Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia yang hidup pada zaman Praaksara sekarang sudah berubah
menjadi fosil. Fosil manusia yang ditemukan di Indonesia dalam perkembangan
terdiri dari beberapa jenis. Penemuan - penemuan fosil ini banyak disumbang oleh
Indonesia. Hal ini dikarenakan Indonesia merupakan wilayah tropis dan
mempunyai iklim yang cocok dihuni manusia kala itu. Penemuan - penemuan
fosil sangat berguna bagi perkembangan ilmu sejarah sekarang ini. Baik dalam hal
menjelaskan kehidupan manusia kala itu. Hewan yang pernah hidup dan
bagaimana evolusi manusia hingga menjadi sekarang ini. Indonesia banyak
menyumbang fosil manusia - manusia purba.
Dilihat dari hasil penemuan di Indonesia maka dapat dipastikan Indonesia
mempunyai banyak sejarah peradapan manusia mulai saat manusia hidup. Dengan
begitu ilmu sejarah akan terus berkembang sejalan dengan fosil-fosil yang
ditemukan. Hal ini diketahui dari kedatangan para ahli dari Eropa pada abad ke-
19, dimana mereka tertarik untuk mengadakan penelitian tentang fosil manusia di
Indonesia. Itu sebabnya makalah ini dibuat untuk mengetahui lebih jelas dan
terperinci mengenai pengertian manusia purba yang ditemukan di Indonesia dan
homo sapiens serta kehidupannya pada masa itu.
Wilayah Indonesia merupakan wilayah yang memilki letak yang strategis,
sehingga tidak heran jika terjadi akulturasi beragam budaya yang terjadi sejak
zaman nenek moyang sampai zaman era global saat ini. Letak yang strategis
tersebut sangat didukung oleh sumber daya manusianya. Untuk mempelajari
kehidupan manusia saat ini tidak ada salahnya kita merunutnya sampai pada masa
silam yaitu masa praaksara. Kehidupan manusia pada zaman praaksara senantiasa
mengalami perubahan dan perkembangan. Semua itu bertahap dan melalui proses
yang sangat lama. Tentunya corak kehidupan yang saat ini kita lakukan adalah
kembangan dari corak kehidupan pada zaman praaksara. Untuk itu marilah kita
menelaah “Corak Kehidupan Masyarakat Praaksara”

KELOMPOK 5 | MAKALAH – CORAK KEHIDUPAN MASYARAKAT MASA 1


PRAAKSARA
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian masa praaksara
2. Pola hunian masa praaksara
3. Perkembangan ekonomi masyarakat praaksara
4. Sistem kepercayaan pada masa praaksara

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui tentang kehidupan pada masa praaksara.
b. Untuk untuk mengetahui perkembangan ekonomi dan sistem kepercayaan yang
dianut pada masa praaksara

D. Manfaat
a. Kita bisa tahu pengertian dari masa praaksara
b. Kita juga bisa mengetahui bagaimana saja manusia-manusia pada masa praaksara
bisa bertahan hidup

KELOMPOK 5 | MAKALAH – CORAK KEHIDUPAN MASYARAKAT MASA 2


PRAAKSARA
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Masa Praaksara


Zaman praaksara adalah masa kehidupan manusia sebelum mengenal
tulisan. Praaksara berasal dari dua kata, yaitu pra yang artinya sebelum dan aksara
yang berarti tulisan. Praaksara disebut juga nirleka, nir berarti tanpa dan leka
berarti tulisan. Batas antara zaman Praaksara dengan zaman sejarah adalah mulai
adanya tulisan. Hal ini menimbulkan suatu pengertian bahwa Praaksara adalah
zaman sebelum ditemukannya tulisan, sedangkan sejarah adalah zaman setelah
adanya tulisan. Berakhirnya zaman Praaksara atau dimulainya zaman sejarah
untuk setiap bangsa di dunia tidak sama tergantung dari peradaban bangsa
tersebut.
Dengan tidak adanya peninggalan tertulis, maka sumber untuk
mengungkap keberadaannya berupa peninggalan – peninggalan antara lain fosil,
artefak. Fosil, merupakan sisa sisa makhluk hidup yang telah membatu karena
tertimbun dalam tanah selama berjuta tahun. Fosil bisa berupa kerangka manusia,
hewan ataupun tumbuh tumbuhan. Artefak, merupakan benda benda perlengkapan
hidup manusia purba yang masih tersisa, seperti : dolmen, kjoken modinger,
kapak perunggu, kapak batu dll.
Kurun waktu berlangsungnya sangat lama yaitu sejak manusia belum
mengenal tulisan sampai mengenal tulisan. hal ini untuk mesing – masing bangsa
tidak sama untuk bangsa indonesia jaman pra aksara berakhir sekitar tahun 400
masehi atau abad ke 5.

B. Pola Hunian Masa Praaksara


1. Pola Kehidupan Nomaden
Nomaden artinya berpindah – pindah dari satu tempat ke tempat yang lain.
Kehidupan masyarakat pra aksara sangat bergantung kepada alam. Bahkan,
kehidupan mereka tidak seperti kelompok hewan, karena bergantung pada apa
yang disediakan alam. Apa yang mereka makan adalah bahan makanan apa yang

KELOMPOK 5 | MAKALAH – CORAK KEHIDUPAN MASYARAKAT MASA 3


PRAAKSARA
disediakan alam, seperti, buah – buahan, umbi – umbian, atau dedauanan yang
mereka makan tinggal memetik dari pepohonan atau menggali dari tanah. Mereka
tidak pernah menanam atau mengolah pertanian.
Berdasarkan pola kehidupan nomaden tersebut, maka masa kehidupan
masyarakat pra aksara sering disebut sebagai ‘masa mengumpulkan bahan
makanan dan berburu’. Jika bahan makanan yang akan di kumpulkan telah habis,
mereka akan berpindah ke tempat lain yang banyak menyediakan bahan makanan.
Di samping itu, tujuan perpindahan mereka adalah untuk menangkap binatang
buruannya. Kehidupan semacam itu berlangsung dalam waktu yang lama dan
berlangsung secara terus menerus. Oleh karena itu, mereka tidak pernah
memikirkan rumah sebagai tempat tinggal yang tetap
Pada masa nomaden, masyarakat pra aksara telah mengenal kehidupan
berkelompok. Jumlah anggota dari setiap kelompok sekitar 10-15 orang. Bahkan,
untuk mempermudah hidup dan kehidupannya, mereka telah mampu membuat
alat – alat perlengkapan dari batu dan kayu, meskipun bentuknya masih sangat
kasar dan sederhana. Ciri – ciri kehidupan masyarakat nomaden adalah sebagai
berikut:
 Selalu berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain,
 Sangat bergantung pada alam,
 Belum mengolah bahan makanan,
 Hidup dari hasil mengumpulkan bahan makanan dan berburu,
 Belum memiliki tempat tinggal yang tetap,
 Peralatan hidup masih sangat sederhana dan terbuat dari batu atau kayu.
2. Pola Kehidupan Semi Nomaden
Terbatasnya, kemampuan alam untuk memenuhi kebutuhan hidup
masyarakat menuntut setiap manusia untuk merubah pola kehidupannya. Oleh
karena itu, masyarakat pra aksara mulai merubah pola hidup secara nomaden
menjadi semi nomaden. Kehidupan semi nomaden adalah pola kehidupan yang
berpindah – pindah dari satu tempat ke tempat yang lain, tetapi sudah disertai

KELOMPOK 5 | MAKALAH – CORAK KEHIDUPAN MASYARAKAT MASA 4


PRAAKSARA
dengan kehidupan menetap sementara. Hal ini berkaitan dengan kenyataan bahwa
mereka sudah mulai mengenal cara – cara mengolah bahan makanan.
Pola kehidupan semi nomaden ditandai dengan ciri – ciri sebagai berikut:
 Mereka masih berpindah – pindah dari satu tempat ke tempat lain;
 Mereka masih bergantung pada alam;
 Mereka mulai mengenal cara – cara mengolah bahan makanan;
 Mereka telah memiliki tempat tinggal sementara;
 Di samping mengumpulkan bahan makanan dan berburu, mereka mulai
menanam berbagai jenis tanaman;
 Sebelum meninggalkan suatu tempat untuk berpindah ke tempat lain,
mereka terlebih dahulu menanam berbagai jenis tanaman dan mereka akan
kembali ke tempat itu, ketika musin panen tiba;
 Peralatan hidup mereka sudah lebih baik dibandingkan dengan peralatan
hidup masyarakat nomaden;
 Di samping terbuat dari batu dan kayu, peralatan itu juga terbuat dari
tulang sehingga lebih tajam.
Pada zaman ini, masyarakat diperkirakan telah memelihara anjing. Pada
waktu itu, anjing merupakan binatang yang dapat membantu manusia dalam
berburu binatang. Di Sulawesi Selatan, di dalam sebuah goa ditemukan sisa – sisa
gigi anjing oleh Sarasin bersaudara.

3. Pola Kehidupan Menetap


Kehidupan masyarakat pra aksara terus berkembang sesuai dengan
kebutuhan dan tuntutan masyarakatnya. Ternyata, pola kehidupan semi nomaden
tidak menguntungkan karena setiap manusia masih harus berpindah dari satu
tempat ke tempat yang lain. Di samping itu, setiap orang harus membangun
tempat tinggal, meskipun hanya untuk sementara waktu. Dengan demikian, pola
kehidupan semi nomaden dapat dikatakan kurang efektif dan efisien. Oleh karena
itu, muncul gagasan untuk mengembangkan pola kehidupan yang menetap. Itulah,
konsep dasar yang mendasari perkembangan kehidupan masyarakat pra aksara.
KELOMPOK 5 | MAKALAH – CORAK KEHIDUPAN MASYARAKAT MASA 5
PRAAKSARA
Pola kehidupan menetap memiliki beberapa keuntungan atau kelebihan, di
antaranya:
 Setiap keluarga dapat membangunan tempat tinggal yang lebih baik untuk
waktu yang lebih lama;

 Setiap orang dapat menghemat tenaga karena tidak harus membawa


peralatan hidup dari satu tempat ke tempat lain;

 Para wanita dan anak – anak dapat tinggal lebih lama di rumah dan tidak
akan merepotkan;

 Wanita dan anak – anak sangat merepotkan, apabila mereka harus


berpindah dari satu tempat ke tempat lain;

 Mereka dapat menyimpan sisa – sisa makanan dengan lebih baik dan
aman;

 Mereka dapat memelihara ternak sehingga mempermudah pemenuhan


kebutuhan, terutama apabila cuaca sedang tidak baik;

 Mereka memiliki waktu yang lebih banyak untuk berkumpul dengan


keluarga, sekaligus menghasilkan kebudayaan yang bermanfaat bagi hidup
dan kehidupannya;

 M mulai mengenal sistem astronomi untuk kepentingan bercocok tanam;

 Mereka mulai mengenal sistem kepercayaan.

 Dilihat dari aspek geografis, masyarakat pra aksara cenderung untuk hidup
di daerah lembah atau sekitar sungai dari pada di daerah pegunungan.
Kecenderungan itu didasarkan pada beberapa kenyataan, seperti:
 Memiliki struktur tanah yang lebih subur dan sangat menguntungkan bagi
kepentingan bercocok tanam;

 Memiliki sumber air yang baik sebagai salah satu kebutuhan hidup
manusia

 Lebih mudah dijangkau dan memiliki akses ke daerah lain yang lebih
mudah

KELOMPOK 5 | MAKALAH – CORAK KEHIDUPAN MASYARAKAT MASA 6


PRAAKSARA
C. Perkembangan Ekonomi Masyarakat Praaksara
1. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Sederhana: Budaya
Paleolithik
Sebagaimana diungkapkan The Cambridge Encyclopedia of Hunter
Gatherers: berburu dan mengumpulkan makanan (meramu) merupakan bentuk
adaptasi pertama manusia yang paling sukses, serta mencakup 90 persen dari
sejarah manusia. Sampai 12.000 tahun yang lalu, semua manusia hidup dengan
cara ini.
Makanan manusia purba pada masa ini bergantung sepenuhnya pada alam
dengan berburu dan mengumpulkan makanan. Itu karena pada masa ini, hewan
dan tumbuh-tumbuhan telah hidup merata di bumi. Kala Pleistosen sampai
Holosen merupakan masa puncak perkembangan hewan menyusu (mamalia).
Maka, berburu hewan menjadi aktivitas pokok untuk bertahan hidup. Hewan-
hewan yang diburu antara lain: rusa, kuda, babi hutan, kijang, kerbau, kera, gajah,
kuda nil, dan sebagainya.
Karena berburu menjadi sarana utama untuk bertahan hidup, kehidupan
manusia purba Indonesia pada masa ini, sejak Pithecanthropus sampai Homo
sapiens, bersifat nomaden atau berpindah-pindah mengikuti gerak binatang
buruan serta sumber air. Kehidupan menetap (sedenter) belum dikenal.
Migrasi (perpindahan) hewan buruan itu umumnya dipengaruhi beberapa
faktor utama sebagai berikut.
1) Adanya perubahan iklim yang ekstrem, misalnya kemarau panjang yang
membuat banyak padang rumput dan sumber air menjadi kering, atau musim
hujan berkepanjangan yang membuat suhu lingkungan menjadi sangat dingin;
2) Bencana alam, yang juga ikut membuat manusia bermigrasi;
3) Ancaman dari sesame hewan, yaitu hewan karnivora;
4) Gangguan manusia;
5) Tumbuh-tumbuhan biasanya lebih mudah tumbuh dan berkembang di daerah-
daerah beriklim lebih panas, yangmembuat hewan-hewan pemakan tumbuhan
(herbivora) ikut bermigrasi, mengikuti “migrasi” tumbuh-tumbuhan itu. Migrasi

KELOMPOK 5 | MAKALAH – CORAK KEHIDUPAN MASYARAKAT MASA 7


PRAAKSARA
hewan-hewan herbivore ini dengan sendirinya membuat hewan-hewan karnivora
ikut bermigrasi juga.

2. Masa Beburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut: Budaya Mesolithik


Corak kehidupan manusia purba pada masa ini tetap sama seperti pada
masa sebelumnya, yaitu berburu dan mengumpulkan makanan dari alam.
Bedanya, selain alat-alat dari batu, pada masa ini mereka juga mampu membuat
alat-alat dari tulang dan kulit kerang.
Mereka mengenal pembagian kerja: laki-laki berburu, sedangkan
perempuan mengumpulkan makanan berupa tumbuh-tumbuhan dan hewan-hewan
kecil, memasak atau memelihara api, dan membimbing anak.
Hal itu jugalah yang membuat mereka mengenal kebiasaan bertempat
tinggal secara tidak tetap (semi-sedenter), terutama di gua-gua payung (abris sous
roche). Mereka memilih gua-gua yang tidak jauh dari sumber mata air atau sungai
yang terdapat sumber makanan seperti ikan, kerang, dan siput.
Selain bertempat tinggal di gua-gua, ada juga kelompok manusia lain yang
bertempat tinggal di tepi pantai, yang hidupnya lebih tergantung pada bahan-
bahan makanan yang terdapat di laut. Hal ini terbukti dari penemuan-penemuan
kulit kerang dan siput dalam jumlah banyak selain tulang-tulang manusia dan alat-
alatnya di dalam timbunan kulit kerang (remis) dan siput yang membukit yang
disebut dengan kjokkenmoddinger. Kenyataan ini juga menunjukkan bahwa
mereka telah mengenal pencarian dan pengumpulan makanan di laut.
Selama bertempat tinggal di gua-gua, selain mengerjakan alat-alat, mereka
juga mulai mengenal tradisi melukis di dinding-dinding gua atau dinding karang.
Sumber inspirasi dari lukisan ini adalah cara hidup mereka yang serba tergantung
pada alam. Lukisan-lukisan itu menggambarkan suatu pengalaman, perjuangan,
harapan hidup, dan bahkan kepercayaan mereka.
Selain itu, agar terhindar dari binatang buas, manusia purba memilih untuk
membangun rumah di atas pohon. Begitu juga segala aktifitas yang mereka
lakukan di atas pohon. Terutama kegiatan makan yang menyebabkan sisa

KELOMPOK 5 | MAKALAH – CORAK KEHIDUPAN MASYARAKAT MASA 8


PRAAKSARA
makanan yang di buang ke bawah lama-lama menjadi bukit fosil yang kemudian
juga dapat disebut kjokkenmoddinger.
Pada masa ini pula, untuk pertama kalinya manusia purba menemukan api.
Penemuan api tidak terlepas dari perkembangan otak mereka sebagai akibat dari
tuntutan menyesuaikan diri dengan perkembangan alam dan lingkungan. Secara
khusus, api berperan penting dalam kehidupan gua, seperti menghangatkan tubuh,
menghalau binnatang buas pada malam hari , serta memasak makanan.
Di tahap akhir masa ini, mereka telah mengenal bercocok tanam yang
sangat sederhana dan dilakukan secara berpindah-pindah menurut kondisi
kesuburan tanah. Hutan yang dijadikan tanah pertanian dibakar terlebih dahulu
dan dibersihkan (slash and burn). Di sana mereka menanam umbi-umbian seperti
keladi.

3. Masa Bercocok Tanam: Budaya Neolithik


Cara hidup berburu dan mengumpulkan makanan perlahan-lahan
ditinggalkan. Seiring dengan itu, masyarakat memelihara hewan-hewan tertentu
(pastoralisme). Sebagian kecil penduduk yang tinggal di tepi pantai memproduksi
garam dan mencari ikan.
Kegiatan bercocok tanam dilakukan dengan menebang dan membakar
pohon-pohon dan belukar (slash and burn) sehingga terciptalah ladang-ladang
yang memberikan hasil-hasil pertanian, meskipun sifatnya masih sederhana.
Tanaman yang dikembangkan di antaranya keladi, pisang, kelapa, salak,
rambutan, sukun, dan duku; sedangkan jenis hewan yang diternakkan di antaranya
ayam, kerbau, anjing, dan babi.
Sebagai konsekuensi dari tradisi baru itu (bercocok tanam), mereka sudah
tinggal menetap (sedenter). Perkampungan terdiri atas tempat-tempat tinggal
sederhana yang didiami secara berkelompok oleh beberapa keluarga. Bangunan
tempat tinggal dibuat dari kayu atau bambu.
Gotong royong juga telah menjadi bagian dari corak kehidupan
masyarakat. Menebang hutan, membakar semak belukar, menabur benih, memetik

KELOMPOK 5 | MAKALAH – CORAK KEHIDUPAN MASYARAKAT MASA 9


PRAAKSARA
hasil, membuat gerabah, kegiatan tukar-menukar, berburu dan menangkap ikan
dilakukan secara gotong royong.
Mereka juga mengenal pembagian kerja antara kaum wanita dengan laki-
laki. Misalnya, pekerjaan berburu yang menghabiskan tenaga banyak dilakukan
oleh para lelaki. Menangkap ikan yang dekat dengan tempat tinggal (sungai, rawa,
atau tempat-tempat yang dangkal di danau-danau) dapat dilakukan oleh kaum
wanita dan anak-anak, sedangkan menangkap ikan di laut lepas pada umumnya
dikerjakan oleh laki-laki. Selain itu, ada anggota masyarakat yang membuat
beliung kasar di tempat yang disebut atelier, ada yang bertugas menghaluskan,
dan sebagainya.

4. Masa Perundagian: Budaya Megalithik dan Budaya Logam


Masa ini disebut masa perundagian yaitu dari kata undagi yang berarti
terampil karena pada masa ini muncul golongan undagi atau golongan yang
terampil melakukan suatu jenis usaha tertentu, seperti membuat alat-alat dari
logam, rumah kayu, gerabah, perhiasan, dan sebagainya. Munculnya kemampuan
membuat alat-alat dari logam tersebut tidak menggantikan mata pencarian pokok:
bercocok tanam.
Dalam perkembangannya, alat-alat dari logam itu juga dipakai untuk
tujuan ritual keagamaan, seiring dengan semakin berkembangnya sistem
kepercayaan mereka dalam bentuk animism dan dinamisme.
Sementara itu, penduduk Nusantara hidup secara menetap di desa-desa di
daerah pegunungan, dataran rendah, dan di tepi pantai dalam tata kehidupan yang
makin teratur dan terpimpin.

D. Sistem Kepercayaan Pada Masa Praaksara


1. Sistem Kepercayaan
Pada Masa Praaksara, seiring dengan perkembangan kemampuan berpikir,
manusia purba mulai mengenal kepercayaan terhadap kekuatan-kekuatan lain di
luar dirinya yang disebut sistem kepercayaan manusia purba/zaman pra aksara.
Oleh sebab itu, mereka berusaha mendekatkan diri dengan kekuatan tersebut.

KELOMPOK 5 | MAKALAH – CORAK KEHIDUPAN MASYARAKAT MASA 10


PRAAKSARA
Caranya ialah dengan mengadakan berbagai upacara, seperti pemujaan, pemberian
sesaji, yang paling menonjol upacara penguburan orang meninggal ataupun
upacara ritual lainnya Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya lukisan-lukisan di
dinding goa di Sulawesi Selatan dan juga berbagai alat ritual lainnya yang akan
dijelaskan nanti. Sistem kepercayaan masyarakat Indonesia zaman praaksara
diperkirakan tumbuh pada masa berburu dan mengumpulkan makanan.
Upacara sebagai bentuk ritual kepercayaan mengalami perkembangan
seiring zaman. Mereka melakukan upacara tidak hanya berkaitan dengan leluhur,
akan tetapi berkaitan dengan mata pencaharian hidup yang mereka lakukan.
Misalnya ada upacara khusus yang dilakukan oleh masyarakat pantai khususnya
para nelayan. Upacara yang dilakukan oleh masyarakat pantai ini, yaitu
penyembahan kekuatan yang dianggap sebagai penguasa pantai. Penguasa inilah
yang mereka anggap memberikan kemakmuran kehidupannya. Sedang di daerah
pedalaman atau pertanian ada upacara persembahan kepada kekuatan yang
dianggap sebagai pemberi berkah terhadap hasil pertanian.
2. Macam-macam Kepercayaan
a. Animisme adalah kepercayaan terhadap roh yang mendiami semua benda.
Manusia purba percaya bahwa roh nenek moyang masih berpengaruh terhadap
kehidupan di dunia. Mereka juga memercayai adanya roh di luar roh manusia
yang dapat berbuat jahat dan berbuat baik. Roh-roh itu mendiami semua benda,
misalnya pohon, batu, gunung, dsb. Agar mereka tidak diganggu roh jahat,
mereka memberikan sesaji kepada roh-roh tersebut.

b. Dinamisme adalah kepercayaan bahwa segala sesuatu mempunyai tenaga atau


kekuatan yang dapat memengaruhi keberhasilan atau kegagalan usaha manusia
dalam mempertahankan hidup. Mereka percaya terhadap kekuatan gaib dan
kekuatan itu dapat menolong mereka. Kekuatan gaib itu terdapat di dalam benda-
benda seperti keris, patung, gunung, pohon besar, dll. Untuk mendapatkan
pertolongan kekuatan gaib tersebut, mereka melakukan upacara pemberian sesaji,
atau ritual lainnya.

KELOMPOK 5 | MAKALAH – CORAK KEHIDUPAN MASYARAKAT MASA 11


PRAAKSARA
c. Totemisme adalah kepercayaan bahwa hewan tertentu dianggap suci dan dipuja
karena memiliki kekuatan supranatural. Hewan yang dianggap suci antara lain
sapi, ular, dan harimau. Hewan yang dianggap suci juga bisa berasal dari mimpi,
misal seseorang memimpikan kura-kura, maka hewan suci yang dipujanya adalah
kura-kura. Biasanya orang-orang yang menggangap suatu hewan suci akan
pantang makan daging hewan itu dan tidak membunuh serta melindungi hewan
itu.

3. Barang-barang Peninggalan Sistem Kepercayaan Zaman Pra-Aksara


a. Menhir adalah tiang atau tugu batu yang berfungsi sebagai prasasti dan
melambangkan kehormatan arwah nenek moyang.
b. Dolmen adalah meja batu untuk meletakkan sesaji.
c. Peti Kubur Batu adalah lempeng batu besar berbentuk kotak persegi panjang
berfungsi sebagai peti jenazah.
d. Sarkofagus, adalah batu besar yang di pahat berbentuk mangkuk terdiri dari dua
keeping yang ditangkupkan menjadi satu. Berfungsi sebagai peti jenazah.
e. Waruga, adalah peti kubur batu berukuran kecil, berbentuk kubus dan memiliki
tutup.
f. Punden Berundak adalah bangunan berupa batu susunan batu berundak seperti
candi. Digunakan untuk upacara pemujaan.

KELOMPOK 5 | MAKALAH – CORAK KEHIDUPAN MASYARAKAT MASA 12


PRAAKSARA
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masa praaksara atau nirleka (nir; tidak ada, leka; tulisan) adalah sebutan
terhadap suatu masa ketika manusia belum mengenal aksara atau tulisan. Di sebut
juga masa prasejarah. Meki belum mengenal tulisan, masyarakatnya telah
memiliki kemampuan berbahasa dan berkomunikasi lisan serta mampu merekam
pengalaman masa lalunya sedemikian rupa sehingga kita sekarang dapat
memperoleh gambaran tentang kehidupan masyarakat di masa lalu.
Corak kehidupan prasejarah indonesia dilihat dari segi hasil kebudayaan
manusia prasejarah menghasilkan dua bentuk budaya yaitu : bentuk budaya yang
bersifat spiritual dan bersifat material; segi kepercayaan ada dinamisme dan
animisme; pola kehidupan manusia prasejarah adalah bersifat nomaden (hidup
berpindah-pindah dan bersifat permanen (menetap); sistem bercocok
tanam/pertanian; pelayaran; bahasa; food gathering dan menjadi food producing.
Kepulauan Indonesia yang terbentuk sejak lama, telah menyimpan sejarah
peradaban manusia yang panjang. Sebelum mengenal tulisan (Praaksara) wilayah
kepulauan Indonesia telah didiami manusia purba. Manusia purba berbeda
dengan manusia modern, mereka banyak sekali keterbatasannya. Kehidupan
manusia Purba pada zaman batu sangatlah bergantung alam, berkelompok,
nomaden dan primitif.
B. Saran
Diharapkan agar siswa dapat memahami maksud dari makalah ini dan bisa
menambah pengetahuan dan wawasan tentang kehidupan manusia purba pada
zaman dahulu.
Agar sebagai generasi muda kita tidak melupakan sejarah peradaban
bangsa kita sendiri, khususnya dalam mengenal dan memahami kehidupan masa
praaksara ketika manusia purba hidup di Indonesia.

KELOMPOK 5 | MAKALAH – CORAK KEHIDUPAN MASYARAKAT MASA 13


PRAAKSARA
DAFTAR PUSTAKA

http://raihanindraguna.blogspot.com/2017/02/contoh-makalah-corak-
kehidupan.html

KELOMPOK 5 | MAKALAH – CORAK KEHIDUPAN MASYARAKAT MASA 14


PRAAKSARA

Anda mungkin juga menyukai