Anda di halaman 1dari 8

PAPPASENG TO MATOA DALAM MASYARAKAT BUGIS:

KARAKTER PENDUKUNG BAGI MANUSIA

Sitti Annurwati Mutmainnah


Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra
Universitas Muslim Indonesia
stannurwati@gmail.com

Abstrak
Pappaseng yang mengandung makna semantik pada kata ‘saloe na dek uwaena’
adalah simbol sungai yang tidak memiliki air. Air memiliki simbol kehidupan.
Sungai identik dengan air sebagai sumber kehidupan, jika sungai itu akan merangas
dan ditinggalkan oleh orang-orang yang di sekelilingnya. Pappaseng tersebut
merupakan kesendiran terhadap pemimpin yang dapat menjadi sumber kesejahteraan
rakyat, jika tidak memiliki sifat jujur maka rakyat akan hidup sengsara dan
meninggalkannya. Fungsi lain pappaseng adalah untuk mengingatkan pemimpin
agar bersifat amanah dalam memimpin. Dalam pappaseng disebutkan bahwa yang
bermaksud bagian dari tiang dunia adalah raja atau pemimpin yang jujur, ulama yang
suhud, orang kaya yang dermawan, dan orang miskin yang sabar. Kehiduan dalam
dunia ini bisa tegak dan aman bila didukung oleh empat komponen tersebut. Bila
salah satu dari mereka yang rusak, maka kehidupan di dunia ini akan terganggu.
Fungsi pappaseng adalah sebagai sarana: (1) nasihat dan kritik, (2) karakter diri pada
manusia, dan (3) nasihat dan sumber nilai. Pappaseng selain sebagai sarana
pembentukan karakter juga menjadi sarana hiburan masyarakat Bugis.

Kata Kunci: Pappaseng, masyarakat Bugis, karakter

PENDAHULUAN kesemuanya itu sangat relevan dengan


Setiap manusia pasti menyadari muatan yang terdapat dalam kurikulum
akan adanya karakter dalam kehidupan pendidikan karakter di Indonesia
sehari-hari. Salah satu cara menanamkan (Mansyur, 2016).
pendidikan karakter adalah melalui Dalam pembentukan karakteristik,
apresiasi sastra ataupun sastra klasik, seseorang perlu memahami dengan baik
seperti Pappaseng yang berkembang mengenai pappaseng, perlu diketahui
dalam masyarakat suku Bugis di Sulawesi fungsi tepatnya dalam masyarakat bugis
Selatan. yang terlebih dahulu memahami teks ini.
Karya sastra dapat membentuk Pappaseng adalah pesan yag disampaikan
kepribadian, karena di dalamnya memuat secara lisan oleh orang-orang bijak dalam
amanat tentang moral, mengembangkan masyarakat Bugis terhadap raja yang
imajinasi dan kreativitas. Sastra dapat berkuasa atau orang tua terhadap anak-
digunakan untuk menanamkan, anaknya yang bertujuan membentuk
menumbuhkan, dan mengembangkaan karakter yang baik. Pappaseng dapat
kepekaan kepada siswa terhadap masalah- disampaikan secara langsung, dapat berupa
masalah dunia, pengenalan dan rasa kata kiasan atau sindiran untuk mengubah
hormat terhadap tata nilai, baik dalam perilaku seseorang. Paseng atau
konteks individu maupun sosial, yang
pappaseng ditulis dalam lontarak yang kesejahteraan rakyat, jika tidak memiliki
disebut Surek Ugik. sifat jujur maka rakyat akan hidup sengsara
Pappaseng adalah wasiat orang tua dan meninggalkannya. Fungsi lain
kepada anak cucunya (orang banyak) yang pappaseng untuk mengingatkan pemimpin
harus selalu diingat sebagai amanah yang agar bersifat amanah dalam memimpin.
perlu dipatuhi dan dilaksanakan atas dasar Penguasa yang tidak jujur seperti
percaya pada diri sendiri disertai rasa sungai yang tidak berair, bermakna
tanggung jawab. seorang pemimpin bila tidak jujur hanya
memiliki nama pemimpin, namun tidak
PEMBAHASAN memberikan manfaat bagi rakyatnya.
Pappaseng sebagai Kritik Sosial Bentuk kritikan pada paseng tesebut diatas
masih sangat relevan dengan zaman
Kearifan lokal Bugis banyak terdapat
sekarang yang masih banyak pemimpin
dalam pappaseng yang memuat beberapa
tidak memiliki sifat jujur jika mendapat
nilai luhur yang berfungsi untuk sarana
amanah dari rakyat. Eksistensi
kritik atu sindiran terhadap ketimpangan
kepemimpinan dalam pappaseng tersebut
dan penyelewengan atau kesewenang-
yaitu dapat member kesejahteraan yang
wenangan yang dilakukan oleh perintah
dipimpin.
raja, orang kaya. Kritik biasa dilakukan
b. Kritik dan sindiran terhadap orang
sebagai kontrol sosial terhadap perilaku
kaya:
seseorang, suatu kelompok tertentu yang
Naia tosugike nadek labona padatoisa
menyimpan dari kebiasaan dan aturan
ebarakna ellung maumpek nadek
sosial serta aturan hukum. Berikut
bosina.
beberapa kritik yang biasa dilakukan oleh
Artinya: orang kaya tanpa sifat
bijak untuk kemaslahatan hidup orang
dermawan laksana awan tebal yang
banyak.
tanpa hujan.
a. Kritik dan sindiran terhadap
Pappaseng tersebut terdapat kata
raja/pemerintahan:
‘ebarakana ellung maumpek’, berupa
Naia arung mangkauke nadek
klausa yang merupakan simbol awan tebal.
lempukna, padatoi barkna saloe nadek
Awal tebal memiliki makna harapan akan
uwaena
turun hujan. Hujan sebagai tanda akan
Artinya: Raja/penguasa yang tidak
memberikan kehidupan pada manusia
jujur bagaikan sungai yang tidak berair.
karena menghidupkan tanaman dan
Pappaseng tersebut mengandung
tumbuhan. Awan tebal yang tidak
makna semantik pada kata ‘saloe na dek
menurunkan hujan mengecewakan banyak
uwaena’ adalah simbol sungai yang tidak
orang karena tidak mendapatkan manfaat
memiliki air. Air memiliki simbol
dari keberadaan awan tebal. Simbol awan
kehidupan. Sungai identik dengan air
tebal tersebut dilekatkan pada orang kaya
sebagai sumber kehidupan, jika sungai
yang memiliki banyak harta. Orang kaya
akan merangas dan ditinggalkan oleh
yang kikir tidak mendermakan hartanya
orang-orang yang di sekelilingnya. Paseng
pada orang yang membutuhkan sifat orang
tersebut merupakan kesendiran terhadap
kaya tidak dermawan identik dengan awan
pemimpin yang dapat menjadi sumber
tebal tanpa hujan. Tidak memberi manfaat sesama manusia. Karakter jujur sangat
pada orang banyak. dijunjung tinggi oleh masyarakat
Orang kaya tidak dermawan Bugis, seperti yang terungkap dalam
laksana awan tebal tanpa menurunkan beberapa data dalam pappasaeng
hujan. Artinya, orang kaya memiliki tomatoa.
banyak harta, namun memberikan berkah 3. Warani (karakter berani), warani atau
bagi orang-orang dari sekelilingnya. Tidak berani artinya sifat yang dimiliki pleh
mengeluarkan sedekah bagi orang miskin seseorang yang mau melakukan
sehingga kekayaannya tidak dapat sesuatu perbuatan atau pekerjaan yang
dinikmati oleh orang lain. Paseng tersebut mengandung tantangan dan resiko.
mereferensikan ideology cultural yang Banyak orang yang tidak mau
memuat kritik terhadap orang kaya. menghadapi hal-hal mengandung
Eksistensi kedermawaan adalah memberi resiko namun masih ada juga yang
sebagian harta kepada orang lain. memiliki sifat menantang gelombang
laut melakukan pelayaran untunk
Karakter pada Diri Manusia mengurangi samudera.
Karakter pada diri manusia 4. Ada na gauk (karakter sesuai kata dan
memiliki banyak macam yang harus perbuatan), bermakna kata dan
diketahui oleh setiap yang ingin perbuatan. Kata yang bermakna ucapan
mendalaminya, dalam pembagian karakter ada na gauk bermakna perilaku yaitu
antara lain: segala gerak-gerik sikap dan tingkah
1. Deceng na jak (karakter baik dan laku.
buruk), terkaiat erat dengan perasaan 5. Marenreng perru (karakter setia), setia
tentang suka dan tidak suka pada dari kata marenreng, secara etimologi
sesuatu. Baik dan buruk adalah nilai bermankna bergetar, bergerak, dan
sebuah perbuatan yang menjadi ukuran perlu artinya usus, usus yang
dari hasil perbuatan, atau sebuah menghubungkan anak dan orang
pedoman perbuatan yang bisa tuanya disebut ari-ari.
dilakukan atau tidak bisa dilakukan. 6. Sipakatau (karakter kemanusian),
Nilai dilembagakan dalam karifan memanusiakan manusia, menghargai
orang-orang tua terdahulu yang orang seperti menghargai diri sendiri.
dilestarikan dalam bentuk paseng. Sipakatau berasal dari kata dasar ‘tau’
Paseng dapat digolongkan sebagai yang berarti orang lain. Sipakatau
karya sastra seperti halnya pantun, bermakna pemberian kepada seseorang
peribahasa dan elong. karena mereka berhak mendapatkannya
2. Lempuk (karakter jujur), lempuk seperti penghargaan, kasih-sayang, dan
bermakna jujur. Kata jujur artinya cinta.
lurus hati, tidak berbohong, tidak 7. Aseddi-seddingeng (karakter gotong
curang, dan ikhlas (KBBI IV, royong), salah satu tema yang
2012;591). Karakter jujur (lempuk), diungkap dalam pappaseng tomatoa
alempureng (kejujuran) terkait dengan adalah asedding-seddingeng (gotong
sifat seseorang yang tulus hati, tidak royong) atau bekerja bakti.
curang, ikhlas dalam interaksi dengan
Kebijaksanaan sebagai Sumber Nilai Eksistensi kehidupan di dunia ini
Kebijaksanaan hidup dapat berjalan dengan aman, tentram dan damai
diperoleh melalui nasihat terhadap diri, apabila didkung oleh empat komponen
kritik terhadap masalah sosial. yang kuat yaitu raja yang jujur, ulama yang
1. Kebijkasanaan Nasihat Berupa Ajaran suhud, kaya dan dermawan dan orang
Nasihat yang berupa ajaran miskin yang sabar.
memiliki cirri kalimat yang memberikan
petunjuk tentang yang baik dan buruk. Pandangan Bahasa dalam Pappaseng
sebagai Kebudayaan Masyarakat Bugis
Naia allirinna lino-e eppakki
uangenna; seuani, arung melempuk-e, Bahasa sebagai lambang
maduanna topanrita, bokoriengngi lino, mempunyai makna, dalam linguistik ilmu
bettuanna pakkisiwiannani ri allahu ta ala yang mempelajari makna disebut semantik.
napogauk, matelluna, tossugik-e Secara tradisional, Ferdinand de Saussure
namalobo; mappaekna, pakerek-e, telah mengemukakan bahwa dalam
namasabbarak. semantik terdapat tiga komponen, yaitu
Artinya: dunia ini memiliki empat bentuk, makna (konsep) dan referen.
tiang: (1) raja atau penguasa yang jujur, (2) Ketiga komponen ini biasa disebut segitiga
ulam ayang subud, (3) orang kaya lagi penandaan (triangle of signification).
dermawan, dan (4) orang miskin yang Hubungan bentuk berupa leksem
sabar. atau kata sangat erat hubungannya dengan
Pappaseng tersebut di atas terdapat makna(konsep), demikian pula konsep
simbol ‘allirinna linoe’. Kata tiang selalu dengan referen atau kenyataan, namun
identik dengan penyanggah, penopang agar hubungan bentuk dengan referen tidak
sesuatu yang disanggah bisa tegak. Dunia demikian. Hubungannya terjadi secara
identik dengan kehidupan. Jadi bila tidak langsung. Meskipun demikian,
diplesetkan dengan pengertian secara pemahaman bahasa, khususnya gaya dalam
hakikat bahwa hidup ini bisa aman bila ada kaitannya dengan kebudayaan pada
yang menopang. Dalam paseng disebutkan umumnya didasarkan atas perkembangan
bahwa yang bermaksud bagian dari tiang teori dan metode pemahaman bahasa yang
dunia adalah raja atau pemimpin yang lahir awal abad ke-20. Model Bahasa pada
jujur, ulama yang suhud, orang kaya yang gilirannya digunakan dalam kaitannya
dermawan dan orang miskin yang sabar. dengan cirri-ciri retorika ilmu sosial
Kehiduan dalam dunia ini bisa tegak dan humaniora, bahkan juga dalam ilmu
aman bila didukung oleh empat komponen pengetahuan pada umumnya. Menurut
tersebut. Bila salah satu dari mereka yang proposisi teoritis ini kenyataan dan
rusak maka kehidupan di dunia ini akan kebenaran terbentuk sebagian dari praktik
terganggu. representasi dan interpresentasi, yaitu
Ajaran yang disampaikan dalam sebagai hubungan bahkan kesepakatan
paseng tersebut adalah untuk mengetahui antara retor dan publik.
diri masing-masing bila menjadi manusia Kemampuan Manusia untuk
ditakdirkan oleh Allah sebagai salah satu berbahasa sangat penting. Diduga bahasa
dari pemimpin atau ulama sehingga menjadi lebih berarti sejak ditemukannya
kehidupan di dunia ini aman dan tentram. sekaligus digunakannya bentuk tulisan.
Sejak saat itulah ada alat kontrol untuk Artinya: jangan engkau tidur
mengetahui perkembangan bahasa secara tengkurap/meniarap, nanti mati ibumu.
keseluruhan sekaligus berfungsi sebagai Fungsi: supaya anak menghentikan
media dalam rangka membina kelas kebiasaan yang merugikan dirinya
tariannya. yakni bisa berakibat sesak nafas.
Secara garis besar telah disinggung Nilai : pendidikan kesehatan.
kebudayaan didefinisikan sebagai 3. Narekko purani riaccinaungi passiring
keseluruhan hasil aktivitas manusia baik bolana tauwe tempeddinni rinawa-
dengan nilai posistif maupun nilai nawa maja
negative. Akhir abad ke-20 dengan Artinya: kalau kita sudah berteduh di
lahirnya era postmodernisme lahir pula lah bawah atap rumahnya seseorang, sudah
kajian budaya secara khusus memberikan tidak boleh lagi dibenci (diusahakan ia
perhatian terhadap aspek-aspek yang binasa).
muncul ke permukaan, ciri-ciri yang Fungsi: supaya anak tahu menghargai
seolah-olah termarginaliskan, tetapi dalam budi orang lain.
kenyataannya memiliki peranan sangat Nilai: pendidikan akhlak
menentukan. 4. Aja muleu ri tanae, konallekkaiko
Untuk melihat gaya dalam manu-manu mateitu indo'mu
pengertian yang lebih umum, bukan Artinya: jangan kamu baring di tanah,
semata-mata wilayah seni, perlu dikutip karena kalau ada burung melewatimu
pendapat Hdjinicolau (1978:90) yang ibumu akan mati.
membedakan gaya menjadi tiga macam, Fungsi: supaya anak jangan mengotori
sebagai berikut: dirinya.
1. Gaya sebagai bentuk khusus Nilai : pendidikan kesehatan.
pemakaian bahasa 5. Aja muala aju pura rette' walie
2. Gaya sebagai memeiliki kekuatan nakotenna iko rette'i, aja' to muala aju
artistik ripasanre'e, kotenna iko pasanrei
3. Gaya sebagai cara pemakaian yang Artinya: jangan kau ambil kayu yang
khas dan memiliki daya artistik yang sudah dipotong ujung dan pangkalnya.
sekaligus muncul dari masyarakat. Dan jangan pula engkau ambil kayu
yang tersandar, kalau bukan kau yang
Pappaseng To Riolo: sandarkan.
1. Mauni coppo' bolana gurutta' riuja Fungsi: supaya anak tahu menghargai
madorakamoni' hak orang lain.
Artinya: walaupun bubungan atap Nilai: pendidikan kejujuran.
rumah guru yang dicela, maka kita pun 6. Aja muinung tettong, malampei lasomu
berdosa. Artinya: jangan minum berdiri, nanti
Fungsi: agar anak senantiasa panjang kemaluanmu.
menghormati gurunya. Fungsi: supaya gelas tidak jatuh/pecah.
Nilai: pendidikan akhlak. Nilai: memelihara keselamatan barang.
2. Aja' muoppang nasaba matei mati 7. Aja munampui tanae, mataruko
indo'mu Artinya: jangan menumbuk tanah,
karena kamu bisa jadi tuli.
Fungsi: supaya anak tidak mengotori Fungsi: supaya sendok tak jatuh kotor.
dirinya sendiri. Nilai: pendidikan kebersihan.
Nilai : pendidikan kebersihan. 14. Komuturusiwi Nafessummu, padaitu
8. Ngowa na kellae, sapu ripale mutonanginna lopi Masebbo’E.
paggangkanna Artinya: kalau kamu menuruti
Artinya: rakus dan tamak berakibat nafsumu, sama saja engkau
kehampaan. menumpang perahu bocor.
Fungsi: supaya anak tahu mensyukuri Fungsi: kalau tidak tahu
yang ada (sedikit tapi halal). mengendalikan diri, pasti binasa.
Nilai: pendidikan untuk menghormati Nilai: pendidikan pengendalian diri
hak orang lain (tidak serakah) (amarah).
9. Aja muanre tebbu ri leuremmu, matei 15. Engkatu Ada Matarengngi
indo'mu Nagajangnge.
Artinya: jangan makan tebu di tempat Artinya: ada perkataan lebih tajam dari
tidurmu, akan mati ibumu. keris.
Fungsi: supaya anak tidak kotor dan Fungsi: supaya anak memelihara selalu
dikerumuni semut. bahasanya kepada orang lain.
Nilai : pendidikan kebersihan. Nilai: pendidikan akhlak.
10. Ricau amaccangnge, 16. Naiyya Balibolae, Padai
riabbiasangengnge Selessurengnge.
Artinya: kalah kepintaran dari Artinya: adapun tetangga itu sama
kebiasaan atau pengalaman. dengan saudara.
Fungsi: supaya anak rajin belajar. Fungsi: supaya kita menghormati
Nilai: pendidikan kepatuhan. tetangga.
11. Aja Muakkelong Riyolo Dapureng, Nilai: pendidikan akhlak dan
Tomatowa Matu Muruntu’ kerukunan bermasyarakat.
Artinya: jangan menyanyi di muka 17. Aja Mutudang risumpangnge, Mulawai
dapur, jodohmu nanti orang tua. dalle’E.
Fungsi: supaya anak tahu Artinya: jangan duduk di muka pintu,
menempatkan sesuatu pada posisinya kau menghambat rezeki.
masing-masing. Fungsi: supaya anak tidak menghalangi
Nilai: pendidikan ketertiban. orang yang mau lewat.
12. Getteng lempu adatongeng Nilai: pendidikan tata krama.
Artinya: tegas, jujur serta berkata 18. Rekko Mupakalebbi’i Tauwe, Alemutu
benar. Mupakalebbi.
Fungsi: supaya anak teguh pada Artinya: kalau kamu memuliakan
pendirian,,jujur, dan berbudi bahasa orang, berarti dirimulah yang kau
yang baik. muliakan.
Nilai: pendidikan mental. Fungsi: agar anak senantiasa
13. Aja Mubuangi Sanru’e, Maponco memuliakan dan menghargai orang
Sunge tauwe. lain.
Artinya: jangan menjatuhkan sendok, Nilai: pendidikan tata krama.
kita pendek umur.
19. Aja’ Muasseringangngi Pale’mu, Sapu Artinya: sekali kita berak di jalan,
ripalekko. maka kitalah yang selalu dituduh.
Artinya: jangan jadikan sapu telapak Fungsi: jangan sekali-kali kita berbuat
tanganmu, nanti kamu hampa tangan. yang tidak baik, karena selalu kitalah
Fungsi: supaya anak jangan mengotori yang dituduh kalau ada perlakuan yang
tangannya, dan bisa kena benda tajam. sama.
Nilai: pendidikan kebersihan. Nilai: pendidikan anak agar tidak
20. Aja Mutudangiki angkangulungnge, berperilaku buruk.
malettakko. 25. Panni’na manue muanre, Malessiko
Artinya: jangan menduduki bantal, lari.
nanti kau kena bisul. Artinya: sayapnyalah ayam yang kau
Fungsi: agar anak tidak merusak alat makan, jadinya kau kuat lari.
tempat tidur. Fungsi: supaya anak tidak manja dalam
Nilai: pendidikan untuk memelihara memilih makan.
peralatan. Nilai: pendidikan agar anak tidak
21. Anreo Dekke inanre, Namalampe membuat masalah terhadap makanan
Welua’mu. keluarga.
Artinya: makanlah nasi yang hangus 26. Aja murennuangngi anu dee ri
pada dasar periuk supaya panjang limammu
rambutmu. Artinya: janganlah engkau terlalu
Fungsi: membuat anak mau saja makan mengharapkan apa yang belum ada
nasi yang tidak baik (hangus). pada tanganmu.
Nilai: pendidikan agar anak tidak Fungsi: supaya tidak terlalu berani
mubazir. mengharapkan barang (uang) yang
22. Resopa Natemmangingngi, Malomo belum tentu didapat (hari) itu.
Naletei Pammase Dewata Nilai: peringatan agar tidak
Artinya: hanya kerja disertai meremehkan janji, sampai salah
ketekunan, mudah mendatangkan jadinya
rezeki Tuhan.
Fungsi: agar anak tidak malu bekerja KESIMPULAN
keras untuk mendapat rezeki. Pappaseng adalah pesan yang
Nilai: pendidikan kerajinan dan disampaikan secara lisan atau tertulis
ketekunan. dalam bentuk lontarak oleh orang-orang
23. Naiyya Olokolo’E Tuluna Riattenning, bijak dalam masyarakat bugis, atau orang
Naiyya Tauwe Adanna Riattenning. tua terhadap anak-anaknya yang bertujuan
Artinya: kalau binatang, talinyalah membentuk karakter baik. Pappaseng
yang dipegang, kalau manusia berfungsi sebagai sarana: (1) nasihat dan
perkataannya yang dipegang. kritik, (2) karakter diri pada manusia, dan
Fungsi: agar anak konsisten dapat (3) nasihat dan sumber nilai.
menepati perkataannya. Selain sebagai sarana pembentukan
Nilai: pendidikan kejujuran (akhlak). karakter, pappaseng juga menjadi sarana
24. Cicemmitu tauwe Tai ri lalengnge, hiburan masyarakat bugis. Pappaseng
Idi’na sini riaseng. tersebut mereferensikan ideologi kultural
yang memuat kritik terhadap orang kaya. Mansyur, U. (2018). Peranan Etika Tutur
Eksistensi kedermawaan adalah memberi Bahasa Indonesia dalam
sebagian harta kepada orang lain. Pembelajaran di Sekolah. INA-Rxiv.
https://doi.org/10.31227/osf.io/wrs9d
DAFTAR PUSTAKA Manyambeang, A.K. (2014). Syekh Yusuf
Amin, K.F. (2015a). Pappaseng Ugik. dalam Perspektif Lontaraq Gowa.
Makassar: Garis Khatulistiwa. Badan Perpustakaan dan Asip Daerah
__________. (2015b). Sastra Klasik Bugis Propinsi Sulawesi Selatan.
Makassar: De La Macca. Ratna, N.K. (2014). Stilistika Kajian
Koentjaraningrat. (2015). Pengantar Ilmu Puitika Bahasa, Sastra, dan Budaya.
Antropologi. Rineka Cipta. Pustaka Pelajar.
Mansyur, U. (2016). Pemanfaatan Nilai Seni Budaya. Kebudayaan Suku Bugis,
kejujuran dalam Cerpen sebagai (Online, https://ilmuseni.com/).
Bahan Ajar Berbasis Pendidikan Syamsudduha. (2013). Pappaseng sebagai
Karakter. In Mengais Karakter dalam Falsafah Hidup, (Onliine)
Sastra: HISKI Makassar. (http://syamsudduhaa. blogspot.co.id).
https://doi.org/10.17605/OSF.IO/Z4T
3Y

Anda mungkin juga menyukai