Anda di halaman 1dari 10

Materi Tentang hederitas

N
Oleh:

Andi Syaifullah Islami


XII Mipa 2
9535
27
Hereditas

Hereditas adalah penurunan sifat dari induk kepada keturunannya. Keturunan


yang dihasilkan dari perkawinan antar individu mempunyai perbandingan
fenotip maupun genotip yang mengikuti pola tertentu. Aturan-aturan dalam
pewarisan sifat ini disebut pola-pola hereditas.

Teori pertama tentang sistem pewarisan yang dapat diterima kebenarannya


dikemukakan pada 1865 oleh Gregor Johann Mendel, seorang biarawan dan
juga ilmuwan yang mendirikan ilmu baru dalam ilmu genetika. Teori ini
diajukan berdasarkan penelitian persilangan berbagai varietas kacang kapri
(Pisum sativum). Hasil percobaannya, ditulis dalam makalah yang berjudul
Experiments on Plant Hybridization.

Gregor Johann Mendel

Dari situ ia mengusulkan 3 hukum pewarisan Mendel:

Hukum Segregasi: Pada pembentukan gamet, setiap gen induk (parent) akan
berpisah agar gamet (anaknya) mendapatkan gen dari kedua induk.

Hukum Asortasi Bebas: Gamet akan bertemu secara acak.

Hukum Dominasi: Ada sifat (alel) yang mempunyai kemungkinan diturunkan


lebih dari sifat yang satunya. Sifat yang satunya lagi itu resesif.

Pola-Pola Hereditas
Pola-pola hereditas mencakup tentang hukum pewarisan sifat (Hukum Mendel I
dan II). Dalam pola-pola hereditas, terdapat beberapa penyimpangan.
Penyimpangan tersebut terjadi karena penyimpangan semu hukum Mendel,
pautan, pindah silang, dan gen letal. Hukum Mendel beserta penyimpangan
semu hukum Mendel telah dijelaskan pada artikel sebelumnya.

Pada kali ini, akan dibahas mengenai pola-pola hereditas selanjutnya yaitu
pautan, pindah silang, dan gen letal. Yuk, simak dengan baik penjelasannya
berikut ini.

1. Pautan/Linkage
Adalah peristiwa terdapatnya dua atau lebih banyak gen pada sebuah kromosom
yang sama. Pautan dapat terjadi pada kromosom tubuh (pautan autosomal)
maupun kromosom kelamin (pautan seks).
a. Pautan Autosomal

Adalah gen yang tidak dapat bersegregasi secara bebas dan cenderung
diturunkan bersama. Selain itu, gen-gennya terletak pada kromosom yang sama.

b. Pautan Seks

Sifat gen pada kromosom ini akan diturunkan kepada keturunannya bersama
dengan jenis kelamin. Gen ini terletak pada kromosom kelamin. Ada dua jenis
pautan seks yaitu pautan seks tidak sempurna (gen terletak pada bagian yang
homolog) dan pautan seks sempurna (gen yang terletak pada bagian yang tidak
homolog).

Agar lebih memahami mengenai pautan, perhatikan contoh persilangan berikut


ini.

Tanaman ercis bunga ungu pollen lonjong (PPLL) disilangkan dengan tanaman
ercis bunga merah pollen bulat (ppll).

P genotipe : PPLL x ppll

fenotipe : ungu, lonjong merah, bulat

gamet : PL pl

F1 genotipe : PpLl

fenotipe : ungu, lonjong

gamet : PL, Pl, pL,pl PL, pl

normal pautan

F2 :

PL Pl pL pl
PL PPLL PPLl PpLL PpLl
Pl PPLl PPll PpLl Ppll
pL PpLL PpLl ppLL ppLl
pl PpLl Ppll ppLl ppll

Perbandingan yang diharapkan (normal) yaitu :

bunga ungu polen lonjong :9

bunga ungu polen bulat :3

bunga merah polen lonjong :3

bunga merah polen bulat :1

PL pl
PL PPLL PpLl
pl PpLl ppll
Perbandingan yang dihasilkan (pautan) yaitu :

bunga ungu polen lonjong : 3

bunga merah polen bulat :1

2. Pindah Silang/Crossing Over


Pola-pola hereditas selanjutnya adalah pindah silang. Pindah silang adalah
peristiwa pertukaran gen-gen suatu kromatid dengan gen-gen kromatid
homolognya, sehingga tidak selalu berjajar berpasangan dan beraturan, tetapi
saling melilit satu dengan yang lainnya. Hal tersebut menyebabkan terjadinya
gen-gen kromatid yang tertukar dengan gen-gen kromatid homolognya.

Pada peristiwa pindah silang akan dihasilkan kombinasi parental dan


rekombinasi pada fenotipenya. Pindah silang terjadi pada saat meiosis, sebelum
sepasang kromosom terpisah, gen-gen dari satu kromosom dapat berpindah ke
kromosom lain begitupun sebaliknya.

Seperti diketahui hasil persilangan yang melalui pindah silang selama meiosis
(gametogenesis) akan muncul keturunan tipe parental dan keturunan tipe
rekombinasi,sehingga dapat dihitung Nilai Pindah Silang (NPS).
Nilai Pindah Silang (NPS) adalah angka yang menunjukkan besarnya persentase
kombinasi baru yang dihasilkan sebagai akibat terjadinya pindah silang. Berikut
terdapat cara untuk menghitung Nilai Pindah Silang (NPS).

NPS = jumlah keturunan tipe rekombinasi/jumlah seluruh keturunan x 100%

NPS umumnya < 50%

Agar lebih memahami mengenai Nilai Pindah Silang (NPS), perhatikan contoh
persilangan berikut ini.

Individu “dihibrid heterozigot rangkap” disilangkan dengan “homozigot resesif”

Abu-abu x Hitam

Sayap panjang Sayap pendek

(AaPp) (aapp)

Menghasilkan keturunan:

AaPp = 800
Aapp = 200
aaPp = 200
aapp = 800
Berapakah Nilai Pindah Silang (NPS) nya?

NPS = jumlah keturunan tipe rekombinasi/jumlah seluruh keturunan x 100%

NPS = (Aapp + aaPp / AaPp + Aapp + aaPp + aapp) x 100 %

NPS = (400/ 2000) x 100 %

NPS = 20%

a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pindah Silang

Menurut Toegino, 2001:77-78, faktor yang mempengaruhi pindah silang antara


lain sebagai berikut.

Temperatur makin tinggi atau makin rendah temperatur maka makin besar pula
persentase pindah silang.
Umur, makin tua makin sedikit terjadi pindah silang.
Zat kimia, zat-zat kimia tertentu dalam makanan dapat memperbesar pindah
silang.
Sinar X dapat memperbesar terjadinya pindah silang.
Jenis kelamin kadang-kadang mempengaruhi berlangsungnya pindah silang.
b. Macam-macam Pindah Silang

Menurut Suryo, 2011:299-300, pindah silang dibedakan sebagai berikut.

Pindah silang tunggal, yang terjadi pada satu tempat.


Pindah silang ganda, yang terjadi di dua tempat.

Gagal Berpisah
Adalah peristiwa gagalnya satu atau lebih kromosom untuk berpisah
pada waktu meiosis (pembentukan gamet) dan menyebabkan jumlah
kromosom berubah, baik gamet atau individu baru berakhir dengan
jumlah kromosom yang abnormal. Contoh akibat gagal berpisah
adalah aneuploidi (kekurangan atau kelebihan satu kromosom) dan
poliploidi (mempunyai kelipatan jumlah kromosom).

Gen Letal
Menurut Suryo, 2011 : 130-131, gen letal (gen kematian) adalah gen
yang dalam keadaan homozigotik menyebabkan matinya individu.
Berhubung dengan hal tersebut, hadirnya gen letal pada suatu
individu menyebabkan perbandingan fenotipe dalam keturunan
menyimpang dari Hukum Mendel. Gen letal dibedakan menjadi gen
letal dominan dan gen letal resesif.

1. Gen Letal Dominan


Adalah gen dominan yang bila homozigotik akan menyebabkan
individu mati. Berikut contoh gen letal dominan pada ayam Creeper.

Pada ayam ras dikenal:

C = gen untuk ayam Creeper (kaki pendek, tetapi tubuh normal)

c = gen untuk ayam normal

P : Cc x Cc
Creeper Creeper

Gamet : C C

c c

F1 : CC = letal Cc =
Creeper

Cc = Creeper cc = normal

Gen dominan C bila homozigotik CC berakibat letal, sehingga


perkawinan 2 ekor ayam Creeper akan menghasilkan keturunannya
dengan perbandingan 2 Creeper : 1 normal.

2. Gen Letal Resesif


Adalah gen resesif yang bila homozigotik akan menyebabkan
individu mati. Berikut terdapat contoh gen letal pada tanaman jagung
(Zea mays) berdaun putih.

Pada jagung (Zea mays) dikenal gen-gen sebagai berikut.

G = membentuk klorofil

g = tidak membentuk klorofil jika homozigotik (gg), sehingga daun


kecambah tidak dapat menjalankan fotosintesis dan kecambah akan
mati dalam beberapa hari.

P : Gg x Gg

Hijau Hijau

Gamet : G G

g g
F1 : GG = hijau Gg =
hijau

Gg = hijau gg = putih (letal)

Hereditas Pada Manusia


Selain hereditas pada tumbuhan dan hewan, hereditas juga berlaku
pada manusia. Apa saja yang kamu dapatkan dari sifat hereditas pada
manusia yang diwariskan? Sifat hereditas pada manusia diantaranya
adalah cacat dan penyakit. Berikut ini adalah beberapa contoh dari
hereditas pada manusia.

1. Penentuan Jenis Kelamin


a. Manusia

Manusia memiliki 46 kromosom atau 23 pasang kromosom, yang


terdiri atas 22 pasang kromosom tubuh dan 1 pasang kromosom seks.
Kromosom ini ada 2 jenis yaitu XY dan XX. XY dimiliki oleh pria,
sedangkan XX dimiliki oleh wanita. Untuk lebih memahami
mengenai kromosom manusia, yuk perhatikan tabel berikut ini.

Pria Wanita
X X
X XX XX
Y XY XY

Keterangan:

Pertemuan sel sperma Y dan sel telur X akan membentuk individu


XY (laki-laki), sedangkan pertemuan sel sperma X dan sel telur X
akan membentuk individu XX (perempuan).

b. Belalang

Belalang memiliki tipe kromosom XO dan XX. XO untuk belalang


jantan dan XX untuk belalang betina. Berikut terdapat tabel
kromosom pada belalang.
Jantan Betina
X X
X XX XX
O XO XO

Keterangan:

Pertemuan sel sperma X dan sel telur X akan membentuk individu


XX (betina), sedangkan pertemuan sel sperma O dan sel telur X akan
membentuk individu XO (jantan).

c. Ayam

Ayam memiliki tipe kromosom ZZ dan ZW. ZZ untuk ayam jantan,


dan ZW untuk ayam betina.

Jantan Betina
Z W
Z ZZ ZW
Z ZZ ZW
Keterangan:

Pertemuan sel sperma Z dan sel telur Z akan membentuk individu ZZ


(jantan), sedangkan pertemuan sel sperma Z dan sel telur W akan
membentuk individu ZW (betina).

d. Lalat Buah (Drosophila melanogaster)

Lalat buah hanya memiliki sedikit kromosom, yaitu 8 buah atau 4


pasang yang terdiri dari 6 autosom dan 2 kromosom seks. Pada
kromosom seksnya terdapat sedikit perbedaan antara individu jantan
dengan individu betina. Pada individu betina kromosom seksnya
berbentuk batang atau lurus dan diberi notasi XX. Sedangkan, pada
individu jantan kromosom seksnya 1 berbentuk lurus dan satunya
berbentuk batang berkait dan diberi notasi XY.
Selain berdasarkan kromosomnya, jenis kelamin pada lalat buah dapat
dibedakan berdasarkan perbedaan morfologinya, yaitu sebagai
berikut.

Lalat buah jantan Lalat buah betina


Ukuran tubuh lebih kecil Ukuran tubuh lebih besar
Bersegmen 5 Bersegmen 7
Ujung abdomen membulat Ujung abdomen memanjang dan
meruncing

Anda mungkin juga menyukai