DI KEPULAUAN INDONESIA
DISUSUN
OLEH :
KELOMPOK 3:
ANDIEN PUTRI A.
MUNIS RAHAYU
NOVIATUS SYAFIA
NUR HIKMAH
KELAS : X
MA AL-FALAH
TAHUN PELAJARAN 2024/2025
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan dan hadirkan untuk Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat rahmat dan karuniaNyalah, Karya Ilmiah ini dapat terselesaikan
dengan baik, tepat pada waktuny. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Sejarah Indonesia , pada semester II, di
tahun ajaran 2024, dengan judul Asal Usul dan Persebaran Manusia di Kepulauan
Indonesia. Dengan membuat tugas ini kami diharapkan mampu untuk lebih
mengenal tentang Asal Usul dan Persebaran Manusia di Kepulauan Indonesia .
Kami sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran,
penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan karya
ilmiah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Penulis,
Bontang, 15 february 2024
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN BAB I
PEMBAHASAN BAB II
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
Indonesia adalah bangsa yang sangat besar, tetapi banyak masyarakat yang
tidak tahu akan nenek moyang bangsa Indonesia sendiri. Dengan semakin
berkembangnya zaman, semakin banyak masyarakat yang tidak perduli akan sejarah
nenek moyangnya sendiri . Hal ini mengakibatkan Sumber Daya Manusia di
Indonesia masih di ragukan . oleh sebab itu kita harus mengetahui tentang Asal Usul
dan Persebaran Manusia di Kepulauan Indonesia .
Manusia purba yang hidup pada zaman Praaksara sekarang sudah berubah
menjadi fosil. Fosil manusia yang ditemukan di Indonesia dalam perkembangan
terdiri dari beberapa jenis. Penemuan-penemuan fosil ini banyak disumbangkan oleh
Indonesia. Hal ini dikarenakan Indonesia merupakan wilayah tropis dan mempunyai
iklim yang cocok di huni manusia kala itu. Dilihat dari hasil penemuan di Indonesia
maka dapat dipastikan Indonesia mempunyai banyak sejarah peradapan manusia
mulai saat manusia hidup. Dengan begitu ilmu sejarah akan terus berkembang
sejalan dengan fosil-fosil yang ditemukan. Tidak hanya fosil-fosil tersebut tetapi juga
perkembangan terjadi ketika manusia purba telah mengenal kebudayaan serta
teknologi karena proses berfikir manusia yang juga berkembang untuk memenuhi
kebutuhannya sehingga menciptakan peralatan-peralatan yang terbuat dari
bebatuan yang merupakan hasil warisan nenek moyang kita. Hal ini diketahui dari
kedatangan para ahli dari Eropa pada abad ke – 19, dimana mereka tertarik untuk
mengadakan penelitian tentang fosil manusia di Indonesia. Itu sebabnya karya
ilmiah ini dibuat untuk mengetahui lebih jelas dan terperinci mengenai asal usul
peralatan-peralatan manusia purba yang ditemukan di Indonesia serta kehidupannya
pada masa itu.
Identifikasi Masalah
B. Perumusan Masalah
Atas dasar penentuan latar belakang dan identiikasi masalah diatas, maka
kami dapat mengambil perumusan masalah sebagai berikut:
Rumusan Masalah
1) Mengapa manusia purba membuat peralatan dari bebatuan, kayu, dan
tulang?
2) Bagaimanakah contoh dan penjelasan tentang peralatan yang dibuat oleh
manusia purba dari batu dan dapat digunakan sebagai alat seba guna?
3) Bagaimanakah pengelompokan dan pesebaran alat-alat manusia purba pada
zaman batu?
Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka dapat kita ambil tujuan dari karya
ilmiah ini adalah :
PEMBAHASAN
a. Peralatan yang dibuat oleh manusia purba dari batu dan dapat
digunakan sebagai alat serba guna
Pada zaman ini, manusia hidup secara nomaden atau berpindah-randah dalam
kumpulan kecil untuk mencari makanan. Mereka memburu binatang, menangkap
ikan dan mengambil hasil hutan sebagai makanan. Mereka tidak bercocok tanam.
Mereka menggunakan batu, kayu dan tulang binatang untuk membuat peralatan
memburu. Alat-alat ini juga digunakan untuk mempertahankan diri daripada musuh.
Mereka membuat pakaian dari kulit binatang. Selain itu, mereka juga pandai
menggunakan api untuk memasak, memanaskan badan dan menakutkan binatang.
Peninggalan yang ditemukan antara lain berupa peralatan batu seperti flakes (alat
penyerpih berfungsi misalnya untuk mengupas, menguliti), chopper (kapak
genggam/alat penetak), selain itu terdapat pula peralatan dari tulang.
Kapak genggam banyak ditemukan di daerah Pacitan, biasa disebut Chopper (alat
penetak/pemotong). Dinamakan kapak genggam karena alat tersebut serupa
dengan kapak, tetapi tidak bertangkai dan cara menggunakannya dengan cara
menggenggam. Pembuatannya dengan cara memangkas salah satu sisi batu sampai
menajam dan sisi lainnya dibiarkan apa adanya sebagai tempat menggenggam.
Proses pembuatan kapak batu: 1. Memilih batu yang cocok dan mudah dibentuk 2.
Batu tersebut dipukulkan dengan menggunakan batu yang lebih keras 3.
Pembentukan dengan cara dihaluskan menggunakan kapak tulang, tangan juga
dilindungi dengan kulit.
Salah satu peninggalan zaman mesolitik berupa Abris sous rroche. Abris sous
roche adalah goa menyerupai ceruk batu karang yang digunakan manusia sebagai tempat
tinggal.[4] Penelitian mengenai kebudayaan Abris sous roche ini juga dilakukan oleh van
Stein Callenfels pada tahun 1928-1931 di Goa Lawu dekat Sampung, Ponorogo (Madiun).[5]
Alat-alat yang ditemukan lebih banyak terbuat dari tulang sehingga disebut sebagai
Sampung Bone Culture.[5] Di daerah Besuki (Jawa Timur), van Heekeren juga menemukan
kapak Sumatera dan kapak pendek. Abris sous roche juga ditemukan pada daerah Timor
dan Rote oleh Alfred Buhler yang menemukan flakes culture dari kalsedon bertangkai
dan hal ini diduga merupakan peninggalan bangsa Papua Melanesoide.[6]. Hasil
kebudayaan Abris sous roche juga ditemukan di Lamancong (Sulawesi Selatan) yang biasa
disebut kebudayaan Toala[4]. Kebudayaan Toala ditemukan pada suatu goa yang disebut
Goa Leang Pattae dan inti dari kebudayaan ini adalah flakes dan pebble[4]. Selain Toala,
para ahli juga menemukan kebudayaan Bacson-Hoabinh dan Bandung di Indonesia.
Bacson-Hoabinh diperkirakan merupakan pusat budaya prasejarah Indonesia dan terdiri dari
dua macam kebudayaan, yaitu kebudayaan pebble (alat-alat tulang yang datang dari jalan
barat) dan kebudayaan flakes (datang melalui jalan timur)[4]. Sementara itu, penelitian
kebudayaan Bandung dilakukan oleh van Koenigswald di daerah Padalarang, Bandung
Utara, Cicalengka, BanjarabSoreang, dan sebelah barat Cililin. Kebudayaan yang ditemukan
berupa flakes yang disebut microlith (batu kecil), pecahan tembikar, dan benda-benda
perunggu[4].
3. Zaman Neolitikum
Pada zaman ini juga sudah dinkenal tembikar dan menenun. manusia purba telah
mengenal 2 jenis peralatan yakni beliung persegi dan kapak lonjong.beliung persegi
menyebar di Indonesia bagian barat diperkirakan budaya ini disebarkan dari yunani
di Cina Selatan yang berimigrasi ke Laos dan selanjutnya ke Indonesia.Kapak
lonjong tersebar di Indonesia bagian timur yang didatangkan dari Jepang kemudian
menyebar ke Taiwan,Filipina,sulawesi utara,maluku,irian,dan kepulauan Melanesia
4. Zaman Megalitikum
Zaman Megalitikum atau zaman batu besar, karena pada zaman ini ditemukan
peralatan yang terbuat dari batu – batu besar yang serba megah (monumental)
yang biasanya merupakan bangunan suci.Pada zaman in,manusia sudah mengenal
kepercayaan animisme dan dinamisme.Animisme merupakan kepercayaan terhadap
roh nenek moyang yang mendiami benda – benda seperti pohon,batu,sungai
gunung dan senjata tajamSementara itu,Dinamisme adalah bentuk kepercayaan
bahwa segala sesuatu memiliki kekuatan atau tenaga gaib yang daoat
mempengaruhi terhadap keberhasilan atau kegagalan dalam kehidupan
manusia.Diperkirakan manusia pada zaman megalitikum ini mengenal kepercayaan
rohaniah,yaitu dengan cara memperlakukan orang yang meninggal dengan
diperlakukan secara baik sebagai bentuk penghormatan.Adanya kepercayaan
manusia terhadap kekuatan alam dan bentuk mahkluk halus dapat dilihat dari
penemuan bangunan kepercayaan primitif.Peninggalan yang bersifat rohaniah ini
ditemukan di Nias,Sumba,Flores,Sumatra selatan,Sulawesi Tenggara dan Kalimantan
dalam bentuk menhir,dolmen,sarkofagus,kuburan batu,punden berundak – undak
serta arca.Menhir adalah tugu batu sebagai tempat pemujaan,dolmen adalah meja
untuk menaruh sesaji,sarkofagus adalah bangunan berbentuk lesung yang serupa
peti mati,kuburan batu adalah lempeng batu yang disusun untuk mengubur
mayat,Punden berundak adalah bangunan bertingkat sebagai tempat pemujaan
sedangkan arca adalah perwujudan dari subjek pemujaan yang menyerupai manusia
atau hewan
3.1. KESIMPULAN
Secara keseluruhan dari karya ilmiah ini, maka kita sama-sama menyimpulkan nilai-nilai
yang dapat kita petik dari kehidupan masa lalu itu untuk kehidupan pada masa kini dan
masa yang akan datang.
1. Untuk mempelajari sejarah awal manusia ahli sejarah bergantung pada disiplin
arkeologi, geologi dan biologi dan cabang-cabang ilmu lainnya. Masa pra-aksara
terbentang dari penemuan manusia pertama di planet bumi ini hingga ditemukannya
tulisan. Cerita sejarahnya mulai sejak sekitar 500.000 atau barangkali sekitar
250.000 tahun lalu.
2. Pengetahuan tentang kehidupan manusia pra-aksara menyediakan jawaban tentang
asal usul manusia dan kemanusiaan, serta keberadaan manusia di dunia dalam
mencapai impiannya dan rintangan-rintangan yang dihadapinya.
3. Semakin sadar kita tentangasal-usul dan evolusi yang dijalani nenek moyang di masa
lampau, hendaknya semakin ingat pula kita tentang tugas dan tanggungjawab
sebagai seorang peserta didik yang akan membangun bangsa ini.
4. Nenek moyang orang Indonesia di masa lampau telah menjalani sejarah yang amat
panjang dan berat dengan segala tantangan zaman yang dihadapi pada masanya
dari nomaden ke kehidupan menetap, dari mengumpulkan makanan dan berburu
menjadi penghasil bahan mankan dari ketergantungan total pada alam dan teknologi
dalam bentuk manual kepada upaya menciptakan alat yang kian lama kian canggih.
5. Perubahan-perubahan itu tidak mengalir begitu saja, tetapi dimulai dari refleksi
berpikir dan gagasan hasil interaksi mereka dengan alam sekitar.
6. Pencapaian prestasi yang diraih manusia modern dewasa ini telah mengubah dunia
dengan cara yang mungkin tak terbayangkan oleh nenek moyang mereka di masa
silam. Baik itu yang tidak terbarui (antara lain minyak bumi, gas dan batubara)
maupun yang terbarui (air, kayu, hutan dan lain-lain). Seorang ahli ilmu hayat Tim
Flannery menyebut manusia homo sapiens zaman modern berbeda dengan nenek
moyang mereka, karena mereka tidak lain adalah “pemangsa masa depan”
7. Kekayaan sumber kearifan lokal zaman pra-aksara menyediakan inspirasi dan
sekaligus peringatan bagi generasi kita bagaimana hubungan harmoni antara
manusia danalam tidak perlu menimbulkan malapetaka bagi manusia lain.
3.2. SARAN
Demikianlah karya ilmiah ini saya susun dengan baik. Semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca. Penulis juga menyadari bahwa Karya Ilmiah tentang manusia purba di Indonesia
ini masih banyak kekurangannya. Namun, inilah usaha belajar kami untuk memahami dan
mengenal sejarah kehidupan manusia yang ada di Indonesia, yaitu manusia purba. maka
penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk menyempurnakan
karya ilmiah ini . terimaksih.
DAFTAR PUSTAKA
Mustafa Shodiq . 2006. Wawasan Sejarah 1 Indonesia dan Dunia. Solo : Tiga Serangkai
http://www.sejarawan.wordpress.com/2007/10/05/penduduk-indonesia-tertua-dan-persebaran-
bangsa-bangsa-dalam-zaman-prehistori/
Sejarah Indonesia/Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,--Edisi Revisi. Jakarta : Kementerian
Pedidikan dan Kebudayaan, 2014