Anda di halaman 1dari 4

MORAL YANG TERKANDUNG DALAM

ADAT BOYONG GROBOG

Disusun Oleh:

RAFLY ARYANTO PUTRA

3301421062

PENDIDIKAN MORAL PANCASILA

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


TRADISI BOYONG GROBOG

I. Latar Belakang

Tradisi Boyong Grobog digelar untuk memperingati sejarah perpindahan


pemerintahan Kabupaten Grobogan dari ibu kota lama di Kecamatan Grobogan menuju ibu
kota baru di Kecamatan Purwodadi serta sebagai bentuk penghargaan kepada Adipati
Martopuro yang merupakan pendiri Kabupaten Grobogan. Grobogan - Perpindahan pusat
pemerintahan Kabupaten Grobogan dari Kecamatan Grobogan ke Kecamatan Purwodadi
memiliki sejarah panjang, yang hingga saat ini menjadi simbol kegotongroyongan
masyarakat setempat.Untuk tetap melestarikan rasa kegotongroyongan tersebut, setiap tahun
digelar tradisi kirab adat yang disebut "Boyong Grobog". Dalam prosesi adat ini di sepanjang
jalan utama dan pusat pemerintahan, warga memikul gunungan yang berisi hasil bumi, yang
diikuti oleh para gadis dengan mengenakan pakaian adat Jawa, Grobogan.Memikil gunungan
adalah sebagai simbol kegotongyorongan masyarakat setempat dalam membangun
Kabupaten Grobigan.

Prosesi adat ini juga merupakan salah satu kekayaan budaya masyarakat
setempat, yang berpotensi menjadi salah satu destinasi wisata sejarah dan kebudayaan di
daerah tersebut. Selain untuk melestarikan warisan budaya, tradisi ini juga digelar sebagai
bentuk penghargaan kepada Adipati Martopuro atau Pangeran Puger yang merupakan pendiri
sekaligus bupati pertama Kabupaten Grobogan.Untuk diketahui, secara geografis, Kabupaten
Grobogan merupakan lembah yang diapit oleh dua pegunungan kapur, yaitu Pegunungan
Kendeng di bagian selatan dan Pegunungan Kapur Utara di bagian utara. Bagian tengah
wilayahnya adalah dataran rendah. Dua sungai besar yang mengalir adalah Kali Serang dan
Kali Lusi.Sementara, Purwodadi adalah nama salah satu kecamatan di wilayah Kabupaten
Grobogan, Jawa Tengah, yang saat ini dijadikan sebagai pusat pemerintahan kabupaten
tersebut. Kabupaten Grobongan terletak di sebelah Timur bagian tengah Provinsi Jawa
Tengah.
II. PEMBAHASAN

Boyong Grobog adalah bagian daari perhelatan hari jadi Kabupaten Grobogan
Acara dalam bentuk kirab budaya itu adalah peringatan pindahnya pusat pemerintahan dari
Kecamatan Grobogan ke Kecamatan Purwodadi yang saat ini menjadi ibukota kabupaten
Grobogan. Mengambil start dari Kantor kelurahan Grobogan, kirab budaya itu menuju pusat
pemerintahan kabupaten Grobogan yang berada di Kecamatan Purwodari, Kabupaten
Grobogan, Jawa Tengah. Kirab Grobog dipimpin langsung Bupati Grobogan Sri Sumarni,
acara ini diikuti semua Pimpinan FKPD, Anggota DPRD Grobogan, serta Seluruh Kepala
Desa Se- Grobogan.Daya tarik acara ini adalah sebuah grobog kuno dari kayu jati berukuran
sekitar 1 x 1 meter. Perabot grobog ini dulunya dipakai menyimpan dokumen pemerintahan
saat boyongan dari Kecamatan Grobogan ke Purwodadi. Grobog ini dinaikkan dalam dokar
dan dikawal beberapa orang berpakaian layaknya prajurit zaman kerajaan. Dalam rangkaian
acara, prosesinya menceritakan muasal sejarah Kabupaten Grobogan pada masa Sunan
Kalijaga.

Grobog (kotak) berisi senjata pusaka kerajaan dipindahkan dari Kecamatan


Grobogan ke Kecamatan Purwodadi.Bersamaan dengan itu maka ibu kota Kabupaten
Grobogan pun berpindah dari Kecamatan Grobogan ke Kecamatan Purwodadi saat
ini.Kejadian itu kemudian diceritakan kembali melalui Kirab Boyong Grobog dalam rangka
peringatan Hari Jadi Kabupaten Grobogan yang jatuh pada tanggal 4 Maret.Tradisi Boyong
Grobog juga merupakan bentuk penghormatan kepada Adipati Martopuro atau Pangeran
Puger yang dikenal sebagai pendiri dan bupati pertama Kabupaten Grobogan. Diceritakan,
saat zaman Kerajaan Majapahit, terdapat pasukan kerajaan yang diutus untuk mengirim
senjata pusaka kerajaan dan dimasukkan dalam kotak atau grobog.Dalam perjalanan,
rombongan tersebut bertemu perampok dan mereka lari meninggalkan grobog.Para perampok
tersebut kemudian berhasil dikalahkan oleh Sunan Kalijaga dan merebut kembali grobog.
Adapun tempat tertinggalnya grobog itu dinamakan Grobog atau Grobogan.Pada awal
terbentuknya Kabupaten Grobogan hanya meliputi beberapa wilayah yaitu Sela, Teras, Karas,
Wirosari, Santenan, Grobogan, dan beberapa daerah di Sukowati bagian Utara Bengawan
Solo dengan adipati atau bupati pertama adalah Pangeran Puger.Lambat laun, wilayah
Kabupaten Grobogan kemudian berubah menjadi seperti sekarang namun tetap
mempertahankan tradisinya.Kirab Boyong Grobog juga diikuti rombongan petani membawa
gunungan hasil pertanian dari masing-masing desa di Kecamatan Grobogan. Gunungan ini
mengandung filosofi agar hasil pertanian masyarakat semakin melimpah dengan diadakannya
sesembahan gunungan hasil pertanian.
III. MORAL YANG DAPAT DIAMBIL

Moral yang kita dapatkan pada tradisi Boyong Grobog adalah sebagai orang kita
harus menghormati, menghargai, melestarikan sekaligus menjaga apa yang sudah
nenek moyang kita perjuangkan dahulu demi keberlangsungan hidup kita sekarang.
Selain itu juga dalam kegiatan Boyong Grobog sangat terlihat sekali makna gotong
royong sesama warga masyarakat. Dalam gotong royong terdapat nilai-
nilai moral yang terkandung di dalamnyabahwa nilai- nilai moral yang terkandung itu
antara lain: kebersamaan, saling membantu dengan mengutamakan kepentingan
umum, usaha pemenuhan kesejahteraan.

Anda mungkin juga menyukai