Dosen:
Ardy Aprilian Anwar, S.Pd., M.Sn.
Oleh Kelompok:
Kelompok 4
Kelas:
DK-43-10
Anggota Kelompok:
Abdillah Syariaty – 1601194045
Daffa Digdhaya Tama – 1601194161
Silvi Octaviani – 1601190053
Venus Pulung Socawangi – 1601194204
Vina Azzahra – 1601194085
A. Zaman Prasejarah
Prasejarah adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada masa di mana
catatan sejarah yang tertulis belum tersedia. Zaman prasejarah dapat dikatakan
bermula pada saat terbentuknya alam semesta, namun umumnya digunakan untuk
mengacu kepada masa di mana terdapat kehidupan di muka Bumi dimana manusia
mulai hidup.
Batas antara zaman prasejarah dengan zaman sejarah adalah mulai adanya tulisan. Hal
ini menimbulkan suatu pengertian bahwa prasejarah adalah zaman sebelum
ditemukannya tulisan, sedangkan sejarah adalah zaman setelah adanya tulisan.
Berakhirnya zaman prasejarah atau dimulainya zaman sejarah untuk setiap bangsa di
dunia tidak sama tergantung dari peradaban bangsa tersebut.
Salah satu contoh yaitu bangsa Mesir sekitar tahun 4000 SM masyarakatnya sudah
mengenal tulisan, sehingga pada saat itu, bangsa Mesir sudah memasuki zaman
sejarah. Zaman prasejarah di Indonesia diperkirakan berakhir pada masa berdirinya
Kerajaan Kutai, sekitar abad ke-5; dibuktikan dengan adanya prasasti yang berbentuk
yupa yang ditemukan di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur baru memasuki era
sejarah.
Karena tidak terdapat peninggalan catatan tertulis dari zaman prasejarah, keterangan
mengenai zaman ini diperoleh melalui bidang-bidang seperti paleontologi, astronomi,
biologi, geologi, antropologi, arkeologi. Dalam artian bahwa bukti-bukti pra-sejarah
hanya didapat dari barang-barang dan tulang-tulang di daerah penggalian situs
sejarah.
Prasejarah mengacu pada periode dimana keberadaan manusia masih tercatat dalam
catatan sejarah. Prasejarah juga dapat merujuk kepada semua waktu sebelum
keberadaan manusia dan penemuan tulisan.
Konsep “prasejarah” pertama kali muncul pada saat Pencerahan dalam karya
penggunaan antik kata “primitif” untuk menggambarkan orang-orang yang tidak
memiliki catatan sebelum ditulis. Penggunaan pertama dari kata dalam bahasa Inggris
prasejarah, ada Quarterly Review Asing pada 1836.
Zaman pra aksara dibagi lagi menjadi dua yaitu zaman batu dan zaman logam.
Pada zaman batu terdiri dari 4 era yaitu paleolitikum, mesolitikum,neolitikum dan
megalitikum. Pada zaman batu ini sudah mulai ada hasil kebudayaan manusia yang
muncul. Kebanyakan barang atau alat yang dibuat pada masa ini masih teramat
tradisional, manusia zaman ini masih menggunakan batu dan alat lain yang terbuat
dari bahan yang ada di alam secara mentah.
Kemudian zaman logam memiliki dua era yaitu zaman perunggu dan zaman besi.
Pada zaman ini, manusia sudah mulai menggunakan teknologi. Mereka mulai
mengolah bahan bahan alam menjadi bahan lain yang lebih kuat dan modern untuk
dijadikan alat dan benda sehari-hari. Lalu apa sajakah hasil kebudayaan dari setiap
zamannya itu?
1. Zaman Batu
Zaman Batu terjadi sebelum logam dikenal dan alat-alat kebudayaan terutama
dibuat dari batu di samping kayu dan tulang. Zaman batu ini diperiodisasi lagi
menjadi 4 zaman, antara lain:
Pada zaman ini alat-alat terbuat dari batu yang masih kasar dan belum dihaluskan.
Contoh alat-alat tersebut adalah :
1. Kapak Genggam
Banyak ditemukan di daerah Pacitan. Alat inibiasanya disebut “Chopper” (alat
penetak/pemotong). Dinamakan kapak genggam, karena alat tersebut serupa
dengan kapak, tetspi tidak bertangkai dan cara menggunakan nya dengan
mengenggam.
Kapak genggam terkenal juga dengan sebutan kapak perimbas, ataudalam ilmu
prasejarah disebut dengan chopper artinya alat penetak.Pembuatan kapak
genggam dilakukan dengan cara memangkas salah satu sisi batu sampai
menajam dan sisi lainnya dibiarkan apa adanyasebagai tempat menggenggam.
2. Kapak Perimbas
Kapak perimbas berfungsi untuk merimbas kayu, memahat tulang dan juga
sebagai senjata. Alat ini ditemukan di kebudayaan pacitan dan manusia purba
yang menggunakanny adalah jenis pithecanthropus. Alat ini ditemukan di
gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), dan di Lahat (Sumatra
Selatan).
4. Flakes
Flakes yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu chalcedon dan digunakan
untuk mengupas makanan. Flakes termasuk hasil kebudayaan Ngandong.
Kegunaan lain dari flakes ini adalah untuk berburu, menangkap ikan,
mengumpulkan ubi dan bauh-buahan.
Pada zaman ini juga, sudah mulai mengenal kesenian seperti music dan beberapa
peninggalan karya seni. Di zaman ini ditemukan peninggalan berupa lukisan lukisan
di dalam gua.
Ada beberapa kebudayaan peninggalan zaman mesolitikum, yaitu :
1. Abis sous roch
Seorang peneliti asal Belanda yang bernama Van Steil Callenfels melakukan
penelitian di daerah Ponorongo tepatnya berada di Goa Lawu. Pada penelitian
itu ditemukan banyak peralatan yang terbuat dari tulang. Jadi dapat disimpulkan
bahwa mulai zaman ini manusia nya sudah mulai tinggal menetap di gua.
Abis sous roche bisa dibilang sebagai goa yang jadi tempat tinggal para manusia
purba zaman mesolitikum pada saat itu. Fungsi dari goa ini tentu sebagai rumah
atau tempat berlindung dari cuaca dan binatang buas.
3. Toala
Kebudayaan satu ini melibatkan jasad manusia. Kebudyaan ini dilakukan
dengan cara mengubur manusia yang sudah meninggal di dalam goa, jika tulang
nya sudah mengering maka akan diambil keluarga untuk kenangan. Nama Toala
ini diambil dari suatu suku yang ada di Sulawesi Selatan.
4. Batu Pipisan
Pipisan jika dilihat terlihat seperti ulekan atau alat untuk menghaluskan
makanan. Dan fungsi Batu Pipisan ini juga sama seperti gungsi ulekan sekarang.
Batu Pipisan ini terdiri dari dua bagian yaitu tempat untuk menampung hasil,
mencampur juga menghaluskan biji-bijian. Yang kedua adalah alat yang
digunakan pada tangan untuk alat menghancurkan.
5. Hachecourt
Kapak Pendek atau disebut juga Hachecourt adalah peninggalan lain dari
zaman mesolitikum. Kapak yang satu ini bentuknya lebih pendek kira-kira
setengah dari kapak genggam. Kapak ini berbentuk setengah lingkaran, ada
bagian yang runcing dan tajam pada lengkungannya. Kapak ini digunakan untuk
memotong buah, menggali tanah untuk mengambil makanan. Kapak ini sering
ditemukan di daerah pesisir Sumatera dan terdapat di tumpukan
Kjokkenmoddinger.
6. Pebble
7. Pebble
2. Kapak Persegi
Nama Kapak Persegi diberikan oleh Van Heine Heroes karena penampang persegi
Panjang atau trapezium. Fungsinya adalah sebagai alat pahat, dan yang bentuknya besar
digunakan sebagai cangkul.
Patung atau Arca ini dibuat dalam bentuk binatang atau manusia yuang
melambangkan leluhur dan digunakan sebagai pujaan. Patung ini dapat
ditemukan di daerah Pasemah di Sumatera Selatan dan di lembah Bada Lahat
Sulawesi Selatan.
2. Menhir
Menhir adalah batu besar tunggal dalam bentuk pilar atau monument yang
berfungsi sebagai peringatan bagi arwah leluhur. Menhir di Indonesia bisa
ditemukan di Pasemah di Sumatera Selatan, Ngada di Flores, Rembang di Jawa
Tengah dan Lahat di Sumatera Selatan.
3. Punden Berundak
4. Sarkofagus
Sarkofagus juga sama seperti kuburan batu. Sarkofagus adalah tempat untuk
menyimnpan jenazah. Hanya saja yang membedakan kuburan batu dan
sarkofagus adalah Sarkofagus bentuknya lebih ke paliung atau lesung yang
dibuat dari batu dan di tutupi. Sarkofagus umumnya di temukan di daerah Bali
dan Bondowoso Jawa Timur.
5. Kuburan Batu
Kuburan batu ini berupa peti untuk tempat penyimpanan mayat yang berbahan
batu. Kuburan batu ini ditemukan di Bali. Juga ditemukan di tempat lainny
seperti Pasemah di Sumatera Selatan, Wonosari di Yogyakarta, Cepu di Jawa
Tengah dan Cirebon di Jawa Barat.
6. Dolmen
Dolmen atau meja batu berfungsi sebagai situs pengorbanan dan pemujaan
untuk leluhur. Peninggalan ini banyak ditemukan di daerah Basuki, Jawa Timur.
7. Waruga
Waruga adalah kuburan batu persegi Panjang atau bundar yang tebuat dari batu
besar. Waruga tersebar di Utara Sulawesi dan di Pusat Sulawesi.
2. Zaman Logam
Mengutip dari Guru Baru (2019) dalam artikelnya di rumusrumus.com, zaman
logam adalah masa ketika kehidupan orang lanjut dan orang akrab dengan teknik
pengerjaan logam. Mereka mampu membuat alat-alat logam dan menjadi sangat
terampil. Perkembangan ini tentu saja menunjukkan bahwa standar hidup telah
meningkat. Kehidupan sosial yang semakin kompleks tentu membutuhkan orang yang
berkualifikasi (undagi) di bidangnya masing-masing. Selain itu, produksi alat-alat
logam pada dasarnya sedikit lebih sederhana daripada produksi batu. Cukup
melelehkan logam, kemudian tempatkan cairan metalik ke dalam cetakan alat yang
akan dibuat.
2. Kapak Corong
Kapak Corong atau Kapak Sepatu merupakan alat kebesaran dan
upacara adat yang berbentuk seperti corong. Kapak Corong ditemukan di
Bali, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah.
3. Nekara
4. Moko
Moko merupakan sejenis nekara yang ukurannya lebih kecil yang
berfungsi sebagai benda pusaka seorang kepala suku, benda yang
diwariskan kepada anak laki-laki kepala suku dan juga mas kawin. Moko
lebih banyak ditemukan di Pulau Alor dan Manggarai ( Pulau Flores ).
5. Bejana Perunggu
Bejana Perunggu memiliki bentuk seperti periuk tetapi langsing dan
gepeng. Di Indonesia, bejana perunggu ditemukan di tepi Danau Kerinci
(Sumatera) dan Madura. Kedua bejana yang sudah ditemukan memiliki
hiasan yang serupa dan sangat indah berupa gambar – gambar geometri
dan pilin – pilin yang mirip huruf J.
6. Arca Perunggu
Arca perunggu ada yang berbentuk manusia, adapula yang
berbentuk binatang. Arca perunggu, umumnya, berbentuk kecil dan
terdapat cincin pada bagian atasnya. Dimana cincin tersebut digunakan
sebagai alat untuk menggantungkan arca itu karena itulah arca juga
digunakan sebagai liontin. Di Indonesia, arca perunggu ditemukan di
Bangkinang (Riau), Palembang (Sumsel) dan Limbangan (Bogor). Dari
semua peninggalan pada zaman perunggu, kapak coronglah yang paling
terkenal. Terdapat dua teknik pembuatan kapak corong yakni :
1. Teknik Bivalve
Teknik bivalve disebut sebagai teknik setangkup dimana untuk
membuat perunggu dilakukan dengan cara menangkupkan dua
bagian batu kemudian diisi cairan logam. Berikut langkah –
langkahnya :
a) Cetakan terdiri dari dua bagian dan umumnya terbuat
dari batu.
b) Cetakan diikat dan perunggu cair dituangkan ke dalam
rongga cetakan.
c) Tunggu hingga cetakan dingin dan membeku.
d) Kemudian, cetakan dilepas dan terbentuklah hasil
cetakannya.
b. Zaman Besi
Zaman besi merupakan zaman dimana manusia telah mampu membuat
peralatan dari besi yang lebih sempurna daripada tembaga ataupun perunggu.
Dengan cara, meleburkan besi dari bijihnya lalu menuangkan cairan besi
tersebut ke dalam cetakan.
Adapun hasil peninggalan dari zaman besi yang sudah ditemukan di
Indonesia antara lain mata kapak, mata sabit, mata pisau, mata pedang,
cangkul, dan sebagainya. Mata kapang digunakan untuk membelah kayu
sedangkan mata sabit digunakan untuk menyabit tumbuh – tumbuhan. Di
Indonesia, benda – benda tersebut telah ditemukan di Gunung Kidul
(Yogyakarta), Bogor, Besuki dan Punung (Jawa Timur).
Prasasti Yupa
b. Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegara didirikan sekitar 258 masehi dan terletak di
wilayah barat Pulau Jawa. Kerajaan Tarumanegara adalah kerajaan
hindu tertua di Jawa. Dalam catatan sejarah dan peninggalan artefak,
kerajaan ini adalah kerajaan hindu yang beraliran wisnu.
Masa kejayaan Kerajaan Tarumanegara terjadi pada masa
pemerintahan Raja Purnawarman. Kerajaan Tarumanegara kemudian
runtuh pada abad ke-7 karena serbuuan Kerajaan Sriwijaya sekitar
tahun 669 Masehi.
Sumber sejarah Tarumanegara yang utama adalah beberapa prasasti
yang ditemukan. Berkaitan dengan perkembangan Kerajaan
Tarumanegara, telah ditemukan 7 buah prasasti yang berhuruf Pallawa
dan berbahasa Sansakerta. Prasati-prasasti itu adalah:
1. Prasasti Tugu
Ditemukan di kampung Batu Tumbuh, Desa Tugu, dekat
Tanjung Priok, Jakarta.
2. Prasasti Ciareuteun
Prasasti ini ditemukan di Kampung Muara, Desa Ciareuteun
Hilir, Cibungbulang, Bogor.
5. Prasasti Jambu
Terletak di bukit pasir Koleangkak, Desa Parakan Muncang,
Nanggung, Bogor.
6. Prasasti Cidanghiang
Terletak di tepi Kali Cidanghiang, Desa Lebak, Munjuk,
Banten Selatan.
c. Kerajaan Kalingga
Kerajaan Kalingga didirikan pada 594 Masehi dan terletak di Jawa
Tengah. Kerajaan Kalingga menjadi Kerajaan bercorak Hindu-Budha
pertama di Kawasan pantai utara Pulau Jawa. Kalingga sempat
terpecah menjadi dua yakni Keling dan Medang. Kerajaan Kalingga
kemudian runtuh pada 782 Masehi.
Peninggalan Kerajaan Kalingga berupa:
1. Prasasti 6. Situs
Tuk Mas Puncak Sanga Likur
2. Prasasti 7. Arca Batara
Sojomerto Guru
3. Prasasti 8. Arca Wisnu
Rahtawun 9. Arca Togog
4. Candi 10. Arca
Angin Narada
5. Candi
Bubrah
d. Kerajaan Pajajaran
Kerajaan Pajajaran atau biasa disebut Kerajaan Sunda Galuh yang
didirikan pada 669 Masehi dan terletak di Bogor dan Ciamis Jawa
Barat. Kerajaan ini terbentuk sebagai pecahan Kerajaan Tarumanegara.
Peninggalan dari Kerajaan Pajajaran adalah Prasasti Jayabupati,
Prasasti Cibadak, Prasasti Canggal dan Prasasti Calcutta.
f. Kerajaan Kediri
Kerajaan Kediribmerupakan kerajaan yang berasal dari pecahan
Kerajaan Kahuripan. Kerajaan ini didirikan pada 1045 Masehi dan
terletak di Kediri, Jawa Timur.
Pusat pemerintahannya berada di Daha atau sekarang menjadi
Kediri. Kerajaan Kediri runtuh pada tahun 1222 Masehi karena
pemberontakan Ken Arok.
Kerajaan Kediri memiliki banyak peninggalan prasastin NAmun,
Prasasti yang paling terkenal yang berasal dari masa Kerajaan Kediri
adalah Prasasti Bharatayuddha. Adapun peninggalan lain dari Kerajaan
Kediri yaitu Kakawin Smaradahana, Negarakertagama dan Pararaton.
Kitab Pararaton
g. Kerajaan Singosari
Kerajaan Singosari adalah Kerajaan yang didirikan pada 1222
Masehi dan terletak di Singasari, Malang, Jawa Timur. Berdasarkan
bukti prasasti, nama asli kerajaan ini adalah Kerajaan Tumapel dan
dibentuk oleh Ken Arok.
Masa Kejayaan Singosari ada pada masa pemerintahan
Kertanegara. Singosari kemudian runtuh pada 1292 karena serangan
Jayakatwang dari Gelanggelang.
Peninggalan Kerajaan Singosari adalah Candi Singosari, Prasasti
Kudadu, Kitab Pararaton, Kitab Negarakertagama.
Kitab Negarakertagama
h. Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit didirikan pada 1292 Masehi di Mojokerto Jawa
Timur. Majapahit adalah kerajaan terbesar di Indonesia. Kerajaan ini
mampu menguasai sebagian besar wilayah nusantara hingga ke luar
negeri.
Kejayaan kerajaan ini ada pada masa pemerintahan Hayam Wuruk
yang berkuasa dali 1350 hingga 1389. Kejayaan Majapahit dibantu
oleh patihnya yaitu Gajah Mada. Kerajaan ini runtuh pada tahun 1527
karena invasi Kesultanan Demak sekaligus menandai bergantinya era
dari Kerajaan Hindu-Budha ke Kerajaan Islam.
Banyak peninggalan Majapahit yang ditemukan di Trowulan. Dan
banyak juga peninggalannya. Beberapa peninggalan Kerajaan
Majapahit adalah Candi Tikus, Prasasti Kedadu. Juga peninggalan
yang paling terkenal dari Kerajaan Majapahit adalah Kitabnya, yaitu
Kitab Negarakertagama karya Mpu Prapanca, Kitab Sutasoma karya
Mpu Tantular, Kitab Arjunawiwaha karya Mpu Tantular dan kitab
lainnya.
Kitab Sutasoma Kitab Arjunawiwaha
i. Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya didirikan sekitar abad ke 6 Masehi dan terletak
di Palembang Sumatera Selatan. Sriwijaya menjadi kerajaan bahari
yang memanfaatkan perdagangan maritime lewat jaliur perairan.
Kerajaan Sriwijaya runtuh sekitar tahun 1100 masehi karena banyak
peperangan.
Kerajaan Sriwijaya meninggalkan banyak peninggalan. Ada yang
berupa candi dan prasti. Beberapa peninggalan dari zaman Kerajaan
Sriwijaya adalah Candi Muara Takus dan Prasasti Telaga Batu.
Pengaruh Islam terhadap seni rupa Indonesia terjadi dari hasil perdagangan
yang dimulai sejak abad ke-11. Para pedagang dari Gujarat, India, adalah yang
diketahui yang paling berpengaruh besar dalam menyebarkan agama Islam di
Indonesia. Mereka membangun permukiman di sepanjang Pantai Timur
Sumatra dan Aceh. Selanjutnya pusat-pusat kebudayaan Islam dibangun
secara bertahap di Demak dan Jepara.
Pada masa Islam motif-motif hias geometri ini terus berkembang, sebagai
bentuk penerus tradisi seni hias zaman Hindu-Budha maupun sebagai hasil
pengembangannya. Hal tersebut tampak jelas pada ornamen batik yang
berkembang pesat pada masa Islam. Adanya ragam hias motif tumbuhan yang
sudah lama dikenal di Indonesia sangat mudah dipahami, karena lingkungan
alam Indonesia yang kaya dengan tumbuhan selalu menjadi sumber daya cipta
para seniman untuk berkarya. Sesuai dengan kosmologi bangsa Indonesia,
maka jenis tumbuhan yang hadir sebagai hiasan memiliki arti perlambangan.
Pada masa Hindu-Budha arti perlambangan ini disesuaikan dengan ikonografi
dalam kesenian Hindu dan Budha. Pada masa Islam nilai-nilai perlambangan
tersebut tetap dipelihara dan dikembangkan terus dalam menentukan desain
ornamental melalui pandangan yang baru.
Pahatan Makam
Batu nisan gaya Gujarat ditemukan di Samudera Pasai (Aceh Utara) dan
Gresik. Pahatan yang digunakan berbeda dengan pahatan yang biasa
ditemukan di nusantara sebelumnya. Sama seperti pola hias yang kembali
banyak menggunakan bentuk-bentuk alam. Terkadang kaligrafi Islam juga
digunakan.
Arsitektur gaya Islam Indonesia
Arsitektur masjid Indonesia berbeda dengan yang ditemukan di negara
Islam lainnya. Masjid lama dibangun dengan mengikuti prinsip dasar
bangunan kayu, dan disertai dengan pembangunan pendapa di bagian
depan. Akulturasi budaya nusantara dan islam tampak jelas disini.
Selain itu juga biasanya masjid di Indonesia memiliki atap tumpang yang
memberikan ventilasi, dan disangga oleh deretan tiang kayu. Masjid-
masjid tersebut terdapat di Cirebon, Banten, Demak, dan Kudus. Bagian
dalamnya dihiasi berbagai pola hias bentuk-bentuk alam seperti bunga,
dedaunan, pola geometris dan kaligrafi.
masjid wapaue, salah satu masjid
tertua di Indonesia
Kaligrafi
Kaligrafi nusantara sangat dipengaruhi oleh Islam, khususnya kaligrafi
Arab. Berbagai benda yang biasa digunakan untuk upacara adat di
Indonesia di masa ini juga sering dihiasi oleh kaligrafi. Berbagai senjata
seperti belati, tombak, dan pedang juga sering dihiasi kaligrafi. Istana juga
kini dihiasi oleh kaligrafi. Wayang juga sering dihiasi oleh kaligrafi untuk
menyamarkan bentuk manusianya. Arab gundul juga sempat menjadi
aksara yang cukup dominan digunakan sebagai tulisan sehari-hari
masyarakat nusantara.
Batik Islam
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, batik sebetulnya telah
ditemukan dari masa prasejarah. Namun pada Seni Rupa Madya inilah
perkembangannya mulai melaju pesat. Karena berkembang pada masa ini
pula, batik juga ikut dipengaruhi oleh budaya islam. Ragam hias ilmu ukur
yang sering dijumpai pada atik seperti tumpal, banji, meander, swastika
dan motif pilin mulai ditinggalkan. Digantikan oleh motif flora seperti
bunga, bentuk buah, dan dedaunan.
Disini Indonesia telah terbentuk sebagai koloni Belanda dan masih bernama
Hindia-Belanda. Perjalanan seni rupa modern Indonesia terbata-bata dibawah
penjajahan VOC. Meskipun begitu program kolonialisasi Belanda berhasil
mencetak setidaknya satu orang yang diketahui merintis seni rupa di negeri ini.
Periode itu kemudian menstimulus periode seni rupa modern lainnya. Periode-
periode seni rupa modern tersebut adalah sebagai berikut.
Masa ini merupakan kelanjutan dari periode perintis, setelah berakhirnya periode
perintis karena meninggalnya Raden Saleh. Nama besar yang muncul di periode
ini adalah Abdullah Surio Subroto dan diikuti oleh anak-anaknya, Sujono
Abdullah, Basuki Abdullah dan Trijoto Abdullah. Pelukis Indonesia lainnya juga
ikut bermunculan seperti Sunoyo, Suharyo, Pringadi, Henk Ngantung, Wakidi,
dll. Periode ini disebut dengan masa Indonesia Jelita karena Senimannya banyak
melukiskan tentang kemolekan atau keindahan alam Hindia-Belanda.
Periode PERSAGI
Kegiatan seni rupa pada masa ini di dominasi oleh kelompok Keimin Bunka
Shidoso. Kelompok ini membawa misi propaganda pembentukan kekaisaran Asia
Timur Raya yang di inisiasi oleh Jepang. Kelompok ini didirikan oleh tentara Dai
Nippon dan dibantu oleh seniman Indonesia seperti Agus Jayasuminta, Otto Jaya,
Subanto, Trubus, Henk Ngantung.
Namun masyarakat kita juga tidak berhenti berjuang sendiri, kelompok asli
Indonesia mendirikan PUTRA (Pusat Tenaga Rakyat), tokoh-tokoh yang
mendirikan kelompok ini adalah tokoh empat serangkai yaitu: Ir. Sukarno, Moh.
Hatta, KH. Dewantara dan KH. Mas Mansyur. Seniman yang khusus menangani
bidang seni lukis adalah S. Sudjojono dan Affandi. Pelukis yang ikut bergabung
dalam PUTRA diantaranya adalah: Hendra Gunawan, Sudarso, Barli, Wahdi, dll.
Di sekitar tahun 1974 muncul kelompok baru dalam seni lukis yang dipelopori
oleh Jim Supangkat, S. Prinka, Dee Eri Supria, dkk. Kelompok ini menampilkan
gaya baru dalam seni lukis Indonesia yang terpengaruh oleh keilmuan seni
modern barat. Kelompok ini berusaha untuk membebaskan diri dari batasan-
batasan seni rupa yang telah ada. Konsep kelompok ini adalah:
A. DEFINISI WAYANG
Wayang adalah bentuk teater rakyat yang sangat popular. Orang sering
menghubungkan kata “Wayang” dengan “Bayang”, karena dilihat dari pertunjukan
wayang kulit yang memakai layar, muncul bayangan-bayangandi balik layar. Di Jawa
Barat, selain wayang kulit, yang paling popular adalah wayang golek. Berkenaan
dengan wayang golek, ada dua macam di antaranya wayang golek papak (cepak) dan
wayang golek purwa yang ada di daerah Sunda. Kecuali wayang wong, dari semua
wayang itu dimainkan seorang dalang sebagai pemimpin pertunjukan yang sekaligus
menyanyikan suluk, menyuarakan antawacana, mengatur gamelan, mengatur lagu-
lagu dan lain-lain.
Wayang merupakan salah satu puncak seni budaya bangsa Indonesia yang paling
menonjol di antara banyak karya budaya lainnya. Budaya wayang sendiri meliputi
seni peran, seni suara, seni music, seni tutur, seni sasra, seni lukis, seni pahat.
Pengertian wayang sangat tergantung dari sudut pandang orang yang melihatnya.
Kata wayan g dapat diartikan secara luas, tetapi seringkali dibatasi dengan makna
boneka, gambar, tiruan dari manusia, tokoh/pemain dalam suatu
perunjukan/sandiwara. Arti ini mirip dengan yang ada dalam Kamus Umum Bahasa
Sunda, yaitu wayang adalah boneka atau penjelmaan dari manusia yang terbuat dari
kulit ataupun kayu. Namun ada juga yang mengartikan bahwa perkataan wayang
berasal dari Bahasa Jawa, yang berarti perwajahan mengandung penerangan.
Mengenai asal usul wayang khusus di Indonesia juga ada beberapa pendapat. Ada
yang mengatakan bahwa wayang berasal dari kebudayaan India yang sangat
dipengaruhi budaya Hindu. Pendapat lain mengatakan bahwa wayang merupakan
hasil kebudayaan asli masyarakat Jawa tanpa ada pengaruh budaya lain. Disebutkan
pula oleh beberapa sumber bahwa wayang berasal dari relief candi karena beberapa
candi memuat cerita wayang, seperti Candi Prambanan.
C. SEJARAH WAYANG
Wayang merupakan seni pertunjukkan asli milik Indonesia yang mana telah
berkembang pesat baik itu di Jawa dan di Bali. Selain hal itu, juga beberapa
daerah misalnya Semenanjung, Sumatera, serta Malaya. Beberapa wilayah ini
juga memiliki beberapa dari budaya wayang yang terpengaruh kebudayaan
Hindu dan Jawa. UNESCO yaitu lembaga yang membawahi kebudayaan dan
pendidikan dari PBB tahun 2003 menetapkan bahwa wayang adalah merupakan
pertunjukkan bayangan boneka yang tersohor dari Indonesia. Wayang
merupakan sebuah warisan dari mahakarya dunia yang mana tak ternilai dalam
seni bertutur manusia (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of
Humanity). Berbicara tentang pertunjukan boneka, tak hanya Indonesia yang
punya. Negara lainpun juga punya, Jepang misalnya. Namun, wayang yang
dimiliki oleh Indonesia memiliki gaya tutur yang khas dan unik semakin
menambah nilai estetika tersendiri. Tidak salah jika UNESCO memilihnya.
Secara tertulis tak ada memang bukti yang mengatakan bahwa wayang
menunjukkan ada sebelum agama Hindu mulai menyebar di daerah Asia Selatan.
Diperkirakan pula, seni pertunjukan ini dibawa masuk oleh pedagang dari India.
Meskipun demikian, kejeniusan dari lokal serta kebudayaan yang ada ternyata
sebelum masuknya Hindu menyatu dulu dengan perkembangan seni pada
pertunjukan yang masuk serta memberi warna khas atau tersendiri pada seni di
Indonesia. Sampai saat inipun, catatan awal yang dapat didapat tentang wayang
berasal dari Prasasti Balitung pada Abad ke 4 yang mempunyai bunyi si Galigi
mawayang. Saat agama Hindu memasuki Indonesia, dan menyesuaikannya
dengan kebudayaan yang telah ada, seni pertunjukan ini atau wayang menjadi
media yang sangat efektif untuk menyebarkan agama Hindu ini. Pertunjukan
wayang disetting dengan menggunakan cerita Ramayana serta Mahabharata.
Senada pula dengan awal masuknya Islam. Saat pertunjukan wayang yang
ditampilkan peran “Tuhan” atau disebut “Dewa” diperankan oleh wujud manusi,
dilarang keras oleh agama dilarang, lalu munculah boneka wayang yang awalnya
terbuat dari kulit sapi, yang mana, ketika pertunjukan di mulai yang ditonton
hanya bayangannya saja. Wayang inilah yang kini kita mengenalnya dengan
wayang kulit. Dalam menyebarkan agama Islam, sempat berkembang juga
wayang Sadat dengan mencampurkan dan memperkenalkan nilai-nilai dari
agama Islam. Pada agama misionaris Katolik, pada saat itu Pastor tahun 1960
dalam misi suci agamanya menyebarkan agama Katolik ke pelosok Indonesia, ia
juga mengembangkan wayang, yang dinamakan Wayang Wahyu, dengan sumber
cerita Alkitab.