Anda di halaman 1dari 19

Nama Kelompok :

1. Greita Immanuela Putri T (18)


ANALISIS
2. Jiska Cahyani Asfinanda (19)
3. Pramesti Vidiarina M (26)
4. Rashiqa Sahla Nayyara (31)
NOVEL RONGGENG
DUKUH PARUK
BIOGRAFI PENULIS

NAMA LENGKAP : AHMAD TOHARI


Tempat dan tanggal lahir :
Tinggarjaya, Jatilawang, Banyumas,
Jawa Tengah, 13 Juni 1948 AHHMAD
Agama : Islam TOHARI
Profesi : Sastrawan

AHMAD TOHARI
biografi penuls
Ahmad Tohari adalah sastrawan dan budayawan
berkebangsaan Indonesia yang dikenal sebagai pengarang
trilogi novel Ronggeng Dukuh Paruk (1982), Lintang Kemukus
Dinihari (1985), dan Jantera Bianglala (1986). Ia lahir pada
tanggal 13 Juni 1948 di Tinggarjaya, Kecamatan Jatilawang,
Banyumas, Jawa Tengah. Lahir dari keluarga santri, Ayahnya
seorang kiyai dan ibunya pedagang kain. Ahmad Tohari
menikah tahun 1970 dengan Siti Syamsiah yang bekerja
sebagai guru SD lalu dikaruniai lima orang anak.

RONGGENG DUKUH PARUK


biografi penuls
Ahmad Tohari mengantongi ijazah SMAN II Purwokerto,
kemudian ia kuliah di Fakultas Ekonomi, Unversitas Jenderal
Sudirman (UNSUD), Purwokerto, 1974—1975. Selanjutnya, ia
pindah ke Fakultas Sosial Politik (1975—1976) juga hanya
dijalaninya selama satu tahun, lalu pindah ke Fakultas
Kedokteran YARSI, Jakarta, tahun 1967—1970, tetapi tidak
tamat. Akhirnya, ia memilih tetap tinggal di desanya,
Tinggarjaya, mengasuh Pondok Pesantren NU Al Falah.
Ahmad Tohari pernah bekerja di BNI 1946, sebagai tenaga
honorer, yang mengurusi majalah perbankan tahun 1966—
1967. Dia juga bekerja di majalah Keluarga tahun 1979—1981
dan menjadi redaktur pada harian Merdeka, majalah
Amanah, dan majalah Kartini.
RONGGENG DUKUH PARUK
biografi penuls
Karya-karyanya mulai dipublikasikan tahun 1970-an.
Sebenarnya, saat masih belajar di SMA, ia telah menulis,
tetapi tulisannya hanya disimpan di laci meja belajarnya.
Selepas SMA, barulah ia mengirimkan karyanya itu ke
berbagai media massa, antara lain ke Kompas. Tulisan-
tulisannya berisi gagasan kebudayaan dimuat di berbagai
media massa. Ia juga menjadi pembicara di berbagai
diskusi/seminar kebudayaan.

RONGGENG DUKUH PARUK


.

DATA YANG DIPEROLEH DARI ARTIKEL


“PENCIPTAAN TRILOGI RONGGENG
DUKUH PARUK”
· Ronggeng Dukuh Paruk adalah sebuah novel yang ditulis oleh penulis Indonesia asal
Banyumas.
· Nama penulis novel Ronggeng Dukuh Paruk ialah Ahmad Tohari yang lahir pada 13 Juni
1948 di Tinggarjaya, Jatilawang, Banyumas, Jawa Tengah.
· Novel Ronggeng Dukuh Paruk menceritakan tentang kisah cinta antara Srintil, seorang
penari ronggeng, dan Rasus, teman sejak kecil Srintil yang berprofesi sebagai tentara.
· Latar tempat pada novel Ronggeng Dukuh Paruk adalah Dukuh Paruk, desa kecil yang
dirundung kemiskinan, kelaparan, dan kebodohan.
.

DATA YANG DIPEROLEH DARI ARTIKEL


“PENCIPTAAN TRILOGI RONGGENG
DUKUH PARUK”
· Latar waktu yang diambil tahun 1969-an. Dimana pada masa itu banyak terjadi gejolak
politik.
· Novel Ronggeng Dukuh Paruk terdiri atas tiga buku (trilogi) pada penerbitan pertama, yaitu
Catatan Buat Mak, Lintang Kemukus Dini Hari. Dan Jantera Bianglala.
· Film Darah dan Mahkota Ronggeng (1983) dan Sang Penari (2011) adalah adaptasi dari
novel Ronggeng Dukuh Paruk.
· Ronggeng Dukuh Paruk diterbitkan dalam bentuk audio menggunakan suara Butet
Kartaredjasa pada tahun 2014.
LATAR BELAKANG KENAPA KARYA DICIPTAKAN
Menurut Tohari, tragedi kemanusiaan 1965 bisa
digambarkan melalui kisah penari ronggeng, yang kala itu
identik dengan pelacuran. Setelah itu, lahir trilogi Ronggeng
Dukuh Paruk. Novel yang berlatar belakang kondisi sosial
budaya masyarakat setempat di era 1965an yang
mengisahkan kisah cinta antara Srintil, penari ronggeng, dan
Rasus, tentara. Pada suatu waktu, Tohari berburu burung
sampai ke dalam hutan, mengarah ke air terjun. Di sana Ia
mendapati seorang perempuan muda berparas cantik.
Ternyata perempuan itu penari ronggeng yang "dipelihara"
pejabat setempat. Perempuan itu yang akhirnya
menginspirasi Tohari melahirkan karakter Srintil di novelnya.

RONGGENG DUKUH PARUK


unsur INTRINSIK
1. Tema : Kehidupan warga Dukuh Paruk
• kehidupan sosial -> terdapat interaksi antar warga
• kehidupan religi -> pemujaan pada Ki Secamenggala, moyang mereka
(budaya warga Dukuh Paruk yang memuja moyang mereka)

.2. Alur : maju


• Penggambaran suasana Dukuh Paruk, di lanjutkan penggambaran
kehidupan kebatinan warga
• Peristiwa 3 orang anak laki-laki yang sedang berusaha mencabut
singkong
• Penggambaran Dukuh Paruk di malam hari

RONGGENG DUKUH PARUK


unsur INTRINSIK
3. Tokoh penokohan :
• Tokoh : 3 anak laki-laki
• Watak :
⚬ Gigih -> bukti : Urat-urat kecil di tangan dan di punggung
menegang. (melalui tindakan tokoh)
4. Latar :
Latar tempat :
• Di tepi kampung, tiga orang anak laki-laki sedang bersusah payah
mencabut sebatang singkong.
• Karena letak Dukuh Paruk di tengah amparan sawah yang sangat luas,
tenggelamnya matahari tampak dengan jelas dari sana.
Latar waktu :
• Hilangnya cahaya matahari telah dinanti oleh kelelawar dan kalong

RONGGENG DUKUH PARUK


unsur INTRINSIK
Latar suasana :
• Di tepi kampung, tiga orang anak laki-laki sedang bersusah payah
mencabut sebatang singkong.
• Ketiganya hampir berputus asa seandainya salah seorang anak
diantara mereka tidak menemukan akal
• Tetapi sorak-sorai segera terhambur
5. Gaya bahasa
• Menggunakan dialog
• menggunakan deskripsi
6. Amanat:
• Kita hendaknya saling bekerja sama agar pekerjaan terasa ringan dan
cepat selesai.
7. Sudut pandang : Orang ketiga serba tahu

RONGGENG DUKUH PARUK


unsur EKSTRINSIK
1. Nilai :
• Nilai agama: Gumpalan abu kemenyan pada nisan kubur ki
secamenggala membuktikan polah tingkah kebatinan orang dukuh
paruk berpusat disana.
• Nilai estetika:
- Suaranya melengking seperti kelana panjang.
- Srintil berlari seperti pipit dikejar alap-alap.
• Nilai budaya: Adat dukuh paruk mengajarkan, kerja sama antara ketiga
anak laki-laki itu harus berhenti disini. Rasus, Warta, dan Darsun kini
harus saling adu tenaga memperebutkan umbi singkong yang baru
mereka cabut.

RONGGENG DUKUH PARUK


KAIDAH kebahasaan
1. Konjungsi temporal
Bukti :
• Kemudian Rasus, Warta, dan Darsun berpandangan.
• Tak ada protes. Ketiganya kemudian sibuk mengupasi
bagiannya dengan gigi masing-masing.

2. Konjungsi pertentangan
Bukti :
• Mereka terengah-engah, namun batang singkong itu tetap
tegak ditempatnya.
• Namun cukup meluruhkan dedaunan dari tangkainya.

RONGGENG DUKUH PARUK


KAIDAH kebahasaan
3. Kata ganti orang ketiga
Bukti :
• Dia terbang bagai batu lepas dari katapel sambil menjerit sejadi-
jadinya.
• Tetapi mereka memujanya.
• Namun ketiganya masih terlampau lemah untuk mengalahkan
cengkeraman akar kereta yang terpendam dalam tanah kapur.
4. Kalimat langsung
Bukti :
“Cari sebatang cungkil,” kata Rasus kepada kedua temannya.
“Tanpa cungkil mustahil kita dapat mencabut singkong sialan ini.”

RONGGENG DUKUH PARUK


KAIDAH kebahasaan
5. Kata keterangan tempat
Bukti :
• Pembunuhan yang terjadi di udara yang lengang, di atas Dukuh
Paruk.
• Berderit baling-baling bambu yang dipasang anak gembala di
tepian Dukuh Paruk.
• Dukuh Paruk sebagai sebuah gerumbul kecil di tengah padang
yang amat luas.
6. Verba mental
Bukti:
• Telah lama mereka merindukan amparan lumpur tempat
mereka mencari mangsa; katak, ikan, udang atau serangga air
lainnya.
RONGGENG DUKUH PARUK
KAIDAH kebahasaan
7. Menggunakan verba material
Bukti:
• Sambil membersihkan mulutnya dengan punggung lengan,
Rasus mengajak kedua temannya melihat kambing-kambing
yg sedang mereka gembalakan.
• Dengan tekad terakhir mereka mencoba mencabut batang
singkong itu kembali.

8. Keterangan waktu
• Ketika akar terakhir putus ketiga anak Dukuh Paruk itu jatuh
terduduk.

RONGGENG DUKUH PARUK


KAIDAh kebahasaan
9. Majas
a. Majas Simile
• Suaranya melengking seperti kelana panjang.
• Srintil berlari seperti pipit dikejar alap-alap.
b. Majas Metafora
• Mereka pantas berkejaran, bermain, dan berkembang. Mereka
sebaiknya tahu masa kanak-kanak adalah surga yang hanya sekali
datang.
c. Majas Personifikasi
• Dukuh Paruk kembali menjatuhkan pundak-pundak yang berat
kembali bersimbah air mata
d. Majas Hiperbola
• Ditolaknya bumi dengan hentakan kaki sekuat mungkin.

RONGGENG DUKUH PARUK


aspek
• Aspek Religi/Agama
Warga Dukuh Paruk yang memuja kepada moyang mereka yaitu Ki
Secamenggala. Membuktikan kuatnya (dinamisme po animisme) yang
menjadi simbol keagamaan/aliran kepercayaan warga Dukuh Paruk.

RONGGENG DUKUH PARUK

Anda mungkin juga menyukai