
Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manusia Purba


Manusia purba diyakini sudah tinggal di bumi ini sekitar 4 juta tahun yang lalu.
Tetapi para ahli meyakini bahwa manusia ini sudah ada di bumi sejak 2 juta tahun
yang lalu. Manusia purba adalah manusia penghuni bumi pada zaman praaksara
atau prasejarah yaitu zaman ketika manusia belum mengenal tulisan. Secara fisik,
ciri-ciri manusia purba mempunyai kemiripan dengan manusia modern sekarang
(homo sapiens) namun hal kecerdasannya masih rendah (volume otak < 1200 cc)
dibandingkan manusia modern. Mereka biasanya hidup secara berkelompok dan
mengandalkan bahan makanan dari alam sekitar, baik berupa tumbuh-tumbuhan
maupun binatang, karena belum mengenal cara bercocok tanam Kehidupannya
pun mereka menggunakan alat-alat yang masih sangat sederhana pula. Alat-alat
yang mereka gunakan biasanya dari tulang-tulang binatang dan batu.
Para ahli dapat mendeskripsikan kehidupan manusia purba setelah menemukan
fosil atau artefak peninggalan manusia purba. Fosil adalah tulang-belulang
manusia maupun hewan dan tumbuhan yang telah membatu dalam waktu yang
sangat lama. Sedang Artefak adalah peralatan dan perlengkapan kehidupan
manusia untuk membantu memenuhi kehidupannya yang terbuat dari batu, tulang
kayu, dan logam. Dengan ditemukannya fosil dan artefak tersebut dapat disusun
dan dirangkai perkiraan kehidupan manusia pada zaman lampau. Fosil-fosil
manusia hampir ditemukan di seluruh permukaan bumi. Melalui fosil dan artefak
itu para ahli dapat meneliti manusia purba untuk mengetahui dan menentukan usia
dan keberadaannya.

2.2 Para Peneliti Manusia Purba di Indonesia


Fosil-fosil manusia purba banyak ditemukan di bumi Indonesia. Namun
penemuan itu belum dapat memastikan secara keseluruhan kehidupan dan
keberadaan manusia purba di wilayah Indonesia. Para ahli hanya dapat membuat
berbagai macam perkiraan atau penafsiran sebagian kecil kehidupan manusia
purba. Berikut ini yang pernah meneliti keberadaan manusia purba di Indonesia.
a. Eugene Duboise dan BD.Van Reitschotten

la mempunyai nama lengkap Marie Francois Thomas Dubois, lahir pada 28


Januari 1858. Eugene Dubois adalah seorang dokter yang berkebangsaan Belanda
yang pertama kali datang ke Indonesia. Kedatangannya ke Indonesia bertujuan
untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut tentang manusia purba di indonesia
setelah mendapat kiriman sebuah tengkorak manusia dari salah seorang teman
yang bernama BD. Van Reitchotten pada tahun 1889, BD. Van Reitchotten
menemukan tengkorak di daerah Wajak, pada saat in melakukan penggalian
marmer. Eugene Dubois berhasil menemukan fosil tengkorak pada tahun 1890 di
dekat Desa Trinil, Jawa Timur. Fosil itu diberi nama Pithecanthropus Erectus
(manusia kera yang berjalan tegak). Fosil tersebut diduga berusia kurang lebih
satu juta tahun. Penemuan ini ternyata telah menggemparkan dunia ilmu
pengetahuan di bidang paleontologi dan biologi.

b. Ter Haar, Oppenoorth, dan GRH. Von Koenigswald


Ketiga peneliti mengadakan penelitian di daerah Ngandong (Kabupaten
Blora). Mereka berhasil menemukan empat belas fosil manusia purba. Fosil-
fosil tersebut lebih dikenal dengan Homo Soloensis, karena ditemukan di
sepanjang aliran sungai Bengawan Sol. Sekitar tahun 1936-1941. Von
Koenigswald menemukan fosil rahang bawah yang berukuran sangat besar,
sehingga para ahli memberi nama Meganthropus Paleojavanicus (artinya
manusia besar yang berasal dari pulau Jawa) yang diduga sama dengan Homo
Mojokertensis.

c. Tjokrohandoyo dan Duifjes

Kedua tokoh ini berhasil menemukan dua fosil di Desa Perning dekat
Mojokerto dan Desa Sangiran di daerah Sragen-Surakarta. Penemuan itu
menjadi sangat penting karena diperkirakan berasal dari lapisan tanah yang
sangat tua (lebih kurang diperkirakan dua juta tahun yang lalu). Fosil yang
ditemukan tersebut diberi nama Homo Mojokertensis.

d. Prof. Dr. Teuku Jacob


Beliau lahir di Peuriak, Aceh Timur pada tanggal 6 Desember 1929. Setelah
Indonesia merdeka, penelitian itu dilakukan oleh Prof. Dr. Teuku Jacob, ia adalah
ilmuan yang terus memperjuangkan penemuannya bahwa fosil di Flores bukan
spesies baru, tetapi bagian dari salah satu subspesies Homo Sapiens dengan ras
Austromelanesid. Ia menolak anggapan para ahli Barat bahwa manusia purba di
kawasan Sangiran, Solo memiliki tradisi mengayau (memenggal kepala kemudian
memakan otak sesamanya). Prof. Dr. Teuku Jacob melakukan penelitian di Desa
Sangiran dan meluas sampai di sepanjang sungai Bengawan Solo. Penelitian ini
berhasil menemukan 13 fosil, dan fosil terakhir ditemukan pada tahun 1973 di
Desa Sambung Macan dan Sragen.

2.3 Kondisi Alam dan Jenis Manusia Purba di Indonesia


Konon pada zaman es, wilayah kita terbagi menjadi dua bagian. Wilayah barat
yang disebut Paparan Sunda menjadi satu dengan Asia Tenggara kontinental.
Paparan ini meliputi Jawa, Kalimantan, serta Sumatra dan menjadi satu dengan
daratan Asia Tenggara, sehingga merupakan wilayah yang luas. Wilayah timur
yang disebut Paparan Sahul menjadi satu dengan Benua Australia. Wilayah yang
terletak di antara Paparan Sunda dan Sahul itu meliputi Kepulauan Sulawesi Nusa
Tenggara, dan Maluku. Kawasan ini kelak, oleh Wallacea disebut penyaring bagi
fauna (bahkan manusia) di kedua daratan Karenanya, tipe fauna di kedua daratan
cenderung berbeda satu dengan yang lainnya. Dengan dukungan iklim serta suhu
yang baik, evolusi tumbuhan dan hewan (termasuk Primates) bisa berlangsung.
Pada masa itu, manusia hidup dalam kelompok-kelompok kecil di berbagai daerah
dengan mobilitas yang cukup tinggi. Jalur Indonesia-kontinen Asia bisa mereka
tempuh melalui rute darat, begitu pula dengan Indonesia-Australia. Peralatan batu
yang ditemukan di Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara serta di Filipina,
mungkin bisa digunakan untuk merunut kehidupan Pithecanthropus yang tinggal
di kawasan ini. Kemudahan komunikasi itu memungkinkan mereka untuk
mengadakan migrasi ke dalam dua arah yang berlawanan.
Perubahan mulai terjadi pada daratan dan kehidupan manusia, saat es mulai
mencair. Karena air laut menjadi lebih tinggi dan menutupi bagian-bagian rendah
dari kedua paparan, maka membentuk pulau-pulau baru yang saling terpisah.
Dampaknya adalah kelompok-kelompok manusia itu menjadi tercerai-berai dan
hidup di dalam pulau-pulau yang saling berlainan.
Fenomena alam itu tidak hanya sekali terjadi, sehingga memungkinkan faktor-
faktor evolusi seperti seleksi alam, arus gen, dan efek perintis untuk bekerja.
Hasilnya adalah populasi baru yang mungkin sekali berbeda dengan induknya.
Mungkin karena faktor hibridisasi yaitu pembauran gen atau perjodohan antara
dua golongan makhluk hidup. Mungkin pula karena pigminasi yaitu proses
pengerdilan individu sebagai akibat adanya seleksi alam dan terbatasnya bahan
makanan untuk populasi yang semakin bertambah. Proses inilah yang antara lain
mengakibatkan mengapa manusia purba yang ditemukan di kawasan Sangiran
berbeda dengan yang ditemukan di Flores pada tahun 2004.
Latar belakang sejarah di atas memunculkan kehidupan manusia di bumi
Indonesia. Berdasarkan penemuan para ahli dapat diketahui adanya beberapa jenis
manusia purba yang berhasil ditemukan di Indonesia, diantaranya:

a.Meganthropus Paleojavanicus
Meganthropus paleojavanicus berasal dari kata; Megan artinya besar, Anthropus
artinya manusia, Paleo berarti tua, Javanicus yang artinya dari Jawa. Jadi bisa
disimpulkan bahwa Meganthropus Paleojavanicus adalah manusia purba bertubuh
besar tertua di Jawa. Fosil manusia purba ini ditemukan di daerah Sangiran, Jawa
Tengah antara tahun 1936-1941 oleh seorang peneliti Belanda bernama Von
Koeningswald. Hasil temuan tersebut berupa rahang bawah dan atas. Pada tahun
1952, Marks juga menemukan fosil rahang bawah manusia Meganthropus yang
lain pada lapisan Kabuh (Pleistosen tengah) di Sangiran. Fosil yang ditemukan di
Sangiran ini diperkirakan telah berumur 1-2 Juta tahun. Ciri-cirinya sebagai
berikut:
1) Memiliki tulang pipi yang tebal.
2) Memiliki otot kunyah yang kuat.
3) Memiliki perawakan yang tegap.
4) Memiliki tonjolan kening yang menyolok.
5) Memiliki tonjolan belakang yang tajam.
6) Tidak memiliki dagu.
7) Memakan jenis tumbuh-tumbuhan.
8) Memiliki titik perlekatan otot leher yang besar dan kuat.
b. Pithecanthropus Mojokertensis/Pithecanthropus Robustus

Pithecanthropus Mojokertensis berarti manusia kera dari Mojokerto. Fosil


manusia purba ini ditemukan dan diteliti oleh Tjokrohandoyo yang bekerja di
bawah pimpinan ahli purbakala Duifjes pada tahun 1936 di daerah Kepuhlagen
sebelah utara Perning, Mojokerto. Temuan tersebut berupa fosil anak-anak berusia
sekitar 5 tahun. Pithecanthropus Mojokertensis diperkirakan hidup sekitar 2,5
sampai 2,25 juta tahun yang lalu
Jenis Phitecanthropus mempunyai ciri-ciri antara lain sebagai berikut:
1) Tegap, tetapi tidak seperti Meganthropus.
2) Tinggi badannya 165-180 cm.
3) Tidak memiliki dagu.
4) Tulang tahang dan geraham kuat serta bagian kening menonjol. 5) Volume otak
belum sempurna seperti jenis Homo, yaitu hanya berkisar 750-1.300 cc.
6) Tulang atap tengkorak tebal dan berbentuk lonjong.
7) Alat pengunyah dan otot tengkuk sudah mengecil.
c. Pithecanthropus Erectus

Pithecanthropus erectus ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1890 di


sekitar lembah sungai Bengawan Solo, Desa Trinil (Ngawi), Jawa Timur. Hasil
temuan fosil tersebut setelah diteliti dan direkonstruksi ternyata menunjukkan
bentuk kerangka manusia yang menyerupai kera, sehingga dinamakan
Pithecanthropus Erectus yang berarti manusia kera yang berjalan tegak. Mereka
hidup sekitar satu juta sampai satu setengah juta tahun yang lalu.
Berdasarkan penelitian pada temuan fosil yang ada, dapat disimpulkan bahwa
Pithecanthropus erectus memiliki ciri- ciri antara lain:
1) Berjalan tegak.
2) Berbadan tegap dengan alat pengunyah yang kuat.
3) Tinggi badan sekitar 160-170 cm dengan berat badan ±100 kg.
4) Makanannya masih kasar dengan sedikit pengolahan.
5) Volume otaknya berada diantara manusia dan kera.
d. Homo Wajakensis
Fosil manusia purba jenis Homo adalah jenis manusia purba yang mendekati ciri-
ciri manusia modern. Fosil ini ditemukan pada tahun 1889 oleh Eugene Dobois di
desa Wajak (Tulung Agung) Jawa Timur. Fosil yang ditemukan berupa tulang
tengkorak, rahang bawah, dan beberapa nuas tulang leher. Hidup antara 25.000-
40.000 tahun yang lalu. Adapun jenis Homo Wajakensis mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
1) Berbadan tegap.
2) Volume otak lebih besar daripada Pithecanthropus, yaitu berkisar 1.000-2.000
cc dengan rata-rata 1.350-1.450 cc.
3) Alat pengunyah, rahang, gigi dan otot tengkuk sudah mengecil. 4) Otak besar
dan kecil sudah berkembang terutama kulit dan otaknya.
5) Berjalan lebih tegak.
6) Tinggi badan 130-210 cm dengan berat badan 30-150 kg.
7) Muka tidak terlalu menonjol ke depan.
8) Tulang tengkorak mulai membulat.
9) Berkemampuan membuat alat-alat dari batu dan tulang meskipun masih sangat
sederhana.
e. Homo Soloensis

Homo Soloensis merupakan jenis fosil manusia praaksara yang ditemukan di


lembah sungai Bengawan Solo, oleh Ter Haar dan Ir. Oppenoorth pada tahun
1931-1934 di Desa Ngandong kabupaten Blora. Setelah diteliti oleh Von
Koenigswald, fosil tersebut diketahui bahwa ternyata manusia purba jenis Homo
Soloensis lebih tinggi tingkatannya daripada Pithecanthropus Erectus. Jenis
manusia purba tersebut dinamakan Homo Soloensis atau manusia purba dari Solo.
Fosil yang ditemukan berupa tengkorak dan juga tulang kering.
Homo Soloensis memiliki ciri- ciri sebagai berikut:
1) Otak kecilnya lebih kecil dari otak kecil Pithecanthropus Erectus.
2) Tengkoraknya lebih besar daripada Pithecanthropus Erectus.
3) Volume otaknya berkisar 1.000-1.300 cc.
4) Tonjolan kening agak terputus di tengah.
5) Berbadan tegap dan tingginya sekitar 180 cm.

e. Homo Sapiens
Homo sapiens artinya manusia cerdik berasal dari zaman Holosen (+40.000 tahun
yang lalu), telah mengalami pengecilan pada bagian kepala dan tubuh yang lain,
sehingga fisiknya sudah hampir sama dengan manusia zaman sekarang Jenis
Homo Sapiens yang sampai sekarang masih ada adalah ras Mongoloid, ras
Kaukasoid, dan ras Negroid. Ras Mongoloid memiliki ciri berkulit kuning dan
menyebar di Asia Tenggara. Ras Kaukasoid berkulit putih berhidung mancung
dan tubuhnya jangkung, hidupnya menyebar di Eropa dan Asia kecil (Timur
Tengah). Ras Negroid berkulit hitam, bibir tebal, berambut keriting, hidup
menyebar di Papua, Australia dan Afrika. Selain ketiga ras tersebut, terdapat dua
ras yang penyebarannya terbatas yaitu ras Austrome lanesoid dan ras Kaukasoid.
Ras Austromelane soid terdapat di Kepulauan Pasifik dan pulau-pulau di antara
Asia dan Australia, sedangkan ras Kaukasoid atau mungkin yang dimaksud adalah
ras Indian yang terdapat di Benua Amerika dan sekarang terdesak oleh orang kulit
putih.
Pada zaman Mesolitikum (zaman Batu Madya atau zaman mengumpulkan
makanan), Homo Sapiens di Indonesia sudah mengenal tempat tinggal yang tetap
dan bercocok tanam secara sederhana. Mereka yang tinggal di tepi pantai
membangun rumah-rumah panggung, sementara yang di pedalaman tinggal di
gua-gua.
2.4 Peta Temuan Manusia Purba

Wilayah Indonesia, terutama di daerah lembah sungai Bengawan Solo dan sungai
Brantas, merupakan daerah temuan fosil manusia purba yang pernah hidup di
Indonesia. Setelah ditemukannya fosil Pithecanthropus Erectus tersebut orang
mulai mengadakan penyelidikan di sekitar Trinial. Pada tahun 1931dan 1934 Dr.
G.H.R. Von Koenigswald di daerah Ngandong, masih di wilayah lembah
Bengawan Solo menemukan dua tulang paha dan sebelas tengkorak. Sebagian
dari tengkorak itu sudah rusak, tetapi ada beberapa yang masih baik dan bisa
digunakan untuk penelitian yang saksama. Penyelidikan yang dilakukan Dr.
G.H.R. Von Koenigswald dan Weidenriech menunjukkan bahwa makhluk ini
tingkatannya lebih tinggi daripada Pithecantropus Erectus, bahkan mungkin dapat
digolongkan kepada manusia (homo sapiens).
Pada tahun 1936 Dr. G.HR. Von Koenigswald menemukan fosil manusia purba
ketika mengadakan penelitian di lembah sungai Solo di dekat Mojokerto, la
menemukan kerangka manusia yang diperkirakan lebih tua daripada sisa-sisa
yang ditemukan oleh Dr. Eugene Dubois. Fosil manusia purba jenis tersebut
ditemukan di daerah Wajak, dekat Tulung Agung, Jawa Timur. Makhluk tersebut
di sebut Homo Mojokertensis. Para ahli menyebutnya Homo Wajakensis, artinya
manusia dari Wajak. Fosil manusia purba dari Mojokerto itu merupakan fosil
anak-anak. Menurut ahli purbakala Tn. Van der Hoop. Homo Mojokenensis hidup
kira-kira 600.000 tahun yang lalu, sedangkan makhluk Pithecantropus Erectus
300.000 tahun yang lalu.
Pada tahun 1939. Von Koenigswald menemukan fosil manusia purba di lembah
Bengawan Solo, desa Perning di dekat kota Mojokerto, Jawa Timur. Fosil ini
berupa tengkorak kanak-kanak yang tampak pada giginya yang diperkirakan
berusia 5 tahun. Jenis manusia purba ini disebut Pithecantropus Mojokertensis,
artinya manusia kera dari Mojokerto. Pada tahun yang sama Von Koenigswald
menemukan lagi fosil manusia purba di lembah sungai Bengawan Solo. Jenis
manusia purbanya disebut Pithecantropus Robusta, artinya manusia kera yang
kuat tubuhnya. Disebut demikian karena bentuk tubuhnya lebih besar dan kuat
daripada Pithecantropus Erectus.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
Manusia yang hidup pada zaman praaksara (prasejarah) disebut manusia purba.
Manusia purba adalah manusia penghuni bumi pada zaman prasejarah yaitu
zaman ketika manusia belum mengenal tulisan. Ditemukannya manusia purba
karena adanya fosil dan artefak. Ada beberapa jenis manusia purba yang
ditemukan di wilayah Indonesia Meganthropus Paleojavanicus yaitu manusia
purba bertubuh besar tertua di Jawa dan Pithecanthrophus adalah manusia kera
yang berjalan tegak.
Homo Sapiens adalah jenis manusia purba yang memiliki bentuk tubuh yang sama
dengan manusia sekarang Mereka telah memiliki sifat seperti manusia sekarang.
Kehidupan mereka sangat sederhana, dan hidupnya mengembara. Jenis kaum
Homo Sapiens yang ditemukan di Indonesia ada 2, yaitu Homo Soloensis yang
berarti manusia purba dari Solo dan Homo Wajakensis yang berarti manusia
purba dari Wajak.

3.2 Saran
Demikianlah makalah ini kami susun dengan baik. Semoga dapat bermanfaat bagi
teman-teman. Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan, maka kami
mengharapkan saran dan kritik yang senantiasa bersifat membangun demi
menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.plengdut.com/2023/02/Manusia-Purba-Indonesia-yang-
Hidup-pada-Masa-Praaksara.html
http://indonesiaindonesia.com/f/89905-manusia-purba-indonesia/
http://www.info-asik.com/2023/02/sejarah-manusia-purba.html
http://marhadinata.blogspot.com/2023/02/sejarah-manusia-purba-di-
indonesia.html
http://smpn1sdk91bubun2013.blogspot.com/2023/02/sejarah-
manusia-purba.html
http://vessicahistory.blogspot.com/2023/02/sejarah-manusia-purba-
di-indonesia.html
http://jagoips.wordpress.com/2023/02/12/kehidupan-manusia-pra-
aksara/

Anda mungkin juga menyukai