Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dimata semua nilai kesopanan merupakan nilai yang sangat mempengaruhi


terhadap nilai lain terhadap penilaian seseorang. Meskipun seseorang mempunyai
harta banyak, otak yang pandai dan wajah yang menawan, tetapi tidak mempunyai
nilai kesopanan dalam kesehariannya itu, sudah tentulah dia akan dikatakan orang
yang tidak baik. Maka pantaslah jika kesopanan itu dijadikan penilaian terhadap
baik buruknya seseorang.

Didalam perkembangan zaman serta kemajuan teknologi ini menyertai


merosotnya nilai-nilai kesopanan seorang murid kepada gurunya. Tentunya itu
merupakan suatu persoalan yang jika dibiarkan akan mempunyai banyak dampak
negatif terhadap budaya bangsa Indonesia itu sendiri.

Jika kita lihat sejarah orang-orang terdahulu mereka sangat menjaga nilai
kesopanan terhadap guru mereka. Lantas apa yang membuat nilai kesopanan itu
menjadi menurun dizaman sekarang ini. Mungkinkah budaya kesopanan itu akan
hilang jika zaman tersbut berganti. Lantas apa yang membuat murid zaman
sekarang kurang menjaga kesopanan terhadap guru mereka.

Sebenarnya kita semualah yang harus bertanggung jawab atas merosotnya


nilai kesopanan ini. Banyak kita lihat dan mungkin teman kita sendiri yang cara
bericara dan cara berperilaku terhadap gurunya dengan seenaknya sendiri.
Memalingkan muka setiap berpapasan dengan guru mereka. Seakan mereka lupa
tentang apa yang sudah diberikan oleh seorang guru kepada muridnya.

Kesopanan harus mulai ditanamkan sejak kecil dalam suatu keluarga. Orang
tua harus mendasari anak mereka dengan mengajari mereka tentang adab dan
kesopanan kepada orang yang lebih tua, atau kepada guru-guru mereka. Dalam hal
ini keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertaman dan utama.

Kemudian juga tidak kalah penting lembaga pendidikan juga mempuyai pengaruh
dalam mendidik para siswanya dan menanamkan nilai kesopanan.

Sebuah lembaga pendidikan harusnya tidak hanya mengajarkan supaya


anak didiknya menjadi orang pandai saja, tetapi juga harus mendidik muridnya
agar mempuyai karakter yang menjunjung tinggi nilai kesopanan.

Suatu lingkungan masyarakat atau lingkungan pergaulan juga dapat


memberikan pengaruh yang besar terhadap sikap seseorang. Jika remaja yang
berkumpul atau bergaul dengan masyarakat sekitar yang tidak mempunyai nilai
kesopanan, pasti seorang remaja tersebut juga akan terpengaruh sikap kurang
sopan tersebut
1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah Sikap Sopan
Terhadap Guru diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Apa itu sikap sopan?

2. Mengapa kesopanan terhadap guru itu penting?

3. Bagaimana etika sebagai murid kepada gurunya?

4. Bagaimana cara menamkan nilai kesopanan kepada seorang murid?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulian makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Pancasila. Dan selain itu, tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
menggambarkan pengamalan nilai-nilai pancasila yang terkandung dalam sila
kedua. Selain itu juga, untuk menjawabpertanyaan yang terdapat dalam rumusan
masalah, diantaranya sebagai berikut :

1. Untuk menjelaskan definisi sikap sopan

2. Untuk menjelaskan seberapa penting kesopanan terhadap guru itu

3. Untuk menjelaskan sikap yang sesuai etika terhadap seorang guru

4. Untuk menjelaskan apa saja cara untuk menanamkan nilai kesopanan kepada
seorang murid terhadap seorang guru

1.4 Metodologi Penulisan Makalah


Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan beberapa cara sehingga
menjadi sebuah makalah, diantaranya yang pertama adalah dengan mengumpulkan
data dari internet dan buku-buku. Dan yang kedua adalah dengan mengamati
perilaku-perilaku teman-teman saya disekoh.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DefinisiSikap Sopan

Sebelum kita menjelaskan apa itu sikap sopan, terlebih dahulu kita katahui
tentang apa itu sikap dan apa itu sopan. Yang pertama apa itu sikap? Secara
bahasa, sikap (attitude) adalah perilaku, sedangkan menurut istilah, sikap adalah
pikiran dan perasaan yang mendorong kita untuk bertingkah laku terhadap aspek-
aspek yang terdapat dalam suatu lingkungan masyarakat.Sedangkan arti sopan
yang pertama adalah secara bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) adalah hormat dan takzim, beradab, baik kelakuannya. Sedangkan menurut
istilah, sopan adalah suatu aturan dan tata cara yang berkembang secara turun
temurun dalam suatu budaya dalam masyarakat yang bisa bermanfaat dalam
pergaulan antar sesama sehingga terjalin suatu hubungan yang akrab, saling
pengertin serta saling menghormati. Beberapa ahli juga menjelaskan tentang
definisi sopan santun. Diantaranya sebagai berikut :

1. Menurut Chaplin (2006), sopan adalah aturan yang mengatur hukum sosial
atau adat atau perilaku.

2. Menurut Hurlock (1990), sopan adalah kebiasaan adat istiadat atau aturan
perilaku yang sudah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya.

3. Menurut P.J.S Poerdaminta, sopan adalah ajaran moral dari perbuatan baik
dan buruk.

4. Menurut Gunarsa, sopan adalah seperangkat nilai-nilai berbagai perilaku


yang harus dipatuhi.
Jadi, berdasarkan definisi diatas sopan santun dapat diartikan sebagai suatu
perilaku atau tingkah laku hormat dan beradab yang berkembang secara turun
temurun dalam suatu masyarakat tertentu. Sopan santun juga merupakan kebiasaan
yang terdapat dalam diri masing-masing seseorang. Setiap daerah juga mempunyai
cara tersendiri untuk berperilaku sopan, artinya penilaian tentang perilaku sopan
juga akan berbeda terhadap kelompok masyarakat yang lain.

Misalnya saja didaerah barat, disana akan dianggap biasa saja dan wajar
jika seorang laki-laki dan perempuan bertemu dan kemudian mereka menyapa
dengan mencium pipi. Dan ini akan sebaliknya jika hal itu dilakukan di Indonesia,
akan menjadi hal yang tidak baik oleh masyarakat Indonesia.

2.2 Pentingnya Sikap Sopan

Kesopanan merupakan suatu sikap yang sangat penting dalam kehidupan


bermasyarakat. Masyarakat akan menilai seseorang dari tingkah laku orang
tersebut. Jika tingkah laku kita baik maka, kita akan dinilai baik dalam masyarakat
lingkungan kita. Sebaliknya jika tingkah laku kita sehari-hari tidak baik, maka kita
akan dinilai tidak baik juga oleh masyarakat.

Sopan santun merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan sosial
suatu wilayah masyarakat tertentu. Karena dengan menunjukkan sikap sopan
santun maka orang tersebut akan dihargai dalam masyarakat tersebut.

Jika didalam suatu lembaga pendidikan, misalnya saja disekolah. Disana


kita harus tahu bagaimana cara kita bersikap terhadap guru kita. Kita juga harus
bisa menempatkan diri kita sebagai murid dan juga harus bisa menempatkan guru
kita sebagai guru. Dan jika kita sopan kepada guru kita, maka akan banyak sekali
manfaat yang akan kita peroleh.

Didalam agama islam juga mengharuskan bagi seorang murid untuk


berperilaku sopan terhadap gurunya. Para Salaf memberi contoh suri tauladan
untuk manusia setelahnya telah memberikan contoh dalam penghormatan terhadap
seorang guru. Sahabat Abu Sa’id Al-KhudriRadhiallahu‘anhuberkata,

‫كنا جلوسا ً في المسجد إذ خرج رسول[ هللا فجلس إلينا فكأن على رؤوسنا الطير ال يتكلم أحد منا‬
“Saat kami sedang duduk-duduk di masjid, maka keluarlah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam kemudian duduk di hadapan kami. Maka seakan-akan di atas
kepala kami terdapat burung. Tak satu pun dari kami yang berbicara” (HR.
Bukhari).

Ini merupakan contoh sikap seorang sufi yang mencerminkan sikap hormat
kepada guru mereka. Sikap ini seharusnya ditanamkan kepada para pelajar sebagai
bentuk penghormatan kepada gurunya.

Begitu pentingnya kesopanan itu, sikap ini mempunyai banyak manfaat yang akan
diperoleh oleh orang yang bersikap sopan, diantara manfaat itu antara lain :

1. Ilmu yang diperoleh akan menjadi berkah dalam kehidupan kita.

2. Akan lebih mudah dalam memahami pelajaran yang disampaikan.

3. Ilmu yang diterima dari guru akan bermanfaat bagi orang lain.

4. Akan selalu didoakan oleh guru.

5. Akan membawa berkah, memudahkan segala urusan, serta dianugerahi


nikmat yang lebih dari Allah SWT.

6. Seorang guru tidak akan selalu diatas muridnya. Ilmu dan kelebihan
merupakan anugerah Allah, dan Allah akan memberikan anugerah tersebut kepada
orang yang dikehendakinya.

Sebenarnya masih banyak lagi manfaat yang akan kita dapat dari sikap
sopan tersebut. Kesopanan terbentuk dari kebiasaan masyarakat daerah itu sendiri.
dalam lingkungan pendidikan, misalnya saja lingkungan sekolah, biasanya sangat
jarang siswa yang memiliki sikap sopan terhadap seorang guru. Seperti halnya juga
dalam lingkungan perkuliahan, sangat jarang juga yang hormat atau bersikap sopan
kepada doen mereka. Itu karena kebiasaan-kebiasaan lingkungan perkuliahan
tersebut. Dan juga didalam lingkungan perkuliahan sangat jarang diajarkan kepada
mahasiswanya tentang nilai sikap. Jadi memang begitu hasilnya jika tidak ada
penanaman nilai kesopanan dalam suatu lingkungan.

Dengan kesopanan kita akan bisa membedakan dan menempatkan posisi


orang lain sesuai dengan posisinya. Maka orang lain pasti akan menghargai kita.
Kehidupan akan terasa nyaman tidak ada kerusukan antar sesama. Itulah
pentingnya dari nilai sikap sopan.

3 Cara Bersikap Terhadap Guru

Sebagai seorang murid kita harus mempunyai sikap atau rasa tawadlu`
terhadap guru kita. Harus bisa menempatkan seorang guru pada tempatnya. Karena
guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Setidaknya kita harus belajar sedikit untuk
lebih menghargai guru kita. Guru juga merupakan orang tua kita disekolah.
Percuma saja jika seorang murid itu sangat pandai tetapi tidak bisa bersikap sopan
terhadap guru kita.

Lalu bagaimana cara kita untuk menghormati atau bersikap sopan kepda seorang
guru, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Selalu senyum, salam dan sapa ketika bertemu guru

Sikap ini merupakan sikap yang sederhana dan mudah dilakukan, akan tetapi
mempunyai manfaat yang sangat banyak.

2. Tidak berjalan didepannya

Maka tidaklah pantas bagi seorang murid berjalan didepan seorang guru.
Jika ingin berjalan didepan seorang guru, maka kita harus meminta ijin terlebih
dahulu. Itu menunkkan ketawadlu`an seorang murid terhadap guru.

3. Tidak menempati tempat duduk seorang guru

Jika didalam ruang kelas maka tidak sopan pula kita duduk ditempat duduk
guru kita. Hal ini kental dengan sikap orang jawa yang sangat menjunjung tinggi
untuk tidak duduk ditempat duduk guru.

4. Mentaati perintahnya

Jika diperintah guru harus segera melaksanakannya tanpa harus menunda-


nunda apalagi sampai menolaknya. Demikian juga ketika kita dipanggil, juga harus
segera memenuhi panggilannya.
5. Menghormati segala sesuatu yang berhubungan dengan guru

Seperti keluarganya, anak-anaknya dan istrinya. Karena itu termasuk bagian


dari diri seorang guru.

6. Tidak banya bicara ketika bersamanya

Bicaralah yang penting saja dan jangan berbicara suatu hal tidak disukai oleh
seorang guru.

7. Memperhatikan apa yang dijelaskan oleh guru ketika didalm kelas

Usahakan fokus ketika guru menerangkan dan tidak berbicara sendiri

8. Meminta izin ketika akan melakukan sesuatu

Misalnya bila kita ingin ketoilet, maka hendaknya kita harus meminta izin terlebih
dahulu. Jika guru kita tidak mengizinkan maka terimalah dengan tidak
menguirangi rasa hormat kita.

9. Meminta maaf jika berkata atau bertindak salah kepada guru

Segeralah meminta maaf apabila kita melakukan salah kepada guru kita.

10. Berupaya menyenangkan hatinya dengan baik

Buatlah guru kita merasa nyaman ketika didalam kelas maupun dimana saja.

11. Berkatalah dengan lembut

Janganlah berbicara dengan suara yang keras, hingga membuatnya kaget.

4 Cara Menanamkan Sikap Sopan Kepada Guru

Kesopanan harus diawali dengan diri sendiri. Menumbuhkan sikap sopan


bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Penumbuhan sikap sopan merupakan
sebagai upaya pembiasaan sikap sopan dalam kehidupan bermasyarakat. Sopan
santun atau rasa hormat sebagai perilaku dapat dicapai oleh anak melalui berbagai
cara. Proses penumbuhkembangan karakter sopan santun atau rasa hormat pada
orang lain ini dapat diterapkan di sekolah dengan cara sekolah harus mampu
membuat desain skenario pembiasaan sopan santun atau rasa hormat.

Adapun hal-hal yang bisa diterapkan oleh seorang guru disekolah untuk
menanamkan sikap sopan terhadap guru, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Peran sekolah dalm membiasakan sikap sopan santun dan rasa hormat dapat
dilakukan dengan memberi contoh sikap sopan dan santun yang ditunjukan oleh
guru. Dengan contoh atau model dari guru ini siswa dengan mudah dapat meniru
sehingga guru dapat dengan mudah menanamkan sikap sopan santun.

2. Guru dapat mengitegrasikan perilaku sopan santun/hormat ini dalam setiap


mata pelajaran, sehingga tanggungjawab perkembangan anak didik tidak hanya
menjadi beban guru agama, pendidikan moral pancasila, dan guru BK.

3. Guru agama, guru pendidikan moral pancasila dan guru BK dapat melakukan
pembiasaan yang dikaitkan dalam penilaian secara afektif. Penilaian pencapaian
kompetensi dalam 3 mata pelajaran ini hendaknya difokuskan pada pencapaian
kompetensi afektif. Sedangkan kompetensi kognitif hanya sebagai pendukung
mengusaan secara afektif.

4. Guru seni tari jawa dapat membantu pembiasaan sopan santun/hormat


melalui pembelajaran dalam gerakan tari yang memilki nilai-nilai posistif dalam
budaya Jawa. Berdasarkan pengalaman salah seorang penari terbukti bahwa seni
tari melalui gerakannya dapat dijadikan sebagai media untuk pembelajaran sikap
sopan santun atau unggah ungguh.

Manusia yang paling berjasa terhadap seseorang adalah kedua orang tua.
Melalui keduanya Allah mentakdirkan keberadaannya. Ibunya yang telah
mengandungnya selama sembilan bulan dengan penuh susah payah. Ibunya yang
telah menyusuinya selama masa yang telah dikehendaki oleh Allah. Ibunya yang
mengasuhnya, merawatnya dan menyayanginya semasa kecilnya. Demikian juga
ayahnya yang membanting tulang untuk memenuhi segenap kebutuhannya, dan
mendidiknya hingga dewasa. Ayahnya yang melindunginya dari berbagai
marabahaya.

Guru merupakan orang yang bejasa terhadap sang murid atau dengan kata
lain guru merupakan orang yang mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan
kepada murid diluar bimbingan orang tua dirumah, sehingga akhlakul karimah
terhadap guru perlu di terapkan sebagaimana akhlak kita terhadap kedua orang tua.

Berikut hadis tentang keutamaan guru:

‫ فضل العا لم على العاب[[د كفض[[ل القم[[ر على‬:‫ سمعت رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يقول‬:‫عن ابي درداء قال‬
‫ فمن اخ[[ده‬،‫ انم[[ا ورث[[والعلم‬،‫ وان اآل نبياء لم يورثوا دين[[ارا والدرهم[[ا‬,‫ وانما االعلماء ورثة اآل نبياء‬،‫الكو كب‬
‫اخد بحظ وكفر (رواه ابو (داود (والتر مذى‬

Artinya:“Dari Abi Darda ia berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW beliau


bersabda: keutamaan orang alim dibanding ahli ibadah adalah seperti keutamaan
bulan dibanding bintang-bintang, sesungguhnya para ulama itu pewaris para Nabi,
dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan tidak pula dirham,
sesungguhnya mereka mewariskan ilmu, maka barang siapa mengambil warisan itu
berarti ia mengambil bagian yang sempurna”. (H.R. Abu Daud dan Tirmidzi).

Didalam ajaran tasawuf, adab kepada guru adalah sesuatu yang utama dan
pokok, karena hampir seluruh pengajaran tasawuf itu berisi tantang pembinaan
akhlak manusia menjadi akhlak yang baik, menjadi akhlak yang mulia
sebagaimana akhlak Rasulullah SAW. Seorang murid harus selalu bisa
memposisikan (merendahkan) diri di depan Guru, harus bisa melayani Guru nya
dengan sebaik-baiknya.

Merendahkan diri dihadapan guru bukanlah tindakan bodoh, akan tetapi


merupakan tindakan mulia. Dalam diri guru tersimpanNur yang pada hakikatnya
terbit dari zat dan fi’il Allah SWT yang merupakan zat yang Maha Positif. Karena
Maha Positif maka mendekatinya harus dengan negatif. Kalau kita dekati yang
Maha Positif dengan sikap positif maka rohani kita akan ditendang, keluar dari
Alam Rabbani. Disaat kita merendahkan diri di hadapan guru, disaat itu pula Nur
Allah mengalir kedalam diri kita lewat guru, saat itulah kita sangat dekat dengan
Allah.
Kedua orang tua dan guru masing-masing mempunyai kedudukan yang terhormat,
sehingga Rasulullah saw bersabda :

‫ح ع َْن أَبِي‬ َ ‫[اع ب ِْن َح ِك ٍيم ع َْن أَبِي‬


ٍ ِ‫ص[ال‬ ِ [َ‫َّاح أَ ْنبَأَنَ[[ا ُس[ ْفيَانُ بْنُ ُعيَ ْينَ[ةَ ع َْن اب ِْن َعجْ اَل نَ ع َْن ْالقَ ْعق‬ ِ ‫صب‬ َّ ‫َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد بْنُ ال‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم إِنَّ َما أَنَا لَ ُك ْم ِم ْث ُل ْال َوالِ ِد لِ َولَ ِد ِه أُ َعلِّ ُم ُك ْم إِ َذا أَتَ ْيتُ ْم ْالغَائِطَ فَاَل ت َْس[[تَ ْقبِلُوا‬
َ ِ ‫ال َرسُو ُ[ل هَّللا‬
َ َ‫هُ َر ْي َرةَ قَا َل ق‬
‫(رواه ابن‬.‫يب ال َّر ُج ُل بِيَ ِمينِ[[ ِه‬ َ ‫ث َوال ِّر َّم ِة َونَهَى أَ ْن يَ ْست َِط‬ ِ ْ‫ار َونَهَى ع َْن ال َّرو‬ ٍ ‫ْالقِ ْبلَةَ َواَل تَ ْستَ ْدبِرُوهَا َوأَ َم َر بِثَاَل ثَ ِة أَحْ َج‬
– ‫ث َوالرِّ َّم ِة‬ ِ ْ‫[ار ِة َوالنَّه ِ[ْي ع َْن ال[ َّرو‬ َ [‫بَ[[اب ااِل ْس[تِ ْن َجا ِء بِ ْال ِح َج‬- ‫ س[[نن ابن ماج[[ه – المكتب[[ة الش[[املة‬- 309 : ‫ماج[[ه‬
)374 : ‫ صفحة‬- 1 : ‫الجزء‬

Artinya: Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah saw bersabda :


KEDUDUKANKU BAGI KALIAN SEPERTI SEORANG AYAH BAGI
ANAKNYA, AKU AKAN MENGAJARI KALIAN, jika kalian ingin buang hajat,
maka janganlah menghadap kiblat atau membelakanginya. Beliau memerintahkan
agar beristinja’ dengan tiga buah batu dan melarang menggunakan kotoran hewan
dan tulang. Dan beliau juga melarang seseorang cebok dengan tangan kanannya.
(HR.Ibnu Majah : 309, sunan Ibnu Majah, Al-Maktabah Asy=Syamilah, bab istinja
bilhajar wannahyu ‘anir rauts warrammati juz : 1, hal. 374)

Dalam memahami hadits di atas, Imam Al-Ghzali memberikan komentar dalam


kitab Al-Ihya Ulumuddin sebagai berikut :

‫قال رسول[ هللا صلى هللا عليه وسلم " إنما أنا لكم مثل الوالد لولده " بأن يقصد إنقاذهم من نار اآلخرة وهو أهم‬
‫ ولذلك صار حق المعلم أعظم من حق الوالدين فإن الوالد سبب الوجود‬:‫من إنقاذ الوالدين ولدهما من نار الدنيا‬
)‫(اإلحياء علوم الدين‬.‫الحاضر والحياة الفانية والمعلم سبب الحياة الباقية‬

Rasulullah saw bersabda : “KEDUDUKANKU BAGI KALIAN SEPERTI


SEORANG AYAH BAGI ANAKNYA”. Maksudnya : Beliau sawsebagai guru
adalah menyelamatkan manusia dari penderitaan jangka panjang yang abadi nanti
di akhirat. Dan ia lebih penting dari pada tugas kedua orang tua yang
menyelamatkan anaknya dari penderitaan di dunia belaka. Oleh karena itu, hak
seorang guru lebih besar daripada hak kedua orang tua, karena orang tua sebagai
sebab hadirnya seorang anak dalam kehidupan yang fana di dunia ini, sementara
guru menjadi sebab untuk meraih kebahagian dalam kehidupan jangka panjang
yang abadi di akhirat nanti. (Al-Ihya Ulumuddin}

Memahami komentar imam Al-Ghazali di atas, pantaslah bila kita


menghormati guru, dan salah satu cara menghormatinya adalah
“MENGAMALKAN ILMUNYA”.

Namun demikian, suatu ketika orang tua dapat berperan ganda, yaitu sebagai
orang tua dan juga sekaligus sebagai guru. Begitu seorang anak lahir, orang tua
yang pertama kali mengumandangkan kalimat tauhid dan takbir di telinga kanan
dan kiri sang anak. Begitu mau makan/minum orang tua pula yang pertama kali
mengajari berdoa, sehingga pantaslah apabila sangat banyak dalil Al-Qur’an
maupun hadits yang memerintahkan untuk berbakti serta taat kepada kedua orang
tua, antara lain sebagai berikut :

‫لَهُ َم[[ا أُفٍّ َواَل‬ ْ‫ك ْال ِكبَ َر أَ َح ُدهُ َما أَوْ ِكاَل هُ َما فَاَل تَقُل‬
َ ‫ك أَاَّل تَ ْعبُدُوا إِاَّل إِيَّاهُ َوبِ ْال َوالِ َدي ِْن إِحْ َسانًا إِ َّما يَ ْبلُغ ََّن ِع ْن َد‬ َ َ‫َوق‬
َ ُّ‫ضى[ َرب‬
)23( ‫َك ِري ًما‬ ‫تَ ْنهَرْ هُ َما[ َوقُلْ لَهُ َما قَوْ اًل‬

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain


Dia dan HENDAKLAH KAMU BERBUAT BAIK PADA IBU BAPAKMU
DENGAN SEBAIK-BAIKNYA. jika salah seorang di antara keduanya atau
Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia[850].
(QS.Al-Isra’ : 23)

[850] Mengucapkan kata Ah kepada orang tua tidak dlbolehkan oleh agama
apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar
daripada itu.
Dalam ayat tersebut, bagitu pentingnya berbakti kepada kedua orang tua,
maka perintah berbakti kepadanya, langsung diabadikan dalam urutan sesudah
perintah beribadah kepada Allah.

Begitu tingginya kedudukan orang tua, maka Rasulullah saw menegaskan,


bahwa anak akan dapat rido Allah bila dapat rido dari kedua orang tuanya, dan
akan dapat murka Allah, bila ia dapat murka dari kedua orang tuanya.

، ‫ ن[[ا القاس[[م بن س[[ليم الص[[واف‬، [‫ نا بشر بن موسى األسدي‬، ‫ نا أبو بكر بن بالويه‬، ‫أخبرنا أبو عبد هللا الحافظ‬
‫ عن يعلى بن عطاء‬، ‫ وأبا معاوية هشيم بن بشير يحدثان‬، ‫ شهدت الواسطيين أبا بسطام[ شعبة بن الحجاج‬: ‫قال‬
، ‫ رض[ا[ هللا من رض[[ا الوال[[دين‬: ‫ قال رس[[ول هللا ص[[لى هللا علي[[ه وس[[لم‬: ‫ عن أبيه عن عبد هللا بن عمرو قال‬،
‫ ب[[اب‬- ‫ – ش[[عب اإليم[[ان لل[[بيهقي –المكتب[[ة الش[[املة‬7583 : ‫ (رواه ال[[بيهقي‬.‫وس[[خط[ هللا من س[[خط الوال[[دين‬
)337 : ‫ – صفحة‬16 : ‫الخامس والخمسون من شعب اإليمان – الجزء‬

Dari Abdullah bin Amr, ia berkata : Rasulullah saw bersabda : RIDO ALLAH
TERGANTUNG DARI RIDO KEDUA ORANG TUA, DAN MURKA ALLAH
TERGANTUNG DARI MURKA KEDUA ORANG TUA. (HR. Baihaqi : 7583,
Syu’abul iman Lil-Baihaqi, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Al-Khamis wal-
Khaksun min Syu’abnil iman, juz : 16, hal.337)

Anak wajib berbakti kepada kedua orang tua, sewaktu orang tua masih
hidup ataupun sudah wafat. Sewaktu orang tua masih hidup, berbakti kepadanya,
antara lain dengan sikap dan tutur kata yang menyejukkan, santun dan terhormat.
Ketika mereka telah wafat, cara berbakti kepadanya, antara lain sebagai berikut :

‫يس ع َْن َع ْب ِد ال[رَّحْ َم ِن ب ِْن ُس[لَ ْي َمانَ ع َْن أَ ِس[ي ِد ب ِْن َعلِ ِّي ْب ِن ُعبَ ْي[ ٍد َم[[وْ لَى‬ َ ‫َح َّدثَنَا َعلِ ُّي بْنُ ُم َح َّم ٍد َح َّدثَنَا َع ْب ُد هَّللا ِ بْنُ إِ ْد ِر‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َس[لَّ َم إِ ْذ َج[ ا َءهُ َر ُج[ ٌل‬
َ ‫ال بَ ْينَ َما نَحْ نُ ِع ْن َد النَّبِ ِّي‬ َ َ‫ك ب ِْن َربِي َعةَ ق‬ ِ ِ‫بَنِي َسا ِع َدةَ ع َْن أَبِي ِه ع َْن أَبِي أُ َس ْي ٍد َمال‬
َّ ‫ي َش[ ْي ٌء أَبَرُّ هُ َم[[ا بِ[ ِه ِم ْن بَ ْع[ ِد َموْ تِ ِه َم[[ا قَ[[ا َل نَ َع ْم‬
‫الص[اَل ةُ َعلَ ْي ِه َم[[ا‬ َّ ‫ال يَا َرسُو َ[ل هَّللا ِ أَبَقِ َي ِم ْن بِرِّ أَبَ َو‬ َ َ‫ِم ْن بَنِي َسلَ َمةَ فَق‬
.‫وص[ ُل إِاَّل بِ ِه َم[[ا‬َ ُ‫َّح ِم الَّتِي اَل ت‬ ِ ‫ص[لَةُ ال[ر‬ ِ ‫ص[ ِديقِ ِه َما َو‬ َ ‫[را ُم‬ َ [‫َوااِل ْستِ ْغفَا ُ[ر لَهُ َما َوإِيفَا ٌء بِ ُعهُو ِد ِه َم[ ا[ ِم ْن بَ ْع[ ِد َموْ تِ ِه َم[ ا[ َوإِ ْك‬
ِ َ‫صلْ َم ْن َكانَ أَبُ[[وكَ ي‬
-11 : ‫ص[ ُل – الج[[زء‬ ِ ‫ بَاب‬- ‫ – سنن ابن ماجه – المكتبة الشاملة‬3654: ‫(رواه ابن ماجه‬
) 56 : ‫صفحة‬

Dari Abi Usaid Malik bin Rabi’ah, ia berkata : Ketika kami berada di
samping Rasulullah saw, tiba-tiba seorang laki-laki dari Bani Salamah datang
kepada beliau dan bertanya : Wahai Rasulullah, apakah masih tersisa sesuatu untuk
berbakti kepada kedua orang tuaku setelah keduanya meninggal? Beliaqu
menjawab : Ya, masih ada, yaitu : (1) berdoa untuk keduanya, (2) memintya
ampun untuk keduanya, (3) melaksanakan janji-janji keduanya setelah keduanya
meninggal, (4) memuliakan teman-teman keduanya (5) dan menyambung
shilaturrahim yang tidak tersambung sebelumnya kecuali karena keduanya. –
(HR.Ibnu Majah : 3654, Sunan Ibnu Majah, Al-Maktabah AsySyamilah, bab shil
man kaana abuuka yashilu, juz : 11, hal. 56)

)24( ‫ص ِغيرًا‬ ُّ ‫اخفِضْ لَهُ َما َجنَا َح‬


َ [‫الذلِّ ِمنَ الرَّحْ َم ِة َوقُلْ َربِّ ارْ َح ْمهُ َما َك َما َربَّيَانِي‬ ْ ‫َو‬

Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku waktu kecil".(QS.Al-Isra’ : 24)

Semoga kita menjadi anak yang shalih/shalihah, berbakti dan taat kepada kedua
orang tua serta menghormati guru.

Islam menganjurkan umatnya agar sentiasa berusaha mencari ilmu


pengetahuan di samping berusaha untuk mempertingkatkan kemahiran dan
penguasaan diri dalam pelbagai bidang. Selain itu, ilmu pengetahuan juga
merupakan kunci kepada kebahagiaan hidup manusia di dunia, kerana sekiranya
kita hidup tanpa ilmu, kemungkinan kita pada hari ini masih lagi berada dalam
kemunduran dan kemiskinan. Oleh itu, jelaslah kepada kita bahawa ketinggian
ilmu pengetahuan merupakan ukuran yang sangat penting dalam membezakan
antara kemajuan dan kemunduran bagi sesuatu bangsa dan negara.
Apabila kita berbicara tentang ilmu dan pendidikan bererti sekaligus kita
meletakkan para guru dan pendidik sebagai golongan yang amat penting sebagai
agen pembangunan dan perubahan minda ummah.

Tugas seorang pendidik bukanlah satu tugas yang mudah dan bukan boleh
dilakukan oleh semua orang. Justeru itu, kerjaya sebagai seorang pendidik
dianggap sebagai satu tugas yang sangat mulia dan istemewa. Lebih-lebih lagi
dalam era yang penuh mencabar ini, menuntut pengorbanan dan komitmen yang
padu dalam mendidik anak bangsa menjadi insan yang cemerlang, berwibawa dan
sentiasa mendapat petunjuk serta keredhaan dari Allah.

Kerana itu, kita seharusnya bersyukur di atas pengorbanan dan jasa guru
yang telah mendidik serta membimbing kita menjadi manusia yang baik pada hari
ini. Baik guru yang terlibat secara langsung mendidik kita di sekolah mahupun
diperingkat universiti dan tidak kurang penting juga kepada guru yang mengajar
kita mengenal membaca ayat-ayat al-Quran, ilmu fardhu ain dan sebagainya.
Tanpa bimbingan dan tunjuk ajar dari mereka kita tidak mempunyai asas yang kuat
untuk mengamalkan kefardhuan asas dalam Islam. Kita sedar bahawa ilmu yang
ada pada diri kita ini sebenarnya hanyalah sedikit. Ini jelas sebagaimana firman
Allah dalam surah al-Kahfi ayat 109;

‫ات َربِّي َولَوْ ِج ْئنَا بِ ِم ْثلِ ِه َم َددًا‬


ُ ‫ت َربِّي لَنَفِ َد ْالبَحْ ُر قَ ْب َل أَن تَنفَ َد َكلِ َم‬
ِ ‫قُل لَّوْ َكانَ ْالبَحْ ُر ِمدَادًا لِّ َكلِ َما‬
“Katakanlah wahai Muhammad, kalaulah seluruh lautan menjadi tinta untuk
menulis kalimah-kalimah Tuhanku, sudah tentu akan habis kering lautan itu
sebelum habis kalimah-kalimah Tuhanku, walaupun kami tambahi lagi dengan
lautan yang sebanding dengannya sebagai bantuan.”

Sikap saling menghormati sesama manusia merupakan suatu kewajipan


seorang Muslim kepada saudaranya. Para ulama wajib diperlakukan dengan baik
sesuai dengan haknya. Akhlak serta beradab yang baik merupakan kewajiban yang
tidak boleh dilupakan bagi seorang murid kepada gurunya.
Memandangkan kedudukan guru itu sangat mulia, maka sawajarnya mereka
dihormati dan dikenang jasanya sepanjang hayat. Para sahabat dan salaf al-soleh
merupakan suri tauladan umat manusia yang telah memberikan banyak contoh
dalam menghormati seorang guru. Rasulullah sallallahualaihi wasallam bersabda;

ْ ‫ْر‬
‫ف لِ َعالِ ِمنَا‬ ِ ‫[ َويَع‬،‫يرنَا‬ َ ِ‫ْس ِمنَّا َم ْن لَ ْم ي ُِج َّل َكب‬
َ ‫ َويَرْ َح ْم‬،‫يرنَا‬
َ ‫ص ِغ‬ َ ‫لَي‬
“Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak memuliakan yang lebih tua dan
menyayangi yang lebih muda serta yang tidak mengerti (hak) orang yang berilmu
(agar diutamakan pandangannya).” (Riwayat Ahmad)

Ar-Rabi’ bin Sulaiman berkata;

َّ َ‫ب ْال َما َء َوال َّشافِ ِع ُّي يَ ْنظُ ُ[ر إِل‬


ُ‫ي هَ ْيبَةً لَه‬ ُ ‫َما َوهَّللا ِ اجْ تَ َر ْأ‬
َ ‫ت أَ ْن أَ ْش َر‬
“Demi Allah, aku tidak berani meminum air dalam keadaan al-Syafi’e melihatku
kerana segan kepadanya.”

Diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi rahimahullah, Umar bin al-Khattab


radhiallahu ‘anhu mengatakan;

ُ‫ضعُوا لِ َم ْن تَ َعلَّ ُمونَ ِم ْنه‬


َ ‫ت ََوا‬
“Tawadhu’lah kalian terhadap orang yang mengajari kalian.”

Manakala Imam al-Syafi’e rahimahullah berkata;

‫كنت أصفح الورقة بين يدي مالك صفحًا رفيقًا هيبة له لئال يسمع وقعها‬

“Dulu aku membolak-balikkan kertas di depan gurunya (Imam Malik) dengan


sangat lembut kerana segan kepadanya dan supaya dia tidak mendengarnya.”

Sungguh mulia akhlak mereka para suri tauladan kaum muslimin, tidaklah
hairan mengapa mereka menjadi ulama besar, ia merupakan hasil dari keberkatan
ilmu mereka serta hasil dari akhlak mulia terhadap para gurunya.
Syaikh Bakr Abu Zaid rahimahullah (dalam kitabnya Hilyah Tolib al-Ilm)
mengatakan (mafhumnya), “Beradab lah dengan yang terbaik pada saat kamu
duduk bersama syaikhmu, gunakanlah cara yang terbaik ketika bertanya dan
mendengarkannya.”

Manakala Ibnu al-Jamaah mengatakan (mafhumnya), “Seorang penuntut


ilmu harus duduk dengan sopan di hadapan gurunya, tenang, tawadhu’, mata
tertuju kepada guru, tidak menyelunjurkan kaki, tidak bersandar, tidak tertawa
dengan keras, tidak duduk di tempat yang lebih tinggi dari gurunya juga tidak
membelakangi gurunya.”

Para Sahabat Rasulullah sallallahualaihi wasallam, tidak pernah kita dapati


mereka beradab buruk kepada Nabi, mereka tidak pernah memotong ucapannya
atau mengeraskan suara di hadapannya. Bahkan Umar bin al-Khattab radhiallahu
‘anhu yang terkenal keras wataknya tidak pernah meninggikan suaranya di depan
Rasulullah sallallahualaihi wasallam. Hadits yang dikeluarkan daripada Abi Said
al-Khudry radhiallahu ‘anhu juga menjelaskan:

َ [‫وس [نَا الطَّ ْي‬


‫ اَل يَتَ َكلَّ ُم‬،‫[ر‬ ِ ‫س إلَ ْينَا َولَ َك[[أ َ َّن َعلَى ُر ُء‬
َ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َ[م فَ َجل‬ َ َ‫ُكنَّا ُجلُوسًا فِي ْال َم ْس ِج ِد ف‬
َ ِ ‫خَر َج َرسُو ُل هَّللا‬
‫أَ َح ٌد ِمنَّا‬

“Saat kami sedang duduk-duduk di masjid, maka keluarlah Rasulullah


sallallahualaihi wasallam, kemudian beliau duduk di hadapan kami. Maka seakan-
akan di atas kepala kami terdapat burung. Tidak ada satu pun daripada kami yang
berbicara.”

Allah berfirman dalam surah al-Nahl ayat 43;

َ‫فَ ْسئَلُوا أَ ْه َل ال ِّذ ْك ِر إِن ُكنتُ ْم الَتَ ْعلَ ُمون‬

“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak
mengetahui.”

Bertanyalah kepada para ulama, begitulah pesan Allah di ayat dengan


bertanya maka akan hilang kebodohan, hilang keraguan, serta mendapat
keilmuan.Tidak diragukan bahawa bertanya juga mempunyai adab di dalam Islam.
Para ulama telah menjelaskan tentang adab bertanya ini. Mereka mengajarkan
bahawa pertanyaan harus disampaikan dengan tenang, penuh kelembutan, jelas,
singkat dan padat, juga tidak menanyakan pertanyaan yang sudah diketahui
jawabannya.

Di dalam al-Qur’an terdapat kisah adab yang baik seorang murid terhadap
gurunya, kisah Nabi Musa dan Khidir. Pada saat Nabi Musa ‘alaihissalam meminta
Khidir untuk mengajarkannya ilmu. Allah berfirman dalam surah al-Kahfi ayat 67;
ً‫صبْرا‬
َ ‫إِنَّكَ لَ ْن تَ ْست َِطي َع َم ِع َي‬
“Khidir menjawab, sungguh engkau (Musa) tidak akan sanggup sabar bersamaku.”

Nabi Musa dengan segenap ketinggiannya di hadapan Allah, tidak diizinkan untuk
mengambil ilmu dari Khidir. Allah berfirman dalam al-Qur’an surah al-Kahfi ayat
70;
ً‫ك ِم ْنهُ ِذ ْكرا‬ َ ‫فَال تَسْأ َ ْلنِي[ ع َْن َش ْي ٍء َحتَّى أُحْ ِد‬
َ َ‫ث ل‬

“Khidir berkata, jika engkau mengikuti maka janganlah engkau menanyakanku


tentang sesuatu apapun, sampai aku menerangkannya.”

Jangan bertanya sampai diizinkan, itulah syarat Khidir kepada Musa. Maka
jika seorang guru tidak mengizinkan untuk bertanya maka janganlah bertanya,
tunggulah sampai guru mengizinkan bertanya.Mendoakan guru dalam kebaikan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ َحتَّى يَعلَ َم أن قَد َكافَ ْئتُ ُموه‬،ُ‫َو َم ْن أَتَى إِل ْي ُكم َمعْروفا ً فَ َكافِئُوه فَإِ ْن لَ ْم تَ ِجدوا فَا ْدعُوا لَه‬

“Apabila ada yang berbuat baik kepadamu maka balaslah dengan balasan yang
setimpal. Apabila kamu tidak bisa membalasnya, maka doakanlah dia hingga
engkau memandang telah mencukupi untuk membalas dengan balasan yang
setimpal.” (HR. Bukhori dalam al-Adab al-Mufrod no. 216, lihat as-Shohihah254)

Ibnu Jama’ah rahimahullah berkata: “Hendaklah seorang penuntut ilmu


mendoakan gurunya sepanjang masa. Memperhatikan anak-anaknya, kerabatnya
dan menunaikan haknya apabila telah wafat” (Tadzkirah Sami’hal. 91).
Banyak dari kalangan salaf berkata,
ً ‫ما صليت إال ودعيت لوالدي ولمشايخي جميعا‬

“Tidaklah aku mengerjakan sholat kecuali aku pasti mendoakan kedua orang tuaku
dan guru guruku semuanya.”

Jangan berlebihan kepada guru

Guru adalah manusia biasa. Tidak harus semua perkataannya diterima


mentah-mentah tanpa menimbangnya menurut kaidah syar’iah. Orang yang selalu
manut terhadap perkataan guru, bahkan sampai membela mati-matian ucapannya
adalah termasuk sikap ghuluw (berlebih-lebihan). Apabila telah jelas kekeliruan
guru maka nasehatilah, jangan diikuti kesalahannya. Jangan seorang guru dijadikan
tandingan bagi Alloh dalam syariat ini. Alloh berfirman;

‫احداً الَّ إِلَـهَ إِالَّ ه َُو‬


ِ ‫ُوا إِلَـها ً َو‬ ْ ‫وا أَحْ بَا َرهُْ[م َو ُر ْهبَانَهُْ[م أَرْ بَابا ً ِّمن دُو ِن هّللا ِ َو ْال َم ِسي َح ا ْبنَ َمرْ يَ َم َو َما أُ ِمر‬
[ْ ‫ُوا إِالَّ لِيَ ْعبُد‬ ْ ‫اتَّ َخ ُذ‬
َ‫ُسب َْحانَهُ َع َّما يُ ْش ِر ُكون‬

Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rohib-rohib mereka se-bagai


Robb-Robb selain Allah, dan(juga mereka menjadikan Robb) Al-Masih putera
Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Ilah Yang Maha Esa; tidak
ada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Alloh dari apa yang mereka
persekutukan. (QS. at-Taubah [9]: 31)

Imam Mawardi rahimahullah mengatakan, “Sebagian para pengikut orang


alim berbuat ghuluw kepada gurunya. Hingga menjadikan perkataannya sebagai
dalil sekalipun sebenarnya tidak bisa dijadikan dalil. Meyakini ucapannya sebagai
hujjah sekalipun bukan hujjah.” (Adab Dunya hal. 49, Adab at-Tatalmudz hal. 38)

Memperhatikan adab-adab dalam menyikapi kesalahan guru

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,

‫كل ابن آدم خطاء و خير الخطائين التوابون‬

“Setiap anak Adam pasti berbuat kesalahan, dan yang terbaik dari mereka adalah
yang suka bertaubat” (HR. Ahmad)
Para guru bukan malaikat, mereka tetap berbuat kesalahan. Jangan juga mencari
cari kesalahannya, ingatlah firman Allah.

ُ‫ض ُكم[ بَ ْعضًا أَي ُِحبُّ أَ َح ُد ُك ْم أَن يَأْ ُك َل لَحْ َم أَ ِخي ِه َم ْيتًا فَ َك ِر ْهتُ ُموه‬
ُ ‫َواَل تَ َج َّسسُوا َواَل يَ ْغتَب بَّ ْع‬

“Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan


satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging
saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya” (QS.
Al Hujurot:12).

Allah melarang mencari kesalahan orang lain dan menggibahnya, larangan ini
umum tidak boleh mencari kesalahan siapapun. Bayangkan bagaimana sikap
seseorang jika ia mendengar aib saudara atau kawannya? Bukankah akan
menyebabkan dampak yang buruk akan hubungan mereka? Prasangka buruk akan
mencuat, jarak akan tambah memanjang, keinginan akrab pun tak terbenak lagi di
pikiran.

Lantas, bagaimanakah jika aib para ulama, dan para pengajar kebaikan yang
tersebar? Sungguh manusia pun akan menjauhi mereka, ilmu yang ada pada
mereka seakan tak terlihat, padahal tidaklah lebih di butuhkan oleh manusia
melainkan para pengajar kebaikan yang menuntut hidupnya ke jalan yang benar.
Belum lagi aib-aib dusta yang tersebar tentang mereka.

Sungguh baik para Salaf dalam doanya,

‫اللهم استر عيب شيخي عني وال تذهب بركة علمه مني‬

“Ya Allah tutupilah aib guruku dariku, dan janganlah kau hilangkan keberkahan
ilmuya dari ku.”

Para salaf berkata,

‫لحوم العلماء مسمومة‬

“Daging para ulama itu mengandung racun.”


Penjelasan tentang makna perkataan ini, “Siapa yang suka berbicara tentang
aib para ulama, maka dia layaknya memakan daging para ulama yang mengandung
racun, akan sakit hatinya, bahkan dapat mematikan hatinya.”

Namun, ini bukan berarti menjadi penghalang untuk berbicara kepada sang
guru atas kesalahannya yang tampak, justru seorang tolabul ‘Ilm harus berbicara
kepada gurunya jika ia melihat kesalahan gurunya. Adab dalam menegur
merekapun perlu diperhatikan mulai dari cara yang sopan dan lembut saat menegur
dan tidak menegurnya di depan orang banyak.

Meneladani penerapan ilmu dan akhlaknya

Merupakan suatu keharusan seorang penuntut ilmu mengambil ilmu serta


akhlak yang baik dari gurunya. Kamipun mendapati di tempat kami menimba ilmu
saat ini, atau pun di tanah air, para guru, ulama, serta ustad begitu tinggi akhlak
mereka, tak lepas wajahnya menebarkan senyum kepada para murid, sabarnya
mereka dalam memahamkan pelajaran, sabar menjawab pertanyaan para tolibul
ilm yang tak ada habisnya, jika berpapasan di jalan malah mereka yang memulai
untuk bersalaman, sungguh akhlak yang sangat terpuji dari para penerbar sunnah.

Sabar dalam membersamainya

Tidak ada satupun manusia di dunia ini kecuali pernah berbuat dosa, sebaik
apapun agamanya, sebaik apapun amalnya nya, sebanyak apapun ilmunya,
selembut apapun perangainya, tetap ada kekurangannya. Tetap bersabarlah
bersama mereka dan jangan berpaling darinya.

Allah berfirman :

‫َواصْ بِ ْ[ر نَ ْف َسكَ َم َع الَّ ِذينَ يَ ْد ُعونَ َربَّهُم بِ ْال َغدَا ِة َو ْال َع ِش ِّي ي ُِري ُدونَ َوجْ هَهُ َوال تَ ْع ُد َع ْينَاكَ َع ْنهُ ْم تُ ِري ُد ِزينَةَ ْال َحيَا ِة ال ُّد ْنيَا‬
‫َوال تُ ِط ْع َم ْن أَ ْغفَ ْلنَا قَ ْلبَهُ عَن ِذ ْك ِرنَا َواتَّبَ َع ه ََواهُ َو َكانَ أَ ْم ُرهُ فُ ُرطًا‬

“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru


Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah
kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini;
dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari
mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu
melewati batas”(QS.Al Kahfi:28).
Karena tidak ada yang lebih baik kecuali bersama orang orang yang berilmu dan
yang selalu menyeru Allah Azza wa Jalla.

Al Imam As Syafi Rahimahullah mengatakan,

‫اصبر على مر من الجفا معلم‬

‫فإن رسوب العلم في نفراته‬

“Bersabarlah terhadap kerasnya sikap seorang guru

Sesungguhnya gagalnya mempelajari ilmu karena memusuhinya”

Besar jasa mereka para guru yang telah memberikan ilmunya kepada
manusia, yang kerap menahan amarahnya, yang selalu merasakan perihnya
menahan kesabaran, sungguh tak pantas seorang murid ini melupakan kebaikan
gurunya, dan jangan pernah lupa menyisipkan nama mereka di lantunan doamu.
Semoga Allah memberikan rahmat dan kebaikan kepada guru guru kaum
Muslimin. Semoga kita dapat menjalankan adab adab yang mulia ini.
BAB III
PENUTUPAN
3.3 Kesimpulan

Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa:

Guru adalah seorang pengajar suatu ilmu dengan tugas utama untuk
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi murid. Guru dalam Islam juga disebut pewaris para nabi. Karena
lewat seorang guru, wahyu atau ilmu para nabi diteruskan kepada umat manusia.

Guru adalah orang yang mengajarkan kita dengan berbagai macam ilmu
pengetahuan dan mendidik kita sehingga menjadi orang yang mengerti dan
dewasa.

3.2 Saran

Pada kenyataannya, pembuatan makalah ini masih bersifat sangat sederhana


dan simpel. Selain itu penulis hanya menggunakan sumber sekunder yaitu
bersumber dari buku dan sumber tersier yang bersumber dari internet untuk
penyusunan makalah ini. Oleh karena itu penulis masih memerlukan kritikan dan
saran yang bermanfaat bagi makalah ini.
Makalah
Cara Menghormati Guru

Disusun oleh:
Achmad Junaidi
Teknik Bisnis Sepeda Motor
SMK NEGRI 1 KALIANGET

Anda mungkin juga menyukai