Pendahuluan
Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengantar serta
refleksinya terhadap gejala-gajala sosial di sekitarnya. Pengarang mencoba menghasilkan
pandangan dunianya tentang realitas sosial di sekitarnya untuk menunjukkan sebuah karya
sastra berakar pada kultur tertentu dan masyarakat tertentu.
. Novel karya Ahmad Tohari dengan tema budaya yang berseting perjuangan hidup
seorang perempuan berhasil diselesaikan, novel tersebut berjudul “ Ronggeng Dukuh Paruk”.
Novel ini berlatarbelakang tentang sebuah kebudayaan di daerah tertentu. Bagaimana
pengaruh kebudayaan itu bagi masyarakat. Disamping itu, novel ini menjadi sebuah refleksi
bagi kehidupan bermasyarakat, yaitu dipergunakan sebagai literatur dengan pesan-pesan yang
ada di dalamnya.
Pesan yang berusaha digarap oleh pengarang. Novel yang bertema kebudayaan
merupakan satu dari trilogi yang ditulis oleh Ahmad Tohari. Novel ini mengambil cerita
tentang seorang ronggeng dengan kehidupannya dan bagaimana dia di dalam masyarakat.
Perjuangan seorang perempuan di dalam meniti pilihan hidupnya.
B.Pembahasan
Ronggeng Dukuh Paruk adalah sebuah novel yang menceritakan kehidupan seorang
ronggeng yang bernama Srintil. Novel ini berlatar tempat di Dukuh Paruk. Dukuh Paruk
merupakan sebuah kampung terpencil yang merupakan bagian dari wilayah Kecamatan
Dawuhan. Sedangkan, latar waktunya adalah sekitar tahun 1965-an.
1. Unsur Intrinsik Novel Ronggeng Dukuh Paruk
A. Tema : Masalah yang dibicarakan dalam cerita
Sosok perempuan yang kehidupannya tergoyah karena pengaruh hukum adat di tempat dia
tinggal
Bukti : “ Eh Rasus. Mengapa kau menyebut hal-hal sudah lalu? Aku mengajukan
permintaan itu sekarang. Dengar rasus, aku akan berhenti menjadi ronggeng karena aku ingin
menjadi istri seorang tentara. Engkaulah orangnya.” (RDP: 63)
“............. bahkan lebih dari itu. Aku akan memberi kesempatan kepada pedukuhanku
yang kecil itu kembali kepada keasliannya. Dengan menolak perkawinan yang ditawarkan
Srintil, aku memberi sesuatu yang paling berharga bagi Dukuh Paruk: Ronggeng!” (RDP :64)
B. Alur : Jalan cerita
Maju, mundur, gabungan
· Bukti alur Maju : “ Jadi pada malam yang bening itu, tak ada anak Dukuh Paruk
keluar halaman. Setelah menghabiskan sepiring nasi gaplek mereka lebih senang bergulung
dalam kain sarung, tidur di atas balai-balai bambu. Mereka akan bangun esok pagi bila sinar
matahari menerobos celah dinding dan menyengat diri mereka.” (RDP:7)
Sudah dua bulan Srintil menjadi ronggeng. Namun adat Dukuh Paruk mengatakan masih ada
dua tahapan yang harus dilaluinya sebelum Srintil berhak menyebut dirinya seorang
ronggeng yang sebenarnya. (RDP: 43)
· Bukti alur mundur : “ Sebelas tahun yang lalu ketika Srintil masih bayi. Dukuh Paruk
yang kecil basah kuyup tersiram hujan lebat. Dalam kegelapan yang pekat, pemukiman
terpencil itu lengang, amat lengang.” (RDP:11)
· Bukti alur gabungan: “ Dukuh Paruk dengan segalan isinya termasuk cerita Nenek itu
hanya bisa ku rekam setelah aku dewasa. Apa yang ku alami sejak anak-anak kusimpan
dalam ingatan yang serba sederhana.” (RDP:17)
“ Lebih baik sekarang kuhadapi hal yang lebih nyala. Srintil sudah menjadi Ronggeng
di Dukuh Paruk.” (RDP:19)
“Tahun 1960 wilayah kecamatan Dawuan tidak aman.” (RDP: 64)
“ Sebagai laki-laki usia dua puluh tahun, aku hampir dibuatnya menyerah.” (RDP:63)
Tahap-tahap alur perkembangan alur secara rinci terdiri dari lima bagian sebagai berikut.
1) Perkenalan
Menceritakan tentang kehidupan rasus dan srintil ketika masih kecil yang harus di tinggal
oleh kedua orang tua mereka karena peristiwa keracunan tempe bongkrek yang menimpa
warga Dukuh Paruk. Kemudian pada bab kedua menceritakan perihal kematian Emak rasus
dan kehidupan Ki Secamenggala, dalam bab dua emak rasus, nenek rasus, kartareja, Nyai
kartareja diperkenalkan. Dalam bab ketiga membicarakan tentang sayembara bukak
klambu, bab ini Dower dan Sulam diperkenalkan. Pada bab keempat tokoh utama
dibicarakan, dalam bab ini Sersan slamet dan Kopral Pujo diperkenlakan.
2) Timbulnya Konflik
Konflik utama Ronggeng Dukuh Paruk, yaitu malapetaka keracunan tempe bongkrek yang
membunuh sebagian masyarakat Dukuh Paruk termasuk kematian ronggeng Dukuh paruk
yang terakhir serta penabuh gendang. Munculnya konflik lain ditandai ketika srintil mulai
menjadi ronggeng baru, saat itu kehidupan srintil mulai berubah. Dari yang dulunya sering
bermain bersama Rasus, Warta, Darsun, tapi setelah menjadi ronggeng dia sudah tidak ada
waktu untuk bermain. Menanggapi hal itu Rasus mulai renggang dengan srintil, wanita yang
disukainya.
3)Peningkatan konflik
Konflik meningkat pada bab dua dan tiga. Konflik utama dikembangkan dengan kuat pada
bab tiga, yaitu ketika srintil harus menyelesaikan syarat terakhir menjadi seorang ronggeng,
syarat terakhir yang harus dipenuhi itu bernama bukak-klambu. Sebuah syarat yang akan
menggoyahkan hubungan Rasus dan Srintil. Hal itu memunculkan kebencian yang mendalam
bagi rasus atas semua kebudayaan yang ada di Dukuh paruk.
4)Klimaks
Puncak permasalahan terjadi ketika srintil telah menjadi seorang ronggeng Dukuh Paruk. Itu
tandanya srintil menjadi milik orang banyak dan rasus sebagai seorang laki-laki yang
menyukainya harus merelakan.
5)Pemecahan masalah atau Penyelesaian
Penyelesaian bagian pertama novel RDP yaitu ketika Rasus pergi meninggalkan Dukuh.
Rasus merasa dukuh paruk bertindak semena-mena dan hanya menciptakan kesengsaraan
baginya. Sebagai seorang anak yang menghubungkan diri emaknya dengan diri srintil, Dukuh
Paruk membuat noda dalam hidupnya. Kepergian Rasus untuk menentukan pilihan-pilihan.
Pilihan-pilihan itulah yang nantinya akan mengubah segalanya, tentang Srintil, asal-usul
ibunya, dan juga tujuan hidupnya.
Berdasarkan tahap-tahap alur yang diuraikan di atas dapat disimpulkan alur yang terdapat
dalam novel RDP buku pertama Catatan Buat Emak menggunakan alur campuran.
C. Tokoh : Orang yang berperan dalam cerita
1. Rasus 9. Nenek Rasus
2. Warta 10. Santayib (Ayah Srintil)
3. Dursun 11. Istri Santayib (Ibu Srintil)
4. Srintil 12. Dower
5. Sakarya ( Kakek Srintil) 13. Sulam
6. Ki Secamenggala 14. Siti
7. Kartareja dan Nyai Kartareja 15. Sersan Slamet
8. Sakum 16. Kopral Pujo
3. Unsur Politik .
Unsur ini merupakan unsur yang paling utama terlintas dari benak pengarang, karena
pengarang merasa sangat prihatin terhadap kesewenang-wenangan kekuasaan yang telah
menindas orang-orang kecil yang kebanyakan dari mereka tidak tahu menahu mengenai
berbagai persoalan tentang politik, khususnya persoalan mengenai pengkhianatan yang
dilakukan oleh PKI yang terjadi di akhir September 1965.
4. Unsur Ekonomi.
Masalah yang ingin diangakat oleh pengarang diantaranya adalah mengenai masalah ekonomi
yang dialami oleh masyarakat, dalam hal ini adalah “Dukuh Paruk”. Ini sering terlihat dalam
pergantian judul maupun pergantian bab, yang mana mengggambarkan kemiskinan
masyarakat “Dukuh Paruk” yang terletak ditengah-tengah pematang sawah. Penggambaran
ini tampak jelas terlihat seperti : digambarkan luasnya ribuan hektar sawah yang mengelilingi
desa telah tujuh bulan kering kerontang,…. Sampai anak-anak kecil rela bersusah payah
mencabut singkong yang terpendam dalam ditanah kapur,,, itulah sedikit gambaran keadaan
ekonmi yang sedang dialami oleh masyarakat “Dukuh Paruk”, dan keadaan itulah yang
sebenarnya ingin ditunjukan oleh pengarang kepada pembaca.
5. Latar belakang pengarang
Ahmad Tohari adalah sebuah nama besar dan langka di dalam khasanah kesusastraan
Indonesia. Dari karya sastra yang saya baca, nama Ahmad Tohari langgeng dan cepat nempel
di kalangan pembaca. Tema keislaman, dan nilai kehidupan kesederhanaan. Ronggeng Dukuh
Paruk adalah salah satu bibel Ahmad Tohari. Dengan hadirnya serangkaian karya Ahmad
sebagai juru bicara kesusastraan bertema lokal. Pengetahuan Ahmad Tohari mengenai dunia
ronggeng dan filosofinya menegaskan bahwa Ahmad Tohari adalah wakil dari suara orang-
orang yang satu daerah asalnya.
C. PENUTUP
Secara analisis, novel Ronggeng dukuh Paruk dapat menambah pemahaman kepada
pembaca dalam menemukan unsur intrinsik maupun unsur ekstrinsik cerpen. Unsur novel
Ronggeng Dukuh Paruk yang dianalisi yaitu tema, latar, penokohan dan perwatakan, alur,
sudut pandang,amanat atau pesan, gaya bahasa,nilai moral, keagamaan, kebudayaan, unsure
social, unsure politik, unsure ekonomi, dan latar belakang pengarang.
Tema pokok dalam RDP, yaitu pertentangan antara keramat Ki Secamenggala dengan
kaum terpelajar. Latar yang terjadi di Dukuh paruk. Tokoh utama Rasus dan tokoh pembantu
utama Srintil. Alur yang terjadi alur campuran dengan menggunakan sudut pandang orang
pertama pelaku utama.