Anda di halaman 1dari 16

CEN LETAL DAN !NTERAKS!

ANTAR CEN
CEN LETAL DAN !NTERAKS! ANTAR CEN
CEN LETAL
Cen letal atau gen kematian adalah gen yang dalam keadaan homozigotik dapat menyebabkan kematain
individu yang dimilikinya. Ada gen letal yang bersifat dominan dan ada pula yang resesip. Cen letal ialah gen
yang dapat mengakibatkan kematian pada individu homozigot. Kematian ini dapat terjadi pada masa embrio
atau beberapa saat setelah kelahiran. Akan tetapi, adakalanya pula terdapat sifat subletal, yang menyebabkan
kematian pada waktu individu yang bersangkutan menjelang dewasa. Ada dua macam gen letal, yaitu gen letal
dominan dan gen letal resesif. Cen letal dominan dalam keadaan heterozigot dapat menimbulkan efek subletal
atau kelainan fenotipe, sedang gen letal resesif cenderung menghasilkan fenotipe normal pada individu
heterozigot.
Peristiwa letal dominan antara lain dapat dilihat pada ayam redep (creeper), yaitu ayam dengan kaki dan sayap
yang pendek serta mempunyai genotipe heterozigot (Cpcp). Ayam dengan genotipe CpCp mengalami kematian
pada masa embrio. Apabila sesama ayam redep dikawinkan, akan diperoleh keturunan dengan nisbah fenotipe
ayam redep (Cpcp) : ayam normal (cpcp) = 2 : 1. Hal ini karena ayam dengan genotipe CpCp tidak pernah
ada.
Sementara itu, gen letal resesif misalnya adalah gen penyebab albino pada tanaman jagung. Tanaman jagung
dengan genotipe gg akan mengalami kematian setelah cadangan makanan di dalam biji habis, karena tanaman
ini tidak mampu melakukan fotosintesis sehubungan dengan tidak adanya khlorofil. Tanaman Cg memiliki
warna hijau kekuningan, sedang tanaman CC adalah hijau normal. Persilangan antara sesama tanaman Cg
akan menghasilkan keturunan dengan nisbah fenotipe normal (CC) : kekuningan (Cg) = 1 : 2.
Cen letal dominan
Beberapa contoh dapat dikemukakan disini.
1. Pada ayam dikenal gen dominan C yang bila homozigotik akan bersifat letal dan menyebabkan
kematian. Alelnya resesip c mengatur pertumbuhan tulang normal. Ayam heterozigot Cc dapat hidup,
tetapi memperlihatkan cacat, yaitu memiliki kaki pendek. Ayam demikian disebut
ayam redep (Creeper). Neskipun ayam ini Nampak biasa, tetapi ia sesungguhnya menderita penyakit
keturunan yang disebut achondroplasia. Ayam homozigot CC tidak pernahdikenal, sebab sudah mati
waktu embryo. Banyak kelainan terdapat padanya, sepeti kepala rusak, rangka tidak mengalami
penulangan, mata kecil dan rusak. Perkawinan antara dua ayam redep meghasilkan keturunan
dengan perbandingan 2 ayam redep:1 ayam normal. Ayam redep Cc itu sebenarnya berasal dari ayam
normal (homozigot cc), tetapi salah satu gen resesip c mengalami mutasi gen (perubahan gen) dan
berubah menjadi gen dominan C.
2. Pada manusia dikenal Brakhifalangi, adalah keadaan bahwa orang yan berjari pendek dan tumbub
menjadi satu. Cacat ini disebabkan oleh gen dominan B dan merupakan cacat keturunan. Penderita
Brakhtifalangi adalah heterozigot Bb, sedang orang berjari normal adalah homozigot bb. ]ika gen
dominan gomozigotik (BB) akan memperlihatkan sifat letal. ]ika ada dua orang brakhtifalaangi kawin,
maka anakanaknya kemungkinan memperlihatkan perbandingan 2 Brakhtifalangi: 1 Normal.
3. Pada tikus dikenal gen letal dominan Y (Yellow) yang dalam keadaan heterozigotik menyebabkan kulit
tikus berpigmen kuning. Tikus homozigot YY tidak dikenal,sebab letal. Tikus homozigot yy normal dan
berpigmen kelabu. Perkawinan 2 tikus kuning akan menghasilkan anak dengan perbandingan 2 tikus
kuning:1 tikus kelabu (normal). Dari ke tiga contoh dimuka dapat diketahui bahwa gen dminan letal
baru akan nampak pengaruhnya letal apabila homozigotik. Dalam keadaan heterozigotik gen dominan
letal itu tidak mengakibatkan kematian, namun biasanya menimbulkan cacat.
Cen Letal resesip
Beberapa contoh dapat dikemukakan disini:
1. Pada jagung (Zea mays) dikenal gen dominan C yang bila homozigotik menyebabkan tanaman dapat
membentuk klorofil (zat hijau daun) secara normal, sehingga daun berwarna hijau benar. Alelnya
resesip g bila homozigotik (gg) akan memperlihatkan pengaruhnya letal, sebab klorofil tidak akan
berbentuk sama sekali pada daun lembaga, sehingga kecambah akan segera mati. Tanaman
heterozigot Cg akan mempunyai daun hijau kekuningan, tetapi dapat hidup terus sampai
menghasilkan buah dan biji, jadi tergolong normal. ]ika 2 tanaman yangdaunnya hijau kekuninan
dikawinkan maka keturunannya akan memperlihatkan perbandingan 1 berdaun hijau normal: 2
berdaun hijau kekuningan.
2. Pada manusia dikenal gen letal resesip ! yang bila homozigotik akan memperlihatkan pengaruhnya
letal, yaitu timbulnya penyakit !chytosis congenita. Kulit menjadi kering dan betanduk. Pada
permukaan tubuh terdapat bendarbendar berdarah. Biasanya bayi telah mati dalam kandungan.
3. Pada sapi dikenal gen resesip am, yang bila homozigotik (amam) akan memperlihatkan pengaruhnya
letal. Anak sapi yang lahir, tidak mempunyai kaki sama sekali. Walaupun anak sapi ini hidup, tetapi
karena cacatnya amat berat, maka kejadian ini tergolong sebagai letal. Sapi homozigot dominan
AmAm dan heterozigot Amam adalah nomal. Cara menurunya gen letal resesip ini sama seperti pada
contoh dimuka. andaikan ada sapi jantan heterozigot Amam kawin dengan sapi betina homozigot
dominan AmAm, maka anakanaknya akan terdiri dari sapi homozigot AmAm dan heterozigot Amam,
di kemudian hari anakanak sapi ini dibiarkan kawin secara acakan (random).
Tabel
Karena sapi F
1
terdiri dari 2 macam genotip, yaitu AmAm dan Amam, maka ada 4 kemungkinan perkawinan,
ialah:
O 1 kemungkinan AmAm X AmAm, jantan betina bolakbalik
O 1 kemungkinan betina AmAm X jantan Amam
O 1 kemungkinan jantan AmAm X betina Amam
O 1 kemungkinan Amam X Amam, jantan betina bolakbalik.
Oleh Karena sapi homozigot resesip amam letal, maka sapisapi F
2
akan memperlihatkan perbandingan genotip
3 AmAm : 6 Amam. Dari berbagai keterangan di muka dapat diambil kesimpulan bahwa hadirnya gen letal
menyebabkan keturunan menyimpang dai hukum mendel, sebab perkawinan monohybrid tidak menunjukan
perbandingan 3:1 dalam keturunan, melainkan 2:1.
endeteksi dan mengeliminir gengen letal
Dari keterangan dimuka dapat diketahui, bahwa gen letal dominan dalam keadaan heterozigotik akan
memperlihatkan sifat cacat, tetapi gen letal resesip tidak demikian halnya. Berhubung dengan itu lebih mudah
kiranya untuk mendeteksi hadirnya gen letal dominan pada satu individu daripada gen letal resesip.
Cengen letal dapat dihilangkan (dieliminir) dengan jalan mengadakan perkawinan berulang kali pada individu
yang menderita cacat akibat adanya gen letal. Tentu saja hal ini mudah dapat dilakukan pada hewan dan
tumbuhtumbuhan tetapi tidak pada manusia.
!NTERAKS! ANTAR CENCEN
Selain mengalami berbagai modifikasi nisbah fenotipe karena adanya peristiwa aksi gen tertentu, terdapat pula
penyimpangan semu terhadap hukum Nendel yang tidak melibatkan modifikasi nisbah fenotipe, tetapi
menimbulkan fenotipefenotipe yang merupakan hasil kerja sama atau interaksi dua pasang gen nonalelik.
Peristiwa semacam ini dinamakan interaksi gen.
Peristiwa interaksi gen pertama kali dilaporkan oleh W. Bateson dan R.C. Punnet setelah mereka mengamati
pola pewarisan bentuk jengger ayam. Dalam hal ini terdapat empat macam bentuk jengger ayam, yaitu
mawar, kacang, walnut, dan tunggal, seperti dapat dilihat pada Cambar 2.12.
Persilangan ayam berjengger mawar dengan ayam berjengger kacang menghasilkan keturunan dengan bentuk
jengger yang sama sekali berbeda dengan bentuk jengger kedua tetuanya. Ayam hibrid (hasil persilangan) ini
memiliki jengger berbentuk walnut. Selanjutnya, apabila ayam berjengger walnut disilangkan dengan
sesamanya, maka diperoleh generasi F
2
dengan nisbah fenotipe walnut : mawar : kacang : tunggal = 3 : 3 : 3
: 1.
Dari nisbah fenotipe tersebut, terlihat adanya satu kelas fenotipe yang sebelumnya tidak pernah dijumpai,
yaitu bentuk jengger tunggal. Nunculnya fenotipe ini, dan juga fenotipe walnut, mengindikasikan adanya
keterlibatan dua pasang gen nonalelik yang berinteraksi untuk menghasilkan suatu fenotipe. Kedua pasang gen
tersebut masingmasing ditunjukkan oleh fenotipe mawar dan fenotipe kacang.
Apabila gen yang bertanggung jawab atas munculnya fenotipe mawar adalah R, sedangkan gen untuk fenotipe
kacang adalah P, maka keempat macam fenotipe tersebut masingmasing dapat dituliskan sebagai Rpp untuk
mawar, rrP untuk kacang, RP untuk walnut, dan rrpp untuk tunggal. Dengan demikian, diagram persilangan
untuk pewarisan jengger ayam dapat dijelaskan seperti pada Cambar 2.13.
P : RRpp x rrPP
mawar kacang

F
1
: RrPp
walnut
F
2
: 3 RP walnut
3 Rpp mawar walnut : mawar : kacang : tunggal
3 rrP kacang = 3 : 3 : 3 : 1
1 rrpp tunggal
Cambar 2.13. Diagram persilangan interaksi gen nonalelik
Selain itu, biasanya kita beranggapan bahwa suatu sifat keturunan yang nampak pada suatu individu itu
ditentukan oleh sebuah gen tunggal, misalnya bunga merah oleh gen R, bunga putih oleh gen r, buah bulat
oleh gen B, buah oval (lonjong) oleh gen b, batang tiggi oleh gen T, batang pendek oleh gen t dll.
Akan tetapi dalam kehidupan seharihari seringkali kita mengetahui bahwa cara diwariskannya sifat keturunan
tidak mungkin diterangkan dengan pedoman tersebut di atas, karena sulit sekali disesuaikan dengan hukum
hukum mendel.
Sebuah contoh klasik yang dapat dikemukakan di sini ialah hasil percobaan Wiliam Bateson dan R.C Punnet
ada ermulaan abad ini. Nereka mengawinan berbagai macam ayam negeri dengan memperhatikan bentuk
jengger di atas kepala. Ayam Wyandotte mempunyai jenger tipe mawar (rose), sedang ayam Brahma
berjengger tipe ercis (pea). Pada waktu dikawinkan ayam berjengger mawar ercis didapatkan ayamayam
F
1
yang kesemuanya mempunyai jengger bersifat walnut (walnut= nama semacam buah). Nulamula dikira
bahwa jengger tipe walnut ini intermedier. Tetapi yang mengherankan ialah bahwa pada wakru ayamayam
walnut itu dibiarkan kawin sesamanya dan dihasilkan banyak ayamayam F
2
maka perbandingan 3:3:3:1
nampak dalam keturunan ini. Kirakira 3/16 bagian dari ayamayam F
2
ini berjengger walnut. 3/16 mawar,
3/16 ercis dan 1/16 tunggal (single).
Fenotip jengger yang baru ini disebabkan karena adanya interaksi (saling pengaruh) antara gengen. adanya
16 kombinasi dalam F
2
memberikan petunjuk bahwa ada 2 pasang alel yang berbeda ikut menentukan bentuk
dari jengger ayam. Sepasang alel menentukan tipe jengger mawar dan sepasang alel lainnya untuk tipe
jengger ercis. Sebuah gen untuk mawar dan sebuh gen untuk ercis mengadakan interaksi menghasilkan
jengger walnut, seperti terlihat pada ayamayam F
1
. ]engger mawar ditentukan oleh gen dominan R(berasal
dari rose"), jengger ercis oleh gen dominan P (berasal dari pea"). Karena itu ayam berjengger mawar
homozigot mempunyai genotip RRpp, sedangkan ayam berjengger ercis homozigot mempunyai genotip rrPP.
Perkawinan dua ekor ayam ini menghasilkan F
1
yang berjengger walnut (bergenotip RrPp) dan
F
2
memperlihatkan perbandingan fenotip 3:3:3:1.
Cen R dan gen P adalah bukan alel, tetapi masingmasing domina terhadap alelnya (R dominan terhadap r, P
dominan terhadap p). sebuah atau sepasang gen yang menutupi (mengalahkan) ekspresi gen lain yang buka
alelnya dinamakan gen yang epistasis. Cen yang dikalahkan ini tadi dinamakan gen yang hipostasis.
Peristiwanya disebut epistasi dan hipostasi.
Peristiwa epistasi dibedakan atas:
Epistasis resesif
Peristiwa epistasis resesif terjadi apabila suatu gen resesif menutupi ekspresi gen lain yang bukan alelnya.
Akibat peristiwa ini, pada generasi F
2
akan diperoleh nisbah fenotipe 3 : 3 : 4.
Contoh epistasis resesif dapat dilihat pada pewarisan warna bulu mencit (Nus musculus). Ada dua pasang gen
nonalelik yang mengatur warna bulu pada mencit, yaitu gen A menyebabkan bulu berwarna kelabu, gen a
menyebabkan bulu berwarna hitam, gen C menyebabkan pigmentasi normal, dan gen c menyebabkan tidak
ada pigmentasi. Persilangan antara mencit berbulu kelabu (AACC) dan albino (aacc) dapat digambarkan seperti
pada diagram berikut ini.
P : AACC x aacc
kelabu albino

F
1
: AaCc
kelabu
F
2
: 3 AC kelabu
1. Acc albino kelabu : hitam : albino =
1. aaC hitam 3 : 3 : 4
1 aacc albino
Epistasis dominan
Pada peristiwa epistasis dominan terjadi penutupan ekspresi gen oleh suatu gen dominan yang bukan alelnya.
Nisbah fenotipe pada generasi F
2
dengan adanya epistasis dominan adalah 12 : 3 : 1.
Peristiwa epistasis dominan dapat dilihat misalnya pada pewarisan warna buah waluh besar(Cucurbita pepo).
Dalam hal ini terdapat gen Y yang menyebabkan buah berwarna kuning dan alelnya y yang menyebabkan
buah berwarna hijau. Selain itu, ada gen W yang menghalangi pigmentasi dan w yang tidak menghalangi
pigmentasi. Persilangan antara waluh putih (WWYY) dan waluh hijau (wwyy) menghasilkan nisbah fenotipe
generasi F
2
sebagai berikut.
P : WWYY x wwyy
putih hijau

F
1
: WwYy
putih
F
2
: 3 WY putih
3 Wyy putih putih : kuning : hijau =
3 wwY kuning 12 : 3 : 1
1 wwyy hijau
Cambar 2.7. Diagram persilangan epistasis dominan
Epistasis resesif ganda
Apabila gen resesif dari suatu pasangan gen, katakanlah gen !, epistatis terhadap pasangan gen lain,
katakanlah gen !!, yang bukan alelnya, sementara gen resesif dari pasangan gen !! ini juga epistatis terhadap
pasangan gen !, maka epistasis yang terjadi dinamakan epistasis resesif ganda. Epistasis ini menghasilkan
nisbah fenotipe 3 : 7 pada generasi F
2
.
Sebagai contoh peristiwa epistasis resesif ganda dapat dikemukakan pewarisan kandungan HCN pada
tanaman Trifolium repens. Terbentuknya HCN pada tanaman ini dapat dilukiskan secara skema sebagai
berikut.
gen L gen H

Bahan dasar enzim L glukosida sianogenik enzim H HCN
Cen L menyebabkan terbentuknya enzim L yang mengatalisis perubahan bahan dasar menjadi bahan antara
berupa glukosida sianogenik. Alelnya, l, menghalangi pembentukan enzim L. Cen H menyebabkan
terbentuknya enzim H yang mengatalisis perubahan glukosida sianogenik menjadi HCN, sedangkan gen h
menghalangi pembentukan enzim H. Dengan demikian, l epistatis terhadap H dan h, sementara h epistatis
terhadap L dan l. Persilangan dua tanaman dengan kandungan HCN samasama rendah tetapi genotipenya
berbeda (LLhh dengan llHH) dapat digambarkan sebagai berikut.
P : LLhh x llHH
HCN rendah HCN rendah

F
1
: LlHh
HCN tinggi
F
2
: 3 LH HCN tinggi
3 Lhh HCN rendah HCN tinggi : HCN rendah =
3 llH HCN rendah 3 : 7
1 llhh HCN rendah
Epistasis dominan ganda
Apabila gen dominan dari pasangan gen ! epistatis terhadap pasangan gen !! yang bukan alelnya, sementara
gen dominan dari pasangan gen !! ini juga epistatis terhadap pasangan gen !, maka epistasis yang terjadi
dinamakan epistasis dominan ganda. Epistasis ini menghasilkan nisbah fenotipe 1S : 1 pada generasi F
2
.
Contoh peristiwa epistasis dominan ganda dapat dilihat pada pewarisan bentuk buah Capsella. Ada dua macam
bentuk buah Capsella, yaitu segitiga dan oval. Bentuk segitiga disebabkan oleh gen dominan C dan D, sedang
bentuk oval disebabkan oleh gen resesif c dan d. Dalam hal ini C dominan terhadap D dan d, sedangkan D
dominan terhadap C dan c.
P : CCDD x ccdd
segitiga oval

F
1
: CcDd
segitiga
F
2
: 3 CD segitiga
3 Cdd segitiga segitiga : oval = 1S : 1
3 ccD segitiga
1 ccdd oval
Epistasis domianresesif
Epistasis dominanresesif terjadi apabila gen dominan dari pasangan gen ! epistatis terhadap pasangan gen !!
yang bukan alelnya, sementara gen resesif dari pasangan gen !! ini juga epistatis terhadap pasangan gen !.
Epistasis ini menghasilkan nisbah fenotipe 13 : 3 pada generasi F
2
.
Contoh peristiwa epistasis dominanresesif dapat dilihat pada pewarisan warna bulu ayam ras. Dalam hal ini
terdapat pasangan gen !, yang menghalangi pigmentasi, dan alelnya, i, yang tidak menghalangi pigmentasi.
Selain itu, terdapat gen C, yang menimbulkan pigmentasi, dan alelnya, c, yang tidak menimbulkan pigmentasi.
Cen ! dominan terhadap C dan c, sedangkan gen c dominan terhadap ! dan i.
P : !!CC x iicc
putih putih

F
1
: !iCc
putih
F
2
: 3 !C putih
3 !cc putih putih : berwarna = 13 : 3
3 iiC berwarna
1 iicc putih



Epistasis gen duplikat dengan efek kumulatif
Pada Cucurbita pepo dikenal tiga macam bentuk buah, yaitu cakram, bulat, dan lonjong. Cen yang mengatur
pemunculan fenotipe tersebut ada dua pasang, masingmasing B dan b serta L dan l. Apabila pada suatu
individu terdapat sebuah atau dua buah gen dominan dari salah satu pasangan gen tersebut, maka fenotipe
yang muncul adalah bentuk buah bulat (Bll atau bbL). Sementara itu, apabila sebuah atau dua buah gen
dominan dari kedua pasangan gen tersebut berada pada suatu individu, maka fenotipe yang dihasilkan adalah
bentuk buah cakram (BL). Adapun fenotipe tanpa gen dominan (bbll) akan berupa buah berbentuk lonjong.
Pewarisan sifat semacam ini dinamakan epistasis gen duplikat dengan efek kumulatif.
P : BBLL x bbll
cakram lonjong

F
1
: BbLl
cakram
F
2
: 3 BL cakram
3 Bll bulat cakram : bulat : lonjong = 3 : 6 : 1
3 bbL bulat
1 bbll lonjong




















KODE GENETK
Kode Genetik
O Kode genetik adalah cara pengkodean urutan nukleotida pada DNA atau RNA untuk
menentukan urutan asam amino pada saat proses sintesis protein.
O nformasi pada kode genetik ditentukan oleh basa nitrogen pada rantai DNA yang akan
menentukan susunan asam amino.
O Mudahnya dari susunan kode kode genetik itu ternyata bisa digunakan sebagai bahasa
sandi antar DNA dan RNA untuk mengumpulkan asam amino yang merupakan kumpulan 3 basa
nitrogen yang akhirnya bisa menjadi protein ( poly peptida ) OK
Para peneliti melakukan penelitian pada bakteri Escherichia coli
1. mula mula digunakan basa nitrogen singlet (tunggal) maka ternyata hanya diperoleh
4 asam amino saja yang dapat diterjemahkan padahal asam amino yang ada di alam itu
berjumlah 20 , tentu asam amino ini harus diterjemahkan semua agar protein yang
dihasilkan dapat digunakan lengkap
2. kemudian para ilmuwan mencoba lagi dengan kodon duplet (ganda) dan ternyata
baru dapat untuk menterjemahlkan 16 asam amino ini pun belum cukup juga, mengingat
jumlahnya 20
3. Kemudian dicoba dengan triplet (disusun 3 basa nitrogen) , dengan sempurna dapat
menterjemahkan 64 asam amino hal ini tidak mengapa sekalipun melebihi 20 asam amino
toh dari 64 asam amino yang diterjemahkan ada yang memiliki simbul/fungsi yang sama ,
maksudnya satu asa amino ada yang disusun oleh lebih dari satu rangkaian triplet (kodon)
4. triplet atau Kodon itu diantaranya adalah pada kodon yang menyusun asam assparat
(GAU dan GAS) sama dengan asam-asam tirosin(UAU, UAS) sama juga dengan triptopan
(UGG) dan masih banyak lagi , lihat cakram kode genetik dibawah itu OK
Jadi meskipun yang terbentuk ada 64 variasi ini nggak masalah karena Asam amino yang
terkodekan ini sangat menguntungkan pada proses pembentukkan protein karena dapat
menggantikan asam amino yang kemungkinan rusak selain itu dari 20 asam amino

Ada beberapa hal yang penting anda ketahui ternyata masing masing kode itu mempunyai karakter
yang berbeda satu sama lainnya untuk peran dan nama asam amino

O diantaranya ada yang berfungsi sebagai agen pemotong gen atau tidak dapat bersambung
lagi dengan doubel helix asam amino yang berfungsi sebagai agen pemotong gen diantaranya
(UAA, UAG, UGA) yang kemudian ketiga kodon ini kita sebut dengan kode stop
O Beberapa sifat dari kode triplet diantaranya: Kode genetik ini mempunyai banyak sinonim
sehingga hampir setiap asam amino dinyatakan oleh lebih dari sebuah kodon.
O Contoh semua kodon yang diawali dengan SS memperinci prolin (SSU, SSS, SSA dan SSG)
semua kodon yang diawali dengan AS memperinci treosin (ASU, ASS, ASA, ASG).
O Jadi meskipun terlihat liar ternyata kalau anda mempelajari detail ada hal hal yang
menarik Tidak tumpang tindih, artinya tiada satu basa tungggal pun yang dapat mengambil bagian
dalam pembentukan lebih dari satu kodon, sehingga 64 itu berbeda-beda nukleotidanya.Jelas kan
Semenjak tahun 1960an semakin nyata bahwa ada paling sedikit tiga residu nukleotida DNA
diperlukan untuk mengkode untuk masing-masing asam amino.

O Empat huruf kode DNA (A, T, G, dan C) dalam grup dua huruf menghasilkan 16 kombinasi
yang berbeda, tidak cukup untuk mengkode 20 asam amino.
O Empat basa tiga huruf menghasilkan 64 kombinasi yang berbeda.
O Genetik eksperimen awal membuktikan bahwa tidak hanya kode genetik atau kodon untuk
asam amino berupa susunan tiga huruf (triplet) dari nukleotida tetapi juga bahwa kodon tidak
tumpang-tindih dan tidak ada jeda antara kodon residu asam amino yang berurutan. Susunan asam
amino protein kemudian digambarkan oleh suatu susunan yang linier dari kodon triplet yang
berdekatan.
O Kodon yang pertama pada susunan menetapkan suatu kerangka pembacaan(reading
frame), di mana kodon yang baru memulai pada setiap tiga residu nukleotida.
O Pada skema ini, ada tiga kerangka pembacaan yang mungkin untuk setiap urutan DNA yang
diberi, dan masing-masing secara umum akan memberi suatu urutan berbeda terhadap kodon.
Pada tahun 1961 Marshall Nirenberg dan Heinrich Matthaei mengumumkan hasil observasi yang
mengusulkan terobosan pertama.

O Mereka menginkubasi polyribonucleotide polyuridylate sintetis (poly(U) yang didesign)
dengan ekstrasi E. coli, GTP, dan campuran 20 asam amino dalam 20 tabung berbeda.
O Pada masing-masing tabung suatu asam amino yang berbeda diberi label secara radioaktif.
Poly(U) dapat dikatakan sebagai mRNA tiruan yang berisi triplet UUU berurutan, dan triplet ini harus
mempromosikan sintesis polipeptida hanya dari salah satu 20 asam amino yang berbeda yang
dilabel dengan triplet UUU.
O Suatu polipeptida radioaktif dibentuk di dalam salah satu dari 20 tabung, yang berisi
fenilalanin radioaktif. Nirenberg dan Matthaei menyimpulkan bahwa triplet UUU cocok untuk
fenilalanin.
O Pendekatan yang sama mengungkapkan bahwa polyribonucleotide polycytidylate atau
poly(C) sintetis mengkode formasi.
O Polipeptida yang hanya berisi prolina (polyproline), dan ilyadenylate atau poly(A) mengkode
polylysine.
O Dengan demikian triplet CCC mengkode daftar prolina dan triplet AAA untuk lisina.
O Polinukleotida sintetik yang digunakan dalam eksperimen dibuat sedemikian dengan aksi
fosforilase polinukleotida, menganalisis formasi polimer RNA dari ADP, UDP, CDP dan GDP.
O Enzim ini tidak memerlukan template polimer dan membuat polimer dengan sebuah
komposisi basa bahwa secara langsung mencerminkan konsentrasi yang relatif dari precursor
nukleotida 5'-diphosphate di dalam medium.
O Jika fosforilase polynukleotida diperkenalkan dengan UDP, hal ini hanya poly(U). Jika
diperkenalkan dengan suatu campuran dari lima bagian ADP dan satu CDP, akan membuat polimer
di mana 65 residu adalah adenylate dan 61sytidylate. Polimer acak seperti itu mungkin memiliki
banyak triplet urutan AAA, sedikit triplet AAC, ACA, dan CAA, beberapa triplet ACC, CCA, dan CAC,
dan sangat sedikit; triplet CCC
O Dengan penggunaan mRNA tiruan yang berbeda yang dibuat dari fosforilase polinukleotida
dari campuran permulaan ADP, GDP, UDP, dan CDP yang berbeda, komposisi basa triplet yang
mengkode hampir semua asam amino diidentifikasi segera.

karakLer kode geneLlk
O Kode genetik ini mempunyai banyak sinonim, sehingga hampir semua asam amino
dinyatakan oleh lebih dari sebuah kodon.
O Contohnya , tiga asam amino (arginin, serin dan leusin) masing-masing mempunyai 6 kodon
sinonim.
O Tetapi untuk banyak kodon sinonim yang menyatakan asam amino yang sama, dua basa
permulaan dan triplet adalah tetap sedangkan basa ketiga dapat berlainan.
O Contohnya , semua kodon yang dimulai dengan SS memperinci prolin (SSU, SSS, SSA dan
SSG) dan semua kodon yang dimulai dengan AS memperinci treonin (ASU, ASS, ASA dan ASG).
O Fleksibilitas dalam nukleotida dari suatu kodon ini dapat menolong membuat sekecil
mungkin akibat adanya kesalahan.
O Tidak ada tumpang tindih, artinya tiada satu basa tunggal pun yang dapat mengambil bagian
dalam pembentukan lebih dari satu kodon, sehingga 64 kodon itu semua berbeda-beda
nukleotidanya.
O Kode genetik dapat mempunyai dua arti, yaitu kodon yang sama dapat memperinci lebih dari
satu asam amino.
O Contohnya, kodon UUU biasanya merupakan kode untuk fenilalanin, tetapi bila ada
streptomycin dapat pula merupakan kode untuk isoleusin, leusin atau serin.
O Kode genetik tidak mempunyai tanda untuk menarik perhatian, artinya tiada sebuah kodon
pun yang dapat diberi tambahan tanda bacaan.
O Kodon AUG disebut juga kodon permulaan, karena kodon ini memulai sintesa rantai
polipeptida.
O Beberapa kodon dinamakan kodon non-sens (tak berarti) karena kodon-kodon ini tidak
merupakan kode untuk salah satu asam amino pun, misalnya UAA, UAG dan UGA.
O Kode genetik itu ternyata universal karena kode yang sama berlaku untuk semua macam
mahluk hidup.
O Beberapa sifat dari kode triplet diantaranya :
1. Kode genetik ini mempunyai banyak sinonim sehingga hampir setiap asam amino
dinyatakan oleh lebih dari sebuah kodon. Contoh semua kodon yang diawali dengan SS
memperinci prolin,(SSU,SSS,SSA dan SSG) semua kodon yang diawali dengan AS
memperinci treosin(ASU,ASS,ASA,ASG).
2. Tidak tumpang tindih,artinya tiada satu basa tungggalpun yang dapat mengambil
bagian dalam pembentukan lebih dari satu kodon,sehingga 64 itu berbeda-beda
nukleotidanya
3. Kode genetik dapat mempunyai dua arti yaitu kodon yang sama dapat memperinci
lebih dari satu asam amino
4. Kode genetik itu ternyata universal.
5. Tiap triplet yang mewakili informasi bagi suatu asam amino tertentu dinyatakan
sebagai kodon.Kode genetika bersifat degeneratif dikarenakan 18 dan 20 macam asam
amino ditentukan oleh lebih dari satu kodon, yang disebut kodon sinonimus.Hanya metionin
dan triptofan yang memiliki kodon tunggal.Kodon sinonimus tidak ditempatkan secara acak,
tetapi dikelompokkan.
6. Kodon sinnonimus memiliki perbedaan pada urutan basa ketiga.
UNTUK SEMUA TU DPAHAM ...TDAK LAN UNTUK SNTESA PROTEN D SEL ...OK

Sintesa Protein melalui 3 tahapan yaitu
1. Transkripsi ( Pencetakan RNAm oleh DNA template)
2. Translasi ( Penterjemahan Kodon RNAm ke Antikodon RNA t )
3. Sintesa Protein (Penyatuan Asam amino yang dibawa RNA t oleh RNA r menjadi
Protein)
1. Transkripsi

2. Translasi


3. Sintesa Protein

Anda mungkin juga menyukai