Anda di halaman 1dari 37

TUGAS II

MATAKULIAH BUDAYA NUSANTARA


KESENIAN WAYANG KULIT PURWA

Dosen:
Ardy Aprilian Anwar, S.Pd., M.Sn.

Oleh Kelompok:
Kelompok 4

Kelas:
DK-43-10

Anggota Kelompok:
Abdillah Syariaty – 1601194045
Daffa Digdhaya Tama – 1601194161
Silvi Octaviani – 1601190053
Venus Pulung Socawangi – 1601194204
Vina Azzahra – 1601194085

PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL


FAKULTAS INDUSTRI KREATIF
UNIVERSITAS TELKOM
BANDUNG
2019

FOTO NAMA, NIM, DAN TUGAS


(Abdillah Syariaty) (1601194045)
Sebagai pencari materi tentang Zaman Purba dan
Zaman Hindu-Budha.

(Daffa Digdhaya Tama) (1601194161)


Sebagai pencari materi tentang Zaman Madya dan
Zaman Kolonial.

(Silvi Octaviani) (1601190053)


Sebagai penyusun tugas, pencari materi tentang
Definisi, Asal Usul, dan Sejarah Wayang.

(Venus Pulung Socawangi) (1601194204)


Sebagai pencari materi tentang

(Vina Azzahra) (1601194085)


Sebagai pencari materi tentang
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Puji Syukur terhadap Tuhan yang Maha Esa untuk hadirnya kita semua dan
dalam pemeliharaannya “Tugas 2 Budaya Nusantara” dapat kami selesaikan, adapun
pengerjaan tugas ini dilakukan dengan teman-teman kelompok 4 yang mengambil
tema kesenian wayang kulit purwa sebagai percontohan terhadap sistem
pengelompokan bentuk kebudayaan antropolog asal Indonesia bapak
Koentjaraningrat, yang dalam bukunya mengelompokan kebudayaan menjadi 7+3
yang berarti 7 unsur kebudayaan universal; Bahasa, Pengetahuan, Kemasyarakatan,
Teknologi, Pengetahuan, Pencaharian, Religi, Kesenian. Dan 3 bentuk kebudayaan;
Idil, Sosial, dan Fisik.
Tugas ini ditulis agar kami dapat lebih memahami tentang budaya kesenian
wayang kulit purwa di dalamnya, dan juga untuk menunjukan pemakaian sistem
pengelompokan kebudayaan pada kebudayaan Suku Jawa, yang diharapkan akan
membuat kami lebih mengerti tentang budaya Suku tersebut.
Kami sebagai Kelompok 4 berharap dalam proses pembuatan Tugas ini dapat
membuat pemahaman kami tentang materi yang disampaikan oleh Bapak Dosen
Pengajar lebih melekat di pikiran kami dan nantinya dapat kami hubungkan dengan
kegiatan pembuatan karya kami yang menunjukan berbagai unsur kearifan lokal.
Walaupun begitu kami mengakui masih ada banyak hal yang belum sepenuhnya kami
pahami dan masih banyak hal yang dapat di pelajari dari Bapak Dosen karenanya
kami meminta bantuannya untuk pertemuan yang akan datang.
Kami ingin mengucapkan terimakasih untuk teman-teman seperjuangan yang
telah membantu proses pengerjaan Tugas ini dengan menyarankan beberapa sumber
dan bantuan Moral untuk terus bekerja. Kami juga ingin berterima kasih kepada
Dosen Pengajar Bapak Ardy Aprilian Anwar, S.Pd., M.Sn. atas pembelajaran yang
beliau berikan kepada kami, selain itu juga waktu yang cukup panjang untuk
mengumpulkan tugas ini, dan jika boleh kami meminta sekiranya tugas ini diberikan
nilai yang tinggi.
Terimakasih.
I. DINAMIKA KEBUDAYAAN NUSANTARA

A. Zaman Prasejarah
Prasejarah adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada masa di mana
catatan sejarah yang tertulis belum tersedia. Zaman prasejarah dapat dikatakan
bermula pada saat terbentuknya alam semesta, namun umumnya digunakan untuk
mengacu kepada masa di mana terdapat kehidupan di muka Bumi dimana manusia
mulai hidup.
Batas antara zaman prasejarah dengan zaman sejarah adalah mulai adanya tulisan. Hal
ini menimbulkan suatu pengertian bahwa prasejarah adalah zaman sebelum
ditemukannya tulisan, sedangkan sejarah adalah zaman setelah adanya tulisan.
Berakhirnya zaman prasejarah atau dimulainya zaman sejarah untuk setiap bangsa di
dunia tidak sama tergantung dari peradaban bangsa tersebut.

Salah satu contoh yaitu bangsa Mesir sekitar tahun 4000 SM masyarakatnya sudah
mengenal tulisan, sehingga pada saat itu, bangsa Mesir sudah memasuki zaman
sejarah. Zaman prasejarah di Indonesia diperkirakan berakhir pada masa berdirinya
Kerajaan Kutai, sekitar abad ke-5; dibuktikan dengan adanya prasasti yang berbentuk
yupa yang ditemukan di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur baru memasuki era
sejarah.
Karena tidak terdapat peninggalan catatan tertulis dari zaman prasejarah, keterangan
mengenai zaman ini diperoleh melalui bidang-bidang seperti paleontologi, astronomi,
biologi, geologi, antropologi, arkeologi. Dalam artian bahwa bukti-bukti pra-sejarah
hanya didapat dari barang-barang dan tulang-tulang di daerah penggalian situs
sejarah.
Prasejarah mengacu pada periode dimana keberadaan manusia masih tercatat dalam
catatan sejarah. Prasejarah juga dapat merujuk kepada semua waktu sebelum
keberadaan manusia dan penemuan tulisan.

Konsep “prasejarah” pertama kali muncul pada saat Pencerahan dalam karya
penggunaan antik kata “primitif” untuk menggambarkan orang-orang yang tidak
memiliki catatan sebelum ditulis. Penggunaan pertama dari kata dalam bahasa Inggris
prasejarah, ada Quarterly Review Asing pada 1836.

Zaman pra aksara dibagi lagi menjadi dua yaitu zaman batu dan zaman logam.
Pada zaman batu terdiri dari 4 era yaitu paleolitikum, mesolitikum,neolitikum dan
megalitikum. Pada zaman batu ini sudah mulai ada hasil kebudayaan manusia yang
muncul. Kebanyakan barang atau alat yang dibuat pada masa ini masih teramat
tradisional, manusia zaman ini masih menggunakan batu dan alat lain yang terbuat
dari bahan yang ada di alam secara mentah.

Kemudian zaman logam memiliki dua era yaitu zaman perunggu dan zaman besi.
Pada zaman ini, manusia sudah mulai menggunakan teknologi. Mereka mulai
mengolah bahan bahan alam menjadi bahan lain yang lebih kuat dan modern untuk
dijadikan alat dan benda sehari-hari. Lalu apa sajakah hasil kebudayaan dari setiap
zamannya itu?

1. Zaman Batu
Zaman Batu terjadi sebelum logam dikenal dan alat-alat kebudayaan terutama
dibuat dari batu di samping kayu dan tulang. Zaman batu ini diperiodisasi lagi
menjadi 4 zaman, antara lain:

a. Paleolithikum (Zaman Batu Tua)


Zaman batu tua (palaeolithikum) disebut demikian sebab alat-alat batu buatan
manusia masih dikerjakan secara kasar, tidak diasah atau dipolis. Apabila dilihat dari
sudut mata pencariannya, periode ini disebut masa food gathering (mengumpulkan
makanan), manusianya masih hidup secara nomaden (berpindah-pindah) dan belum
tahu bercocok tanam.

Pada zaman ini alat-alat terbuat dari batu yang masih kasar dan belum dihaluskan.
Contoh alat-alat tersebut adalah :

1. Kapak Genggam
Banyak ditemukan di daerah Pacitan. Alat inibiasanya disebut “Chopper” (alat
penetak/pemotong). Dinamakan kapak genggam, karena alat tersebut serupa
dengan kapak, tetspi tidak bertangkai dan cara menggunakan nya dengan
mengenggam.
Kapak genggam terkenal juga dengan sebutan kapak perimbas, ataudalam ilmu
prasejarah disebut dengan chopper artinya alat penetak.Pembuatan kapak
genggam dilakukan dengan cara memangkas salah satu sisi batu sampai
menajam dan sisi lainnya dibiarkan apa adanyasebagai tempat menggenggam.

2. Kapak Perimbas

Kapak perimbas berfungsi untuk merimbas kayu, memahat tulang dan juga
sebagai senjata. Alat ini ditemukan di kebudayaan pacitan dan manusia purba
yang menggunakanny adalah jenis pithecanthropus. Alat ini ditemukan di
gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), dan di Lahat (Sumatra
Selatan).

3. Alat dari Tulang Binatang


Alat dari tulang binatang ini merupakan salah satu hasil dari kebudayaan
ngandong. Kebanyakan alat yang terbuat berupa alat penusuk atau belati dan
unjung tombak bergerigi. Fungsi alat ini adalah untuk mengorek ubi dan keladi
dari dalam tanah. Selain itu alat ini juga berfungsi untuk menangkap ikan.

4. Flakes

Flakes yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu chalcedon dan digunakan
untuk mengupas makanan. Flakes termasuk hasil kebudayaan Ngandong.
Kegunaan lain dari flakes ini adalah untuk berburu, menangkap ikan,
mengumpulkan ubi dan bauh-buahan.

b. Mesolithikum (Zaman Batu Tengah)


Pada zaman mesolitikum di Indonesia, manusia hidup tidak jauh berbeda dengan
zaman paleolitikum, yaitu dengan berburu dan menangkap ikan, namun manusia pada
masa itu juga mulai mempunyai tempat tinggal agak tetap dan bercocok tanam secara
sederhana. Tempat tinggal yang mereka pilih umumnya berlokasi di tepi pantai
(kjokkenmoddinger) dan goa-goa (abris sous roche) sehingga di lokasi-lokasi tersebut
banyak ditemukan berkas-berkas kebudayaan manusia pada zaman itu.

Pada zaman ini juga, sudah mulai mengenal kesenian seperti music dan beberapa
peninggalan karya seni. Di zaman ini ditemukan peninggalan berupa lukisan lukisan
di dalam gua.
Ada beberapa kebudayaan peninggalan zaman mesolitikum, yaitu :
1. Abis sous roch

Seorang peneliti asal Belanda yang bernama Van Steil Callenfels melakukan
penelitian di daerah Ponorongo tepatnya berada di Goa Lawu. Pada penelitian
itu ditemukan banyak peralatan yang terbuat dari tulang. Jadi dapat disimpulkan
bahwa mulai zaman ini manusia nya sudah mulai tinggal menetap di gua.
Abis sous roche bisa dibilang sebagai goa yang jadi tempat tinggal para manusia
purba zaman mesolitikum pada saat itu. Fungsi dari goa ini tentu sebagai rumah
atau tempat berlindung dari cuaca dan binatang buas.

2. Kjokkenmoddinger (sampah dapur)

Kjokkenmoddinger adalah istilah yang berasal dari bahasa denmark yaitu


kjokken yang artinya dapur dan modding artinya sampah jadi Jadi
kjokkenmoddinger adalah fosil yang berupa timbunan atau tumpukan kulit
kerang dan siput sehingga mencapai ketinggian ± 7 meter.
Penemuan ini juga menjadi bukti bahwa manusia purba sudah mulai menetap
atau sudah tidak nomaden lagi. Karena kebanyakan fosil ini ditemukan
disepanjang tepi pantai timur sumatera, antar daerah medan hingga langsa.

3. Toala
Kebudayaan satu ini melibatkan jasad manusia. Kebudyaan ini dilakukan
dengan cara mengubur manusia yang sudah meninggal di dalam goa, jika tulang
nya sudah mengering maka akan diambil keluarga untuk kenangan. Nama Toala
ini diambil dari suatu suku yang ada di Sulawesi Selatan.

4. Batu Pipisan

Pipisan jika dilihat terlihat seperti ulekan atau alat untuk menghaluskan
makanan. Dan fungsi Batu Pipisan ini juga sama seperti gungsi ulekan sekarang.
Batu Pipisan ini terdiri dari dua bagian yaitu tempat untuk menampung hasil,
mencampur juga menghaluskan biji-bijian. Yang kedua adalah alat yang
digunakan pada tangan untuk alat menghancurkan.

5. Hachecourt

Kapak Pendek atau disebut juga Hachecourt adalah peninggalan lain dari
zaman mesolitikum. Kapak yang satu ini bentuknya lebih pendek kira-kira
setengah dari kapak genggam. Kapak ini berbentuk setengah lingkaran, ada
bagian yang runcing dan tajam pada lengkungannya. Kapak ini digunakan untuk
memotong buah, menggali tanah untuk mengambil makanan. Kapak ini sering
ditemukan di daerah pesisir Sumatera dan terdapat di tumpukan
Kjokkenmoddinger.
6. Pebble

Sebuah penelitian menemukan kapak


genggam yang berbeda dari kapak genggam
yang ditemukan untuk zaman paleolitikum. Dan akhirnya kapak ini dinamakan
Pebble. Pebble terdiri dari batu kali yang telah pecah.

7. Pebble

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya,


pada masa Mesolitikum ini para manusia purba nya sudah mulai berburu. Salah
satu alat yang digunakan adalah mata panah bergerigi. Ciri khas nya adalah
mata panah ini bergerigi di ujungnya. Mata panah ini banyak digunakan
bersama Pebble.

c. Neolithikum (Zaman Batu Muda)


Neolitikum (disebut juga zaman batu muda) adalah fase atau tingkat kebudayaan
pada zaman prasejarah yang mempunyai ciri-ciri berupa unsur kebudayaan, seperti
peralatan dari batu yang diasah, pertanian menetap, peternakan, dan pembuatan
tembikar.
Pada zaman ini semua sudah lebih berkembang dari zaman sebelumnya. Di zaman
ini semua manusia sudah menetap. Mereka juga sudah mulai menyadari cara
bertanam dan mengolah makanan mereka sendiri.
Manusia zaman Neolitikum ini kemudian menetao di desa dan hidup bersama. Dan
kemungkinan mereka mempunyai aturan dalam bermasyarakat dan pengembangan
spesies dan cara hidup.

Berikut adalah peninggalan pada zaman neolitikum.


1. Kapak Lonjong

Kebanyakan Kapak Lonjong terbuat dari batu dan bentuknya kehitaman.


Keseluruhan bentuk kapak ini adalah lonjong dengan ujung runcing untuk
memposisiskan batang sehingga ujung yang lain diasah hingga tajam.

2. Kapak Persegi

Nama Kapak Persegi diberikan oleh Van Heine Heroes karena penampang persegi
Panjang atau trapezium. Fungsinya adalah sebagai alat pahat, dan yang bentuknya besar
digunakan sebagai cangkul.

3. Kapak Persegi Panjang


Daerah asal budaya pahat ini meliputi Cina Tengah dan Cina Selatan, wilayah
Hindi dan wilayah Gangga di India.

d. Megalithikum (Zaman Batu Besar)


Zaman Batu Besar atau biasa disebut Zaman Megalithikum. Pada zaman ini
manusia nya sudah mengetahui tentang pembagian pekerjaan, sudah ada kepala suku
atau pemimpin, sudah mulai menggunakan benda berbahan logam, sudah menerapkan
system pertanian, sudah memiliki peraturan dan menggunakan system hokum rimba.
Pada zaman ini juga sudah mulai mengenal kepercayaan. Masyarakat nya sudah
membuat alat-alat ibadah atau hal berhubungan dengan kepercayaan mereka.

Berikut adalah hasil kebudayaan yang ada pada zaman Megalithikum :


1. Patung atau Arca

Patung atau Arca ini dibuat dalam bentuk binatang atau manusia yuang
melambangkan leluhur dan digunakan sebagai pujaan. Patung ini dapat
ditemukan di daerah Pasemah di Sumatera Selatan dan di lembah Bada Lahat
Sulawesi Selatan.

2. Menhir
Menhir adalah batu besar tunggal dalam bentuk pilar atau monument yang
berfungsi sebagai peringatan bagi arwah leluhur. Menhir di Indonesia bisa
ditemukan di Pasemah di Sumatera Selatan, Ngada di Flores, Rembang di Jawa
Tengah dan Lahat di Sumatera Selatan.

3. Punden Berundak

Punden Berundak atau teras punden adalah bangunan bertingkat yang


berfungsi sebagai tempat beribadah bagi arwah leluhur. Dalam
perkembangannya, Punden Berundak ini juga disebut bentuk asli candi. Punden
Berundak banyak ditemukan di Sibedug di Banten Selatan, Leles di Garut dan
Kuningan di Jawa Barat.

4. Sarkofagus

Sarkofagus juga sama seperti kuburan batu. Sarkofagus adalah tempat untuk
menyimnpan jenazah. Hanya saja yang membedakan kuburan batu dan
sarkofagus adalah Sarkofagus bentuknya lebih ke paliung atau lesung yang
dibuat dari batu dan di tutupi. Sarkofagus umumnya di temukan di daerah Bali
dan Bondowoso Jawa Timur.

5. Kuburan Batu

Kuburan batu ini berupa peti untuk tempat penyimpanan mayat yang berbahan
batu. Kuburan batu ini ditemukan di Bali. Juga ditemukan di tempat lainny
seperti Pasemah di Sumatera Selatan, Wonosari di Yogyakarta, Cepu di Jawa
Tengah dan Cirebon di Jawa Barat.

6. Dolmen

Dolmen atau meja batu berfungsi sebagai situs pengorbanan dan pemujaan
untuk leluhur. Peninggalan ini banyak ditemukan di daerah Basuki, Jawa Timur.
7. Waruga

Waruga adalah kuburan batu persegi Panjang atau bundar yang tebuat dari batu
besar. Waruga tersebar di Utara Sulawesi dan di Pusat Sulawesi.

2. Zaman Logam
Mengutip dari Guru Baru (2019) dalam artikelnya di rumusrumus.com, zaman
logam adalah masa ketika kehidupan orang lanjut dan orang akrab dengan teknik
pengerjaan logam. Mereka mampu membuat alat-alat logam dan menjadi sangat
terampil. Perkembangan ini tentu saja menunjukkan bahwa standar hidup telah
meningkat. Kehidupan sosial yang semakin kompleks tentu membutuhkan orang yang
berkualifikasi (undagi) di bidangnya masing-masing. Selain itu, produksi alat-alat
logam pada dasarnya sedikit lebih sederhana daripada produksi batu. Cukup
melelehkan logam, kemudian tempatkan cairan metalik ke dalam cetakan alat yang
akan dibuat.

Ciri-ciri zaman logam adalah sebagai berikut :


1. Kegiatan perdagangan berkembang semakin pesat pada masa ini dimana
perdagangan sudah dilakukan dari pulau ke pulau di Indonesia bahkan antara
kepulauan Indonesia dengan kawasan Asia Tenggara melalui sistem barter.
2. Pada masa ini, penguburan jenazah dilakukan dengan dua cara yakni secara
langsung dan tidak langsung. Penguburan langsung dilakukan dengan
menguburkan jenazah langsung di dalam tanah atau diletakkan pada sebuah peti di
dalam tanah. Sedangkan, penguburan tidak langsung dilakukan dengan
menguburkan jenazah di dalam tanah atau peti kayu berbentuk perahu. Namun,
setelah jenazahnya menjadi rangka maka rangka tersebut akan diambil dan
dibersihkan, lalu dikuburkan kembali dalam tempayan atau kubur batu.
3. Mahir dalam pengolah logam, hal itu dapat dilihat dari peninggalan –
peninggalan berbahan dasar logam
4. Kebudayaannya sudah semakin tinggi dan maju.
5. Kemajuan juga dirasakan dalam bidang pertanian yang sudah menggunakan
sistem persawahan yang lebih efektif dan efisien dari sistem ladang.
Menurut nya juga, zaman logam di Indonesia hanya ada zaman perunggu dan
besi jadi zaman tembaga tidak terjadi di Indonesia. Berikut adalah penjelasan
mengenai zaman perunggu dan zaman besi di Indonesia.
a. Zaman Perunggu
Zaman perunggu merupakan zaman dimana manusia membuat peralatan
dari perunggu. Di Indonesia sendiri, ditemukan peninggalan – peninggalan
sejarah dari zaman perunggu yaitu :
1. Candrasa
Candrasa merupakan sejenis kapak yang menyerupai senjata tapi tidak
cocok sebagai peralatan perang / pertanian karena tidak kuat dan kokoh.
Candrasa ditemukan di Bandung dan diperkirakan digunakan untuk
keperluan upacara.

2. Kapak Corong
Kapak Corong atau Kapak Sepatu merupakan alat kebesaran dan
upacara adat yang berbentuk seperti corong. Kapak Corong ditemukan di
Bali, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah.

3. Nekara

Nekara adalah genderang besar untuk upacara ritual, khususnya


sebagai pengiring upacara kematian, upacara memanggil hujan, dan
sebagai genderang perang dengan penyempitan dibagian pinggangnya.
Nekara “The Moon of Pejeng” yang merupakan nekara terbesar di
Indonesia terdapat di Bali.

4. Moko
Moko merupakan sejenis nekara yang ukurannya lebih kecil yang
berfungsi sebagai benda pusaka seorang kepala suku, benda yang
diwariskan kepada anak laki-laki kepala suku dan juga mas kawin. Moko
lebih banyak ditemukan di Pulau Alor dan Manggarai ( Pulau Flores ).

5. Bejana Perunggu
Bejana Perunggu memiliki bentuk seperti periuk tetapi langsing dan
gepeng. Di Indonesia, bejana perunggu ditemukan di tepi Danau Kerinci
(Sumatera) dan Madura. Kedua bejana yang sudah ditemukan memiliki
hiasan yang serupa dan sangat indah berupa gambar – gambar geometri
dan pilin – pilin yang mirip huruf J.

6. Arca Perunggu
Arca perunggu ada yang berbentuk manusia, adapula yang
berbentuk binatang. Arca perunggu, umumnya, berbentuk kecil dan
terdapat cincin pada bagian atasnya. Dimana cincin tersebut digunakan
sebagai alat untuk menggantungkan arca itu karena itulah arca juga
digunakan sebagai liontin. Di Indonesia, arca perunggu ditemukan di
Bangkinang (Riau), Palembang (Sumsel) dan Limbangan (Bogor). Dari
semua peninggalan pada zaman perunggu, kapak coronglah yang paling
terkenal. Terdapat dua teknik pembuatan kapak corong yakni :
1. Teknik Bivalve
Teknik bivalve disebut sebagai teknik setangkup dimana untuk
membuat perunggu dilakukan dengan cara menangkupkan dua
bagian batu kemudian diisi cairan logam. Berikut langkah –
langkahnya :
a) Cetakan terdiri dari dua bagian dan umumnya terbuat
dari batu.
b) Cetakan diikat dan perunggu cair dituangkan ke dalam
rongga cetakan.
c) Tunggu hingga cetakan dingin dan membeku.
d) Kemudian, cetakan dilepas dan terbentuklah hasil
cetakannya.

7. Teknik A Cire Perdue


Teknik A Cire Perdue disebut juga sebagai teknik cetak lilin
dimana bahan dasarnya berupa tanah liat dan lilin sebagai
bahannya. Berikut langkah – langkahnya :
a) Buatlah model benda yang diinginkan dari lilin atau
sejenisnya.
b) Benda yang dicetak tersebut kemudian dibungkus
dengan tanah liat yang diberi lubang.
c) Lalu, dibakar maka lilin pun meleleh.
d) Selanjutnya, rongga bekas lilin tersebut, diisi dengan
cairan perunggu.
e) Setelah perunggu menjadi dingin dan membeku maka
tanah liatnya dibuang sehingga menghasilkan barang yang
dicetak.

b. Zaman Besi
Zaman besi merupakan zaman dimana manusia telah mampu membuat
peralatan dari besi yang lebih sempurna daripada tembaga ataupun perunggu.
Dengan cara, meleburkan besi dari bijihnya lalu menuangkan cairan besi
tersebut ke dalam cetakan.
Adapun hasil peninggalan dari zaman besi yang sudah ditemukan di
Indonesia antara lain mata kapak, mata sabit, mata pisau, mata pedang,
cangkul, dan sebagainya. Mata kapang digunakan untuk membelah kayu
sedangkan mata sabit digunakan untuk menyabit tumbuh – tumbuhan. Di
Indonesia, benda – benda tersebut telah ditemukan di Gunung Kidul
(Yogyakarta), Bogor, Besuki dan Punung (Jawa Timur).

3. Zaman Hindu Budha

Masa Hindu-Buddha berlangsung selama kurang lebih 12 abad. Pembabakan


masa Hindu-Buddha terbagi menjadi tiga, yaitu periode pertumbuhan,
perkembangan, dan keruntuhan. Pada abad ke-16 agama Islam mulai
mendominasi Nusantara. Namun, tidak berarti pengaruh kebudayaan Hindu-
Buddha hilang tergantikan kebudayaan Islam. Agama Islam mengakomodasi
peninggalan Hindu-Buddha, tentunya dengan melakukan modifikasi agar tetap
berselang beberapa abad, wujud peradaban Hindu-Buddha masih dapat kita
saksikan hingga sekarang, misalnya dalam perwujudan sastra dan arsitektur.
(Taufik Abdullah (ed), 2012)

Satu di antara bangsa yang berinteraksi dengan penduduk kepulauan di


Indonesia adalah bangsa India. Interaksi itu terjalin sejalan dengan meluasnya
hubungan perdagangan antara India dan Cina. Hubungan itu yang mendorong
pedagang-pedagang India dan Cina datang ke kepulauan di Indonesia. Beberapa
bukti menunjukkan, setelah budaya India masuk, terjadi banyak perubahan dalam
tatanan kehidupan.
Sebelum kebudayaan India masuk, pemerintahan desa dipimpin oleh seorang
kepala suku yang dipilih oleh anggota masyarakat. Seorang kepala suku
merupakan orang pilihan yang mengetahui tentang adat istiadat dan upacara
pemujaan roh nenek moyangnya dengan baik. Ia juga dianggap sebagai wakil
nenek moyangnya. Setelah masuknya budaya India, terjadi perubahan.
Kedudukan kepala suku digantikan oleh raja seperti halnya di India. Raja
memiliki kekuasaan yang sangat besar. Kedudukan raja tidak lagi dipilih oleh
rakyatnya, akan tetapi diturunkan secara turun temurun. Raja merupakan
penjelmaan dewa yang seringkali disembah oleh rakyatnya.

Para Brahmana agama Hindu tidak dibebani untuk menyebarkan agama


Hindu di Indonesia. Pada dasarnya seseorang tidak dapat menjadi Hindu, tetapi
seseorang itu lahir sebagai Hindu. Mengingat hal tersebut, maka menjadi menarik
dengan adanya agama Hindu di Indonesia. Bagaimana dapat terjadi bahwa
orangorang Indonesia yang pasti pada mulanya tidak dilahirkan sebagai Hindu
dapat beragama Hindu.
Demikian pula dengan sistem kemasyarakatan. Sistem kemasyarakatan yang
dikembangkan oleh bangsa Arya yang berkembang di Lembah Sungai Indus
adalah sistem kasta. Sistem kasta mengatur hubungan sosial bangsa Arya dengan
bangsa-bangsa yang ditaklukkannya. Sistem ini membedakan masyarakat
berdasarkan fungsinya. Golongan Brahmana (pendeta) menduduki Sejarah
Indonesia 81 golongan pertama. Ksatria (bangsawan, prajurit) menduduki
golongan kedua. Waisya (pedagang dan petani) menduduki golongan ketiga,
sedangkan Sudra (rakyat biasa) menduduki golongan terendah atau golongan
keempat. Sistem kepercayaan dan kasta menjadi dasar terbentuknya kepercayaan
terhadap Hinduisme. Penggolongan seperti inilah yang disebut caturwarna.
Awal hubungan dagang antara penduduk Kepulauan Nusantara dan India
bertepatan dengan perkembangan pesat dari agama Buddha. Pendeta-pendeta
Buddha menyebarkan ajarannya ke seluruh penjuru dunia melalui jalur
perdagangan tanpa menghitungkan kesulitan-kesulitan yang ditempuhnya.
Kedatangan mereka itu biasanya disampaikan terlebih dahulu, sehingga ketika
tiba di tempat tujuan mereka dapat bertemu dengan kalangan istana.
Mereka biasanya mengajarkan agama dengan penuh ketekunan. Mereka juga
membentuk sebuah sanggha dengan biksubiksu setempat, sehingga muncul suatu
ikatan langsung dengan India, tanah suci agama Buddha. Kedatangan para biksu
dari India ke negara-negara lain itu, memunculkan keinginan para penduduk
daerah setempat untuk pergi ke India mempelajari agama Buddha lebih lanjut.
Para biksu lokal itu kemudian kembali dengan membawa kitab-kitab suci, relik,
dan kesan-kesan.
Terdapat berbagai pendapat mengenai proses masuknya Hindu-Buddha atau
sering disebut Hinduisasi. Sampai saat ini masih ada perbedaan pendapat
mengenai cara dan jalur proses masuk dan berkembangnya pengaruh Hindu-
Buddha di Kepulauan Indonesia. Beberapa pendapat (teori) tersebut dijelaskan
pada uraian berikut:
Pertama, sering disebut dengan teori Ksatria. Dalam kaitan ini R.C. Majundar
berpendapat, bahwa munculnya kerajaan atau pengaruh Hindu di Kepulauan
Indonesia disebabkan oleh peranan kaum ksatria atau para prajurit India. Para
prajurit diduga melarikan diri dari India dan mendirikan kerajaan-kerajaan di
Kepulauan Indonesia dan Asia Tenggara pada umumnya.
Kedua, teori Waisya. Teori ini terkait dengan pendapat N.J. Krom yang
mengatakan bahwa kelompok yang berperan dalam dalam penyebaran Hindu-
Buddha di Asia Tenggara, termasuk Indonesia adalah kaum pedagang. Pada
mulanya para pedagang India berlayar untuk berdagang.
Ketiga, teori Brahmana. Teori tersebut sesuai dengan pendapat J.C. van Leur
bahwa Hinduisasi di Kepulauan Indonesia disebabkan oleh peranan kaum
Brahmana. Pendapat van Leur didasarkan atas temuan-temuan prasasti yang
menggunakan bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa. Bahasa dan huruf tersebut
hanya dikuasai oleh kaum Brahmana. Selain itu, adanya kepentingan dari para
penguasa untuk mengundang para Brahmana India. Mereka diundang ke Asia
Tenggara untuk keperluan upacara keagamaan. Seperti pelaksanaan upacara
inisiasi yang dilakukan oleh para kepala suku agar mereka menjadi golongan
ksatria.
Keempat, teori yang dinamakan teori Arus Balik. Teori ini lebih menekankan
pada peranan bangsa Indonesia sendiri dalam proses penyebaran kebudayaan
Hindu-Buddha di Indonesia. Artinya, orang-orang di Kepulauan Indonesia
terutama para tokohnya yang pergi ke India. Di India mereka belajar hal ihwal
agama dan kebudayaan Hindu-Buddha. Setelah kembali mereka mengajarkan
dan menyebarkan ajaran agama itu kepada masyarakatnya.
Di Indonesia Terdapat banyak kerajaan Hindu-Buddha, berikut adalah
kerajaan Hindu-Buddha yang berada di Indonesia beserta peninggalan-
peninggalannya.
a.Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai didirikan sekitar tahun 350 Masehi dan terletak di
Muara Kaman, Kalimantan Timur. Kerajaan Kutai adalah Kerajaan
Hindu Tertua di Indonesia. Pendiri Kerajaan Kutai adalah Kudungga.
Masa kejayaan Kerajaan Kutai berada saat masa Raja Mulawarman.
Kemudian Kerajaan Kutai runtuh sekitar tahun 1605 saat diambil alih
oleh Sultan Kertanegara yang bercorak Islam.
Sumber sejarah Kerajaan Kutai yang utama adalah Prasasti Yupa.
Prasasti ini berbentuk batu yang bertulis. Prasasti ini dikeluarkan pada
masa Raja Mulawarman.
Satu di antara yupa di Kerajaan Kutai berisi keterangan yang
artinya:“Sang Mulawarman, raja yang mulia dan terkemuka, telah
memberi sedekah 20.000 ekor sapi kepada para brahmana yang
seperti api, (bertempat) di dalam tanah yang sangat suci (bernama)
Waprakeswara”.

Prasasti Yupa

b. Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegara didirikan sekitar 258 masehi dan terletak di
wilayah barat Pulau Jawa. Kerajaan Tarumanegara adalah kerajaan
hindu tertua di Jawa. Dalam catatan sejarah dan peninggalan artefak,
kerajaan ini adalah kerajaan hindu yang beraliran wisnu.
Masa kejayaan Kerajaan Tarumanegara terjadi pada masa
pemerintahan Raja Purnawarman. Kerajaan Tarumanegara kemudian
runtuh pada abad ke-7 karena serbuuan Kerajaan Sriwijaya sekitar
tahun 669 Masehi.
Sumber sejarah Tarumanegara yang utama adalah beberapa prasasti
yang ditemukan. Berkaitan dengan perkembangan Kerajaan
Tarumanegara, telah ditemukan 7 buah prasasti yang berhuruf Pallawa
dan berbahasa Sansakerta. Prasati-prasasti itu adalah:
1. Prasasti Tugu
Ditemukan di kampung Batu Tumbuh, Desa Tugu, dekat
Tanjung Priok, Jakarta.

2. Prasasti Ciareuteun
Prasasti ini ditemukan di Kampung Muara, Desa Ciareuteun
Hilir, Cibungbulang, Bogor.

3. Prasasti Kebon Kopi


Prasasti ini ditemukan di Kampung Muara, Desa Ciareteun
Hilir, Cibungbulang, Bogor.

4. Prasasti Muara Cianten


Terletak di Muara Kali Cianten, Kampung Muara, Desa
Ciareteun Hilir, Cibungbulang, Bogor.

5. Prasasti Jambu
Terletak di bukit pasir Koleangkak, Desa Parakan Muncang,
Nanggung, Bogor.

6. Prasasti Cidanghiang
Terletak di tepi Kali Cidanghiang, Desa Lebak, Munjuk,
Banten Selatan.

7. Prasasti Pasir Awi


Ditemukan di bukit bernama Pasir Awi, Jonggol, Bogor.

c. Kerajaan Kalingga
Kerajaan Kalingga didirikan pada 594 Masehi dan terletak di Jawa
Tengah. Kerajaan Kalingga menjadi Kerajaan bercorak Hindu-Budha
pertama di Kawasan pantai utara Pulau Jawa. Kalingga sempat
terpecah menjadi dua yakni Keling dan Medang. Kerajaan Kalingga
kemudian runtuh pada 782 Masehi.
Peninggalan Kerajaan Kalingga berupa:
1. Prasasti 6. Situs
Tuk Mas Puncak Sanga Likur
2. Prasasti 7. Arca Batara
Sojomerto Guru
3. Prasasti 8. Arca Wisnu
Rahtawun 9. Arca Togog
4. Candi 10. Arca
Angin Narada
5. Candi
Bubrah

d. Kerajaan Pajajaran
Kerajaan Pajajaran atau biasa disebut Kerajaan Sunda Galuh yang
didirikan pada 669 Masehi dan terletak di Bogor dan Ciamis Jawa
Barat. Kerajaan ini terbentuk sebagai pecahan Kerajaan Tarumanegara.
Peninggalan dari Kerajaan Pajajaran adalah Prasasti Jayabupati,
Prasasti Cibadak, Prasasti Canggal dan Prasasti Calcutta.

e. Kerajaaan Medang (Mataram Kuno)


Kerajaan Mataram Kuno didirikan pada 752 masehi yang terletak
awalnya di Jawa Tengah kemudian pindah ke Jawa Timur. Penyebab
runtuhnya Kerajaan Mataram di Jawa Tengah adalah karena
meletusnya Gunung Merapi. Lalu di Jawa Timur berpusat di Jombang
dan Madiun.
Kerajaan Mataram Kuno runtuh pada 1045 masehi karena
kekalahan Dharmawangsa dari Wurarawi dan Sriwijaya.
Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno yang terkenal adalah candi-
candinya. Candi-candi yang dibentuk pada masa Kerajaan Mataram
Kuno adalah Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Sedangkan
beberapa prasasti yang terkenal dari masa Kerajaan Mataram Kuno
adalah Prasasti Canggal, Prasasti Kelurak dan Prasasti Kalasan.

Candi Prambanan Candi Borobudur

f. Kerajaan Kediri
Kerajaan Kediribmerupakan kerajaan yang berasal dari pecahan
Kerajaan Kahuripan. Kerajaan ini didirikan pada 1045 Masehi dan
terletak di Kediri, Jawa Timur.
Pusat pemerintahannya berada di Daha atau sekarang menjadi
Kediri. Kerajaan Kediri runtuh pada tahun 1222 Masehi karena
pemberontakan Ken Arok.
Kerajaan Kediri memiliki banyak peninggalan prasastin NAmun,
Prasasti yang paling terkenal yang berasal dari masa Kerajaan Kediri
adalah Prasasti Bharatayuddha. Adapun peninggalan lain dari Kerajaan
Kediri yaitu Kakawin Smaradahana, Negarakertagama dan Pararaton.

Kitab Pararaton

g. Kerajaan Singosari
Kerajaan Singosari adalah Kerajaan yang didirikan pada 1222
Masehi dan terletak di Singasari, Malang, Jawa Timur. Berdasarkan
bukti prasasti, nama asli kerajaan ini adalah Kerajaan Tumapel dan
dibentuk oleh Ken Arok.
Masa Kejayaan Singosari ada pada masa pemerintahan
Kertanegara. Singosari kemudian runtuh pada 1292 karena serangan
Jayakatwang dari Gelanggelang.
Peninggalan Kerajaan Singosari adalah Candi Singosari, Prasasti
Kudadu, Kitab Pararaton, Kitab Negarakertagama.

Kitab Negarakertagama

h. Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit didirikan pada 1292 Masehi di Mojokerto Jawa
Timur. Majapahit adalah kerajaan terbesar di Indonesia. Kerajaan ini
mampu menguasai sebagian besar wilayah nusantara hingga ke luar
negeri.
Kejayaan kerajaan ini ada pada masa pemerintahan Hayam Wuruk
yang berkuasa dali 1350 hingga 1389. Kejayaan Majapahit dibantu
oleh patihnya yaitu Gajah Mada. Kerajaan ini runtuh pada tahun 1527
karena invasi Kesultanan Demak sekaligus menandai bergantinya era
dari Kerajaan Hindu-Budha ke Kerajaan Islam.
Banyak peninggalan Majapahit yang ditemukan di Trowulan. Dan
banyak juga peninggalannya. Beberapa peninggalan Kerajaan
Majapahit adalah Candi Tikus, Prasasti Kedadu. Juga peninggalan
yang paling terkenal dari Kerajaan Majapahit adalah Kitabnya, yaitu
Kitab Negarakertagama karya Mpu Prapanca, Kitab Sutasoma karya
Mpu Tantular, Kitab Arjunawiwaha karya Mpu Tantular dan kitab
lainnya.
Kitab Sutasoma Kitab Arjunawiwaha

i. Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya didirikan sekitar abad ke 6 Masehi dan terletak
di Palembang Sumatera Selatan. Sriwijaya menjadi kerajaan bahari
yang memanfaatkan perdagangan maritime lewat jaliur perairan.
Kerajaan Sriwijaya runtuh sekitar tahun 1100 masehi karena banyak
peperangan.
Kerajaan Sriwijaya meninggalkan banyak peninggalan. Ada yang
berupa candi dan prasti. Beberapa peninggalan dari zaman Kerajaan
Sriwijaya adalah Candi Muara Takus dan Prasasti Telaga Batu.

Candi Muara Takus


A. Zaman Madya (Islam)
Sejarah Seni Rupa Madya (Pengaruh Islam)

Pengaruh Islam terhadap seni rupa Indonesia terjadi dari hasil perdagangan
yang dimulai sejak abad ke-11. Para pedagang dari Gujarat, India, adalah yang
diketahui yang paling berpengaruh besar dalam menyebarkan agama Islam di
Indonesia. Mereka membangun permukiman di sepanjang Pantai Timur
Sumatra dan Aceh. Selanjutnya pusat-pusat kebudayaan Islam dibangun
secara bertahap di Demak dan Jepara.

Islam memberikan pengaruh kebudayaan yang besar terhadap seni rupa


nusantara. Salah satu pengaruh terbesarnya adalah pandangan retrospektif
terhadap kebudayaan-kebudayaan nusantara sebelum dipengaruhi oleh Zaman
Klasik hingga ke Prasejarah. Motif-motif binatang dan yang berhubungan
dengan kepercayaan manusia perlahan berkurang. Hal ini disebabkan oleh
usaha para pemeluk Islam untuk menyebarkan agamanya di Indonesia
dihadapkan dengan permasalahan budaya masyarakat nusantara dari
kepercayaan sebelumnya masih kentara. Ragam hias nusantara digantikan oleh
pola hias bentuk-bentuk alam. Beberapa pengaruh terbesar Islam pada seni
rupa Indonesia adalah sebagai berikut.
Pola hias bentuk-bentuk alam

Pada zaman madya kegemaran menggunakan motif hias yang bersumber


pada ragam hias geometris dan ragam hias tumbuhan hadir kembali di
masyarakat nusantara. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,
sebetulnya ragam hias geometri dan alam sudah dikenal sejak zaman
prasejarah. Namun pada zaman Islam semacam di revive atau
dikampanyekan ulang menggunakan pendekatan retrospektif terhadap
budaya yang dianggap lebih Islami daripada kepercayaan-kepercayaan
masyarakat nusantara sebelumnya. Motif ini selalu muncul kembali dalam
perkembangan seni dekoratif Indonesia dengan pola dan susunan yang
baru.

Pada masa Islam motif-motif hias geometri ini terus berkembang, sebagai
bentuk penerus tradisi seni hias zaman Hindu-Budha maupun sebagai hasil
pengembangannya. Hal tersebut tampak jelas pada ornamen batik yang
berkembang pesat pada masa Islam. Adanya ragam hias motif tumbuhan yang
sudah lama dikenal di Indonesia sangat mudah dipahami, karena lingkungan
alam Indonesia yang kaya dengan tumbuhan selalu menjadi sumber daya cipta
para seniman untuk berkarya. Sesuai dengan kosmologi bangsa Indonesia,
maka jenis tumbuhan yang hadir sebagai hiasan  memiliki arti perlambangan.
Pada masa Hindu-Budha arti perlambangan ini disesuaikan   dengan ikonografi
dalam kesenian Hindu dan Budha. Pada masa Islam nilai-nilai perlambangan
tersebut tetap dipelihara dan dikembangkan terus dalam menentukan desain
ornamental melalui pandangan yang baru.

Pahatan Makam
Batu nisan gaya Gujarat ditemukan di Samudera Pasai (Aceh Utara) dan
Gresik. Pahatan yang digunakan berbeda dengan pahatan yang biasa
ditemukan di nusantara sebelumnya. Sama seperti pola hias yang kembali
banyak menggunakan bentuk-bentuk alam. Terkadang kaligrafi Islam juga
digunakan.
Arsitektur gaya Islam Indonesia
Arsitektur masjid Indonesia berbeda dengan yang ditemukan di negara
Islam lainnya. Masjid lama dibangun dengan mengikuti prinsip dasar
bangunan kayu, dan disertai dengan pembangunan pendapa di bagian
depan. Akulturasi budaya nusantara dan islam tampak jelas disini.
Selain itu juga biasanya masjid di Indonesia memiliki atap tumpang yang
memberikan ventilasi, dan disangga oleh deretan tiang kayu. Masjid-
masjid tersebut terdapat di Cirebon, Banten, Demak, dan Kudus. Bagian
dalamnya dihiasi berbagai pola hias bentuk-bentuk alam seperti bunga,
dedaunan, pola geometris dan kaligrafi.
masjid wapaue, salah satu masjid
tertua di Indonesia
Kaligrafi
Kaligrafi nusantara sangat dipengaruhi oleh Islam, khususnya kaligrafi
Arab. Berbagai benda yang biasa digunakan untuk upacara adat di
Indonesia di masa ini juga sering dihiasi oleh kaligrafi. Berbagai senjata
seperti belati, tombak, dan pedang juga sering dihiasi kaligrafi. Istana juga
kini dihiasi oleh kaligrafi. Wayang juga sering dihiasi oleh kaligrafi untuk
menyamarkan bentuk manusianya. Arab gundul juga sempat menjadi
aksara yang cukup dominan digunakan sebagai tulisan sehari-hari
masyarakat nusantara.
Batik Islam
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, batik sebetulnya telah
ditemukan dari masa prasejarah. Namun pada Seni Rupa Madya inilah
perkembangannya mulai melaju pesat. Karena berkembang pada masa ini
pula, batik juga ikut dipengaruhi oleh budaya islam. Ragam hias ilmu ukur
yang sering dijumpai pada atik seperti tumpal, banji, meander, swastika
dan motif pilin mulai ditinggalkan. Digantikan oleh  motif flora seperti
bunga, bentuk buah, dan dedaunan.

B. Zaman Modern (Kolonial)

Sejarah Seni Rupa Modern

Disini Indonesia telah terbentuk sebagai koloni Belanda dan masih bernama
Hindia-Belanda. Perjalanan seni rupa modern Indonesia terbata-bata dibawah
penjajahan VOC. Meskipun begitu program kolonialisasi Belanda berhasil
mencetak setidaknya satu orang yang diketahui merintis seni rupa di negeri ini.
Periode itu kemudian menstimulus periode seni rupa modern lainnya. Periode-
periode seni rupa modern tersebut adalah sebagai berikut.

Periode Perintis (1826-1880)

Perkembangan periode perintis diawali oleh seniman legendaris Indonesia, Raden


Saleh. Berkat pengalamannya dan pendidikan melukisnya di luar negeri seperti di
Belanda, Perancis, dan Jermania ia dapat merintis kemunculan seni rupa Modern
di Indonesia. Lukisannya bernafaskan aliran Romantisisme. Aliran yang sedang
berkembang pesat di masa itu. Biografi dan contoh karya Raden Saleh dapat
disimak disini .

Periode Indonesia Jelita (Mooi Indie)

Masa ini merupakan kelanjutan dari periode perintis, setelah berakhirnya periode
perintis karena meninggalnya Raden Saleh. Nama besar yang muncul di periode
ini adalah Abdullah Surio Subroto dan diikuti oleh anak-anaknya, Sujono
Abdullah, Basuki Abdullah dan Trijoto Abdullah. Pelukis Indonesia lainnya juga
ikut bermunculan seperti Sunoyo, Suharyo, Pringadi, Henk Ngantung, Wakidi,
dll. Periode ini disebut dengan masa Indonesia Jelita karena Senimannya banyak
melukiskan tentang kemolekan atau keindahan alam Hindia-Belanda.

Karya penting Periode Indonesia Jelita:

1. Abdullah SR: Pemandangan di sekitar Gn. Merapi, Pemandangan di Jawa


Tengah, Dataran Tinggi di Bandung
2. Pringadi, melalui lukisan Pelabuhan Ratu
3. Basuki Abdullah: Pemandangan, Gadis sederhana, Pantai Flores, Gadis Bali

Periode PERSAGI

Pada periode ini, Indonesia sedang berjuang untuk mendapatkan hak


kemerdekaannya dari Belanda. Pergolakan di segala bidang pun terjadi, begitu
pula dalam bidang kesenian yang sedang berusaha mencari ciri khasnya, yaitu
Seni Rupa Indonesia. Salah satu seniman besar yang dikenal memiliki kontribusi
tinggi adalah S. Sdjojono. Ia merasa tidak puas dengan periode seni Jelita yang
serba indah, karena dianggap bertolak belakang dengan kejadian yang melanda
tanah air.

Sebagai langkah pergerakannya S. Sudjojono dan Agus Jayasuminta bersama


rekan-rekannya yang lain mendirikan PERSAGI (Persatuan Ahli-ahli Gambar
Indonesia). Persagi bertujuan untuk mengembangkan seni rupa di Indonesia
dengan mencari gaya Indonesia asli. Konsep persagi itu sendiri adalah semangat
dan keberanian, bukan sekedar keahlian melukis, melainkan melukis dengan
tumpahan jiwa.

Karya-karya penting PERSAGI:

1. Sudjojono: Di depan kelambu terbuka, Cap Go Meh, Jongkatan dan Bunga


kamboja
2. Agus Jayasuminta: Barata Yudha, Arjuna wiwaha, Dalam Taman Nirwana
3. Otto Jaya: Penggodaan, Wanita impian
seni rupa modern indonesia di
depan kelambu terbuka oleh Soedjojono. lukisanku.id
Periode Pendudukan Jepang

Kegiatan seni rupa pada masa ini di dominasi oleh kelompok Keimin Bunka
Shidoso. Kelompok ini membawa misi propaganda pembentukan kekaisaran Asia
Timur Raya yang di inisiasi oleh Jepang. Kelompok ini didirikan oleh tentara Dai
Nippon dan dibantu oleh seniman Indonesia seperti Agus Jayasuminta, Otto Jaya,
Subanto, Trubus, Henk Ngantung.

Namun masyarakat kita juga tidak berhenti berjuang sendiri, kelompok asli
Indonesia mendirikan PUTRA (Pusat Tenaga Rakyat), tokoh-tokoh yang
mendirikan kelompok ini adalah tokoh empat serangkai yaitu: Ir. Sukarno, Moh.
Hatta, KH. Dewantara dan KH. Mas Mansyur. Seniman yang khusus menangani
bidang seni lukis adalah S. Sudjojono dan Affandi. Pelukis yang ikut bergabung
dalam PUTRA diantaranya adalah: Hendra Gunawan, Sudarso, Barli, Wahdi, dll.

Periode Akademi (1950)

Periode ini memulai pengembangan seni rupa Indonesia melalui pendidikan


formal. Lembaga Pendidikan yang bernama ASRI berdiri tahun 1948 kemudiaan
secara formal tahun 1950 Lembaga tersebut mulai membuat rumusan-rumusan
untuk mencetak seniman-seniman dan calon guru seni rupa di Indonesia. Pada
tahun 1959 di Bandung dibuka program Seni Rupa ITB, kemudian dibuka jurusan
pendidikan seni rupa disemua IKIP (Institut keguruan dan ilmu pendidikan)
diseluruh Indonesia.

Periode Seni Rupa Baru

Di sekitar tahun 1974 muncul kelompok baru dalam seni lukis yang dipelopori
oleh Jim Supangkat, S. Prinka, Dee Eri Supria, dkk. Kelompok ini menampilkan
gaya baru dalam seni lukis Indonesia yang terpengaruh oleh keilmuan seni
modern barat. Kelompok ini berusaha untuk membebaskan diri dari batasan-
batasan seni rupa yang telah ada.  Konsep kelompok ini adalah:

1. Tidak membedakan disiplin seni


2. Menghilangkan sikap seseorang dalam mengkhususkan penciptaan seni
3. Mendambakan kreatifitas baru
4. Membebaskan diri dari batasan-batasan yang sudah mapan
5. Bersifat eksperimental
II. BUDAYA NUSANTARA DALAM KESENIAN WAYANG KULIT
PURWA

A. DEFINISI WAYANG

Wayang adalah bentuk teater rakyat yang sangat popular. Orang sering
menghubungkan kata “Wayang” dengan “Bayang”, karena dilihat dari pertunjukan
wayang kulit yang memakai layar, muncul bayangan-bayangandi balik layar. Di Jawa
Barat, selain wayang kulit, yang paling popular adalah wayang golek. Berkenaan
dengan wayang golek, ada dua macam di antaranya wayang golek papak (cepak) dan
wayang golek purwa yang ada di daerah Sunda. Kecuali wayang wong, dari semua
wayang itu dimainkan seorang dalang sebagai pemimpin pertunjukan yang sekaligus
menyanyikan suluk, menyuarakan antawacana, mengatur gamelan, mengatur lagu-
lagu dan lain-lain.

Wayang merupakan salah satu puncak seni budaya bangsa Indonesia yang paling
menonjol di antara banyak karya budaya lainnya. Budaya wayang sendiri meliputi
seni peran, seni suara, seni music, seni tutur, seni sasra, seni lukis, seni pahat.

Pengertian wayang sangat tergantung dari sudut pandang orang yang melihatnya.
Kata wayan g dapat diartikan secara luas, tetapi seringkali dibatasi dengan makna
boneka, gambar, tiruan dari manusia, tokoh/pemain dalam suatu
perunjukan/sandiwara. Arti ini mirip dengan yang ada dalam Kamus Umum Bahasa
Sunda, yaitu wayang adalah boneka atau penjelmaan dari manusia yang terbuat dari
kulit ataupun kayu. Namun ada juga yang mengartikan bahwa perkataan wayang
berasal dari Bahasa Jawa, yang berarti perwajahan mengandung penerangan.

B. ASAL USUL WAYANG

Mengenai asal usul wayang khusus di Indonesia juga ada beberapa pendapat. Ada
yang mengatakan bahwa wayang berasal dari kebudayaan India yang sangat
dipengaruhi budaya Hindu. Pendapat lain mengatakan bahwa wayang merupakan
hasil kebudayaan asli masyarakat Jawa tanpa ada pengaruh budaya lain. Disebutkan
pula oleh beberapa sumber bahwa wayang berasal dari relief candi karena beberapa
candi memuat cerita wayang, seperti Candi Prambanan.

Bukti keberadaan wayang dalam perjalanan sejarah di Indonesia tercatat dalam


berbagai prasasti, seperti Prasasti Tembaga (840 M), Prasasti Ugrasena (896 M), dan
Prasasti Belitung (907 M).

Menurut penelitian ahli sejarah, sebetulnya budaya wayang merupakan budaya


asli Indonesia yang sudah ada jauh sebelum agama Hindu masuk Pulau Jawa.
Memang, cerita wayang yang popular saat ini merupakan adaptasi cerita dari karya
sastra India, yaitu Ramayana Mahabrata, tetapi sudah mengalami adaptasi untuk
menyesuaikan dengan falsafah asli Indonesia.

Pertunjukan kesenian wayang sendiri adalah sisa-sisa upacara keagamaan orang


Jawa, yaitu sisa-sisa dari kepercayaan animism dan dinamisme. Meski ada perbedaan
pendapat mengenai asal-usul wayang, tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan
wayang di Indonesia sudah melalui perjalanan waktu yang sangat panjang dan higga
kini masih hidup dalam masyarakat.

C. SEJARAH WAYANG

Wayang merupakan seni pertunjukkan asli milik Indonesia yang mana telah
berkembang pesat baik itu di Jawa dan di Bali. Selain hal itu, juga beberapa
daerah misalnya Semenanjung, Sumatera, serta Malaya. Beberapa wilayah ini
juga memiliki beberapa dari budaya wayang yang terpengaruh kebudayaan
Hindu dan Jawa. UNESCO yaitu lembaga yang membawahi kebudayaan dan
pendidikan dari PBB tahun 2003 menetapkan bahwa wayang adalah merupakan
pertunjukkan bayangan boneka yang tersohor dari Indonesia. Wayang
merupakan sebuah warisan dari mahakarya dunia yang mana tak ternilai dalam
seni bertutur manusia (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of
Humanity). Berbicara tentang pertunjukan boneka, tak hanya Indonesia yang
punya. Negara lainpun juga punya, Jepang misalnya. Namun, wayang yang
dimiliki oleh Indonesia memiliki gaya tutur yang khas dan unik semakin
menambah nilai estetika tersendiri. Tidak salah jika UNESCO memilihnya.

Secara tertulis tak ada memang bukti yang  mengatakan bahwa wayang
menunjukkan ada sebelum agama Hindu mulai menyebar di daerah Asia Selatan.
Diperkirakan pula, seni pertunjukan ini dibawa masuk oleh pedagang dari India.
Meskipun  demikian, kejeniusan dari lokal serta kebudayaan yang ada ternyata
sebelum masuknya Hindu menyatu dulu dengan perkembangan seni pada
pertunjukan yang masuk serta memberi warna khas atau tersendiri pada seni di
Indonesia. Sampai saat inipun, catatan awal yang dapat didapat tentang wayang
berasal dari Prasasti Balitung pada Abad ke 4 yang mempunyai bunyi si Galigi
mawayang. Saat agama Hindu memasuki Indonesia, dan menyesuaikannya
dengan kebudayaan yang telah ada, seni pertunjukan ini atau wayang menjadi
media yang sangat efektif untuk menyebarkan agama Hindu ini. Pertunjukan
wayang disetting dengan menggunakan cerita Ramayana serta Mahabharata.

Senada pula dengan awal masuknya Islam. Saat pertunjukan wayang yang
ditampilkan peran “Tuhan” atau disebut “Dewa” diperankan oleh wujud manusi,
dilarang keras oleh agama dilarang, lalu munculah boneka wayang yang awalnya
terbuat dari kulit sapi, yang mana, ketika pertunjukan di mulai yang ditonton
hanya bayangannya saja. Wayang inilah yang kini kita mengenalnya dengan
wayang kulit. Dalam menyebarkan agama Islam, sempat berkembang juga
wayang Sadat dengan mencampurkan dan memperkenalkan nilai-nilai dari
agama Islam. Pada agama misionaris Katolik, pada saat itu Pastor tahun 1960
dalam misi suci agamanya menyebarkan agama Katolik ke pelosok Indonesia, ia
juga mengembangkan wayang, yang dinamakan Wayang Wahyu, dengan sumber
cerita Alkitab.

Jenis-jenis dari wayang jika diklasifikasikan menurut bahan diantaranya


wayang kulit, wayang kayu, wayang orang, wayang rumput, serta jenis-jenis
wayang menurut atau sesuai dengan asal daerah. Sementara, menurut
daerahnya, maka wayang kulit dibagi lagi menjadi, wayang Purwa, yang terdiri
atas wayang kulit Gagrag Banyumas, lalu wayang Gragag Yogyakarta. Wayang
madya. Lalu wayang Gedog. Wayang Dupara, wayang Krucil, wayang Calonarang,
Wayang Dupara, Wayang Suluh. Wayang Ajen, Wayang Sadat, Wayang Sasak,
Wayang Parwa, wayang Arja, wayang  Gambuh, Wayang Beber. Sementara itu
untuk wayang kayu diantaranya wayang golek, wayang menak, wayang thengkul,
wayang papak, wayang cepak, wayang klithik, wayang potehi, wayang timplong.
Wayang orang, diantaranya wayang gung, dan wayang topeng. Wayang rumput
contoj=hnya wayang suket. Wayang suket adalah bentuk dari tiruan berbagai
figure dari wayang kulit  namun terbuat dari rumput (bahasa Jawa: suket).
Wayang suket umumnya dibuat untuk alat permainan atau sebagai penyampaian
cerita dari perwayangan untuk anak-anak di daerah desa-desa di Jawa.
Membuatnya sangat mudah, beberapa helai dari daun rerumputan dijalin
kemudian dirangkai hingga membentuk figure atau tokoh serupa wayang kulit.

Anda mungkin juga menyukai