Kebudayaan Pacitan? Kalau bicara tentang sejarah, tentu tidak akan ada habisnya.
Ada berbagai peninggalan yang bisa membuktikan bahwa zaman batu itu beneran
ada. Zaman batu tua atau zaman Paleolitikum tentu memiliki peninggalan yang
membuktikan bahwa zaman Paleolitikum benar pernah ada.
Bukti peninggalan zaman paleoltikum bisa kita temui di berbagai daerah di
Indonesia.
Berdasarkan tempat penemuannya, zaman batu tua itu dibagi jadi 2 kebudayaan
temen-temen, yaitu :
Kebudayaan Ngandong
Kebudayaan Pacitan
Daftar Isi
Pengertian Kebudayaan Pacitan
Hasil kebudayaan pacitan
Daerah persebaran kebudayaan pacitan
Ciri-ciri kebudayaan pacitan
Alat alat kebudayaan pacitan
Von Koeningwald, seorang peneliti ahli yang lahir di berlin telah menemukan
beberapa hasil teknologi bebatuan atau alat alat dari batu di sungai baksosa, dekat
punung pada tahun 1935.
Diperkirakan alat alat itu hasil kebudayaan manusia purba jenis pichecantropus
atau keturunan keturunanaya.
Sesuai sama pendapat tentang usia budaya pacitan yang di duga berlangsung di
akhir plestosen tenggah atau permulaan plestosen akhir
Gak cuma kapak genggam budaya pacitan juga dikenal sama nama tradisi kapak
perimbas, hasil budaya pacitan dianggap sebagai alat budaya batu yang paling
awal di indonesia.
Alat alat tersebut masih kasar dan sederhana cara buatnya.
1. Ditemuinnya alat batu dan kapak genggam oleh von koeningswald, kapak
geggam itu berbentuk kapak tapi tidak memiliki gagang.
2. Ditemuinnya alat alat seperti kapak perimbas (chooper), kapak penetak,
pahat genggam, dan alat serpih (flake).
3. Manusia purba di zaman itu jenisnya adalah pithecanthropus erectus.
Kapak perimbas budaya pacitan oleh heekeren di bagi jadi beberapa jenis atas
dasar ciri ciri tertentu lainnya di luar ciri ciri pokok yang sudah di tentukan
sebagai landasan pengolanggan movius.
2. Chopper
Alat ini dibuat dari batu yang ditajamkan dan dibentuk liku-liku. Caranya
penyerpihannya dilakukan selang seling pada kedua pinggiran batu.
3. Kapak genggam
Artikel utama: Kapak Genggam
Kayak yang tadi di atas udah dijelasin. Kapak genggam itu adalah jenis alat yang
banyak sebuah alat dari batu yang bentuknya meruncing. Teknik pemangkasan
alat ini dilakukan di satu permukaan batu biar mendapatkan tajaman.
Kapak genggam adalah jenis alat yang banyak di temuin dan juga merupakan
jenis alat kedua yang tergolong penting dalam budaya pacitan.
Kapak genggam sama kapak perimbas yang jadi ciri khas yang terkenal dari
kebudayaan pacitan.
Kebudayaan pacitan yang tentunya dominan di temuin di daerah pacitan itu bukti
dan enggak diraguin lagi kalo zaman paleolitikum itu bener bener ada.
Kebudayaan Ngandong
2019-02-02 3 MINS READ
Kita hidup di zaman yang modern. Kalau kita melihat dari sisi kemajuan zaman,
zaman modern ini jauh lebih baik dibandingkan masa praaksara.
Banyak banget alat yang dulunya masih sederhana, sekarang sudah menjadi
sangat modenr dan membantu manusia dalam pekerjaan sehari-hari.
Di zaman batu kita mengenal zaman paleolitikum atau zaman batu tua.
Zaman batu tua merupakan zaman batu yang paling awal sebelum zaman-zaman
lainnya.
Kalau kamu udah pernah baca peninggalan zaman paleolitikum dari kami pasti
sekilas sudah paham bahwa peninggalannya berupa alat dari batu, tanduk rusa
dan dari tulang binatang.
Nah dari semua alat peninggalan zaman paleolitikum tersebut bisa tercipta lewat
adanya suatu kebudayaan yaitu :
1. kebudayaan ngandong
2. kebudayaan pacitan
Di artikel ini kita akan membahas gimana sih kebudayaan ngandong itu.
Daftar Isi
Pengertian Kebudayaan Ngandong
Ciri-ciri kebudayan ngandong
Persebaran kebudayaan ngandong
Manusia purba kebudayaan ngandong
Di daerah ini banyak sekali ditemukan bukti seajrah peradaban manusia zaman
paleolitikum seperti alat dari tulang, tanduk dan batu.
Ciri-ciri yang gampang banget dikenali ialah alat hasil kebudayaan ngandong
terbuat dari tulang yang ditemukan umumnya berasal dari tulang binatang yang
berukurang sedang hingga besar.
Dan untuk tanduknya kan dari tanduk rusa, dilihat dari desainnya ini digunakan
untuk menusuk atau menombak.
Sumatera
Kalimantan
Sulawes
Bali
NTB
NTT
Halmahera
Kok bisa tersebar gini sih?
Jadi gini, dulu cara hidup manusia praaksara zaman paleolitikum tinggalnya
masih nomaden atau berpindah-pindah.
Mereka belum mengenal tuh gimana cara berococok tanam, jadi kalau dirasa
persediaan makanan di daerah mereka tinggal sementara sudah mau habis mereka
akan berpindah tempat tinggal lagi.
Hasil budaya Ngandong Berikut ini beberapa alat-alat atau hasil peninggalan
budaya ngandong zaman paleolitikum :
1. Flake
flake adalah alat alat serpih berukuran kecil yang terbuat dari tulang.
2. Chalcedon (kalsedon)
Alat alat yang terbuat dari batu yang memiliki tampilan yang indah dan menarik
seperi chalcedon.
3. Kapak genggam
Alat alat yang terbuat dari tanduk rusa yang sudah diruncingkan terlebih dahulu.
Alat alat ini menurut para ahli digunakan untuk perlindugan diri, berburu, dan
mengolah makanan.
Alat alat yang terbuat dari tulang yang berukuran lebih besar yang digunakan
sebagai belati, alat penusuk, mata tombak, ujung tombak dengan dua mata
tombak, alat perobek daging atau ubi, dan sebagainya.
Alat alat kebudayaan ngandng ini sebelumnya sudah ditemukan juga di dekat
fosil manusia purba, Homo Wajakensis di daerah ngandong dan juga Homo
Soloensis yang telah ditemukan di daerah Ndirejo, Sragen, Jawa Tengah.
Dari penemuan tersebut, para ahli menyimpulkan kalau kebudayaan ngandong itu
berasal dari dua spesies manusia purba yaitu dari :
Homo soloensis
Homo wajakensis
Hasil kebudayaan ngandong yang ditemukan di atas telah dimuseumkan dengan
tujuan yang menjadikan bukti zamanpraaksara itu benar ada dan masyarakat bisa
melihat dan belajar dari sejarha yang ada di Indonesia.
Oiya kalau kamu ingin melihat peninggalan ini, kamu tinggal pergi aja ke
museum di sangiran.
Zaman Mesolitikum
2019-02-10 6 MINS READ
Seperti yang kalian tahu bahwa jauh sebelum adanya zaman yang modern seperti
ini, ada yang namanya zaman prasejarah.
Zaman prasejarah adalah zaman yang sangat sangat berbeda dengan zaman
sekarang, karena pada zaman prasejarah semuanya sangat sederhana dan mereka
hanya memanfaatkan apa yang ada di alam saja.
Daftar Isi
Pengertian Zaman Mesolitikum
Kehidupan zaman mesolitikum
Ciri-ciri Zaman Mesolitikum
Manusia pendukung zaman mesolitikum
Peninggalan zaman mesolithikum
Alat zaman mesolitikum
Ini karena diperkirakan terjadi pada masa holosen yang terjadi sekitar 10.000
tahun lalu. Di zaman batu tengah ini, dipercaya kalau manusia pra sejarah masih
menggunakan batu untuk alat sehari-hari.
Zaman mesolitikum atau zaman batu madya tentu lebih maju dibandingkan
zaman paleolitikum.
Perkembangan budaya yang cepat ini berkat beberapa faktor, seperti ini nih:
Keadaan alam pada masa ini relatif lebih stabil sehingga manusia bisa hidup
dengan suasana yang lebih tenang, karena hidup lebih tenang mereka dapat
mengembangkan kebudayaan mereka.
Manusia pendukung kebudayaan mesolitikum yaitu homo sapiens lebih
cerdas dari pendahulunya.
Tapi, pada zaman ini manusia lebih cerdas dibandingkan dengan para
pendahulunya.
Mereka sudah mulai menetap dan membangun tempat tinggal yang semi
permanen dan mereka juga mulai bercocok tanam meskipun dengan cara yang
masih sederhana. Tempat yang mereka pilih untuk dijadikan tempat tinggal
umumnya berlokasi di:
Manusia purba pada zaman ini masih menggunakan alat alat yang terbuat dari
tulang dan tanduk hewan untuk digunakan dalam kehidupan sehari hari seperti
pada zaman mengumpulkan makanan di zaman paleolitikum.
Alat alat pada zaman mesolitikum banyak ditemukan di pulau sumatra, pulau
jawa, pulau bali, dan nusa tenggara bagian timur.
Manusia yang hidup di zaman batu tengah ini sudah mempunyai kemampuan
untuk membuat gerabah dari bahan tanah liat.
Sudah tidak lagi nomaden atau sudah mempunyai tempat tinggal yang semi
permanen seperti di gua, dan di pantai.
Sudah mempunyai kemampuan untuk bercocok tanam walaupun masih
menggunakan cara yang sederhana
Sudah bisa membuat kerajinan dari gerabah.
Masih melakukan food gathering (mengumpulkan makanan)
Alat alat yang dihasilkan hampir sama dengan zaman palaeolithikum yaitu
alat alat yang terbuat dari batu dan masih kasar.
Ditemukannya sampah dapur yang disebut kjoken mondinger.
Dengan tatanan sosial yang lebih rapih, tertata dan juga maju pada saat itu
menjadi bukti zaman ini lebih baik.
Salah satu jenis manusia pendukung zaman mesolitikum adalah
bangsa melanosoid. Bangsa ini menyerupai nenek moyang orang Sakai, Aeta,
Aborigin dan juga Papua.
Fungsi dari goa ini tentu sebagai rumah atau tempat berlindung dari cuaca dan
binatang buas.
Abis Sous Roche ini pertama kali diselidiki oleh Dr. Van Stein Callenfels pada
tahun 1928-1931 di goa Lawa. Di goa ini ditemukan banyak alat-alat pada zaman
mesolitikum.
Penemuan ini juga menjadi bukti bahwa manusia purba sudah mulai menetap atau
sudah tidak nomaden lagi. Karena kebanyakan fosil ini ditemukan disepanjang
tepi patai timur sumatera, antar daerah medan hingga langsa.
Pada tahun 1925 dr. P.v. Van stein callenfels melakukan penelitian pada
kjokkenmoddinger. Kemudian, dia menemukan kapak genggam yang berbeda
dengan kapak genggam pada zaman paleolitikum.
3. Kebudayaan tulang dari sampung (sampung bone culture)
Karena sebagian besar yang ditemukan adalah alatat yang terbuat dari tulang
maka oleh para arkeolog disebut sebagai sampung bone culture.
4. Kebudayaan bacson-hoabinh
Bacson hoabinh merupakan kebudayaan yang ditemuka di dalam bukit-bukit
kerang dan gua di Indo-china, sumatera timur, dan melaka.
Peninggalan yang satu ini cukup unik, kalau ada orang yang meninggal, mayatnya
diposisikan dengan posisi berjongkok kemudian diberi cat warna merah. Tujuan
pemberian cat tersebut katanya sih “supaya mengembalikan hayat kepada mereka
yang masih hidup”
5. Kebudayaan toala
Sebagian besar kebudayaan toala membuat alatnya dari batu yang menyerupai
batu api dari eropa, seperti kaleson, jaspis, obsidian dan kapur.
Budaya ini beda dengan bacson-hoabinh. Kalau ada yang meninggal, dia akan
dikuburkan didalam gua dan kalau tulang belulangnya telah mengering akan
diberikan kepada keluarganya sebagai kenang-kenangan. Biasanya kaum
perempuan akan menjadikan tulang belulang tersebut sebagai kalung.
3. Pipisan
Ada juga pipisan, yaitu batu batu penggiling beserta dengan landasannya. Selain
digunakan untuk menggiling makanan, batu ini juga digunakan untuk
menghaluskan cat merah yang berasal dari tanah merah.
Pada zaman mesolitikum mereka sudah memiliki tempat tinggal yang semi
permanen, mulai bercocok tanam, hingga memiliki kemampuan untuk membuat
gerabah. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat zaman prasejarah berkembang
dan mulai berinovasi.
Prasejarah. Setelah kita bahas peninggalan zaman batu tua pada artikel Peninggalan purba kebudayaan
Pacitan dan Ngandong, selanjutnya kita akan membahas peninggalan kebudayaan Batu Madya/Batu
Tengah (Mesolitikum/Mesolitik).
Zaman batu madya atau batu tengah berlangsung pada kala holosen. Perkembangan kebudayaan pada
zaman batu madya berlangsung lebih cepat daripada zaman batu tua. Karena pendukung kebudayaan ini
adalah Homo sapiens (manusia cerdas) dan keadaan alam pada zaman batu madya tidak seliar pada zaman
batu tua. Sehingga dalam waktu lebih kurang 20.000 tahun manusia telah mencapai tingkat kebudayaan
yang lebih tinggi dari apa yang telah dicapai pada zaman paleolitikum.
Alat batu yang digunakan pada zaman batu tua masih digunakan pada zaman batu madya, bahkan
dikembangkan. Pengembangan tersebut mendapat pengaruh kebudayaan dari daratan Asia, sehingga
memunculkan corak tersendiri.
Alat-alat dari tulang yang digunakan pada zaman tua memegang peranan penting pada zaman batu madya.
Manusia pada zaman batu mesolitikum ini telah mampu membuat gerabah, yaitu benda pecah belah yang
dibuat dari tanah liat dan dibakar.
Peninggalan kebudayaan
Peninggalan kebudayaan zaman batu madya adalah sebagai berikut:
Di abris sous roche banyak ditemukan alat-alat batu dan tulang dari zaman batu madya. Apa yang
dimaksud Abris sous roche? : adalah gua-gua yang digunakan sebagai tempat tinggal.
Gua-gua tersebut menyerupai ceruk untuk berlindung dari panas dan hujan maupun saat cuaca alam sedang
tidak bersahabat. Pada tahun 1928-1931 Van Stein Callenfeils mengadakan penelitian pertama
mengenai abris sous roche di gua Lawa, Sampung, Ponorogo, Jawa Timur.
Hasil kebudayaan yang ditemukan di gua tersebut adalah alat dari batu, seperti : mata panah, flake, batu-
batu penggiling serta alat-alat dari tulang dan tanduk. Karena sebagian besar alat-alat yang ditemukan di
Sampung berupa alat-alat dari tulang, maka disebut dengan kebudayaan Tulang Sampung atau Sampung
Bone Culture.
Selain alat-alat dari Sampung ini ditemukan pula fosil manusia Papua Melanesoid yang merupakan nenek
moyang bangsa Papua dan Melanesia sekarang ini. Alat-alat batu dan tulang dari zaman batu madya ini
juga ditemukan di Besuki, Jawa Timur oleh Van Heekeren. Di gua-gua Bojonegoro juga ditemukan alat-
alat dari kerang dan tulang bersama dengan fosil manusia Papua Melanesoid.
2. Kebudayan Toala (Flake Culture)
Dua orang peneliti dari Swiss yaitu Fritz Sarasin dan Paul Sarasin, pada tahun 1893-1896 mengadakan
penelitian di Gua Lamoncong, Sulawesi Selatan. Gua-gua tersebut masih didiami suku bangsa Toala.
Mereka berdua berhasil menemukan alat-alat serpih (flake), mata panah bergerigi dan alat-alat lain dari
tulang.
Berdasarkan alat-alat yang ditemukan Van Stein Callenfeils memastikan bahwa kebudayaan Toala tersebut
merupakan kebudayaan mesolitikum. Alt-alat yang menyerupai alat kebudayaan Toala juga ditemukan di
NTT, yaitu Flores, Roti, dan Timor. Sedangkan di daerah Priangan, Bandung ditemukan flake yang terbuat
dari obsidian (batu hitam yang indah).
3. Kebudayaan Kapak Genggam Sumatra (Pebble Culture)
Di sepanjang pesisir Sumatra timur laut, antara Langsa (Aceh) sampai dengan Medan ditemukan bekas-
bekas tempat tinggal manusia dari zaman batu madya. Penemuan tersebut berupa tumpukan kulit kerang
yang membatu setinggi 7 meter. Dalam bahasa Denmark, tumpukan kulit kerang kerang tersebut disebut
kjokkenmoddinger yang artinya sampah dapur.
Van Stein Callenfeils pada tahun 1925 juga menemukan pebble (kapak Sumatra), batu-batu penggiling, alu
dan lesung batu, kapak pendek (hacke courte), serta pisau batu.
Kapak Sumatra atau pebble yaitu sejenis kapak genggam yang terbuat dari batu kali yang dipecah atau
dibilah di mana sisi luarnya tidak diapa-apakan, sedangkan sisi dalamnya dikerjakan sesuai dengan
keperluan.
Kapak pendek atau hacke courte, yaitu sejenis kapak genggam yang bentuknya kira-kira setengah lingkaran,
dibuat dengan memukuli dan memecahkan batu tanpa diasah, tajamnya terdapat pada sisi yang lengkung.
Manusia pendukung
Manusia pendukung kebudayaan mesolitikum adalah manusia dari ras Papua Melanesoid. Hal ini dapat
dibuktikan dengan ditemukannya fosil-fosil manusia ras Papua Melanesoid, baik pada kebudayaan
Sampung maupun di bukit kerang di Sumatra. Adapun pendukung kebudayaan Toala menurut Sarasin
diperkirakan nenek moyang suku Toala sekarang yang juga merupakan keturunan bangsa Wedda dari Sri
Lanka.
Kehidupan sosial
Sebagian manusia pendukung kebudayaan mesolitikum masih tetap berburu dan mengumpulkan makanan,
tetapi sebagian besar dari mereka sudah mempunyai tempat tinggal tetap di gua-gua dan bercocok tanam
secara sederhana. Ada pula pendukung kebudayaan batu madya yang hidup di pesisir pantai. Mereka hidup
dengan menangkap ikan, siput dan kerang.
Mereka bercocok tanam secara sederhana dan masih berpindah-pindah sesuai dengan keadaan kesuburan
tanah. Tanaman yang mereka tanam semacam umbi-umbian. Pada masa itu, manusia purba sudah berusaha
menjinakkan binatang. Hal ini dibuktikan dengan penemuan fosil anjing di Gua Cokondo, Sulawesi Selatan.
Seni lukis
Pendukung kebudayaan mesolitikum melakukan kegiatan menggambar pada dinding-dinding gua ketika
mereka mulai hidup menetap di gua. Pada tahun 1950 Van Heekem melakukan penelitian pertama kali
lukisan pada dinding gua di Leang Patta E, Sulawesi Selatan. Pada gua tersebut terdapat gambar cap-cap
tangan dengan latar belakang cat merah dan gambar seekor rusa yang sedang melompat dengan panah di
bagian jantungnya.
Pada tahun 1977, Kosasih S.A. menemukan lukisan gua di Pulau Muna, Sulawesi Tenggara. Di gua tersebut
ditemukan bermacam-macam lukisan seperti manusia dengan berbagai sikap, kuda, rusa, buaya, dan anjing.
Pada tahun 1937 J. Roder menemukan lukisan dinding gua di Pulau Seram dan Pulau Kei. Lukisan tersebut
di antaranya cap-cap tangan, gambar kadal, manusia, rusa burung, perahu, matahari, mata, dan gambar-
gambar geometrik.
Kepercayaan
Masyarakat pendukung zaman mesolitikum di Indonesia sudah mengenal kepercayaan dan penguburan
mayat. Lukisan manusia di Pulau Seram dan Papua merupakan contoh gambar nenek moyang yang
dianggap memiliki kekuatan magis sebagai penolak roh jahat.
Baca juga:
Bukti adanya penguburan dari zaman mesolitikum ditemukan di Gua Lawa (Sampung)
dan kjokkenmoddinger. Mayat yang dikubur tersebut dibekali dengan bermacam-macam keperluan sehari-
hari seperti kapak-kapak yang indah dan perhiasan. Ada juga mayat yang ditaburi dengan cat merah dalam
suatu upacara penguburan dengan maksud memberikan kehidupan baru di alam baka.
Perkembangan zaman batu yang dapat dikatakan paling penting dalam kehidupan
manusia adalah zaman batu baru atau neolitikum. Pada zaman neolitikum yang juga
dapat dikatakan sebagai zaman batu muda. Pada zaman ini telah terjadi “revolusi
kebudayaan”, yaitu terjadinya perubahan pola hidup manusia.
Pola hidup food gathering digantikan dengan pola food producing. Hal ini seiring dengan
terjadinya perubahan jenis pendukung kebudayaanya. Pada zaman ini telah hidup
jenis Homo sapiens sebagai pendukung kebudayaan zaman batu baru.
Mereka mulai mengenal bercocok tanam dan beternak sebagai proses untuk
menghasilkan atau memproduksi bahan makanan. Hidup bermasyarakat dengan
bergotong royong mulai dikembangkan. Hasil kebudayaan yang terkenal di
zaman neolitikum ini secara garis besar dibagi menjadi dua tahap perkembangan.
Kebudayaan kapak persegi
Nama kapak persegi berasal dari penyebutan oleh von Heine Gelderen.
Penamaan ini dikaitkan dengan bentuk alat tersebut. Kapak persegi ini berbentuk
persegi panjang dan ada juga yang berbentuk trapesium. Ukuran alat ini juga
bermacam-macam.
Kapak persegi yang
besar sering disebut dengan beliung atau pacul (cangkul), bahkan sudah ada ya
ng diberi tangkai sehingga persis seperti cangkul zaman sekarang. Sementara yang
berukuran kecil dinamakan tarah atau tatah.
Penyebaran alat-alat ini terutama di Kepulauan Indonesia bagian barat, seperti
Sumatra, Jawa dan Bali. Diperkirakan sentra- sentra teknologi kapak persegi ini ada di
Lahat (Palembang), Bogor, Sukabumi, Tasikmalaya (Jawa Barat), kemudian Pacitan-
Madiun, dan di Lereng Gunung Ijen (Jawa Timur). Yang menarik, di Desa Pasirkuda
dekat Bogor juga ditemukan batu asahan. Kapak persegi ini cocok sebagai alat
pertanian.
Kebudayaan kapak lonjong
Nama kapak lonjong ini disesuaikan dengan bentuk penampang alat ini yang berbentuk
lonjong. Bentuk keseluruhan alat ini lonjong seperti bulat telur. Pada ujung
yang lancip ditempatkan tangkai dan pada bagian ujung yang lain diasah
sehingga tajam. Kapak yang ukuran besar sering disebut walzenbeil dan yang kecil
dinamakan kleinbeil. Penyebaran jenis kapak lonjong ini terutama di Kepulauan
Indonesia bagian timur, misalnya di daerah Papua, Seram, dan Minahasa.
Pada zaman neolitikum, di samping berkembangnya jenis kapak batu juga ditemukan
barang-barang perhiasan, seperti gelang dari batu, juga alat-alat gerabah atau
tembikar. Perlu kamu ketahui bahwa manusia purba waktu itu sudah memiliki
pengetahuan tentang kualitas bebatuan untuk peralatan. Penemuan
dari berbagai situs menunjukkan bahan yang paling sering dipergunakan adalah jenis
batuan kersikan (silicified stones), seperti
gamping kersikan, tufa kersikan, kalsedon,
dan jasper. Jenis-jenis batuan ini di samping keras, sifatnya
yang retas dengan pecahan yang cenderung tajam dan tipis,
sehingga memudahkan pengerjaan. Di beberapa situs yang mengandung fosil-fosil
kayu, seperti di Kali Baksoka (Jawa Timur) dan Kali
Ogan (Sumatra Selatan) tampak ada
upaya pemanfaatan fosil untuk bahan peralatan. Pada
saat lingkungan tidak menyediakan bahan yang baik, ada kecenderungan
untuk memanfaatkan batuan yang tersedia di sekitar hunian, walaupun kualitasnya
kurang baik.
Contoh semacam ini dapat diamati pada situs Kedunggamping di sebelah timur
Pacitan, Cibaganjing di Cilacap, dan Kali Kering di Sumba yang pada
umumnya menggunakan bahan andesit untuk peralatan.
Sumber: Sejarah SMA/MA Kelas X Kemdikbud 2014
Incoming search terms:
kapak persegi
Kapak persegi ditemukan oleh
zaman kapak persegi